• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Baagian Bottling Process Pt Sinar Sosro Deli Serdang 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Baagian Bottling Process Pt Sinar Sosro Deli Serdang 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ini berarti seluruh warga negara Indonesia

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan.

Kesehatan masyarakat sangat berguna dalam keberhasilan pembangunan

nasional Indonesia, semua aspek yang mendukung keberhasilannya harus

diperhatikan sehingga proses pembangunan nasional tetap berkesinambungan.

Kesehatan buruh dan tenaga kerja merupakan aspek penting dalam pembangunan

nasional,sehingga upaya perlindungan kesehatan buruh dan tenaga kerja menjadi hal

yang sangat mendasar untuk keberhasilan pembangunan nasional (Soeripto, 2008).

Meningkatnya efisiensi dan produktifitas kerja merupakan salah satu tujuan

dari upaya perlindungan terhadap buruh, sehingga tidak hanya buruh saja yang

mendapat keuntungan dari upaya ini, tetapi juga pengusaha yang mempekerjakan

buruh tersebut, karena apabila produktifitas buruh terus meningkat pasti akan

berpengaruh terhadap produktifitas perusahaan. Sehingga akan berujung pada

meningkatnya investasi dan pendapatan perusahaan, makanya untuk mendapatkan

efisiensi kerja yang optimal, pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan di

lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Cara dan lingkungan yang

(2)

tekanan panas, penerangan, kebisingan, debu di ruang kerja dan getaran di tempat

kerja (Suma’mur, 2009).

Temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang

berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bila berada pada

kondisi yang ekstrim. Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi

panas dan dingin yang berada di luar batas kemampuan manusia untuk beradaptasi.

Persoalan tentang bagaimana menentukan bahwa kondisi temperatur lingkungan

adalah ekstrim menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi

sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian secara umum

kita dapat menentukan batas kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan

temperatur lingkungan pada kondisi yang ekstrim dengan menentukan rentang

toleransi terhadap temperatur lingkungan (Soeripto, 2008).

Apabila suhu lingkungan tinggi (lebih tinggi daripada suhu tubuh normal),

maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh karena tubuh menerima

panas dari lingkungan. Sedangkan hal yang sebaliknya terjadi, yaitu bila suhu

lingkungan rendah (lebih rendah daripada suhu tubuh normal), maka panas tubuh

akan keluar melalui evaporasi dan ekspirasi sehingga tubuh dapat mengalami

kehilangan panas (Kurniawan, 2010).

Menurut Suma’mur (2009) panas merupakan salah satu faktor yang

memengaruhi kenikmatan saat bekerja, apabila intensitas panas melebihi atau

dibawah ketentuan yang telah ditetapkan maka akan menyebabkan keluhan dan

gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Ketentuan intensitas panas untuk kondisi

(3)

Berdasarkan Keputusan Badan Standardisasi Nasional (BSN) melalui SNI

16-7063-2004 yang merujuk kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di

Tempat Kerja dinyatakan bahwa standar faktor panas di tempat kerja sebagai

pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk

waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Tarwaka, 2004).

Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban

tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di

lingkungan yang panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus

membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus

membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan

beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat

dari pekerjaan ini, maka frekuensi tekanan darah akan lebih banyak lagi atau

meningkat (Santoso, 2004).

Penelitian Kurniawan (2010) mengenai perbedaan tekanan darah sebelum dan

sesudah terpapar panas pada CV GYON dan RAHAYU menyatakan bahwa dari 30

orang pekerja yang bekerja di bagian finishing terdapat 24 orang yang mengalami

peningkatan tekanan darah sistolik, 5 orang mengalami penurunan tekanan darah

sistolik, 17 orang mengalami peningkatan tekanan darah diastolik, dan 10 orang

mengalami penurunan tekanan darah diastolik. Sedangkan 1 orang tidak mengalami

perubahan tekanan darah sistolik dan 3 orang tidak mengalami perubahan tekanan

(4)

Penelitian Yulisnawati (2007) mengenai perbedaan tekanan darah pekerja

akibat terpapar panas pada industri pisang sale Suka Senang Kabupaten Ciamis

dengan sampel sebanyak 21 orang menyatakan bahwa ada perbedaan tekanan darah

sebelum dan sesudah terpapar panas pada pekerja bagian penggorengan disebabkan

dilatasi pembuluh darah perifer.

Penelitian Manurung (2008) bahwa risiko terjadinya gangguan kesehatan

pekerja diperoleh dari nilai RR (Relative Risk) yang mana pekerja yang terpapar

panas berisiko mengalami penurunan tekanan darah sistolik 1,55 kali lipat, penurunan

tekanan darah diastolik 1,57 kali lipat dan kenaikan suhu tubuh 9,25 kali lipat

dibandingkan pekerja yang tidak terpapar panas suhu ekstrim. Untuk parameter

denyut nadi tidak adanya hubungan positif dengan paparan panas. Kontribusi paparan

panas menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja (AR) adalah untuk

penurunan tekanan darah sistolik 35%, penurunan tekanan diastolic 36% dan

kenaikan suhu tubuh adalah 89,2%.

PT Sinar Sosro Deli Serdang merupakan anak perusahaan dari PT Sinar Sosro

yang berpusat di Slawi, Jawa Tengah. PT Sinar Sosro merupakan pabrik teh siap

minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia. Dalam keamanan

dalam proses produksi maupun manajemen mutu PT Sinar Sosro Deli Serdang pada

Tahun 2011 telah mendapatkan sertifikasi Internasional Organisation for

Standardization (ISO) 9001 tentang Manajemen mutu. Identifikasi bahaya dan

pengendaliannya sudah mulai diterapkan oleh pihak manajemen PT Sinar Sosro Deli

Serdang melalui Standar Operasi Prosedur seperti penyesuaian cara kerja,

(5)

kebakaran dan cara penggunaaan dan perawatan mesin. Semua hasil identifikasi dan

pengendalian bahaya didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman

dalam melakukan setiap kegiatan (Komunikasi personal, 31 Januari 2013).

Pada tahap produksi terdapat tiga tahapan proses, yaitu proses penanganan air

(water treatment), proses pembuatan teh cair manis dan proses pembotolan. Proses

pembotolan (bottling process) yaitu serangkaian kegiatan yang meliputi pencucian

botol, pencucian krat, pengecekan botol dengan optiscan, pengisian teh cair manis

melalui mesin filler, menutup botol dengan mesin crowner, pemindahan botol ke

dalam krat dan menyusun krat yang telah terisi botol ke dalam palletizer (Observasi,

31 Januari 2013).

Berdasarkan survey awal pada tanggal 31 Januari 2013 pada pabrik PT Sinar

Sosro Deli Serdang peneliti menilai intensitas panas pada ruangan bottling proces

(15x20 meter) cukup menganggu kenyamanan dalam melakukan pekerjaan, ini

disebabkan bottling process menggunakan suhu tinggi serta menggunakan cairan

aquastic (NaOH) dengan suhu 80 – 90 derajat Celcius untuk membersihkan botol yang kotor. Penggunaan Air panas (hot water) untuk membilas botol serta

penggunaan mesin inspection sedikit banyaknya juga akan mempengaruhi intensitas

panas ruangan, penggunaan mesin crater dan crown cock juga akan menyebabkan

timbulnya bising yang juga akan mempengaruhi intensitas panas ruangan. Pengakuan

dari beberapa pekerja juga menyatakan bahwa suhu ruangan cukup menganggu

kenyamanan dalam melakukan pekerjaan, sehingga membuat pekerja kurang fokus

terhadap pekerjaannya. Berdasarkan data pemeriksaan panas ruangan yang dilakukan

(6)

process area yaitu 30ºC, Apabila ini berlangsung secara terus menerus maka akan

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan seperti hipertensi dan gangguan

kesehatan lainnya serta akan menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

perbedaan tekanan darah akibat terpapar panas pada pekerja bagian bottling process

PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yang diteliti adalah bagaimana perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah

terpapar panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang

tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar

panas pada pekerja bagian bottling process PT Sinar Sosro Deli Serdang tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja bagian bottling process agar lebih sadar terhadap

kesehatannya akibat paparan faktor panas di tempat kerjanya.

2. Sebagai masukan bagi perusahaan agar dapat melakukan upaya penanggulangan

terhadap paparan yang disebabkan oleh faktor panas.

3. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang pengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan perlakuan/ treatment (kelas yang mendapatkan penerapan multimedia interaktif berbasis Game Puzzle pada mata pelajaran jaringan

Sampel yang digunakan adalah masing-masing Bentet Kelabu sebanyak 3 sampel, Kacamata Biasa sebanyak 2 sampel, Cekakak Jawa sebanyak 2 sampel, Cikrak Daun sebanyak

Sementara Kartadinata (1993:68) menyatakan bahwa: “return on equity merupakan rasio laba bersih terhadap net worth untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para investor

[r]

Datang dengan keluhan tambahan terbanyak yaitu nyeri tangan sebanyak 66,7%.. dan paling sedikit adalah rasa terseterum pada tangan

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS XII

Tujuan kegiatan praktik mengajar ini adalah menerapkan sistem pembelajaran di sekolah dengan menggunakan ilmu yang dimiliki. Praktik mengajar dilakukan 16 kali

Lebih banyak ibu yang tidak anemia yang melahirkan bayi BBLR karena cakupan kulon progo terhadap pemberian tablet fe pada tahun 2015 sudah mencapai 90% yang