• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Leverage 2.1.1 Pengertian Leverage - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada PTPN-IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Leverage 2.1.1 Pengertian Leverage - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada PTPN-IV"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Leverage

2.1.1 Pengertian

Leverage

Pengertian dari

Leverage menurut Syamsuddin (2001:89) adalah:

…kemampuan perusahaan untuk mengunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban

tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi

pemilik perusahaan”.

Adapun pengertian Leverage menurut Riyanto (2001) sebagai penggunaan aktiva

atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau

membayar beban tetap”.

2.1.2 Jenis-Jenis

Leverage

1.

Operating Leverage

Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka

perusahaan tersebut menggunakan

leverage. Dengan menggunakan operating leverage

perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan

laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Menurut Syamsuddin (2001:107)

Operating Leverage adalah

“…kemampuan perusahaan di dalam menggunakan

fixed operating cost untuk

memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest

and taxes

(EBIT)”.

Menurut Hanafi (2004:327)”Operating Leverage diartikan sebagai seberapa besar

(2)

Beban tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya

produksi dan pemasaran yang bersifat tetap misal gaji karyawan. Sebagai kebalikannya

adalah beban variabel oprasional. Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja yang

dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan.

Adapun pengertian lain dari

Operating Leverage

menurut Joel G dan Jae K

dalam Kamus Istilah Akuntansi (1999:267) Leverage Operasional adalah “S

ebuah ukuran

mengenai resiko operasi yaitu biaya operasi tetap yang ditemukan dalam laporan rugi

laba perusahaan”.

Pengertian lain dari

Operating Leverage

Riyanto (2001), bahwa

Leverage

Operasi adalah :

“ …pengunaan aktiva tetap dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa

revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup menutup biaya tetap dan

variabel”.

Dari pengertian yang dikemukakan para ahli di atas kita melihat bahwa

unsur-unsur yang melingkupi

Operating Leverage

adalah laba sebelum bunga dan pajak serta

perubahan tingkat penjualan. Laba sebelum bunga dan pajak sama dengan revenue

dikurangi biaya variabel lebih besar dari pada biaya tetapnya. Kondisi ini dikatakan

perusahaan memiliki

Operating Leverage

yang

favorable. Sebaliknya

Operating

Leverage

dikatakan

unfavorable bila

revenue dikurangi dengan biaya variabel belum

dapat menutup beban tetapnya. Selanjutnya untuk mengukur pengaruh volume penjualan

terhadap laba operasi (profitabilitas) adalah dengan menghitung tingkat

Operating

Leverage

(degree of operating leverage / DOL), yaitu rasio dari perubahan persentase

laba operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual atau total pandapatan,

dengan perhitungan secara aljabar sebagai berikut :

(3)

2.

Financial Leverage

Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari

bidang manajemen keuangan, merupakan penerapan

Financial Leverage

dimana

perusahaan membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal pinjaman serta

menanggung suatu beban tetap yang bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar

saham

Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang

sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Kewajiban-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan

tingkat EBIT dan harus di bayar tanpa melihat sebesar apa pun tingkat EBIT yang dicapai

perusahaan.

Di dalam analisis

Financial Leverage diasumsikan bahwa deviden untuk

pemegang saham preferen selalu dibayar dalam setiap periode, asumsi ini diperlukan

karena tujuan utama dari

Financial Leverage adalah untuk mengetahui seberapa jauh

uang yang sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa setelah bunga dan deviden

untuk saham preferen dibayarkan. Menurut Joel G dan Jae K dalam Kamus Istilah

Akuntansi (1999:267) Leverage Keuangan diartikan sebagai berikut :

Financial Leverage adalah sebuah ukuran mengenai resiko keuangan mengenai

pembiayaan sebagai aktiva perusahaan, ditujukan pada pembiayaan bagian aktiva

tetap yang menanggung beban pembiayaan tetap dengan harapan akan membantu

meningkatkan keuntungan bagi pemiliknya”.

Adapun pengertian lain dari Financial Leverage menurut Syamsuddin (2001:113)

menjelaskan Financial Leverage adalah :

“ …Sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban

-kewajiban finansial

(4)

Pada

Leverage Operasi penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah dengan

harapan bahwa

revenue yang dihasilkan oleh pengguna aktiva itu akan cukup untuk

menutup biaya tetap dan biaya variabel. Maka pada

Leverage Keuangan penggunaan

dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per

lembar saham biasa (EPS).

Sedangkan pengertian

Financial Leverage menurut Sartono (2001:260)

“Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan

harapan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya”

Penggunaan

Financial Leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba

per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan laba sebelum bungan dan

pajak (EBIT)

Menurut Alwi (2001:301)”

Financial Leverage merupakan perbandingan total

hutang dengan seluruh dana atau aktiva dalam perusahaan yang disebut leverage factor

(5)

Total Debt

%perubahan EPS

Total Asset

% perubahan EBIT

Apabila perusahaan menggunakan rencana 100% modal sendiri untuk

membelanjakan usahanya, maka nilai DFL adalah satu untuk seluruh rencana laba

operasi, nilai DFL yang besar menunjukan bahwa perubahan tingkat EBIT akan

menghasilkan perubahan yang besar pada laba bersih (EAT) atau pendapatan per lembar

saham (EPS). Beban tetap bunga ini pada kenyataannya dapat berupa beban seluruh utang

atau obligasi yang ada dan biaya deviden untuk saham preferen yang mempunyai beban

pembayaran tetap setelah perhitungan sebelum pajak.

2.1.3. Jenis-jenis Rasio

Leverage

Rasio leverage antara lain:

a.

Rasio total hutang terhadap total aktiva/

debt ratio

Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan besarnya total

hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini

hanya merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan.

Rumusnya sebagai berikut:

Debt ratio

=

Total liabilities x 100 %

Total assets

b. Rasio total hutang terhadap total ekuitas/

debt to equity ratio

Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar jumlah

rupiah modal sendiri yang dijaminkan atas hutang. Semakin besar rasio ini akan

(6)

mengakibatkan semakin besar risiko yang ditanggungnya. Rumusnya sebagai

berikut:

Debt to equity ratio

=

Total liabilities x 100 %

Common equity

c. Rasio kemampuan membayar bunga (

times-interest earned ratio

)

Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

perusahaan dalam membayar beban bunga dan memenuhi pembayaran bunga bagi

(7)

Times-interest earned ratio = EBIT / Interest expense

d.

Total Debt to Total Capital Assets

Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk

menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :

Total Debt Capital Assets

= Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang

Jumlah Aktiva

e. Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang

dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai

berikut:

Long Term Debt to Equity Ratio

= Hutang Jangka Panjang

Modal Sendiri

f

.

Tangible Assets Debt Coverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap

tangible

yang

digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai

berikut :

Tangible Assets Debt Coverage

=

Jumlah Aktiva + Tangible + Hutang Lancar

Hutang Jangka Panjang

2.2. Profitabilitas

2.2.1. Pengertian Profitabilitas

Perusahaan pada umumnya akan selalu berusaha untuk memperbesar laba yang

diperolehnya, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi

(8)

Pengertian Profitabilitas menurut Hanafi (2003;75) adalah “ …adalah rasio yang

melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas).”

Sedangkan pengertian profitabilitas menurut Munawir (2002;152) adalah

“ …adalah kemampuan suatu perusahaaan dalam memperoleh laba.”

Banyak penulis yang memberikan beberapa uraian mengenai jenis rasio

didalamnya dapat digunakan untuk memahami kondisi perusahaan. Umumnya rasio yang

dikenal dan popular adalah Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas. Menurut

Harahap (2002;304) Analisa Rasio Profitabilitas adalah :“ …menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber dana

yang ada seperti kegiatan pe

njualan, kas, modal, jumlah karyawan dan jumlah cabang.”

2.2.2. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas yang biasa digunakan adalah :

1.

Gross Profit Margin Ratio (Rasio Margin Laba Kotor): Rasio ini menunjukkan

laba bruto per rupiah penjualan

2.

Operating Income Ratio (Rasio Operasi Pendapatan): Rasio ini menunjukkan

laba operasi sebelum bunga dan pajak (netto operating income) yang dihasilkan

oleh setiap rupiah penjualan.

3.

Operating Ratio (Rasio Operasi): Rasio ini menunjukkan biaya operasi per rupiah

penjualan.

4.

Net Profit Margin Ratio (Rasio Margin Laba Bersih): Rasio ini menunjukkan

keuntungan neto per rupiah penjualan.

(9)

6.

Net Earning Power Ratio (Rasio kemampuan Menghasilkan Laba Bersih): Rasio

ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan

aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.

7.

Rate or Return For The Owner Ratio/Rasio Tingkat Pengembalian Bagi Pemilik:

Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan

keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

2.3

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Weygandt (2005:3) yang dialih bahasakan oleh Emil Salim menyatakan

pengertian tentang laporan keuangan, yaitu:

“…

merupakan sarana pengkomunikasian

informasi keuangan utama kepada pihak-

pihak di luar korporasi”.

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang

dapat digunakan sebagai alat pengkomunikasian data keuangan atau aktivitas suatu

perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak intern maupun ekstern

dalam rangka pengambilan keputusan dengan data atau aktivitas keuangan tersebut.

Melalui laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan tersebut akan dapat

melakukan pengukuran dan analisis terhadap keberhasilan atau kegagalan perusahaan.

2.3.2 Bagian-bagian Laporan Keuangan

Dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2007:02), mengenai penyajian laporan

keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini :

“a. Neraca

b.

Laporan laba rugi

c.

Laporan perubahan ekuitas

d.

Laporan arus kas, dan

(10)

Dari definisi di atas terlihat bahwa laporan keuangan itu sendiri dari neraca dan

perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, neraca menunjukan jumlah aktiva,

hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan

(laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta

biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukan

sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal

perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya

membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal

kerja, laporan sumber dan penggunana kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab

perubahan laba kotor, laporan biaya serta daftar-daftar lainnya.

2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut

posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:02), menyatakan tujuan laporan

keuangan :

“Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah

memberikan informasi

tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi

sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat

keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)

manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada

mereka”.

(11)

laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan dalam memprediksi arus kas masa

depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian perolehan kas dan setara kas.

Menurut Weygandt (2005:6) yang dialih bahasakan oleh Emil Salim,

mendefinisakan tujuan laporan keuangan yaitu:

1.

Menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit

2.

Memberikan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan

3.

Memberikan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap

sumber daya tersebut, dan perubahan didalamnya.

Laporan keuangan disusun untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan

(progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersifat

historis dan menyeluruh. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode akuntansi, yaitu

triwulan, semester atau tahunan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan

kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

2.3.4 Pengguna Laporan Keuangan

Dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2011:02), mengenai Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, disebutkan bahwa pemakai laporan

keuangan meliputi :

1. Investor

2.

Karyawan

3.

Pemberi pinjaman

4.

Pemasok dan kreditor usaha lainnya

5.

Pelanggan

(12)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan

demikian tidak dapt sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai.

Selain itu, manajemen sebagai pihak yang memiliki tanggungjawab dalam penyusunan

dan penyajian laporan keuangan perusahaan, juga berkepentingan dengan informasi yang

disajikan di dalam laporan keuangan, yang membantu dalam melaksanakan

tanggungjawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

2.4. Pengungkapan

2.4.1 Pengertian Pengungkapan

Pengungkapan (disclosure) didefinisikan berbeda dalam kondisi yang berbeda

pula. Sebagian salah satu prinsip dalam akuntansi keuangan, istilah pengungkapan

dikaitkan secara langsung dengan laporan keuangan. Pada kenyataannya ternyata

pengungkapan juga berhubungan dengan informasi lainnya diluar laporan keuangan.

Pengungkapan merupakan suatu alat yang penting untuk mengurangi asimetri informasi

antara manajer dengan pemilik perusahaan.

Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan

keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi

yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh

statement

keuangan.

Suwardjono (2005) mengartikan pengungkapan sebagai berikut :

“Disclosure means supplying information in the financial statement, including

the statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary

disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private

statement made by management or information provided outside the financial

statement”.

(13)

pengertian pengungkapan. Pengungkapan sering juga dimaknai sebagai penyediaan

informasi lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk

statement

keuangan

formal.

Suwardjono (2005) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai

(adequate disclosure), wajar atau etis (fair or

ethical disclosure), dan penuh (full

disclosure). Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan.

Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statement keuangan

secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang

terarah.

Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat

perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu pihakpun

yang kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang

diuntungkan posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan

informasi. Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut

dengan pengambilan keputusan.

Pengungkapan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan

pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan

perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan

pengawas.

2.4.2 Jenis Pengungkapan

(14)

ketua BAPEPAM No:Kep-40/PM/2003. sedangkan pengungkapan sukarela adalah

pengungkapan yang melebihi yang diwajibkan.

Pertimbangan manajemen untuk mengungkapakan informasi secara sukarela

dipengaruhi oleh faktor biaya. Menurut Bachtiar (2003:331) mengatakan bahwa :

“Sesungguhnya manajemen atau pembuat laporan keuangan memiliki insentif

untuk melakukan pengungkapan penuh dalam laporan keuangannya, namun ada

beberapa hambatan bagi pembuat laporan keuangan untuk melakukan

pengungkapan penuh. Salah satunya adalah pertimbangan biaya pengungkapan.”

2.4.3 Tujuan Pengungkapan

Menurut Hendriksen (2001) tujuan pengungkapan adalah sebagai berikut

“Menyediakan informasi yang signifikan dan relavan kepada pemakai laporan

keuangan untuk membantu mereka mengambil keputusan dengan cara terbaik

yang mungkin dengan pembatasan bahwa manfaatnya harus melebihi biayanya”.

Menurut Suwardjono (2005) tujuan pengungkapan yaitu meliputi :

“ 1. Tujuan Melindungi

Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup

canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan

informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya. Dengan kata lain

pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang

mungkin kurang adil dan kurang terbuka.

2.Tujuan Informatif

Pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu

keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya

melandasi

penyusunan

standar

akuntansi

untuk

menentukan

tingkat

pengungkapan.

(15)

Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan

informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada public dibatasi dengan apa yang

dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan

pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas

berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang memuat pengungkapan

secara rinci.”

2.4.4 Tingkatan Pengungkapan

Menurut Hendriksen (2001: 432) mengatakan bahwa :

“Berapa banyak informasi yang harus diungkap tergantung sebagian pada

keahlian pembaca. Informasi yang diungkap dalam laporan keuangan harus dapat

dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian yang memadai mengenai

aktivitas bisnis dan ekonomi serta mau mempelajari informasi tersebut dengan

ketekunan yang sewajarnya.”

Menurut Hendriksen (2001 : 432) terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu :

1.

Pengungkapan Penuh

2.

Pengungkapan Cukup

3.

Pengungkapan Wajar

Pengungkapan penuh mengacu pada seluruh informasi yang diberikan oleh

perusahaan, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Pengungkapan penuh tidak

hanya meliputi laporan keuangan tetapi juga mencakup informasi-informasi lainnya yang

diberikan oleh manajemen. Pengungkapan penuh menyiratkan penyajian sekuruh

informasi yang relevan. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang diwajibkan

oleh standar akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar adalah

pengungkapan cukup ditambah dengan informasi yang dapat berpengaruh pada kewajaran

laporan keuangan. Pengungkapan wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu

memberikan perlakuan yang sama pada semua calon pembaca.

(16)

Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum

adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan

keputusan pemakai. Sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan

keuangan mencerminkan serangkaian

trade off penilaian.

Trade off ini terjadi antara

kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci hala-hal yang akan mempengaruhi

keputusan pemakai dengan kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat

dipahami.

2.4.6 Metode pengungkapan

Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis

informasi disajikan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta

informasi lain yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan secara spesifik dalam standar

akuntansi atau peraturan lain. Menurut Suwardjono (2005:591) informasi dapat

disajikan dalam pelaporan keuangan antara lain :

1.

Pos statemen keuangan

2.

Catatan kaki

3.

Penggunaan istilah teknis

4.

Penjelasan dalam kurung

5.

Lampiran

6.

Penjelasan auditor dalam laporan auditor

7.

Komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi

2.5

Penelitian Terdahulu

(17)

Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan

thitung -3.827, -0,142, 2,229. Selain itu secara silmutan menunjukkan current ratio, retrun

on equity, Dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan Y dengan nilai Fhitung 6,502> ttabel 1,688 dan signifikan 0,001 <

0,05. Untuk Koefisien Determinasi (R2) Adjusted R Square sebesar 70,3% menunjukkan

pengaruh current ratio, retrun on equity, dan debt to equity ratio.

Febrianto Arista (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan

pengungkapan laporan Keuangan pada perusahaan Real estate dan property di Indonesia.

Berdasarkan R² menunjukkan bahwa pengaruh rasio leverage, likuiditas, profitabilitas,

porsi saham publik, umur perusahaan dan set kesempatan investasi (IOS) terhadap

kelengkapan pengungkapan wajib sebesar 29.4 persen, sedangkan sisanya 70.6 persen

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio

leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, umur perusahaan dan Set

kesempatan Investasi (IOS) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kelengkapan

pengungkapan wajib.

2.6

Kerangka Konseptual

Pengungkapan laporan keuangan adalah kewajiban bagi setiap perusahaan publik

sebagai alat yang digunakan sebagai pertanggungjawaban terutama kepada pemegang

saham. Laporan keuangan merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen

perusahaan secara periodik yang berisi informasi keuangan perusahaan yang berguna bagi

pihak stakeholders untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tersebut.

(18)

ini wajib diaudit oleh auditor independen sebagai wujud dari transparansi keuangan

perusahaan.

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan adalah

disclosure

ditujukan untuk siapa, tujuan informasi dalam pengungkapan, informasi apa aja yang

harus diungkapkan (Hendriksen, 2001:205). Berapa banyak informasi yang harus

didisclose tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, namun juga tergantung pada

standar yang dianggap cukup. Tiga konsep disclosure yang umumnya dikemukakan yaitu

adequate, fair, full disclosure Hendriksen, (2001:205).

Berdasarkan uraian kerangka konseptual di atas maka dirumuskan kerangka

komseptual mengenai pengaruh pelaksanaan audit manajemen terhadap produktivitas

sumber daya manusia, seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.7

Hubungan Leverage, Profitabilitas terhadap Kelengkapan Pengungkapan

Laporan Keuangan.

1.

Pengaruh

Leverage

Leverage

yang diukur dengan Rasio

debt to equity

(DER) menunjukkan

proporsi pendanaan yang dibiayai lewat hutang.

Debt to equity ratio

yang semakin

tinggi mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan

terhadap kreditnya. Hal ini sesaui dengan

agency theory

, yaitu hubungan

keagenan antara principal (kreditur) dengan agent (perusahaan). Perusahaan akan

Leverage

Profitabilitas

(19)

berusaha memberikan informasi yang seluas-luasnya mengena kondisi perusahaan

kepada kreditur dengan harapan kreditur lebih mengetahui dan memahami

perusahaan berkaitan dengan kredit yang diberikan. Teori keagenan memprediksi

bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan

lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal

yang seperti itu lebih tinggi Marwata (2001:26).

Menurut Binsar (2004:366), menyatakan bahwa “perusahaan dengan

leverage

tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur dan dianggap lebih berkesempatan dalam

menghasilkan laba, dengan demikian perusahaan dengan tingkat

leverage yang tinggi

akan semakin tinggi pula kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya”.

Menurut

Marwata

(2001:26),

tambahan

informasi

diperlukan

untuk

menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka

sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio

leverage yang tinggi memiliki

kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, Sehingga

perusahaan akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Sehingga dapat

disimpulkan

Leverage yang diukur dengan

Debt to equity ratio dalam penelitian ini

berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

2.

Pengaruh Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:196)”Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menilai

kemampuan perusahaan di dalam mencari keuntungan”. Tingkat profitabilitas yang tinggi

(20)

ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi terhadap

manajemen. Fitriani (2001) membuktikan bahwa variabel profitabilitas mempunyai

hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Jadi semakin tinggi profitabilitas

suatu perusahaan maka semakin tinggi indeks kelengkapan pengungkapannya. Sehingga

dapat disimpulkan profitabilitas yang diukur dengan return on assets dalam penelitian ini

berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

2.8 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis yang digambarkan maka dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut:

H

1

:

Terdapat pengaruh antara

Leverage,

Debt to Equty Ratio (DER) terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Masalah di atas sangat berhubungan dengan latar belakang dendang Sirompak yang memang bersentuhan dengan masalah magis (black-magic ) yang didendangkan oleh

7) Rangkuman Pendalaman Teks Kitab Suci : Pendamping memberikan tafsir dari Yoh 19: 16b-37, dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan

Pada akhirnya dapat terwujud unit cell elektrodeposisi hasil modifikasi yang terdiri dari penyangga, planset, badan cell elektrodeposisi, elektroda platina berbentuk

Sampai saat ini, pemantauan kondisi kualitas perairan dan informasi mengenai keanekaragaman fitoplankton yang digunakan sebagai bioindikator kualitas dan pencemaran

Analisis efektivitas model Service Quality untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling dilakukan dengan menganalisis kepuasan siswa sebelum dan

Rakan sekerja mempunyai peranan penting dalam meningkatkan tahap keselamatan dan kesihatan sesebuah organisasi dengan cara menjadi contoh terbaik, memberi tunjuk ajar dan

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas menunjukkan semua variabel Kesadaran membayar pajak, Pelayanan fiskus, Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan

122 Efektivitas dan efisiensi dari proses analisis penguatan Pendidikan Agama Islam Melalui Gerakan Lamongan Menghafal Al-Qur’an di SDN Tlanak II termasuk