• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Righ Reserved

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Righ Reserved"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP MENAHAN DIRI DALAM PUASA RAMADHAN

Dengan bepuasa di bulan Ramadhan, melalui konsepnya menahan diri, kita semua diajak dan diajar untuk senantiasa

ingat bahwa hidup di dunia ini perlu upaya-upaya pengendalian diri. Sebab, tanpa pengendalian diri, maka hidup kita akan lepas kontrol dan berantakan. Tidak sedikit manusia yang sengsara hidupnya, bukan karena kekurangan harta, bukan karena tidak berpendidikan, bukan pula tidak mempunyai kedudukan dan jabatan. Lalu kenapa? Jawabnya

sederhana saja, karena mereka tidak mampu menahan diri. Kalau kaya, ia tidak mampu menahan diri dari hidup berlebihan, glamor dan berpoya-poya. Kalau pandai/berilmu, ia tidak mampu menahan diri untuk melontarkan konsep atau kata-kata yang dapat meracuni masyarakat dan mencelakakan

orang lain. Kalau berpangkat dan berkedudukan, ia tidak mampu menahan diri dari penggunaan pangkat dan jabatannya sehingga dengan seenaknya saja melakukan rekayasa kekuasaan demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Dengan adanya pengendalian diri inilah, dimaksudkan agar manusia dapat mencapai derajat taqwa yang merupakan

tujuan utama disyari’atkannya puasa.

A

A

s

s

e

e

r

r

a

a

n

n

i

i

K

K

u

u

r

r

d

d

i

i

,

,

S

S

.

.

P

P

d

d

Ûa@áØîÜÇ@kn×aìäßa@åí‰Ûabèífí

âbî—

S

Se

eb

b

ua

u

a

h U

h

Up

pa

a

ya

y

a P

Pe

em

ma

ah

ha

am

m

an

a

n

K

Ke

e

a

ar

ra

ah

h

P

Pe

e

ni

n

in

ng

gk

k

at

a

ta

a

n

n

K

Ku

ua

a

li

l

it

ta

a

s

s

I

Ib

ba

ad

da

ah

h

Pu

P

ua

as

sa

a

ROLISA KOMPUTER Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan

RC

(2)

Kupersembahkan buat : Alm ayah tercinta Haji Kurdi

Ibu Tersayang Hajjah Djariah

Isteri dan anak tercinta :

Rabiatul Adawiyah, Robby Cahyadi, Lika Amalia Asrini dan Risa Mutia Asrini

Para Pendidik dan Generasi Muslim dan Ummat Islam

i

Aserani Kurdi, S.Pd

Cetakan Ke 1

Ramadhan 1425 H / Oktober 2004 M

(3)

Judul :

KONSEP MENAHAN DIRI DALAM PUASA RAMADHAN Sebuah Upaya Pemahaman Kearah Peningkatan Kualitas Ibadah Puasa

Penyusun :

Aserani Kurdi, S.Pd

Desain Sampul/Setting/Lay out :

Rolisa Komputer

Jln. Mabuun Indah II No.34 RT.04 Mabuun Tanjung

Pencetak dan Penerbit :

Percetakan dan Sablon CASANOVA

Jalan Sarigading Bulau dalam Barabai HST.

Cetakan :

I, Ramadhan 1425 H / Oktober 2005 M

i iiiii

K

K

A

A

T

T

A

A

P

P

E

E

N

N

G

G

A

A

N

N

T

T

A

A

R

R

lhamdulillah, atas izin dan pertolong-an Allah SWT. dapatlah kirpertolong-anya tulispertolong-an yang sangat sederhana ini diwujudkan dalam bentuk buku yang kami beri judul “Konsep

Menahan Diri dalam Puasa Ramadhan”, merupakan

sebuah upaya pemahaman ke arah peningkatan ku-alitas ibadah puasa.

Harapan kami, kiranya tulisan ini mendapat sambutan yang baik dari semua pihak dalam rangka bersama-sama bersatu-padu untuk menta’mirkan bulan Ramadhan yang pernuh berkah ini ke arah pendalaman materi ke Islaman untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Kepada semua pihak yang banyak memban-tu dalam mewujudkan memban-tulisan ini menjadi sebuah bu-ku, sebelum dan sesudahnya tidak lupa kami hatur-kan banyak terimakasih. InsyaAllah semua bantuan yang diberikan akan dicatat oleh Allah sebagai amal shaleh yang pahala dan kebaikannya akan selalu

iv

A

(4)

mengalir tak pernah henti.

Akhirnya, tegur sapa dari para pembaca ke arah perbaikan tulisan ini, kami ucapkan banyak te-rimakasih. Semoga karya sederhana ini dapat ber-manfaat bagi kita semua. Amin.

Tanjung, 25 Rajab 1425 H 10 September 2004 H

Penyusun,

TTTTT

v

D

D

A

A

F

F

T

T

A

A

R

R

I

I

S

S

I

I

H

H

A

A

L

L

:

:

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

1. Pendahuluan ... 1

2. Menahan Diri dari Makan dan Minum ... 7

3. Menahan Diri dari Nafsu Syahwat ... 21

4. Menahan Diri dari Nafsu Amarah ... 38

5. Menahan Diri dari Ucapan/Lisan ... 60

6. Menahan Diri dari Pandangan Mata ... 91

7. Menahan Diri dari Pendengaran ... 101

8. Menahan Diri dari Kecenderungan Hati Yang Merusak ... 120

9. Penutup ... 130

BAHAN RUJUKAN ... 133

RIWAYAT SINGKAT PENYUSUN ... 138

(5)

enurut loghat, kata puasa berasal dari bahasa Arab yaitu Ash-Shiyam

yang diambil dari kata Shama, yang berarti menahan, tidak berpindah dari suatu

kea-daan ke keakea-daan yang lain. Udara yang tenang

(tidak bergerak) disebut Shama ar-Riih karena ia tertahan, tidak berpindah, tidak bergerak atau tidak berhembus.

Dalam catatan sejarah yang tertulis di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa, Maryam pernah ber-nadzar untuk tidak berbicara kepada siapapun tat-kala ia mengandung puteranya Isa Al-Masih. Ini ia lakukan untuk menghindari tuduhan yang bukan bukan terhadap dirinya, karena janin yang ia

1

kandung tersebut proses pembuahannya tidak se-perti biasanya (bukan karena proses percampuran antara sperma laki-laki dengan sperma perempuan) atau ia mengandung tanpa suami, tanpa campur tangan se-orang laki-laki, tetapi semuanya karena kodrat dan iradat dan kekuasaan Allah atas dirinya yang Maha Berkehendak. Menahan diri untuk tidak berbicara dalam jangka waktu tertentu, dalam bahasa Arab di-istilahkan dengan kata Shauma (puasa).

Firman Allah dalam Al-Qur’an :

ø

“Sesungguhnya aku telah bernadzar untuk mena-han diri (berpuasa) untuk Tumena-han yang Maha Pemu-rah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini” (QS. Maryam ayat 26).

Kemudian pada surah Al-Baqarah ayat 35 dan 36 diceritakan bahwa ketika Nabi Adam a.s dan isteri beliau Hawwa diberikan kesempatan oleh Al-lah SWT. untuk tinggal beberapa lama di dalam Sor-ga, dan oleh Allah kepada keduanya telah diberikan berbagai fasilitas dan sarana prasarana yang amat lengkap, dan semuanya dipersilahkan kepada Adam dan isterinya untuk menggunakan fasilitas, sarana

2

M

(6)

dan prasarana tersebut sepuas hati, hanya satu hal yang dilarang oleh Allah SWT. yaitu mendekati se-batang pohon, yang sebagian ahli tafsir menama-kannya pohon khuldi, maka ketika Adam a.s dan is-terinya Hawwa berupaya untuk tidak mendekati po-hon terlarang tersebut, maka mereka sebenarnya telah melakukan puasa (menahan diri), kendati pa-da akhirnya mereka terkena bujuk rayu Syetan pa-dan mendekati pohon terlarang itu serta memakan buah-nya. Firman Allah SW. :

“Dan Kami berfirman : “Hai Adam, diamilah oleh ka-mu dan isterika-mu Sorga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dhalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh Sye-tan dari Sorga itu dan dikeluarkan dari keadaan se-mula”.

Pengertian puasa di atas adalah pengertian puasa menurut bahasa (loghat), yaitu menahan diri,

baik menahan diri dari berbicara, menahan diri dari berjalan, menahan diri dari sesuatu yang mencela-kakan, menahan diri dari dorongan nafsu amarah, nafsu birahi, nafsu serakah dan sebagainya. Pen-deknya segala sesuatu yang bersifat menahan diri

atau dalam istilah yang lain mengendalikan, itulah dia pengertian puasa menurut loghat atau bahasa.

Sedangkan pengertian puasa menurut

Syar-‘iyyah (menurut syari’at), dapat kita temukan dari

berbagai sumber, diantaranya :

1. Menurut mufassir Ibnu Katsir dalam kitab

Tafsir Ibnu Katsir jilid pertama disebutkan

bahwa, “Puasa adalah menahan diri dari ma-kan, minum dan yang membatalkan puasa dengan niat ikhlas kepada Allah”;

2. Menurut mufassir Ar-Razi dalam kitab

At-Taf-sir al-Kabir jilid kedua disebutkan bahwa,

“Puasa adalah menahan diri sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dari apa saja yang membukakan puasa, padahal ia tahu dalam keadaan berpuasa (tidak terlupa) disertai ni-at”;

3. Menurut Syeikh Muhammad Ali As-Shabuny

dalam kitab Rowai’ul Bayaan disebutkan

bah-wa, “Puasa adalah menahan diri dari makan,

minum dan jima’ disertai dengan niat, sejak

(7)

dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Dan kesempurnaannya adalah dengan men-jauhi hal-hal yang kotor dan tidak melakukan perkara yang diharamkan”;

4. Menurut Syeikh Muhammad bin Qasim

Al-Ghazy dalam kitab Tausikhu ‘alaa Ibnu

Qa-sim disebutkan bahwa, “Puasa adalah mena-han diri dari hal-hal yang membatalkan, de-ngan niat yang ditentukan sepanjang hari asa (yaitu hari-hari yang boleh dilakukan pu-asa) yang dikerjakan oleh orang Islam yang berakal dan suci dari haid dan nifas bagi wa-nita”;

5. Menurut Al-Imam Taqiyuddin Al-Husaini da-lam kitab Kifayatul Akhyar disebutkan bahwa,

“Puasa adalah menahan diri dalam hal ter-tentu dari orang terter-tentu dan di dalam waktu tertentu pula dengan beberapa syarat”;

6. Menurut Al-Ustadz Muhammad Ali As-Sayis

dalam kitab Tafsir Ayatul Ahkam disebutkan bahwa, “Puasa adalah menahan diri dari dua kedaulatan syahwat, yaitu syahwat perut dan farj, dengan niat oleh ahli (orang yang diwa-jibkan) puasa, sejak terbit fajar sampai terbe-nam matahari”.

Dari beberapa pengertian puasa di atas, baik pengertian menurut bahasa/loghat maupun tian menurut syari’at, maka inti pokok dari penger-tian puasa tersebut adalah “menahan diri”, yang

5

selanjutnya konsep ini dapat kita kembangkan lebih luas dan lebih dalam lagi, sebagai upaya kita untuk memaknai puasa agar lebih berkesan dan membe-kas ke dalam relung jiwa kita yang paling dalam, yang akan melahirkan insan-insan kamil dengan taqwallah sebagai tujuan utama.

Dengan bepuasa di bulan Ramadhan, mela-lui konsepnya menahan diri, kita semua diajak dan diajar untuk senantiasa ingat bahwa hidup di dunia ini perlu upaya-upaya pengendalian diri. Sebab, tan-pa pengendalian diri, maka hidup kita akan letan-pas kontrol dan berantakan. Tidak sedikit manusia yang sengsara hidupnya, bukan karena kekurangan har-ta, bukan karena tidak berpendidikan, bukan pula ti-dak mempunyai kedudukan dan jabatan. Lalu kena-pa? Jawabnya sederhana saja, karena mereka tidak mampu menahan diri. Kalau kaya, ia tidak mampu menahan diri dari hidup berlebihan, glamor dan ber-poya-poya. Kalau pandai/berilmu, ia tidak mampu menahan diri untuk melontarkan konsep atau kata-kata yang dapat meracuni masyarakat dan mence-lakakan orang lain. Kalau berpangkat dan berkedu-dukan, ia tidak mampu menahan diri dari penggu-naan pangkat dan jabatannya sehingga dengan seenaknya saja melakukan rekayasa kekuasaan de-mi kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan ada-nya pengendalian diri inilah, dimaksudkan agar ma-nusia dapat mencapai derajat taqwa yang merupa-kan tujuan utama disyari’atmerupa-kannya puasa.

6

(8)

M

ME

EN

NA

A

HA

H

A

N

N

D

D

IR

I

RI

I

D

D

A

A

RI

R

I

M

M

A

A

K

K

A

A

N

N

D

D

A

A

N

N

M

M

I

I

N

N

U

U

M

M

anusia memerlukan makan dan minum untuk mempertahankan hi-dupnya. Bahkan tidak saja manusia, juga seluruh makhluk hidup yang ada di bumi ini memerlukan makan dan minum. Menurut ilmu eko-nomi, makan dan minum merupakan kebutuhan primer/utama yang mau tidak mau mesti dipenuhi, karena ini menyangkut kelangsungan hidup manu-sia. Ilmu kesehatan juga mengharuskan manusia untuk makan dan minum, sebab kalau manusia ti-dak mau makan dan minum atau titi-dak bisa makan dan minum, maka kesehatannya terancam. Dengan

kata lain, agar hidup sehat perlu makan dan minum. Fungsi makan dan minum adalah untuk menghasilkan tenaga (energi), pertumbuhan organ tubuh, perlindungan dari berbagai serangan penya-kit dan penggantian sel-sel tubuh yang sudah usang dan aus. Kekurangan makanan dan minuman me-nyebabkan tubuh tidak tumbuh dan berkembang de-ngan semestinya. Tidak makan dan minum bebera-pa hari tentu akan terasa labebera-par, haus dan dahaga yang mengakibatkan badan lesu, tidak bersema-ngat, kurang tenaga/lemah, denyut nadi dan ber-nafas semakin cepat, rasa gelisah, mudah tersing-gung, mudah diserang penyakit dan seterusnya hingga mengantarkannya ke pintu kematian.

Mengingat betapa pentingnya makan dan mi-num bagi hidup dan kehidupan manusia ini, maka wajarlah kiranya jika setiap mengawali makan dan minum sekurang-kurangnya kita sebut nama Allah dengan membaca “Bismillaahir rahmaanir rahiim”

dan mengakhirinya dengan mengucapkan

“Alham-dulillaahi rabbil álamiin” atau membaca doa mau

makan dan minum dan sesudahnya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan ni’mat dan karunia-Nya berupa rezeki makan dan minum kepada kita.

Ingatlah firman Allah SWT. :

M

(9)

(

“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemi-lik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makan-an kepada mereka untuk menghilmakan-angkmakan-an lapar dmakan-an mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Al-Qu-raisy ayat 3 dan 4).

“Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhan-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya” (QS. Saba’ ayat 15).

Islam adalah agama universal yang kehadir-annya menjadi rahmat bagi seluruh ummat manu-sia. Disamping itu, Islam juga merupakan agama fithrah dengan konsep ajarannya yang sesuai de-ngan kebutuhan dasar manusia dan mengaturnya agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dalam soal makan dan minum, Islam telah menggariskan bahwa didalam mencari dan meng-konsumsi makanan dan minuman hendaknya

9

yang halal dan baik (halalan thayyibah), baik cara memperolehnya maupun bentuk dan jenis bahan-nya. Oleh karena itu, makanan dan minuman yang haram menurut Islam, tidak saja lantaran sifat dan jenis barangnya yang memang haram menurut syariát Islam, seperti daging babi dan berbagai jenis minuman keras, juga lantaran cara memperolehnya yang tidak dibenarkan oleh syariát Islam, seperti barang hasil curian, hasil rampasan, hasil korupsi dan sebagainya.

Dengan konsep halalan thayyibah, Islam te-lah menawarkan pola makan dan minum yang halal dan baik. Halal dalam arti bahwa makanan dan mi-numan yang dikonsumsi tersebut halal dari cara memperolehnya dan halal dalam bentuk dan jenis barangnya, juga baik dalam arti barang tersebut ha-rus bersih, sehat dan memenuhi keseimbangan gizi.

(10)

“Makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan. Se-sungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-‘Araaf ayat 31).

Orang yang berpuasa adalah orang yang me-nahan diri dari makan dan minum selama kurang lebih 12 jam setiap hari pada bulan Ramadhan. De-ngan berpuasa berarti mengendalikan nafsu makan dan minum. Ini dikerjakan oleh orang-orang yang beriman secara ikhlas dalam arti motivasinya hanya semata-mata karena menunaikan perintah Allah SWT.

Makanan dan minuman yang halal dan baik tidak terlepas dari unsur keseimbangan gizi. Hal ini sangat menuntut kemampuan seseorang dalam me-ngendalikan diri. Sebab pada saat berbuka puasa, pada umumnya seseorang akan cenderung me-manjakan dirinya dengan makan dan minum secara berlebihan, baik dari segi kualitas maupun kuanti-tasnya. Acara buka puasa seringkali dijadikan ajang untuk balas dendam setelah sekian lama menahan lapar dan dahaga di siang hari, sehingga makan dan minum sepuas-puasnya. Tindakan yang seper-ti ini seper-tidak saja sangat merugikan kesehatan, karena alat cerna kita dipaksa melakukan kerja ekstra di lu-ar batas, juga sangat berpenglu-aruh negatif terhadap aspek-aspek lainnya, baik secara fisik mapun psikis. Untuk itulah maka Rasulullah SAW. memperingat-kan kepada kita.

A

#

s

ρ

s

Š

ä

.

ã

¨

ø

&

o

ä

π

s

Š

ø

ϑ

Å

s

ø

9

#

o

ρ

Å

#

£

9

#

ã

M

ø

Š

/

o

ä

ο

o

Å

è

o

ϑ

ø

9

s

#

“Lambung (perut) itu pangkal segala penyakit, dan memeliharanya (tidak makan dan minum berlebih-an) adalah pengobatannya”.

Peringatan Rasulullah ini sejalan dengan pendapat sebagian besar ahli kesehatan yang me-nyatakan bahwa perut merupakan sumber segala penyakit dan berpantang (mengurangi/mengendali-kan ma(mengurangi/mengendali-kan dan minum) merupa(mengurangi/mengendali-kan pencegahnya. Oleh karenanya kebiasaan buruk dengan mengkon-sumsi makanan dan minuman secara berlebihan pada saat berbuka puasa adalah tindakan yang per-lu segera dihentikan, karena pada hakikatnya ber-puasa itu tidak saja mengendalikan makan dan mi-num di siang hari, tetapi juga dengan berpuasa kita hendaknya mampu mengendalikan makan dan mi-num di malam hari.

Apakah karena tidak adanya pemasukan ma-kanan dan minuman di siang hari lantas kita im-bangi dengan makan dan minum sebanyak-banyak-nya pada saat berbuka? Tidak, sama sekali tidak perlu. Karena makan dan minum secara berlebihan pada saat berbuka tidak akan membantu tubuh kita menjadi kuat bertenaga, tapi malah tubuh kita akan menjadi lemas, lesu kurang bertenaga sehingga muncullah penyakit malas untuk beribadah, malas

(11)

pergi ke masjid atau mushalla untuk shalat Tarawih berjamaah, malas membaca Al-Qurán dan malas ke majelis ta’lim. Disamping itu, orang yang terlalu ber-lebihan dalam soal makan dan minum cenderung kurang spirit, daya pikirnya lemah, jiwa dan hatinya mati. Hal ini seiring dengan peringatan Rasulullah SAW. :

ِ

″↓

َ

Ρ

ς⇔↓

َ

ِ

⇒°

َ

χ⇔↓

ِ

َ

Ρ

ْ

Η

َ

λ±

ِ

َ

ْ

υ

ُ

ν

ُ

ϕ

ْ

⇔↓↓υ

Φ

ُ

ِ

ّ

ϖ

َ

π

ُ

×

َ

ُ

⁄°

َ

π

ْ

⇔↓

ِ

τ

ْ

ϖ

َ

ν

َ

َ

Ρ

ُ

Η

َ

∧↓

َ

ِ

ُ

υ

ْ

ُ

π

َ

ِ

ْ

Σ⇔°

َ

ِ

ْ

ν

َ

ϕ⇔

ْ

ِ

°

َ

“Janganlah kamu matikan hatimu dengan makan dan minum secara berlebihan. Sesungguhnya hati itu tak obahnya laksana tanaman, dia akan mati jika terlalu banyak disiram dengan air”.

Kemudian, seorang ahli hikmat yang terkenal dan namanya diabadikan di dalam Al-Qurán, Luk-manul Hakim, beliau pernah memberi nasehat kepa-da putera-puterinya, sebagai berikut :

“Wahai putera-puteriku, apabila perut kalian terlalu kenyang, maka otak kalian akan tidur, pikiran kalian akan buntu dan badan kalian akan lemah dan malas untuk beribadah kepada Allah”.

Dr. Alexis Correl, pemenang hadiah Nobel dalam ilmu pengobatan dan pembedahan, pernah

13

mengatakan bahwa, banyaknya makanan yang di-konsumsi manusia secara rutin setiap hari lama ke-lamaan dapat mengganggu kestabilan kerja organ-organ tubuh. Itulah barangkali sebabnya sehingga orang-orang tua kita dulu suka berpuasa pada wak-tu-waktu tertentu, dan ternyata sangat berpengaruh pada usia mereka, yang mana usia mereka relatif panjang dan banyak diantara mereka yang berusia hingga mencapai 125 tahun.

Apabila perut kita selalu dipenuhi oleh ma-kanan dan minuman yang berlebihan, maka sel-sel tubuh kita akan kebanjiran zat makanan, akibatnya urat syaraf menjadi lembab dan kerja otak akan ter-hambat. Jika keadaan ini terjadi terus menerus bisa mengakibatkan menurunnya daya ingat dan mele-mahnya intelektual yang ditandai dengan sering lu-pa, cepat lelah dan tidak bisa berpikir keras.

Sewaktu perut kenyang, banyak darah yang tersalur untuk melakukan proses pencernaan, dan selagi seseorang berpuasa atau ketika perut kosong maka volume darah di bagian pencernaan dapat di-kurangi dan dipakai untuk keperluan lain terutama untuk melayani otak, sehingga otak menjadi terang cemerlang. Sehubungan dengan ini tepat sekali apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW. :

ُ

τ

ُ

Χ

ْ

ν

َ

َ

σ

َ

χ

َ

َ

ُ

τ

ُ

×

َ

Ρ

ْ

λ

ِ

ْ

Γ

َ

π

ُ

φ

َ

ُ

τ

َ

ρ

χ

ْ

َ

±

َ

⊆°

َ

÷

َ

ْ

σ

َ

(12)

“Barangsiapa melaparkan perutnya, maka pikiran-nya menjadi cerdas dan hatipikiran-nya menjadi cemerlang”

Oleh karena itu, sederhanakanlah dalam ber-buka puasa dan makan sahur. Makan dan minum-lah secara wajar dan mari kita ikuti kebiasaan Ra-sulullah dalam makan dan minum, dimana beliau tidak akan makan kecuali lapar dan tidak akan mi-num kecuali haus. Beliau makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Sabda Rasulul-ah SAW. :

َ

Γ

ْ

ϖ

َ

π

ْ

×

َ

↓°

َ

ْ

َ

َ

َ

Γ

ْ

ϖ

َ

π

ْ

َ

↓°

َ

ْ

ο

ُ

“Makanlah kamu ketika lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang”.

Rasulullah SAW. menganjurkan agar meng-konsumsi makanan yang manis-manis, seperti kur-ma misalnya, ketika berbuka puasa. Kalau tidak ada makanan, maka cukup dengan air saja. Anjuran ini sangat tepat, karena buah kurma mengandung ka-dar gula yang cukup tinggi. Demikian juga dengan makanan lainnya yang mengandung gula, selain e-nak rasanya, makanan ini juga cepat dicerna dan diserap dalam mulut dan lambung, sehingga dapat meningkatkan kadar gula dalam darah, akibatnya rasa lapar yang dirasakan dapat segera berkurang.

Demikian juga air. Semua organ tubuh

manusia memerlukan air. Tanpa air, fungsi organ tu-buh tidak bisa dijalankan.

Air sangat diperlukan untuk membersihkan racun atau toksin dalam tubuh. Asam urat dan u-rine misalnya, yang merupakan limbah dalam tubuh yang harus segera dilarutkan terlebih dahulu de-ngan air sebelum dibuang oleh ginjal dalam bentuk air kencing. Selain itu, air juga sangat dibutuhkan untuk melindungi kulit dari retak-retak dan keke-ringan. Terlalu sedikit air yang dikonsumsi, dapat mengurangi volume darah yang beredar. Kekurang-an air dalam tubuh dapat mempersulit pembakarKekurang-an lemak. Oleh karena itu, usahakanlah untuk meng-konsumsi air secukupnya, yakni sekurang-kurang-nya 10 gelas atau sekitar 2 sampai 2,5 liter air seha-ri. Tapi ingat, 10 gelas air ini tentu tidak diminum se-kaligus, tapi secara bertahap/beberapa kali sehari. Usahakan air yang diminum juga adalah air hangat, tidak terlalu panas, tidak pula terlalu dingin.

Dalam kegiatan makan sahur, Rasulullah me-nekankan betapa pentingnya bersahur. Upayakan jangan sampai kita ketinggalan sahur karena kesi-angan. Bersahurlah kendati hanya seteguk air, ka-rena yang membedakan puasa orang Islam dengan puasa orang Nasrani adalah makan sahur. Disam-ping itu, di dalam sahur juga terdapat berkat yang dapat menguatkan badan dan menahan lapar. Sab-da Rasulullah SAW. :

(13)

ِ

″°

َ

Φ

ِ

λ

ْ

⇔↓

ِ

ο

ْ

َ

ِ

⇒°

َ

ϖ

ِ

َ

°

َ

ِ

°

َ

ϖ∅

ِ

َ

σ

ْ

ϖ

َ

±°

َ

َ

ο

ْ

Ξ

َ

ِ

ِ

Ρ

ْ

Λ

Τ⇔↓

ُ

Ε

َ

ν

ْ

َ

“Sesungguhnya yang membedakan antara puasa kita (orang Islam) dengan puasa ahli kitab (kaum Nasrani) adalah makan sahur”.

ً

Ε

َ

َ

Ρ

َ

±

ِ

ْ

υ

ُ

Λ

Τ⇔↓

ِ

ِ

°

َ

ْ

ُ

Ρ

Λ

َ

Τ

َ

×

“Hendaklah kamu makan sahur, karena sesungguh-nya makan sahur itu berkat (dapat menguatkan ba-dan ba-dan menahan haus ba-dan lapar)”.

Waktu makan sahur sebaiknya dilakukan pa-da sesupa-dah tengah malam, pa-dan lebih afdhal papa-da saat menjelang imsak. Ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap kuat (tidak cepat lesu/lemah) dalam ber-puasa di siang harinya. Disamping itu, mentakhirkan (menunda hingga menjelang imsak) makan sahur, akan memberikan peluang yang besar bagi kita un-tuk melakukan ibadah shalat subuh berjamaah di masjid/mushalla. Sebaliknya, kalau waktu makan sahurnya terlalu cepat (misalnya jam 02.00 atau jam 03.00), dikhawatirkan shalat subuh kesiangan, kare-na ketiduran.

17

Anjuran mentakhirkan makan sahur disam-ping untuk menjaga stamina tubuh agar tetap prima selama menjalankan ibadah puasa, lebih dari itu ju-ga menju-gandung makna yang dalam bahwasanya berpuasa itu perlu persiapan yang matang agar pro-duktifitas kerja sehari-hari tidak terganggu oleh lapar dan dahaga. Demikian pentingnya makan sahur se-bagai persiapan untuk menjalankan ibadah puasa, ini merupakan sebuah refleksi dari cerminan bahwa berpuasa itu bukan sekedar pamer tahan lapar dan haus, tanpa melakukan aktivitas kerja sehari-hari, sehingga ada sementara orang yang merasa bang-ga dapat menjalankan ibadah puasa walapun tidak bersahur tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara’. Lebih dari sekedar itu, berpuasa sesungguhnya a-dalah kegiatan ibadah yang tidak menghambat atau menguras porsi aktivitas keseharian kita. Makanya itu Rasulullah SAW. menganjurkan untuk menyege-rakan berbuka puasa dan mentakhirkan makan sa-hur. Ini dimaksudkan agar ibadah puasa kita tetap jalan, aktivitas sehari-hari juga tetap jalan, tidak ter-ganggu oleh puasa kita. Oleh karena itu tidak cukup beralasan kalau seseorang mengurangi volume ak-tivitas sehari-harinya lantaran menjalankan ibadah puasa.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita simpulkan, bahwa menahan diri dari makan dan mi-num adalah melakukan pengendalian diri terhadap makan dan minum agar tidak berlebihan, terutama

(14)

pada saat berbuka puasa dan makan sahur. Kita berharap latihan mengendalikan diri dari makan dan minum selama berpuasa di bulan Ramadhan ini menjadi bahan bandingan, syukur-syukur kalau ke-biasaan baik ini terus berlangsung di luar Rama-dhan, sehingga kita mampu menahan diri dari per-soalan makan dan minum, mulai dari memperoleh makanan dan minuman yang halal dan baik, hingga mengkonsumsinya tidak terlalu banyak, tidak pula terlalu sedikit (tetap dalam batas-batas kewajaran).

Dalam mengkonsumsi makanan dan minum-an perlu diperhatikminum-an kadar gizi dminum-an proteinnya. Ja-ngan hanya mementingkan enaknya saja, lezatnya saja. Sebab dalam pola kehidupan masa kini orang cenderung memilih makanan dan minuman yang e-nak, yang lezat, walapun kadar gizi dan proteinnya kurang. Jika makanan dan minuman ini dikonsumsi sewajarnya (tidak berlebihan dan tidak terus mene-rus), biasanya tidak akan terjadi persoalan pada kesehatan tubuh kita. Namun ironisnya, mungkin karena keenakan, banyak diantara kita yang tidak mampu menguasai diri sehingga mengkonsumsi makanan dan minuman serba lezat itu secara berlebih-lebihan (dijadikan konsumsi rutin), maka sudah barang tentu cara makan dan minum seperti ini dapat menimbulkan berbagai penyakit dalam tu-buh kita.

Satu hal yang perlu diperhatikan juga adalah

19

mengenai keteraturan dalam hal makan dan minum. Sebagian besar kita, terutama yang selalu sibuk, ku-rang memperhatikan atau sering meremehkan kese-hatan perutnya, sehingga makan kurang teratur, su-ka menunda waktu masu-kan, dan sering masu-kan terge-sak-gesak. Selain itu, sebagian kita terkadang mem-biarkan begitu saja perut dalam keadaan kosong, karena saking sibuknya bekerja, dan menggantinya dengan merokok dan minum kopi berlama-lama. Kebiasaan buruk ini sangat merugikan kesehatan kita.

Oleh karena itu, menahan diri dari makan dan minum tentunya tidak hanya sebatas pengen-daliannya, tetapi juga pengaturannya. Semoga de-ngan hikmah menahan diri dalam puasa Ramadhan, kita mampu menahan diri dari makan dan minum dalam arti yang seluas-luasnya.

GGGGGG

(15)

M

M

E

E

N

N

A

A

H

H

A

A

N

N

D

D

I

I

R

R

I

I

D

D

A

A

R

R

I

I

N

N

A

A

F

F

S

S

U

U

S

S

Y

Y

A

A

H

H

W

W

A

A

T

T

etika perang Badar usai yang meli-batkan kurang lebih 300 tentara mus-lim melawan 1000 tentara kafir qu-raisy yang berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslimin, hal ini membawa kegembiraan ter-sendiri bagi para sahabat. Namun kegembiraan ini terhenti seketika, tatkala Rasulullah SAW. Meng-ucapkan selamat datang kepada para pejuang Islam dan menyatakan bahwa perang badar yang telah usai tersebut hanyalah sebuah perang kecil, se-dangkan perang yang lebih besar sedang menanti dan berada di depan mata. Sabda Rasulullah SAW :

21

ِ

Ρ

َ

Χ

ْ

َ

ْ

ِ

⎯°

©

َ

ِ

ϑ

ْ

⇔↓⎛

َ

ِ

ِ

Ρ

َ

®

ْ

َ

ْ

ِ

⎯°

َ

©

ِ

ϑ

⇔↓

ْ

َ

σ

ِ

⇑°

َ

ρ

ْ

َ

÷

َ

“Kita ini telah kembali dari peperangan yang kecil menuju ke peperangan yang besar”.

Apa gerangan peperangan yang besar itu? Tidak la-in dan tidak bukan adalah peperangan melawan ha-wa nafsu.

Di dalam diri kita ini terdapat dua bentuk naf-su yang bertolak belakang, yakni Nafsu Rububiyah

(nafsu yang baik dan membangun/konstruktif) yang

apabila dimanfaatkan akan melahirkan tindakan-tin-dakan dinamis dan berkemajuan. Sebaliknya, terda-pat pula nafsu yangmerusak, destruktif, yang apabi-la diperturutkan akan mendatangkan kemudharatan dan kerugian yang besar, baik terhadap diri sendiri, bahkan dapat pula merugikan orang lain. Nafsu yang merusak ini adalah seperti Nafsu Syaithaniyah (nafsu syetan), Nafsu Bahimiyah (nafsu kebinatang-an), Nafsu Subu’iyyah (nafsu kebuasan,

kebiadab-an, keserakahan dsb.) dan banyak lagi yang

lain-nya, merupakan sekumpulan nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan dan kemungkaran yang tentunya perlu selalu kita waspadai setiap saat.

Nafsu yang merusak hendaklah selalu kita kendalikan dengan baik. Dan memang mengendali-kan nafsu merupamengendali-kan perjuangan yang amat besar,

22

K

(16)

melebihi perjuangan dalam memenangkan perang badar. Ingatlah, kemenangan dan kebahagiaan ha-nya mungkin dapat diraih oleh orang-orang yang mampu mengendalikan nafsunya, sebaliknya, ke-sengsaraan hanya akan menimpa kepada orang-orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya dengan kata lain, ia selalu dikendalikan oleh nafsu-nya.

Nampaknya memang perkara terbesar yang sering mencelakakan manusia adalah nafsunya sendiri. Gara-gara nafsu inilah yang telah mengelu-arkan Adam dan Hawa dari sorga turun ke dunia (bumi), dari tempat keabadian dan kemuliaan ber-pindah ke tempat yang fana dan hina, lantaran me-reka berdua tidak mampu mengendalikan nafsunya untuk mendekati dan memakan buah terlarang.

Begitulah nafsu, ia laksana pedang bermata dua. Di satu sisi, ia sangat diperlukan oleh kita un-tuk menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini. Se-bab tanpa adanya nafsu, hidup dan kehidupan kita akan terasa hambar, tidak bergairah. Tanpa ada-nya nafsu, tidak akan berkembang keturunan, bah-kan tanpa adanya nafsu, tidak abah-kan ada kehidupan. Di sisi lain, bahaya nafsu sungguh sangat dahsyat, ia dapat memusnahkan manusia hingga tak bersisa, bahkan ia dapat memusnahlan apa saja yang ada di bumi ini. Dengan demikian keberadaan nafsu harus kita akui sebagai anugerah yang besar dari

Allah SWT. yang perlu kita manfaatkan sedemikian rupa. Menghilangkan atau melenyapkan nafsu yang ada dalam diri kita adalah sesuatu yang tidak mung-kin, disamping tindakan ini merupakan suatu keing-karan, dan boleh jadi Allah akan mencap kita men-jadi hamba-Nya yang tidak tahu bersyukur. Sebalik-nya, membiarkan nafsu bebas berkembang dan ber-gerak lesuasa, juga merupakan tindakan yang ko-nyol dan dapat membinasakan kita. Lalu bagaimana kita menyikapinya? Yang penting bagi kita menge-nai persoalan nafsu ini adalah, pengendaliannya. Kita selalu berupaya mengendalikan nafsu kita. Ma-na kala Ma-nafsu kita berada pada jalur yang diridhai Allah, maka tidak ada salahnya kita salurkan, kare-na pasti akan mendatangkan manfaat dan kemas-lahatan. Namun, manakala nafsu kita mulai me-nyimpang dan menjerumuskan, kita harus waspada dan perlu mengendalikannya dengan pengendalian ekstra ketat.

Diantara sekian banyak jenis dan macam nafsu, terdapat satu nafsu yang sangat penting dan perlu kita kendalikan, adalah Nafsu Syahwat.

(17)

kenikmatan terbesar itu, tersimpan pula bahaya yang sangat besar dan mengancam manusia apabi-la tidak dikendalikan atau tidak disalurkan sebagai-mana mestinya.

Ketahuilah, nafsu syahwat itu merupakan nafsu yang sangat berbahaya. Jika sedang bergejo-lak, ia dapat mempengarungi akal pikiran sehingga akal pikiran seolah tak berfungsi lagi. Jika tidak ter-kendali, ia dapat menjatuhkan derajat manusia ke derajat yang serendah-rendahnya.

Sepanjang sejarah manusia, nafsu syahwat yang tidak terkendali telah banyak menjadi penye-bab terjadinya kebobrokan dan pertumpahan darah. Al-Qur’a n sendiri telah mencatat bahwa pertumpah-an darah pertama ypertumpah-ang jatuh ke bumi adalah dise-babkan persoalan nafsu syahwat. Simak bagaimana cerita Qabil dan Habil yang berseteru hingga ber-akhir dengan pertumpahan darah disebabkan nafsu syahwat terhadap kecantikan seorang wanita sau-daranya sendiri. Firman Allah SWT. :

َ

σ

ِ

َ

Μ

َ

Χ

َ

َ

°

َ

τ

ν

َ

َ

Φ

َ

ϕ

َ

ِ

τ

ْ

ϖ

ِ

َ

َ

ο

ْ

Φ

َ

τ

ُ

Τ

ْ

η

َ

τ

َ

ْ

Γ

َ

υ

َ

χ

َ

َ

σ

ْ

ِ

Ρ

ِ

ΤΝ

ْ

⇔↓

“Maka disebabkan oleh hawa nafsu, Qabil meng-anggap mudah membunuh saudaranya (Habil),

25

sebab itu maka dibunuhnyalah, sehingga menjadi-lah ia seorang diantara orang-orang yang merugi” (QS. Al-Ma’idah ayat 30).

Fitnah yang menimpa Nabi Yusuf a.s juga berkaitan dengan nafsu syahwat seorang wanita yang bernama Zulaikha. Firman Allah SWT. :

ِ

Γ

َ

ϕ

ν

َ

َ

τ™

Τ

̝

ِ

ْ

η

َ

ْ

σ

َ

⊂°

َ

©

ِ

Φ

ϖ

ْ

َ

±

ِ

َ

υ

ُ

ْ

ِ

Φ

⇔↓

ُ

τ

ْ

×

َ

َ

™↓

َ

َ

ِ

ã

َ

↵°

َ

َ

َ

⇐°

َ

َ

µ

َ

َ

Γ

ْ

ϖ

َ

ْ

Γ

َ

⇔°

َ

َ

َ

″↓

َ

υ

ْ

±

َ

ْ

َ

ْ

υ

ُ

π

ِ

ν

ّ

φ

⇔↓

ُ

Μ

ِ

ν

ْ

η

ُ

َ

τ

ِ

⎝↓

َ

َ

υ

ْ

Η

َ

َ

σ

َ

Τ

ْ

َ

ْ

ّ

ِ

™±

َ

τ

ِ

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumah-nya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirirumah-nya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata, “Marilah ke sini”, Yusuf berkata, “Aku ber-lindung kepada Allah, sungguh tuanku telah mem-perlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tidak akan beruntung” (QS. Yu-suf ayat 23).

Demikian juga bagaimana kisah dramatis yang dialami oleh seorang ahli ibadah bernama Barshisha di zaman Bani Israil, yang akhirnya men-dapat hukuman mati lantaran menghamili dan mem-bunuh seorang purteri raja, karena tipu daya syetan.

(18)

Setidaknya ada tiga sikap yang ditunjukkan manusia dalam menghadapi nafsu syahwat ini. Ada diantara mereka yang agak berlebihan menyikapi-nya, sehingga nafsu syahwat dijadikan subyek se-kaligus obyek yang dinomorsatukan atau diutama-kan. Hampir seluruh hidupnya tercurah untuk me-menuhi kepentingan syahwatnya, sehingga nyaris melupakannya untuk mengingat Allah. Jika keada-an ini dibiarkkeada-an begitu saja tkeada-anpa adkeada-anya upaya-upaya pengendalian, pada gilirannya nanti dapat membuat seseorang terjerumus ke dalam perbuatan keji dan nista dan ia tidak memperdulikan lagi ram-bu-rambu larangan yang ditetapkan Allah dan Ra-sul-Nya. Disamping itu, sikap berlebihan yang se-perti ini juga dapat menyeretnya ke perbuatan keji dan nista lainnya sebagai akibat dari dorongan naf-su syahwatnya, seperti mengkonnaf-sumsi minuman ke-ras, narkoba dan obat-obat terlarang lainnya dan berjudi.

Sikap dan perbuatan manusia yang terlalu berlebihan terhadap nafsu syahwat tentu tidak akan pernah merasa puas dalam melakukan hubungan seksual. Ia akan selalu ganti-ganti pasangan, bah-kan mungkin tidak hanya dengan lawan jenis, tetapi juga dengan sesama jenis. Keadaan ini tentu sudah sangat jauh melampaui batas. Binatang saja dalam melakukan hubungan seksual selalu dengan lawan jenis, tidak pernah dengan sesama jenis. Berarti tin- dakan manusia yang terlalu berlebihan melayani

nafsu syahwatnya, tindakan dan prilakunya sudah melebihi prilaku binatang.

Sementara itu, ada lagi sebagian manusia yang tidak memperdulikan nafsu syahwatnya. Ia ti-dak mempunyai gairah sedikitpun terhadap seksual. Keadaan ini bisa jadi lantaran faktor keturunan atau faktor pembawaan sejak lahir, bisa juga lantaran adanya penyakit yang menyerang fisik dan atau psi-kisnya sehingga mengganggu syaraf-syaraf seksu-alnya, atau mungkin juga karena disengaja/memang diupayakan untuk menghilangkan nafsu syahwat-nya. Jika ketidakbergairahan terhadap seksual ini karena disengaja, maka tentu sikap dan tindakan yang seperti ini tidak dibenarkan, karena dapat me-mutuskan garis keturunan.

Sikap dan keadaan ketiga, adalah keadaan yang wajar, dimana nafsu syahwatnya terkendali. Nafsu syahwatnya tunduk terhadap akal dan hukum syara’. Sikap dan keadaan inilah yang ideal, yang dikehendaki oleh Islam, yang selaras dengan ke-hendak dan tujuan syari’at.

(19)

rahmat dari Allah SWT. yang pada gilirannya dapat membawa manusia kepada kebahagiaan hidup, ba-ik di dunia kini mapun di akhirat nanti. Namun seba-liknya, jika nafsu syahwat kita sikapi dengan tidak sewajarnya dan kita pergunakan sebebas-bebasnya tanpa kendali, maka nafsu syahwat kita akan men-dapat laknat dari Allah SWT. dan nafsu syahwat yang dilaknat oleh Allah SWT. sifatnya liar, buas dan ganas yang pada gilirannya akan menggiring manusia ke lembah hina dan nista dengan mena-warkan kesengsaraan yang berkepanjangan.

Ingatlah peringatan Allah SWT. :

ِ

⁄υ

ﱡ

Τ⇔

ِ

°±

ٌ

ََ

ℵ°

َ

َ

َ

Τ

ْ

η

ρ⇔↓

ِ

ْ

ِ

Τ

ْ

η

َ

ُ

Ρ

ّ

ِ

َ

±

ُ

↓°

َ

َ

ٌ

θ

ْ

ϖ

ِ

ٌ

υ

ْ

ُ

η

َ

ّ

ِ

™±

َ

ِ

ْ

ِ

ّ

™±

َ

θ

َ

ِ

َ

ℵ°

َ

ِ

“Dan aku tidak akan membebaskan diriku dari kesa-lahan, karena sesungguhnya nafsu syahwat itu mendorong manusia kepada kenistaan, kecuali naf-su syahwat yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Se-sungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Yusuf ayat 53).

Tak bisa kita mungkiri, belakangan ini sangat banyak jenis dan corak lagu dan syair yang dapat menumbuhsuburkan nafsu syahwat. Terlebih-lebih bagi generasi muda. Lagu dan syair penumbuh

29

suasana syahwati tersebut kerapkali dapat melam-bungkan lamunan generasi muslim, yang untuk ke-mudian mengkristal menjadi ruh dari bagian gaya hi-dupnya. Hingga karenanya, telinga bagaikan tuli dan lidah terasa pahit bila sehari saja tak menye-nandungkan lagu dan syair tersebut.

Bercerita tentang cinta, binar di dua bola ma-tamu, rona memerah di pipimu, senyum kecil di bi-birmu dan ratusan pujian serupa yang dilontarkan oleh sang kekasih yang lagi dilanda asmara, dapat membangkitkan birahi, apalagi jika ditunjang oleh penampilan sang kekasih yang aduhai, maka tidak mustahil akan dapat menyeret muda-mudi yang di-landa kasmaran ke onggokan cinta terlarang yang membuahkan kesengsaraan dan kehinaan.

Lebih kronis lagi, sulutan api asmara bela-kangan ini semakin besar, ini terlukis dalam dunia layar perak/kaca dan media cetak maupun elektro-nik, di mana sajian-sajian adegan seks yang vulgar, jorok dan menjijikkan sudah mulai merebak dan me-masuki ke pelosok-pelosok tanah air. Nafsu syah-wat yang merupakan karunia Allah yang begitu in-dah berubah fungsi menjadi ajang komoditi mencari keuntungan besar. Norma-norma yang berlaku da-lam tatanan kehidupan, tidak lagi menjadi pegang-an. Sekian banyak wanita-wanita muda yang antrian panjang berebut kursi popularitas, hingga siap mele-paskan seluruh auratnya. Tubuh wanita dijadikan

(20)

tontonan menarik pengobar nafsu syahwat. Bahkan sekujur tubuhnya yang merupakan asset berharga didayagunakan sedemikian rupa menjadi alat yang ampuh untuk menjerat dan menjebak pria, karena memang secara seksiologis dan fisiologis telah di-maklumi dan menjadi hukum alam bahwa wanita yang berpenampilan seksi merupakan faktor utama yang dapat menumbuhkan daya tarik kaum pria. Itu-lah sebabnya, peristiwa tentang seorang pria yang bertekuk lutut di bawah kerlingan wanita, bukan sekedar menggejala, tapi sudah memasyarakat bahkan mungkin sudah membudaya.

Fakta sejarah telah membuktikan, seperti so-sok Julius Caesar yang gagah perkasa, terpedaya di bawah kerlingan Cleo Patra. Demikian juga Napo-leon Bonaparte yang dijuluki Singa Daratan Eropah, ternyata tunduk di bawah goyang domretnya Marga-ret Yosepin. Tak kalah dahsyatnya, seorang senator dari Partai Demokrat Gary Hart sempat terpental ja-uh dari pencalonannya menjadi Presiden Amerika Serikat lantaran kuatnya keris asmara yang di tan-capkan Dona Rice terhadapnya, sehingga membu-atnya tak berdaya dan menggagalkan karirnya. Ju-ga yang dialami Perdana Menteri Uno, dia ambruk dari kursi emasnya, dikarenakan kuatnya pesona Geisha kekasihnya. Sebagian cerita negarawan dan pemimpin yang jatuh runtuh di pelukan wanita terse-but di atas merupakan bukti kongkrit dari betapa be-sarnya pengaruh wanita di dalam menumbuhkan

31

dan membangkitkan nafsu syahwat.

Sebuah pendapat filosofi mengungkapkan,

“Apabila nafsu birahi seorang pria terhadap seorang wanita telah bangkit, maka hilanglah dua pertiga akalnya”.

Rasulullah SAW. bersabda, yang artinya :

“Tidak ada satu cobaan yang terjadi sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum pria yang melebihi berbahayanya berbagai cobaan, kecuali cobaan yang berhubungan dengan soal wanita” (HR.Mus-lim).

Kemudian dalam hadits lain disebutkan :

⎛⇔

°

َ

َ

×

َ

ã

ِ

َ

ٌ

َ

Ρ

ِ

Ζ

َ

ٌ

َ

υ

ْ

ν

≡°

ُ

َ

ϖ

ْ

Π⇔↓

ِ

↓υ

ُ

ϕ

×°

َ

َ

ْ

υ

ُ

ν

َ

π

ْ

َ

×

َ

ι

ْ

ϖ

َ

ُ

Ρ

φ

ُ

ْ

ρ

َ

ϖ

َ

∏°

َ

©

ْ

ϖ

ِ

θ

ْ

ُ

λ

ُ

η

ِ

ν

ْ

Ν

َ

Φ

ْ

Τ

ُ

ْ

ِ

ρ

َ

±

ِ

Ε

َ

ρ

ْ

Φ

ِ

َ

َ

ِ

°

َ

َ

⁄ƒ

َ

Τ

ّ

ِ

ρ⇔↓↓υ

ُ

ϕ

×↓

َ

°

َ

ϖ

ْ

Π⇔↓

ِ

⁄ƒ

َ

Τ

ّ

ِ

ρ⇔↓

ِ

ْ

Γ

َ

⇓°

َ

َ

ο

ْ

ϖ

ِ

←↓

َ

Ρ

ْ

ِ

(21)

Dan berhati-hatilah pula terhadap wanita. Karena sesungguhnya pertama kali terjadi fitnah di kalang-an Bkalang-ani Israil, disebabkkalang-an oleh wkalang-anita” (HR. Mus-lim).

Begitulah keberadaan wanita, ia ternyata mampu menggoncang dunia tanpa harus mengang-kat senjata. Cukup dengan senyum, kerlingan mata dan kemulusan tubuhnya, mereka mampu membu-mihanguskan dunia. Oleh karena itu, dalam menyi-kapi keberadaan wanita, Islam dengan bijaksana te-lah mengatur sedemikian rupa tentang kehidupan wanita. Dalam hal berpakaian misalnya, wanita muslimah dibolehkan mengenakan pakaian apapun yang disenanginya di hadapan anggota keluarganya atau diantara teman-teman wanitanya. Namun, apa-bila ia ke luar rumah atau apaapa-bila ada pria selain anggota keluarganya (bukan mukhrim), ia wajib menutupi seluruh auratnya.

Rasulullah SAW. bersabda :

ُ

ã

َ

¬

َ

Ρ

َ

…°

َ

©

ِ

Φ

ϖ

ْ

َ

±

ِ

Ρ

ْ

ϖ

َ

ِ

°

َ

©

َ

±°

َ

ϖ

ِ

ْ

Γ

َ

َ

Σ

َ

ٍ

َ

َ

Ρ

ْ

⇑↓°

َ

π

َ

®

َ

Ρ

ْ

Φ

ِ

ℜ°

َ

©

ْ

ρ

َ

“Siapa saja dari seorang wanita yang membuka pakaian (auratnya) di ruar rumah, maka Allah pasti akan merobek tirai kehormatannya” (HR. Ahmad,

33

Thabrani dan Bazaar dari Aisyah).

Kemudian beliau bersabda pula :

°

َ

©

َ

َ

Ρ

ْ

ς

َ

Φ

ْ

↓°

ِ

َ

©

ِ

Φ

َ

ϖ

َ

±

ْ

σ

ِ

ْ

Γ

÷

َ

َ

Ρ

َ

…↓

َ

ِ

°

َ

ٌ

َ

ْ

υ

َ

ُ

َ

ْ

Ρ

َ

π

ْ

َ

ُ

◊°

َ

χ

ْ

ϖ

ς⇔↓

“Wanita itu aurat, maka apabila ia keluar rumah, berdiri tegaklah syetan padanya” (HR. Turmidzi dari Ibnu Mas’ud).

Bila kedua hadits ini dianggap belenggu yang merantai kebebasan kaum wanita, maka dapatlah dipastikan hujan birahipun tak dapat dihindari lagi hingga dengan mudahnya wanita-wanita bergenta-yangan di jalan-jalan raya, di tempat diskotek, di bar dan resturan, di hotel-hotel dan ditempat-tempat hi-buran lainnya, dengan mempertontonkan kemolek-an tubuhnya untuk membkemolek-angkitkkemolek-an nafsu syahwat kaum pria.

Apa upaya yang dilakukan Islam untuk mem-bentengi ummatnya dari pengaruh nafsu syahwat ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah dengan perni-kahan dan atau puasa.

Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah SAW. bersabda :

(22)

َ

َ

⁄°

َ

Χ

ْ

⇔↓

ُ

θ

λ

ُ

ْ

ρ

ِ

َ

⊆°

َ

χ

َ

Φ

ْ

ℜ↓

ِ

σ

َ

َ

″°

َ

Χ

ς⇔↓

َ

Ρ

َ

ς

ْ

َ

⇑°

َ

ِ

َ

Ρ

َ

η

ْ

ν

ِ

ُ

σ

َ

Ξ

ْ

َ

َ

ِ

Ρ

َ

Ξ

َ

Χ

ْ

ν

ِ

α

َ

َ

τ

ّ

َ

ِ

°

َ

ْ

َ

Σ

َ

Φ

َ

ϖ

ْ

ν

َ

ٌ

⁄°

َ

÷

َ

τ

َ

τ

ِ

°

َ

ِ

ْ

υ

Ξ⇔

ِ

°±

ِ

τ

ْ

ϖ

َ

ν

َ

َ

ْ

ِ

χ

َ

Φ

ْ

Τ

َ

ْ

θ

ْ

σ

َ

َ

“Wahai para pemuda, siapa yang mampu diantara kamu serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin, karena sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan mata (terhadap orang-orang yang tidak halal dilihat), dan akan memeliharanya (dari godaan syahwat). Siapa yang tidak mampu ka-win, hendaklah dia berpuasa, karena dengan berpu-asa nafsu syahwatnya terhadap wanita akan berku-rang” (HR. Bukhari).

Dengan adanya pernikahan, insyaAllah ma-syarakat akan terhindar dari dekadensi moral dan kerusakan sosial. Karena bagaimanapun juga naluri kecenderungan seksual hanya akan dapat dipuas-kan melalui pernikahan yang sah.

Disamping itu, dengan adanya pernikahan, insyaAllah masyarakat akan terhindar dari penyakit-penyakit kelamin yang tersebar akibat pergaulan bebas dan perzinahan, seperti penyakit Gonorhoe (radang pada rahim bagi wanita dan kedua buah biji kelamin pada pria), penyakit bernanah pada alat ke-lamin, penyakit cacar lunak, penyakit syphilis,

penyakit kematangan seksual dini, aids/HIV dan sebagainya.

Naluri seksual itu sesungguhnya dapat pula dibimbing dan dididik serta dikendalikan melalui iba-dah puasa. Dengan berpuasa di bulan Ramadhan, kita dilatih untuk menahan diri dari apapun yang da-pat membatalkan dan merusak nilai puasa, terma-suk menahan diri dari pengaruh nafsu syahwat, yak-ni tidak melakukan hubungan seksual suami isteri pada siang hari.

Dengan berpuasa di bulan Ramadhan, akan membuka kesadaran bagi kita bahwa segala aktivi-tas keseharian (rutiniaktivi-tas) yang kita lakukan tidak mesti dilakukan terus menerus, namun diperlukan istirahat agar tidak cepat jenuh, supaya sehat dan tidak merasa ketergantungan, yang pada gilirannya nanti dapat berpengaruh terhadap ketahanan men-tal dan fisik kita.

Meskipun melakukan hubungan suami isteri itu halal, namun dengan berpuasa kita dilatih untuk melakukan pengendalian di siang hari. Hal ini tentu akan berdampak positif terhadap upaya-upaya pe-ngendalian nafsu syahwat agar kita tidak mudah ter-perangkap oleh penjaja seks murahan. Kita tidak a-kan tergiur oleh PIL (Pria Idaman Lain) atau WIL (Wanita Idaman Lain) atau yang lebih populer

(23)

dengan istilah perselingkuhan, kendati nikmat tapi membawa laknat.

ddddd

37

M

M

E

E

N

N

A

A

H

H

A

A

N

N

D

D

I

I

R

R

I

I

D

D

A

A

R

R

I

I

N

N

A

A

F

F

S

S

U

U

A

A

M

M

A

A

R

R

A

A

H

H

marah adalah salah satu dari gerakan nafsu yang seketika meluap karena adanya rangsangan terhadap emosi, cenderung menjadi semacam senjata yang dapat mempengarungi kestabilan diri sendiri dan orang la-in. Sebenarnya sikap dan tindakan marah merupa-kan sebuah upaya untuk mempertahanmerupa-kan diri dan untuk melepaskan kejengkelan, rasa dendam dan sebagainya. Bila marah datang tanpa ditahan de-ngan hati dan akal sehat sebelum menjalar, ia tak obahnya laksana nyala api yang membakar kayu kering, apabila tidak segera disiram dengan air,

38

A

(24)

maka apinya akan semakin besar dan dapat meng-hanguskan apa saja yang ada di sekitarnya. Pada saat orang marah maka darah yang ada di tubuhnya naik, bagaikan uap memenuhi ruangan yang ada di otak, sehingga pandangannya gelap, kalap, seakan tak sanggup lagi berpikir jernih. Ketika itu pertim-bangan hilang, akal tertutup, pikiran tersentak, kare-na emosi telah menyelimuti hati dan urat syaraf. Se-hubungan dengan ini, tepatlah apa yang dimisalkan oleh seorang hukama terkenal : “Orang yang se-dang marah adalah laksana gua batu yang terbakar. Api terkurung di dalamnya dan angin yang masuk mengipasnya sehingga menambah nyalanya. Gua semakin panas dan siap membakar apa saja, bah-kan batu sekalipun, semuanya jadi bara yang hitam memerah. Meski ada orang berupaya untuk menyi-ramnya, maka air penyiram itu berubah menjadi minyak yang justeru akan menambah nyala apinya”.

Begitulah, kalau kemarahan dibiarkan tanpa ditahan, ia dapat mematikan hati dan akal, ia dapat menulikan telinga dan membutakan mata, sehingga tepatlah apa kata orang bijak : “Anda tak akan me-nemukan sesuatu dengan marah. Akan tetapi, anda akan kehilangan sesuatu karena marah”.

Kalau kita sedang marah, seperti yang dapat kita lihat pada orang lain yang sedang marah, wajah kita menjadi merah menakutkan. Disebabkan ciri ini, maka orang yang sedang marah bisa disebut

sedang naik darah, karena pada saat kita marah, darah kita naik ke kepala, mata kita terbelalak dan biji mata kita sekan-akan mau keluar dari kelopak-nya. Jari-jari tangan bergetar, gigi kita terkatup rapat seolah-olah mau mengigit orang yang kita marahi, gerakan badan kita menjadi tidak beraturan dan be-berapa perubahan pada fisik lainnya. Seandainya seseorang yang sedang marah melihat dirinya di muka cermin, niscaya akan meredalah kemarahan-nya, karena malu melihat keadaan fisiknya seperti itu.

Disamping itu, orang yang sedang marah, ucapannya menjadi tidak terkontrol lagi. Keluarlah kata-kata yang tidak enak di dengar. Meluncurlah berbagai makian, celaan, hinaan dan kata-kata yang menyakitkan yang apabila di dengar oleh orang yang berakal sehat, dia akan merasa risih dan bahkan orang yang sedang marah itu sendiri merasa risih dan malu terhadap apa yang ia ucap-kan tersebut ketika kemarahannya reda.

(25)

kala memukulkan tangannya ke dinding, ke meja atau ke tanah. Melemparkan piring, memukul bina-tang yang ada di dekatnya, bahkan saking kesalnya ia bisa pingsan tak sadarkan diri.

Amarah timbul bisa disebabkan oleh faktor jasmani dan bisa pula disebabkan oleh faktor roha-ni.

Penyebab amarah yang dipengaruhi oleh fak-tor jasmani, antara lain :

1. Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang yang terlalu lelah karena kerja seharian seringkali mu-dah tersinggung dan mumu-dah marah;

2. Karena kelebihan atau kekurangan zat-zat terten-tu dalam terten-tubuh yang dapat menyebabkan marah. Misalnya jika otak kurang mendapat zat asam, maka seseorang akan cenderung marah;

3. Ketidakstabilan hormon kelamin juga dapat me-nyebabkan marah. Misalnya ketika sang ibu se-dang haid, biasanya suka marah-marah;

Adapun faktor rohani yang mempengaruhi amarah, erat sekali kaitannya dengan kepribadian seseorang, terutama yang menyangkut self concept

yang salah atau anggapan yang salah terhadap diri

sendiri, seperti :

1. Rasa rendah diri ( MC =Minderwaardigheid Com-

41

plex). Yaitu menilai diri sendiri lebih rendah dari yang semestinya. Orang ini akan mudah sekali tersinggung dan marah, karena setiap orang yang memcoba memberi masukan atau saran atau memberikan pujian dan penghargaan, selalu dianggapnya merendahkan dirinya;

2. Rasa Sombong (Superiority Complex), yaitu me-nilai diri sendiri melebihi kenyataan yang semes-tinya. Orang yang sombong seringkali menem-patkan dirinya sendiri lebih dari orang lain, se-hingga sedikit saja kalau ada orang lain yang mencoba memojokkannya atau merendahkannya ia akan tersinggung sekali dan marah;

3. Terlalu egois (egoistis), yaitu terlalu mementing-kan diri sendiri atau menilai dirinya lebih penting dari orang lain. Orang yang egois biasanya suka memaksakan kehendak, seakan-akan dia sajalah yang benar, dia sajalah yang mampu, sehingga jika ada orang lain yang mecoba menentang ke-hendaknya, dia akan tersinggung dan marah;

Setidaknya ada tiga tingkatan marah yang bi-sa terjadi dan dialami oleh seseorang, yaitu :

1. Marah yang berlebih-lebihan. Ini terjadi ketika se-seorang telah didominasi oleh nafsu amarahnya, sehingga akal sehatnya tidak berfungsi lagi, imannya seakan lumpuh dan tak mampu lagi membentenginya. Keadaan ini jika tidak diantisi-pasi segera, dapat mengakibatkan sesuatu yang

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.12 Grafik yang menunjukkan kadar alkali/asam lemak bebas sediaan sabun transparan ekstrak labu kuning (Cucurbita moschata) pada berbagai macam formula .... 92

Runggun Gereja ras kerina ngawan ni perpulungen ngataken Selamat Ulang Tahun man anggota perpulungen si berulang tahun ketubuhen ras ulang tahun perjabun ibas tanggal 19

Menjadi perusahaan Jasa Keuangan Ritel terbaik di Indonesia, melampaui pengaharapan para nasabah, tenaga pemasaran, staf dan pemegang saham dengan memberikan

Dari hal ini investasi mengenai prulink yang terdapat fixed income fund ada banyak keuntungan yang bisa kita nikmati antara lain keuntungan investasi yang lebih tinggi dari pada

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ANEKA TAMBANG Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN ARUS KAS INTERIM KONSOLIDASIAN Enam Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 30 Juni 2012 (tidak

Dalam merencanakan dimensi penampang ini menggunakan data curah hujan tahunan dari tahun 2004 sampai 2013, yang di dapat dari stasiun Batang Kapas dan stasiun

Meski memiliki pasar yang besar dan mapan pada unit bisnis media cetaknya, namun pimpinan dari Bengkulu Ekspress Media Group (selanjutnya dalam penelitian ini akan

metode survei tes, yaitu dengan cara tes dari multitahap bentuk penelitian deskriptif kualitatif, Populasi dalam penelitian ini adalah atlet PPLP cabang Olahraga Sepak