BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat
suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar,
barang-barangnya dicuri, tabrakan, mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di
laut, dan di udara, tanah dengan penuh tanaman kebanjiran air bah.1
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari risiko, baik menyangkut jiwa
maupun harta benda. Munculnya risiko mengenai bentuk dan kapan risiko itu
terjadi tidak dapat diduga sebelumnya. Terhadap risiko yang muncul seseorang
bisa menghindari, menghadapi, mengalihkan, maupun membaginya terhadap
orang atau lembaga lain. Konsep pengalihan risiko (risk transfering) dan
pembagian risiko (risk sharing) inilah yang melahirkan lembaga pertanggungan,
atau yang lebih dikenal dengan asuransi.Dalam konteks Indonesia, mengenai
lembaga pertanggungan (asuransi) sudah diatur sejak sebelum kemerdekaan, yaitu
dalam Burgerlijke Wetboek (BW) atau lebih kita kenal dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Kemudian secara khusus mengenai
pertanggungan, diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD).2
Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dalam Pasal
246 menyebutkan bahwa : “ Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
1
Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Asdi Mahakarya, Jakarta, 2004, hal. 13 2
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu”.3
Dengan adanya akal budi, manusia berupaya untuk menanggulangi rasa
tidak aman tersebut menjadi rasa aman, serta bergerak dari kondisi yang tidak
pasti menjadi suatu kepastian. Usaha dan upaya manusia untuk menghindari dan
melimpahkan risikonya kepada pihak lain itulah yang merupakan cikal bakal dari Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai
hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang
dimaksud adalah suatu sifat tidak kekal yang selalu menyertai kehidupan dan
kegiatan manusia pada umumnya.
Keadaan tidak kekal tersebut mengakibatkan adanya suatu keadaan yang
tidak dapat diduga terlebih dahulu secara tepat sebelumnya. Sehingga dengan
demikian keadaan tersebut akan memberikan rasa yang tidak pasti pula. Keadaan
yang tidak pasti terhadap setiap kemungkinan yang terjadi, baik dalam bentuk
atau peristiwa yang belum tentu terjadi, akan menimbulkan rasa tidak aman yang
umumnya disebut risiko.
3
perasuransian (perusahaan asuransi) yang dikelola sebagai suatu kegiatan
ekonomi.4
Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk
pembangunan ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut dan darat
untuk mengangkut orang dan barang. Perkembangan peradaban manusia,
khususnya dalam bidang teknologi telah membawa peradaban manusia ke dalam
suatu sistem transportasi yang lebih maju dibandingkan dengan era sebelumnya.5
Seiring dengan perkembangan era globalisasi dewasa ini, sarana
transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia
dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya. Kekhawatiran terhadap ketidakpastian
(uncertainty) menimbulkan kebutuhan terhadap perlindungan asuransi,
ketidakpastian yang mengandung resiko yang dapat menjadi ancaman bagi
siapapun melahirkan kebutuhan untuk mengatasi resiko kerugian yang mungkin
timbul dari ketidakpastian tersebut. Resiko yang dihadapi dapat bersumber dari
bencana alam, kelalaian, ketidakmampuan ataupun dari sebab-sebab lainnya yang
tidak diduga sebelumnya, meskipun demikian tidak semua orang membeli
asuransi dan tidak semua resiko diasuransikan. Bagi masyarakat umum, selain
menghindarkan resiko, mencegah resiko dan menahan resiko yang dihadapi pada
masa kini maupun di masa depan, asuransi merupakan suatu bentuk penyebaran
4
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal. 3.
5
resiko yang dimiliki walaupun lebih tepat disebut sebagai bentuk pengalihan
resiko.6
Kini banyak sekali jenis asuransi yang berkembang dalam masyarakat,
secara umum asuransi memang suatu cara untuk menangani atau mengantisipasi
risiko-risiko di dalam hidup. Pada dasarnya, asuransi terdiri dari asuransi
kerugian, asuransi jiwa, asuransi sosial, dan asuransi varia yang diatur dalam
berbagai undang-undang.7
Khususnya asuransi sosial, asuransi ini diwajibkan oleh undang-undang dan
diatur dengan undang-undang, bukan berdasarkan perjanjian, dimana asuransi
sosial termasuk sebagai jenis Asuransi Wajib (Compulsory Insurance) yang mana
pihak penyelenggaranya adalah pemerintah yang didelegasikan kepada Badan
Usaha Milik Negara, yang mana dananya dihimpun dari masyarakat dan
digunakan untuk kepentingan masyarakat.8
Asuransi sosial di Indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan
keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan.
Program asuransi sosial diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara sesuai
ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992.
Perundang-undangan yang mengatur asuransi sosial diantaranya asuransi sosial kecelakaan
6
Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 45-47 7
Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hal. 15 8
penumpang dan asuransi kecelakaan lalu lintas jalan, asuransi sosial tenaga kerja,
dan asuransi sosial pemeliharan kesehatan.9
Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas Jalan diatur dalam
Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan,
Lembaran Negara Nomor 138 Tahun 1964, mulai berlaku 31 Desember 1964.
Undang-undang ini dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1965 yang mulai berlaku 10 April 1965. Undang-Undang ini beserta peraturan
pelaksanaanya merupakan dasar berlakunya Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan. Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas Jalan termasuk jenis asuransi wajib
(Compulsory Insurance), dikatakan asuransi wajib karena :10
a. Berlakunya Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan ini diwajibkan oleh undang-undang, bukan berdasarkan perjanjian.
b. Pihak penyelenggara asuransi ini adalah pemerintah yang didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara (Pasal 5 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964)
c. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan bermotif perlindungan masyarakat (social security), yang dananya dihimpun dari masyarakat yang diancam bahaya lalu lintas jalan.
d. Dana yang sudah terkumpul dari masyarakat, tetapi belum digunakan sebagai dana kecelakaan lalu lintas jalan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat melalui program investasi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang dana
pertanggungan wajib kecelakaan lalu lintas jalan pada Pasal 1 sub b, menyebutkan
bahwa dana kecelakaan lalu lintas jalan ialah dana yang terhimpun dari
sumbangan wajib yang dipungut dari para pemilik atau perusahaaan alatangkutan
99
Mohammad Mustaqim, Asuransi Sosial dalam http://staff.ui.ac.id/, diakses tanggal 22 Juni 2012, pukul, 08:15 wib.
10
lalu lintas jalan dan yang disediakaan untuk menutup akibat kerugian karena
kecelakaan lalu lintas jalan korban atau ahli waris yang bersangkutan.
Penyelenggaraan asuransi sosial biasanya merupakan suatu organisasi
dibawah wewenang dan pengawasan negara. Jadi dalam hal ini negara
berkedudukan sebagai penanggung sekaligus sebagai penguasa dan pengelola
dana. Dengan demikian fungsi sosial dari asuransi nampak jelas, yaitu di satu
pihak asuransi ini menuju ke satu sistem jaminan sosial, yaitu untuk kesejahteraan
masyarakat dan di lain pihak dana yang terkumpul dan yang dikuasai negara itu
akan kembali lagi kepada masyarakat. Tujuan asuransi sosial itu terutama untuk
menjamin terlindunginya kebutuhan akan jaminan sosial bagi masyarakat luas.
Oleh karena itu yang menjadi atau berposisi sebagai tertanggung tentu saja
masyarakat luas atau anggota golongan masyarakat luas.11
Di dalam penyelenggaraan Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
ini pelaksanaannya oleh pemerintah Indonesia diberikan kepada PT Jasa Raharja
(Persero) yang di dirikan pada tanggal 28 Februari 1981 sebagai hasil pengalihan
perusahaan yang semula dikenal sebagai perusahaan umum (perum) asuransi
kerugian Jasa Raharja, yang mana dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor
34 Tahun 1964 juga menerangkan bahwa, “pengurusan dan penguasaan dana
dilakukan oleh suatu Perusahaan Negara yang ditunjuk oleh Menteri khusus untuk
itu”. Tujuan didirikannya PT. Jasa Raharja (Persero) ialah untuk turut membangun
ekonomi nasional dalam lapangan perasuransian kerugian sesuai dengan ekonomi
11
terpimpin dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta
kesenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur,
materiil dan spiritual.12
PT. Jasa Raharja (Persero) memiliki visi menjadi perusahaan terkemuka di
bidang asuransi dengan mengutamakan penyelenggaraan program Asuransi Sosial
dan Asuransi Wajib sejalan dengan kebutuhan masyarakat, dan mempunyai misi
bakti kepada masyarakat dengan mengutamakan perlindungan dasar dan
pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat, bakti kepada negara
dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai penyelenggara Program Asuransi
Sosial dan Asuransi Wajib, serta Badan Usaha Milik Negara, bakti kepada
perusahaan dengan mewujudkan keseimbangan kepentingan agar produktivitas
dapat tercapai secara optimal demi kesinambungan perusahaan, dan bakti kepada
lingkungan dengan memberdayakan potensi sumber daya bagi keseimbangan dan
kelestarian lingkungan.13
PT. Jasa Raharja (Persero) sangatlah penting peran dan tanggung jawabnya
dalam upaya memberikan jaminan dan perlindungan terhadap korban/ahli waris
korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya, baik yang meninggal dunia, luka berat
ataupun ringan akan tetap mendapatkan santunan. PT. Jasa Raharja (Persero)
adalah lembaga yang bergerak di bidang asuransi berdasarkan undang-undang dan
Peraturan Pemerintah, dalam kegiatannya yaitu menerima iuran dan sumbangan
12
Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja
13
wajib dari pemilik/pengusaha angkutan lalu lintas jalan dan penumpang angkutan
umum serta menyalurkannya kembali melalui santunan asuransi jasa raharja.
PT. Jasa Raharja (Persero) tidak hanya menerima iuran dan sumbangan
wajib saja, tetapi PT. Jasa Raharja juga mempunyai peran dan tanggung jawab
untuk memberikan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui
santunan Asuransi, yang mana ketentuan dan pelaksanaanya telah diatur didalam
perundang-undangan, dimana salah satunya yaitu memberikan dan menyalurkan
santunan Asuransi terhadap korban kecelakaan lalu lintas jalan,yang diatur
dalamUndang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan yang diberikan kepada korban ataupun ahli waris
korban jika meninggal dunia.
Jadi, jika melihat tugas yang diberikan oleh Pemerintah kepada PT. Jasa
Raharja (Persero), dapat disimpulkan bahwa PT. Jasa Raharja (Persero)
mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam memberikan
dan menyalurkan santunan Asuransi terhadap korban kecelakaan lalu lintas di
jalan raya, sesuai dengan misi pokoknya untuk mewujudkan pemberian jaminan
sosial kepada masyarakat yang menjadi korban dari kecelakaan lalu lintas, sebagai
penumpang kendaraan/alat angkutan umum maupun bukan sebagai penumpang (
korban kecelakaan lalu lintas jalan ).
Dapat disimpulkan bahwa asuransi sosial tidak lain merupakan suatu
perwujudan penyelenggaraan jaminan sosial (sosial security). Artinya bahwa
terhadap segala kemungkinan terjadinya suatu kerugian diluar kemampuan
anggota masyarakat sendiri, karena kemungkinan kerugian itu disebabkan oleh
hal-hal di luar kemampuannya serta tidak biasa ditanggulangi sendiri, maka
wajiblah segera diambil alih. Pengambilan alihan itu tentu saja untuk pemberian
jaminan sosial kepada anggota masyarakat.14
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan alasan pemilihan judul dan uraian latar belakang , maka dapat
dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dikemukakan dalam skripsi
ini, yaitu:
1. Bagaimanakah peran dan tanggung jawab PT. Jasa Raharja (Persero)
dalam memberikan santunan terhadap korban apabila terjadi kecelakaan
lalu lintas jalan?
2. Bagaimanakah proses pengajuan klaim dan mekanisme pelaksanaan
pemberian santunan yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) bagi
korban kecelakaan lalu lintas jalan?
3. Resiko-resiko apa saja yang tidak ditanggung oleh PT. Jasa Raharja
(Persero) dalam memberikan santunan terhadap korbab kecelakaan lalu
lintas jalan tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir
penulis dan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada
14
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan
yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana peran dan tanggung jawab PT. Jasa
Raharja (Persero) dalam memberikan santunan asuransi terhadap korban
kecelakaan lalu lintas jalan.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah proses pengajuan klaim dan mekanisme
pelaksanaan pemberian santunan yang dilakukan PT. Jasa Raharja
(Persero) bagi korban kecelakaan lalu lintas jalan.
3. Untuk mengetahui resiko-resiko yang tidak ditanggung oleh PT. Jasa
Raharja (Persero) dalam memberikan santunan asuransi terhadap korban
kecelakaan lalu lintas.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikaan sumbangan pemikiran terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap ilmu pengetahuan
hukum.
b. Diharapkan dapat memberikan referensi untuk pengembangan
penelitian terhadap Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
c. Dapat memberikan gambaran tentang santunan Asuransi Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan.
a. Untuk mengembangkan pola pikir dan mengetahui kemampuan penulis
untuk menetapkan ilmu yang diperoleh
b. Untuk memberikan masukan bagi pihak yang bersangkutan tentang
manfaat dari Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas
E. Metode Penelitian
Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”;
namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan, dengan
kemungkinan-kemungkinan, sebagai berikut:15
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian,
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan,
3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.
Terhadap pengertian metodologi, biasanya diberikan arti-arti, sebagai
berikut:16
1. Logika dari penelitian ilmiah,
2. Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian,
3. Suatu sistim dari prosedur dan teknik penelitian.
Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian
hukum yang digunakan penulis meliputi:
1. Yuridis Normatif (penelitian perpustakaan/library research)
Jenis penelitian ini adalah penelitianyang menunjukkan perpustakaan sebagai tempat dilaksanakannya suatu penelitian. Sebenarnya suatu penelitian mutlak menggunakan kepustakaan sebagai sumber data sekunder. Di tempat inilah
15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakrta, 2008, hal. 5 16
diperoleh hasil-hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sangat berguna bagi mereka yang sedang melaksanakan penelitian. Peneliti dapat memilih dan menelaah bahan-bahan kepustakaan hukum yang diperlukan guna dapat
memecahkan dan menjawab permasalahan pada penelitian yang dilaksanakan.17 2. Yuridis Empiris (penelitian lapangan/field research)
Penelitian ini menunjukkan lapangan atau kancah adalah tempat para peneliti untuk mendapatkan data primer. Peneliti tidak seyogianya tidak hanya mencukupkan data sekunder yang telah diperoleh dari kepustakaan. Kelengkapan data sangat menentukan hasil penelitian yang diperoleh.18
Berdasarkan fokus penelitiannya, penelitian hukum dibagi lagi menjadi beberapa jenis , Abdulkadir Muhammad dalam bukunya membagi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yang di bagi berdasarkan fokus penelitiannya. Lebih lanjut penjelasan mengenai jenis penelitian tersebut sebagai berikut :
Adapun metode penelitian lapangan (yuridis empiris) penulis lakukan dengan metode wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pimpinan atau staf di PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat untuk mendapatkan informasi yang akurat, nyata, dan benar.
19
a. Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji rancangan undang-undang, pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang, sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum, taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum.
b. Penelitian hukum empiris menggunakan studi kasus hukum empiris berupa perilaku hukum masyarakat, pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat. Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak pada hukum positif tertulis, melainkan hasil observasi di lokasi penelitian.
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penulusuran yang dilakukan di perpustakaan Universitas
Sumatera Utara, belum pernah ada penulisan mengenai “Peran dan Tanggung
17
Tampil Anshari Siregar,Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal.21
18
Ibid. hal. 21 19
Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam Memberikan Santunan Asuransi
Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (Studi pada PT. Jasa Raharja
(Persero) Cabang Rantauprapat)”. Penulisan ini dibuat untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai peran dan tanggung jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam
memberikan asuransi kecelakaan lalu lintas jalan, dan untuk mengetahui proses
pengajuan klaim dan pelaksanaannya serta hal-hal pengecualiaan yang dilakukan
di dalam pemberian dana santunan asuransi kecelakaan lalu lintas jalan.
Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur dan data-data yang
berkaitan dengan Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, karena itu keaslian
penulisan ini terjamin adanya, kalaupun ada pendapat ataupun kutipan-kutipan
dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap
dalam penulisan yang sangat diperlukan didalam penyempurnaan penulisan ini.
Oleh karena itu penulisan ini merupakan asli hasil karya penulis sendiri.
G. Sistematika Penulisan
Dalam memudahkan serta memahami pembahasan dalam penulisan skripsi
ini, penulis membuat rancangan sistematika yang memuat tentang beberapa pokok
bahasan yang kemudian diuraikan menjadi beberapa bagian yang lebih khusus
(sub-sub pokok bahasan). Secara sistematis skripsi ini terbaagi atas 5 (lima) bab
dan masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa sub bab, dengan uraian
Bab I (Pendahuluan), berisi mengenai hal-hal yang bersifat umum, yaitu
mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II (Asuransi Pada Umumnya), berisi tentang Asuransi pada umumnya,
yang dimulai dari pengertian asuransi, syarat-syarat asuransi, jenis-jenis asuransi,
prinsip-prinsip asuransi, serta tujuan dan manfaat asuransi.
Bab III (Tinjauan Umum Tentang PT. Jasa Raharja (Persero) dan Asuransi
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sebagai Asuransi Sosial), dipaparkan tentang PT.
Jasa Raharja (Persero) beserta tugas dan fungsinya, tentang asuransi sosial dan
jenis-jenis sosial, serta mengenai asuransi kecelakaan lalu lintas jalan sebagai
asuransi sosial.
Bab IV (Peran dan Tanggung Jawab PT. Jasa Raharja (Persero) dalam
Memberikan Santunan Asuransi Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan,
akan dibahas seluruh rangkaian teoritis dari bab-bab sebelumnya yang dirangkai
dengan data-data yang didapat di dalam praktek atau lapangn, yaitu pada PT.Jasa
Raharja (Persero) Cabang Rantauprapat. Di dalamnya dibahas mengenai peran
dan tanggung jawab PT. Jasa Raharja (PerserO) dalam pemberian asuransi
kecelakaan lalu lintas jalan, proses pengajuan klaim dan mekanisme pelaksanaan,
serta resiko-resiko yang tidak ditanggung oleh PT. Jasa Raharja (Persero) di
dalam pemberian asuransi kecelakaan lalu lintas jalan.
Bab V (Kesimpulan dan Saran), berisi tentang kesimpulan dari
beberapa saran-saran yang dianggap perlu yang berhububungan dengan penulisan