skripsi
Oleh :
Sepdianto Yoedhas Prasetyo Aji
0713010051/FE/EA
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL
“VETERAN”
JAWA
TIMUR
hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan
menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula
memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN JASA
TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA”. Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun
dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto,MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Ibu DR. Sri Trisnaningsih SE, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi
5.
Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, yang telah mendidik penulis selama menjadi
mahasiswa.
6.
Ayahanda, ibunda dan adikku, tiada kata ucapkan, selain kata terima kasih
yang sebanyak-banyaknya karena beliaulah yang telah memberikan kasih
sayang, dukungan dan semangat baik materil maupun spiritual sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7.
Teman seperjuanganku serta sahabat kuliahku “Tyas, Nurul, Vita, Miranti,
Denny, Dedeh dan Evin” yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat demi kelancaran skripsi ini.
8.
Dan berbagai pihak yang turut membantu demi terselesainya skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi
ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah ...6
1.3. Tujuan Penelitian ...7
1.4. Manfaat Penelitian ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ...9
2.2. Landasan Teori ...15
2.2.1. Laporan Keuangan………...15
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan... ...15
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan…………...20
2.2.1.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan……..22
2.2.2.3. Konsep Pengungkapan………...26
2.2.2.4. Jenis-Jenis Pengungkapan………..28
2.2.2.5. Metode Pengungkapan………...29
2.2.2.6. Perkembangan Pengungkapan………31
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan……..…..33
2.2.3.1. Rasio Likuiditas………..33
2.2.3.2. Rasio Profitabilitas………..37
2.2.3.3. Ukuran Perusahaan (Size)………...40
2.2.3.4. Pengaruh Likuiditas Terhadap Tingkat
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan…41
2.2.3.5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tingkat
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan…42
2.2.3.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan….43
2.2.3.7. Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Tingkat Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan...44
3.2. Teknik Penentuan Sampel ...50
3.2.1.
Objek……….50
3.2.2.
Populasi………..51
3.2.3.
Sampel………51
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...52
3.3.1. Jenis Data ...52
3.3.2. Sumber Data ………...52
3.3.3. Metode Pengumpulan Data………...53
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...53
3.4.1. Uji Normalitas ...53
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ...54
3.4.3. Teknik Analisis ...56
3.4.4. Uji Hipotesis ... 57
3.4.4.1. Uji Kesesuaian Model (Uji F)……….57
3.4.4.2. Uji t………..57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 59
4.1.1. Sejarah PT. Bakrie Telecom, Tb...59
4.2.1. Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
(Y)………...65
4.2.2. Rasio Likuiditas (X1)……….67
4.2.3. Rasio Profitabilitas (X2)………...68
4.2.4. Ukuran Perusahaan (X3)………69
4.2.5. Interprestasi Hasil Analisis Regresi Linier Berganda………71
4.2.5.1. Uji Normalitas……….71
4.2.5.2. Uji Asumsi Klasik………71
4.2.5.3. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi………..73
4.2.5.4. Persamaan Regresi Linier Berganda………74
4.2.5.5. Uji Kesesuaian Model (Uji F) ...75
4.2.5.6. Koefisien Determinasi (R²)………..76
4.2.5.7. Uji t………..77
4.2.6.
Uji
Hipotesis………..…….77
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian………..,,,78
4.3.1.
Implikasi
Penelitian………,82
4.3.2. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian
Terdahulu………..……82
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.1 Data Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan(Y)...65
Tabel 4.2 Data Rasio Likuiditas (X1)……….67
Tabel 4.3 Data Rasio Profitabilitas (X2)……….68
Tabel 4.4 Data Ukuran Perusahaan (X3)……….70
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas…………..………..71
Tabel 4.6 Nilai VIF (Variance Inflation Factor)……….72
Tabel 4.7 Hasil Korelasi Rank Spearman ...72
Tabel 4.8 Hasil Uji Durbin Watson...73
Tabel 4.9 Model Regresi Linier Berganda ...74
Tabel 4.10 Nilai F
hitung...75
Tabel 4.11 Koefisien Deterinasi (R²)...76
Tabel 4.12 Nilai t
hitung...77
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir...46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabulasi Variabel Penelitian
Lampiran 2 Input Regresi
Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
Sepdianto Yoedhas Prasetyo Aji
ABSTRAK
Globalisasi ekonomi dapat dikatakan mendunianya kegiatan dan keterikatan
perekonomian. Dengan adanya globalisasi ekonomi tersebut memacu badan usaha dalam
meningkatkan berbagai upaya untuk mengembangkan usahanya. Apabila sudah
menyangkut masyarakat luas tentunya menyangkut pula tentang informasi yaitu laporan
keuangan. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara
sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah
rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan jasa telekomunikasi yang
terdaftar di BEI.
Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan jasa komunikasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006 sampai dengan periode 2010,
sedangkan sampel yang diambil adalah PT. Bakrie Telecom, Tbk; PT. Excelcomindo
Pratama, Tbk; PT. Indosat, Tbk dan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa rasio
likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, sehingga hipotesis ke-1 dan ke-2 pada
penelitian ini tidak teruji kebenarannya.
Keywords : Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Tingkat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berubahnya kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh terhadap
dunia usaha. Apalagi dalam menghadapi perekonomian pasar bebas yang
membuka area pemasaran, pasar-pasar baru dengan diikuti berbagai peluang
dan tantangan baru sehingga diharapkan para pelaku bisnis dapat
mempertahankan usahanya. Oleh karena itu, baik Negara maju maupun
Negara berkembang, besar atau kecil mengalami hubungan internasional yang
erat dan saling ketergantungan dibidang ekonomi yang tinggi.
Globalisasi ekonomi dapat dikatakan mendunianya kegiatan dan
keterikatan perekonomian. Dengan adanya globalisasi ekonomi tersebut
memacu badan usaha dalam meningkatkan berbagai upaya untuk
mengembangkan usahanya. Upaya pengembangan usaha tersebur tentu akan
membutuhkan dana yang dapat diperoleh dari sektor perbankan dan sektor
pasar modal. Dari sektor perbankan antara lain dalam bentuk pinjaman baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan sektor pasar modal dapat
berbentuk transaksi saham, right, dan obligasi. Saat ini pandangan badan
usaha sudah banyak yang diarahkan pada pasar modal untuk mencari calon
investor yang akan mempermudah masuknya investasi dari masyarakat luas.
Apabila sudah menyangkut masyarakat luas tentunya menyangkut pula
tentang informasi. Informasi yang dibutuhkan masyarakat luas tentang
media utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak
diluar perusahaan. Laporan keuangan mengkomunikasikan kondisi keuangan
dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan steakholder.
Laporan keuangan tersebut menjadi alat utama manajer untuk menunjukkan
efektivitas pencapaian tujuan untuk melaksanakan fungsi pertanggung
jawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya dalam sebuah
organisasi” (suripto, 1999 :1).
Menurut Darrough (1993) dalam Simanjutak dan Widiastuti (2004)
mengemukakan bahwa pengungkapan informasi laporan keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (Mandatory
Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Volutary Disclosure). Pengungkapan
wajib (mandatory Disclosure) merupakan pengungkapan minimum yang
diisyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak
bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan
wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Pengungkapan
sukarela (Voluntary Disclosure) merupakan pengungkapan butir-butir yang
dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang
berlaku. Healy dan Palepu dalam simanjuntak dan Widiastuti (2004)
mengemukakan meskipun semua perusahaan publik diwajibkan untuk
memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substantial dalam
hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara
sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi
bisnis manajemen.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih perusahaan jasa telekomunikasi
yang telah go publik karena akhir-akhir ini banyak disoroti oleh masyarakat.
Dari seluruh perusahaan jasa telekomunikasi tidak semuanya melakukan
pengungkapan secara lengkap dan jelas. Untuk pengungkapan wajib, seluruh
perusahaan telah melakukannya tetapi dalam hal pengungkapan sukarela
belum semua perusahaan melakukannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa
kemungkinan diantaranya : perusahaan telah melakukan pengungkapan pada
periode sebelumnya sehingga merasa tidak perlu mengungkapkannya lagi,
atau disebabkan karena kemunkinan perusahaan merasa tidak perlu melakukan
pengungkapan pada item-item tertentu, karena menganggapnya sebagai hal
biasa.
Berdasarkan fenomena yang ada menunjukkan bahwa dari jumlah sampel
sebesar 4 perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini melakukan
pengungkapan sukarela. Dari total item menunjukkan sebesar 67%
pengungkapan sukarela yang dapat disajikan perusahaan PT. Bakrie Telecom, Tbk. Sedangkan sisanya memberikan informasi hanya dibawah 27% dari total
Tabel 1.1
Data Indeks Pengungkapan Sukarela (Y)
Tahun 2006-2010
No Nama Perusahaan Tahun Index
2006 0.39 2007 0.45 2008 0.67 2009 0.52 1 PT. Bakrie Telecom, Tbk
2010 0.52
2006 0.48
PT. Excelcomindo 2007 0.33 2008 0.42 Pratama, Tbk
2009 0.52 2
2010 0.48
2006 0.27 2007 0.42 2008 0.48 2009 0.48 3 PT. Indosat, Tbk
2010 0.39
2006 0.64
PT. Telekomunikasi 2007 0.48 2008 0.42 Indonesia, Tbk
2009 0.36 4
2010 0.52
Sumber : Laporan Keuangan Tahun 2006-2010, Bursa Efek Indonesia
Membuat indeks kelengkapan pengungkapan dibutuhkan suatu
instrument yang dapat mencerminkan informasi-informasi yang diinginkan
secara detail pada masing-masing item yang telah ditentukan. Dalam
menentukan perhitungan angka indeks ditentukan dengan cara perbandingan
antara jumlah butir yang dipenuhi dengan jumlah semua butir yang mungkin
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pengungkapan. Menurut
Simanjutak dan Widiastuti (2004), variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap pengungkapan yaitu leverage, likuiditas, profitabilitas, saham public
dan umur perusahaan. Menurut Fitriani (2001) variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap pengungkapan yaitu size, status perusahaan, net profit
margin, dan KAP .Menurut Gunawan (2000) variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap pengungkapan yaitu Size dan Solvabilitas. Sedangkan
menurut Suripto(1999) variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
pengungkapan yaitu Size, Leverage, likuiditas, basis, waktu terdaftar,
penerbitan sekuritas, dan kelompok industri.
Sekian banyak faktor yang mempengaruhi pengungkapan dalam
penelitian ini hanya terdiri dari 3 faktor, Likuiditas, Profitabilitas dan Size.
Karena ketiga aspek tersebut paling erat kaitannya dengan keagenan antara
manajemen dengan pemegang saham, investor maupun kreditur. Tingkat
likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan
perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan
pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin
menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke 1989 dalam Fitriani
2001). perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan mendorong para
manajer untuk memberikan informasi pengungkapan yang lebih terperinci,
sebab mereka ingin meyakinkan para pemegang saham, investor maupun
kreditur bahwa perusahaan berada dalam posisi persaingan yang kuat dan
widiastuti,2004). Untuk perusahaan yang memiliki size yang tinggi akan
mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan, hal yang mendasari adalah
perusahaan yang memiliki size yang besar akan akan memiliki semakin besar
infornasi yang perlu diungkapkan dibandingkan perusahaan dengan size
kecil.(Suripto, 1999)
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “Analisis
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi di Bursa Efek
Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan diteliti adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh antara rasio likuiditas, rasio profitabilitas
dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan perusahaan jasa telekomunikasi yang terdaftar di
BEI?
2. Manakah antara rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan ukuran
perusahaan yang lebih dominan terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan perusahaan jasa telekomunikasi yang
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji secara empiris apakah rasio likuiditas, rasio
profitabilitas dan ukuran terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan perusahaan jasa telekomunikasi yang terdaftar di
BEI.
2. Untuk menguji secara empiris antara rasio likuiditas, rasio
profitabilitas dan ukuran perusahaan yang lebih dominan terhadap
tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan jasa
telekomunikasi yang terdaftar di BEI.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk :
1. Bagi penulis
Penelitian ini dapat mengembangkan suatu pemikiran yang kritis,
menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta
2. Bagi pembaca
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti yang lain
yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan
masalah ini.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
“Veteran” Jawa Timur, khususnya Fakultas Ekonomi sehingga dapat
digunakan sebagai referensi bagi penelitian yang lain.
4. Bagi Penyedia Dana
Memberikan suatu gambaran tentang tipe dan jumlah informasi yang
disediakan oleh perusahaan dengan karakteristik tertentu sebagai dasar
yang digunakan dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar
modal.
5. Bagi pihak diluar perusahaan
Memberikan informasi serta menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
1. Tri Kusuma Widianingsih (2009)
Judul Penelitian :
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan
Pengungkapan Informasi Dalam Pelaporan Keuangan pada perusahaan
Comsumer Goods yang Go Publik di Vursa Efek Indonesia
Rumusan masalah :
Apakah tingkat likuiditas, leverage, profitabilitas dan tingkat kepemilikan
saham public berpengaruh terhadap tingkap pengungkapan laporan
keuangan pada perusahaan consumer goods yang go public di Bursa Efek
Indonesia?
Hipotesis :
Ada pengaruh antara rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas,
tingkat kepemilikan saham public terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan consumer goods yang
go public di Bursa Efek Indonesia.
Kesimpulan :
- Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji F dapat diketahui bahwa
tidak terdapat kesesuaian model atau kecocokan model antara rasio
terhadap pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan pada
perusahaan costumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
- Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji t dapat diketahui
bahwa masing-masing tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara
rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas dan tingkat saham
public terhadap pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan
pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Simanjuntak dan widiastuti (2004)
Judul Penelitian :
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan
keuangan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta.
Rumusan Masalah :
Penelitian ini meneliti apakah terdapat pengaruh antara leverage, likuiditas,
profitabilitas, porsi saham publik, dan umur perusahaan terhadap
kelengkapan pegungkapan laporan keuangan?
Hipotesis :
Diduga terdapat pengaruh antara variabel leverage, likuiditas, profitabilitas,
porsi kepemilikan saham oleh publik, dan umur perusahaan terhadap
Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel
leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi kepemilikan saham oleh publik,
dan umur perusahaan mampu mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Sedangkan secara parsial dengan hanya variabel
leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio, variabel
profitabilitas dan porsi kepemilikan saham oleh investor luar(publik)
secara signifikan positif mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan pada industri manufaktur.
3. Fitriani (2001)
Judul penelitian :
Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan
Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta
Rumusan Masalah :
- Apakah perbedaan tingkat kelengkapan di antara
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ bersifat sistematik?
- Bagaimana bentuk dan signifikasi pengaruh tingkat leverage, tingkat
likuiditas, status perusahaan, kelompok industri, net profit margin, dan
kantor akuntan public yang mengaudit laporan keuangan terhadap
Hipotesis :
- Ukuran perusahaan, tingkat leverage, tingkat likuiditas, status
perusahaan, kelompok industri, dan waktu pelaporan, secara
bersama-sama mampu menjelaskan variasi pada tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib.
- Ukuran perusahaan, tingkat leverage, tingkat likuiditas, memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dengan tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib
- Status perusahaan dan kelompok industri memiliki pengaruh (positif
atau negatif) yang signifikan terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan wajib
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu :
- Terdapat perbedaan yang sistematik mengenai tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan tahun 1999 di antara
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ
- Faktor yang mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib
adalah : ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net
profit margin, dan KAP. Indeks kelengkapan sukarela dipengaruhi oleh
variabel yang sama seperti diatas, kecuali jenis perusahaan (kelompok
pengungkapan wajib, industri manufakturn biasanya memiliki tingkat
pengungkapan yang lebih luas.
- Tingkat leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi indeks
kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.
- KAP cukup signifikan dalam mempengaruhi luas pengungkapan atas
laporan keuangan.
- Total asset lebih menunjukkan ukuran perusahaan daripada market
capitalization
4. Gunawan (2000)
Judul penelitian :
Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Rumusan Masalah :
Bagaimana tingkat pengungkapan informasi dalam laporan tahunan pada
perusahaan yang telah go publik dan apakah pengaruh antara likuiditas,
solvabilitas, ukuran perusahaan dan jenis industri terhadap tingkat
pengungkapan?
Hipotesis :
Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara likuiditas, solvabilitas,
Kesimpulan :
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa luas ukuran perusahaan dan
tingkat solvabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap luas
pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan, sedangkan tingkat
likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan,
serta tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan antara perusahaan
manufaktur dan non manufaktur.
5. Suripto (1999)
Judul penelitian :
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan
Sukarela Dalam Laporan Tahunan
Rumusan masalah :
Apakah luas pengungkapan sukarela dipengaruhi oleh size, ratio ungkitan,
ratio likuiditas, basis, waktu terdaftar, penerbitan sekuritas, dan kelompok
industri perusahaan?
Hipotesis :
Diduga secara parsial dan simultan terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel size, ratio ungkitan, ratio likuiditas, basis, waktu terdaftar,
penerbitan sekuritas, dan kelompok industri perusahaan terhadap variasi
Kesimpulan :
Secara bersama-sama Siza, ratio ungkitan, ratio likuiditas, basis, waktu
terdaftar, penerbitan sekuritas, dan kelompok industri perusahaan
mempunyai kemampuan untuk menjelaskan variasi luas pengungkapan
dalam laporan tahunan. Sedangkan secara parsial hanya size dan
penerbitan sekuritas mampu memberikan pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan yang lebih luas serta size juga yang paling konsisten
berpengaruh terhadap luas pengungkapan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi,
yaitu proses pengkomunikasian laporan. Laporan keuangan merupakan
mekanisme yang penting bagi manajer untuk berkomunikasi dengan pihak
investor luar, yaitu investor publik diluar pingkup manajemen serta tidak
terlibat dalam pengelolaan perusahaan (Simanjutak dan Widiastuti, 2004)
Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan
laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu
mengetahui bagaimana perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan
dan hasil-hasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati (Jumingan,
2007 :6)
Menurut IAI(2009) dalam PSAK(Kerangka Dasar Penyusunan dan
laporan keuangan merupakan proses pelaporan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus
kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut, misalnya informasi segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah
bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi :
Neraca
Di dalam akuntansi keuangan, Neraca atau laporan posisi keuangan
(bahasa Inggris: balance sheet atau statement of financial position)
adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas
tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur,
yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas yang dihubungkan dengan persamaan
akuntansi berikut:
Informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber
kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan
entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanan,
caturwulanan, atau tahunan).
Contoh Neraca Perusahaan
Asset Kewajiban dan Ekuitas
Kas xxxxxx Kewajiban
Piutang xxxxxx Utang Usaha xxxxxxx
Ekuitas
Peralatan xxxxxx Modal xxxxxxx
Total Kewajiban dan
Total Asset xxxxxxx Ekuitas xxxxxxx
Sumber : www.Google.com
Laporan laba rugi
Laporan laba rugi (Inggris:Income Statement atau Profit and Loss
Statement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur
pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba
(atau rugi) bersih.
Unsur-unsur laporan laporan laba rugi biasanya terdiri dari:
o Pendapatan dari penjualan
o Laba/rugi kotor
Dikurangi Beban usaha
o Laba/rugi usaha
Ditambah atau dikurangi Penghasilan/beban lain
o Laba/rugi sebelum pajak
Dikurangi Beban pajak
o Laba/rugi bersih
Contoh :
Pendapatan X
Pendapatan operasional lain X
Perubahan persediaan barang jadi dan barang dlm proses X
Bahan baku yang digunakan X
Beban Pegawai X
Beban penyusutan dan amortisasi X
Beban operasi lain X__
Jumlah beban operasi (X)__
Laba operasi X
Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas
pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan terebut dipersiapkan
setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih periode
Demikian juga dengan laporan perubahan modal ini. Harus
dipersiapkan sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah modal
pada akhir periode harus dilaporkan di neraca. Oleh karena itu, laporan
perubahan modal seringkali dipandang sebagai penghubung antara
laporan laba rugi dengan neraca.
Ada tiga jenis transaksi yang mempengaruhi perubahan modal, antara
lain:
o Investasi.
o Pendapatan dan beban.
o Penarikan oleh pemilik atau yang biasa dikenal dengan istilah
prive.
Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa
laporan arus kas atau laporan arus dana.
Laporan arus kas (Inggris: cash flow statement atau statement of cash
flows) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran
masuk dan keluar uang (kas) perusahaan.
Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap
pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan
1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
dan transaksi yang penting,
2. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar
(PSAK No.1 Paragraf 69, Revisi 2009).
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah aktiva, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan
dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan
dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai
unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur
neraca.(id.wikipedia.org).
2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Menurut IAI (2009) dalam PSAK
( kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan) paragraph
bermanfaat dalam pembuatan keputusan, tujuan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta peruubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pemakai. Tetapi
lapooran keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen, pertanggung jawaban manajemnen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemaikai ingin menilai pertanggung jawaban
manajer agar mereka dapat membuat kputusan ekonomi, yaitu keputusan
untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan dan
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Menurut Munawir (2002 : 13) laporan keuangan harus bermanfaat
bagi investor maupun calon investor dan kreditor dalam mengambil
keputusan investasi dan keputusan kredit yang rasional, serta membantu
pemakai laporan lain dalam mengakses jumlah, waktu dan ketidak pastian
penerimaan kas dari deviden atau bunga dan penerimaan dari penjualan
2.2.1.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam lapooran keuangan berguna bagi pemakai. Dalam IAI
(2009 : 24), dinyatakan terdapat empat karakteristik kualitatif pokok,
yaitu :
1. Dapat dipahami
kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.
2. Relevan
Agar bermanfaat ,informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi
mereka dimasa lalu.
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas handal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang
4. Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan
keuangan perusahaan untuk mengevaluasi posisi kinerja dan perubahan
posisi keuangan secara relatif.
2.2.1.4. Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan
Menurut IAI (2009) dalam PSAK (Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan) paragraph ke-09 menyatakan bahwa
pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor
potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditor usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah, serta lembaga-lembaganya dan
masyarakat. Laporan keuangan digunakan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan informasi yang berbeda, yaitu meliputi :
a. Investor
Membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut serta untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
b. Karyawan
Membutuhkan informasi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
c. Pemberi pinjaman
Membutuhkan informasi untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Membutuhkan informasi untuk memutuskan apakah jumlah yang
terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan
Membutuhkan informasi untuk mengetahui kelangsungan hidup
perusahaan terutama bila terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau
tergantung perusahaan.
f. Pemerintah
Membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk statistic
pendapatan nasional dan statistic lainnya.
g. Masyarakat
Membutuhkan informasi untuk mengetahui perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.2. Pengungkapan (Disclosure)
2.2.2.1. Definisi Pengungkapan
Menurut Tuanakotta (1986 : 220), pengungkapan (Disclosure)
tidak langsung berarti bahwa informasi yang memadai harus disajikan
untuk memungkinkan dilakukannya prediksi mengenai tren deviden di
masa yang akan datang dan hasil pengembalian di masa depan.
Pengungkapan (Disclosure) merupakan sesuatu yang vital bagi
permbuatan keputusan yang optimum oleh para investor dan bagi para
pemodal yang stabil. Penyampaian pengungkapan yang tepat waktu
cenderung mencegah ledakan-ledakan berita yang mengubah gambaran
tentang amsa depan perusahaan dan juga memberikan kepercayaan yang
lebih besar terhadap informasi keuangan (Tuanakotta, 1986 : 221-222).
2.2.2.2. Tujuan Pengungkapan
Menurut Belkoui (2000 : 219) tujuan pengungkapan adalah sebagai
berikut :
a. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan
ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam
laporan keuangan.
b. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk
menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
c. Untuk menyediakan informasi yang membantu investor dan kreditor
dalam menentukan resiko dan item-item yang potensial untuk diakui
d. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan
dan antar tahun.
e. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar
di masa dating.
f. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya
Adapun menurut Tuanakotta (1986 : 221) tujuan positif
pengungkapan adalah memberikan informasi yang penting dan relevan
kepada para pemakai laporan keuangan sehingga dapat membantu mereka
dalam membuat keputusan dengan cara yang terbaik dengan pembatasan
bahwa manfaat yang diperoleh harus melebihi biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh informasi tersebut. Ini berarti bahwa informasi yang
disajikan itu mempunyai makna dan dapat dimengerti.
2.2.2.3. Konsep Pengungkapan
Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya
bergantung pada keahlian pembaca, akan tetapi juga pada standar yang
diinginkan (Hendriksen, 2002 : 432). Menurut tiga konsep pengungkapan
yang umumnya diusulkan sebagai berikut :
1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup)
berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan
dengan benar oleh investor.
2. Fair disclosure (pengungkapan wajar)
Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis
agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan
dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca
(investor) potensial
3. Full disclosure (pengungkapan penuh)
Pengungkapan penuh merupakan pengungkapan atas semua informasi
yang relevan.
Menurut Hendriksen (2002 : 433) dari tiga konsep pengungkapan
yang paling lazim dipergunakan adalah pengungkapan cukup (Adequate
disclosure). Pengungkapan yang wajar dan lengkap merupakan konsep
yang lebih positif. Pengungkapan yang wajar menyiratkan suatu tujuan
etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama pada semua calon pembaca.
Pengungkapan yang lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi
yang relevan. Bagi sebagian orang, pengungkapan lengkap berarti
penyajian informasi secara berlimpah dan, karenanya tidak tepat. Menurut
mereka, terlalu banyak informasi akan membahayakan karena penyajian
rincian-rincian yang tidak penting bisa menyembunyikan informasi yang
2.2.2.4. Jenis-Jenis Pengungkapan
Menurut Darrough (1993) dalam Simanjutak dan Widiastuti (2004)
mengemukakan bahwa pengungkapan informasi laporan keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar
akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk
mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan
memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.Menurut Ayem(2006)
pada Widianingsih(2009), informasi minimum yang harus
diungkapkan oleh perusahaan public sesuai peraturan yang ditetapkan
oleh lembaga yang berwenang misalnya Bapepam atau dewan Standar
Akuntansi Keuangan. Pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan
mengungkapkan jenis informasi tertentu yang ingin disembunyikan
jika biaya dirasakan lebih besar dari manfaatnya dengan demikian
pengungkapan wajib mempunyai sifat protektif yaitu melindungi
investor unshopisticated dari perlakuan yang tidak adil.
b. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)
Merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh
perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy dan
Palepu dalam Simanjutak dan Widiastuti (2004)mengemukakan
jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu
cara meningkatkan kreditabilitas perusahaan adalah melalui
pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam
memahami strategi bisnis manajemen.
2.2.2.5. Metode Pengungkapan
Pengungkapan melibatkan keseluruhan proses pelaporan. Tetapi
terdapat beberapa metode berbeda-beda untuk pengungkapan ini.
Pemilihan metode pengungkapan yang terbaik tergantung dari sifat
informasi yang akan disampaikan dan kepentingan relatifnya. Menurut
Tuanakotta (1986 : 230), beberapa metode yang lazimnya dipergunakan
untuk melakukan pengungkapan dapat diklasifiaksikan sebagai berikut :
a. Bentuk dan cara pengaturan ikhtisar keuangan
Semakin penting suatu informasi maka semakin tepat informasi
langsung dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan. Perkembangan
ikhtisar-ikhtisar (basic financial statement) memperlihatkan
perkembangan mengenai apa yang dianggap penting oleh dunia usaha
yang diungkapkan.
b. Istilah-istilah yang dipengaruhi dan penyajian secara terperinci.
Istilah-istilah yang dipergunakan sebaiknya yang mudah atau umum
diterima oleh pembaca.
c. Informasi yang disajikan dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan
atau nama pos-pos neraca dan ikhtisar laba rugi menjadi terlalu
panjang untuk disajikan, maka alternative lainnya adalah
menyajikannya sebagai catatan dalam tanda kurung.
d. Catatan kaki atau footnotes
Merupakan sarana untuk menyajikan pengungkapan yang tidak dapat
ditempatkan dalam ikhtisar keuangan itu sendiri. Footnotes tidak dapat
dipergunakan sebagai pengganti dari klasifikasi atau deskripsi yang
sebenarnya dilakukan dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan.
Selain itu juga tidak boleh bertentangan atau bersifat pengulangan
terhadap informasi yang disajikan dalam ikhtisar keuangan.
e. Supplementary statement atau supplementary schedule
Merupakan perincian yang lebih jelas untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai hal-hal tertentu. Supplementary schedule
biasanya meliputi perincian dari pos-pos tertentu dari ikhtisar
keuangan dasar.
f. Komentar-komentar atau klasifikasi yang diberikan oleh auditor atau
akuntan publik dalam laporan.
Sertifikat audit bukanlah merupakan tempat untuk mengungkapkan
informasi keuangan yang signifikan mengenai perusahaan, tetapi
berperan sebagai suatu metode untuk mengungkapkan jenis informasi
tertentu.
Surat direktur utama berisi jenis-jenis informasi tertentu yang dapat
disajikan secara langsung oleh manajemen perusahaan yang
bersangkutan.
2.2.2.6. Perkembangan Pengungkapan
Dengan berkembangnya pengukuran akuntansi, berkembang pula
pengungkapan akuntansi untuk melibatkan struktur kesejahteraan pada
struktur sosial ekonomi, dan dari pengukuran dan pengkomunikasian data
ekonomi yang terbatas menjadi pengukuran dan pengomunikasian data
yang mengungkapkan aktivitas-aktivitas yang menggunakan sumber data
ekonomis. Menurut Belkaoui (2000: 215) untuk mengembangkan
pengungkapan akuntansi diperlukan pengembangan karakteristik
pengungkapan, yaitu :
a. Pengembangan lingkup pengguna dari pemegang saham, kreditur,
manajer, politik secara umum sampai kelompok-kelompok publik.
b. Pengembanganlingkup pengguna dari pelaksana evaluasi ekonomi,
kemungkinan penilaian mendasar dan petunjuk dalam membuat
keputusan ekonomi agar dapat menjadi koordinasi antar perusahaan,
memenuhi kebutuhan pengguna informasi dan mengembangkan
keyakinan publik terhadap aktivitas perusahaan.
c. Pengembangan jenis informasi dari nilai moneter aktivitas internal
perusahaan untuk mengungkapkan baik aktivitas internal maupun
keadaan lingkungan aktivitas internal sosial ekonomi.
d. Pengembangan teknik pengukuran dari aritmatik dan system
pembukuan menjadi bidang ilmu total manajemen.
e. Pengembangan kualitas pengungkapan dari yang sempurna untuk
memenuhi kebutuhan masa lalu menjadi yang untuk meningkatkan
relevansi pembuatan keputusan tertentu.
f. Pengembangan media pengungkapan dari laporan keuangan
konvensional menjadi pengungkapan multimedia yang didasarkan pada
psikologi komunikasi manusia.
Pengembangan ini dipengaruhi dan dimotivasi oleh seperangkat
sikap “teoritis” yang mempengaruhi akuntansi yang diusulkan oleh
Bedford (1973) dalam Belkoui (2000:216), teori-teori itu adalah :
a. Teori mengenai “hak untuk mengetahui”, menjelaskan bahwa publik
dan pemilik mempunyai hak untuk memperoleh informasi mengenai
perhatian akuntan pada kinerja fungsi pengungkapan.
b. Teori mengenai “kelebihan(overload) informasi”, yang mnjelaskan
bahwa manusia mempunyai kelemahan dalam memproses informasi
untuk mengungkapkan akuntansi yang berkembang dalam
mempertimbangkan jumlah informasi yang diungkapkan, dan dalam
merangkum informasi yang diungkapkan.
mengungkapkannya pada pengguna sebagai system yang memperbaiki
informasi itu sendiri atau system yang memperbaiki proyek informasi.
d. Teori mengenai “relevansi”, digunakan untuk menentukan kebutuhan
pengungkapan yang relevan dan untuk mendukung pengungkapan
informasi tambahan yang mempunyai nilai relevansi evaluasi yang
tinggi seperti asset, manusia, nilai pasar dan pengukuran non keuangan.
e. Teori mengenai “ketepatan”, mengharuskan analisis dengan
menggunakan konsep yang ketat dan tidak ambigu.
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan dapat dilihat dengan menghitung rasio-rasio keuangan, yaitu
sebagai berikut :
2.2.3.1. Rasio Likuiditas
Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2003 : 77), Rasio likuiditas
mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan
melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya.
Menurut Helfert (1996 : 95), Rasio likuiditas digunakan untuk
menguji tingkat proteksi yang diperoleh dari pemberi pinjaman yang
berupa kredit jangka pendek yang diberikan pada perusahaan untuk
pelindung dalam kegagalan. Analisa posisi likuiditas perusahaan
memeberikan indikator kemampuan membayar hutang jangka pendek
perusahaan dan efisiensi operasi manajemen sekarang. Semakin likuid
sebuah perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut
sanggup membayar karyawan, pemasok-pemasok dan pemegang wesel
taguhnya.
Rasio likuiditas dipandang dari dua sisi. Di satu sisi rasio likuiditas
yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan dan
cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas
kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu
kredibel (Cooke, 1989 dalam Fitriani, 2001). Tetapi di lain pihak likuiditas
dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola
keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah
cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal
sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen (Wallace
et al, 1994 dalam Fitriani 2001).
Hubungannya dengan likuiditas dikenal adanya pedoman-pedoman
dalam pembelanjaan (Riyanto, 1995 : 191), yaitu :
a. Untuk aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek.
b. Untuk aktiva tetap yang tidak berputar (misalnya tanah), pada
c. Untuk aktiva tetap yang berputar (gedung, mesin, kendaraan, dan
sebagainya) dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau modal
sendiri.
Menurut Awat (1999 : 385) ada beberapa jenis yang dapat
digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan, antara lain :
a. Rasio Lancar (current ratio)
Rasio Likuiditas X 100%
Untuk menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban keuangannya dalam jangka waktu pendek atau
yang segera harus dibayar.
b. Rasio Cair (quick ratio)
Rasio Cair
Dengan quick ratio berarti likuiditas perusahaan diukur dengan
menggunakan unsure-unsur aktiva lancar yang likuid, dengan cara
tidak mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan.
c. Rasio Kas (cash ratio)
Rasio likuiditas yang paling menjamin pembayaran hutang jangka
pendek adalah cash ratio, sebab yang menjadi penjaminnya hanyalah
kas dan surat berharga.
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan
untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh
karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur
jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang
tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang (Weston dan
Copeland, 1992 : 226).
Rumus rasio likuiditas :
Rasio Likuiditas X 100%
Rasio ini terkait dengan teori mengenai “Relevansi” yang
digunakan untuk menentukan kebutuhan pengungkapan yang relevan dan
untuk mendukung pengungkapan informasi tambahan yang mempunyai
nilai relevansi evaluasi yang tinggi seperti asset, manusia, nilai pasar dan
pengukuran non keuangan. Pengukuran relevan yang terkait dengan rasio
lancar memberikan gambaran kepada para investor dan kreditor mengenai
2.2.3.2. Rasio Profitabilitas
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba melalui semua keputusan dan sumber daya yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah cabang, dan sebagainya
(Harahap, 2002 : 304).
Menurut Riyanto (1995 : 36), rasio profitabilitas adalah
perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing
yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dan rasio ini juga
dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal
yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Selain itu rasio ini juga
merupakan hasil bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan dan juga
memebrikan jawaban akhir tentang bagaimana perusahaan dikelola. Rasio
ini mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan (Weston dan Copeland,
1992 : 225).
Profitabilitas yang tinggi akan mendorong manajer untuk
memberikan informasi yang terperinci, sebab mereka ingin meyakinkan
investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi
terhadap manajemen (shingvi dan Desai, 1971 dalam Simanjutak dan
Widiastuti, 2004). Hal tersebut dikarenakan manajemen memikul
tanggungjawab atas penggunaan asset perusahaan seefektif mungkin
Menurut Hanafi (2003 : 83). Ada tiga rasio yang sering
dipergunakan dalam mengukur rasio profitabilitas, yaitu :
a. Profit Margin
Profit Margin
Untuk menhitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.
b. Return on Total Asset (ROA)
ROA
Untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.
c. Return on Equity (ROE)
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas ditunjukkan oleh Return on
Total Asset (ROA), yaitu dengan membandingkan antara laba bersih
dengan total asset.
Rumus rasio profitabilitas :
ROA
(Hanafi, 2003 : 84)
Menurut Hanafi (2003 : 84), ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat
asset tertentu. Tarif imbalan atas aktiva (ROA) merupakan suatu ukuran
seberapa efektif manajemen telah menjalankan tanggungjawab tersebut
(Simamora, 2002 : 390).
Rasio ini terkait dengan teori mengenai “Relevansi” yang
digunakan untuk menentukan kebutuhan pengungkapan yang relevan dan
untuk mendukung pengungkapan informasi tambahan yang mempunyai
nilai relevansi evaluasi yang tinggi seperti asset, manusia, nilai pasar dan
pengukuran non keuangan. Hal ini menandakan pengungkapan yang
relevan terhadap ROA memberikan gambaran terhadap investor tentang
2.2.3.3. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan
yang dimiliki suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan total aktiva (total assets). Penjualan atau modal(equity).
Akan tetapi dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur berdasarkan
total aktiva perusahaan.
Menurut Suripto (1999), semakin besar ukuran perusahaan maka
akan semakin besar informasi yang perlu diungkapkan dibandingkan
perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin mempunyai biaya produksi
informasi yang lebih rendah atau mereka mempunyai biaya competitive
disadvantage lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka.
Perusahaan besar mungkin juga lebih kompleks dan lebih mempunyai
dasar pemilikan yang luas dibanding perusahaan kecil. Perusahaan besar
lebih mungkin merekrut karyawan dengan keterampilan tinggi yang
diperlukan untuk menerapkan system pelaporan manajemen yang canggih
sehingga dapat mengungkapkan informasi yang lebih luas. Lebih banyak
pemegang saham perusahaan juga memerlukan lebih banyak
pengungkapan karena tuntutan dari para pemegang saham.
Perusahaan besar biasa menanamkan modalnya pada berbagai jenis
usaha sehingga lebih mudah memasuki pasar modal dan memperoleh
penilaian kredit yang tinggi, untuk itu diperlukan pengungkapan informasi
Ukuran Perusahaan = Total Asset
Rasio ini terkait dengan teori mengenai “Relevansi” yang
digunakan untuk menentukan kebutuhan pengungkapan yang relevan dan
untuk mendukung pengungkapan informasi tambahan yang mempunyai
nilai relevansi evaluasi yang tinggi seperti asset, manusia, nilai pasar dan
pengukuran non keuangan. Hal ini menandakan pengungkapan relevan
terhadap total asset memberikan gambaran terhadap investor tentang
seberapa tinggi penilaian kredit suatu perusahaan.
2.2.3.4. Pengaruh Likuiditas terhadap Tingkat Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Menurut Coke (1989) dalam Suripto (1999) bahwa kesehatan
perusahaan seperti ditunjukkan dalam rasio likuiditas yang tinggi dapat
diharapkan berhubungan dengan pengungkapan yang lebih luas. Hal
tersebut didasarkan pada ekspektasi bahwa perusahaan yang secara
keuangan kuat, akan lebih mungkin untuk mengungkapkan lebih banyak
informasi dibanding perusahaan lemah.
Sebaliknya, jika likuiditas dipandang oleh pasar sebagai ukuran
kinerja, perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu
memberikan informasi yang lebih rinci menjelaskan lemahnya kinerja
dibanding perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi
pengaruh positif antara likuiditas dengan kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. (Simanjutak dan Widiastuti, 2004)
Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi likuiditas suatu
perusahaan berarti semakin kuat keuangan suatu perusahaan yang akan
lebih mungkin untuk mengungkapkan lebih banyak informasi. Walaupun
tidak menutup kemungkinan perusahaan yang memiliki rasio likuiditas
rendahpun dapat memberikan informasi yang lebih rinci dari sudut
pandang pasar sebagai ukuran kinerja perusahaan.
2.2.3.5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tingkat Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Profitabilitas mempunyai arti penting bagi perusahaan di dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka panjang dan
menunjukkan tingkat efisiensi yang telah dilakukan perusahaan sehingga
perusahaan akan memberikan informasi lebih tentang tingkat efisiensi
tersebut kepada pihak yang berkepentingan atas besarnya laba tersebut
seperti seorang investor atau pemegang saham perusahaan. Semakin besar
profitabilitas yang dimiliki perusahaan maka akan semakin mendorong
manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci untuk meyakinkan
investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi
terhadap manajemen.Menurut Agustina (2006) pada Widianingsih(2009),
Rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi akan
mendorong para manager untuk memberikan informasi yang lebih terinci,
sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap laba perusahaan dan
mendorong kompensasi terhadap manajemen (Shingvi dan Desai,1997
dalam Simanjutak dan Widiastuti, 2004). Terdapat pengaruh profitabilitas
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. (Simanjutak dan
Widiastuti,2004).
Hal ini menandakan apabila profitabilitas suatu perusahaan
semakin besar maka manajerpun akan semakin terdorong untuk
mengungkapkan informasi yang lebih rinci untuk meyakinkan para
investor terhadap laba perusahaan.
2.2.3.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tingkat Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi
lebih banyak daripada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan
mengenai pengaruh size terhadap luas pengungkapan. Perusahaan besar
mungkin mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah atau
mereka mempunyai biaya competitive disadvantage lebih rendah yang
berkaitan dengan pengungkapan mereka. Perusahaan besar mungkin juga
lebih kompleks dan lebih mempunyai dasar kepemilikan yang luas
dibandingkan perusahaan kecil. (Cooke, 1989 dalam Suripto, 1999).
signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya(Meek dkk, 1995 dalam Suripto, 1999)
Hal ini menandakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin mungkin untuk mengungkapkan informasi lebih luas
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
2.2.3.7. Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Tingkat kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Likuiditas, profitabilitas dan ukuran perusahaan yang
menggambarkan karakteristik dari sebuah perusahaan diharapkan
mempunyai pengaruh terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan yang disajikan perusahaan.
Ketiga variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini didukung
oleh hasil penggabungan dari penelitian terdahulu, dimana terbukti bahwa
variabel likuiditas, profitabilitas dan ukuran perusahaan mampu
mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
2.3. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan frame work bagi peneliti untuk
membentuk pola analisis yang sistematik sehingga dapat diketahui secara
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, dapat
diambil premis dan dapat disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar
dalam mengemukakan hipotesis. Premis-premis tersebut antara lain :
Premis 1 : Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya
kondisi keuangan perusahaan dan cenderung melakukan
pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar
karena ingin menunjukkan bahwa perusahaannya kredibel
(Cooke, 1989 dalam Fitriani, 2001)
Premis 2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio likuiditas
dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan (Suripto, 1999)
Premis 3 : Semakin tinggi rasio likuiditas semakin luas pula
pengungkapan informasi yang dilaksanakan perusahaan
pada laporan tahunannya (Fitriani, 2001).
Premis 4 : Profit margin yang tinggi akan mendorong manajer untuk
memberikan informasi yang lebih terinci, sebab mereka
ingin meyakinkan investor terhadap manajemen (Shingci
dan Desai, 1971 dalam Simanjutak dan Widiastuti, 2004).
Premis 5 : Perusahaan yang besar pada umumnya mengungkapkan
lebih banyak informasi dibanding perusahaan kecil.
Perusahaan besar mungkin juga lebih kompleks dan lebih
perusahaan kecil ( Cooke, 1989 dalam Bambang Suripto,
1999)
Dari premis-premis ddiatas dapat digambarkan dalam kerangka
[image:58.612.158.510.242.387.2]piker sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Uji Statistik Regresi Linear Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut :
H1 : bahwa terdapat pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas
dan ukuran perusahaan terhadap tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan jasa
telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ukuran Perusahaan (X3)
Rasio Likuiditas (X1)
Rasio Profitabilitas (X2)
Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan
laporan keuangan pada perusahaan jasa telekomunikasi yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian tentang faktor-faktor fundamental perusahaan yang
mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan ini
mempunyai beberapa variabel yang digolongkan menjadi dua jenis yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel dependen (Y) dan
variabel independen adalah rasio Likuiditas (X1), rasio profitabilitas (X2)
dan ukuran perusahaan (X3).
Definisi operasional dari amsing-masing variabel tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y)
Adalah penyedia banyaknya butir informasi penting (keuangan dan
non keuangan) yang ada dalam laporan keuangan tahunan yang
diungkapkan oleh perusahaan, baik yang bersifat wajib maupun
sukarela.
Indikator untuk mengukur tingkat kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan menggunakan item disclosure yang ditetapkan oleh
BAPEPAM (2002) sebanyak 33 item.
indeks variabel Wallace = X 100%
(Wallace, 1994 dalam Gunawan, 2000)
Dimana :
n : Jumlah butir yang diungkapkan oleh perusahaan
k : Jumlah butir yang seharusnya diungkap sebanyak 33 item
Dengan cara tersebut, semakin besar indeks pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan, maka semakin lengkap
pengungkapan yang diberikan. Skala yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala rasio.
b. Rasio Likuiditas (X1)
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengatur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dalam persen (%).
Indikator yang digunakan adalah current ratio (rasio lancar) dengan
rumus :
Rasio Likuiditas X 100%
c. Rasio profitabilitas (X2)
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan perusahaan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang
bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Skala pengukuran yang
digunakan adalah rasio dalam persen (%). Indikator yang digunakan
adalah Return On Assets (ROA), dengan rumus :
ROA X 100%
(Hanafi, 2003 : 84)
d. Ukuran Perusahaan (X3)
Merupakan ukuran dari kondisi perusahaan dengan melihat pada
besar kecilnya suatu perusahaan yang digunakan dalam penelitian
ini.
Ukuran Perusahaan = Total Asset
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Objek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah
perusahaan Jasa Telekomunikasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
3.2.2. Populasi
Menurut Sumarsono (2004 : 44), populasi merupakan kelompok
subjek atau objek yang memiliki cirri-ciri atau karakteristik – karakteristik
tertentu yang berbeda dengan kelompok subjek atau objek yang lain.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan jasa komunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sampai dengan periode 2010 yang berjumlah 6 perusahaan.
3.2.3. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dan
dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri-ciri yang dikehendaki oleh
populasi (Nazir, 2005 : 325). Teknik yang digunakan untuk pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah non probabilitas dengan cara purposive
sampling, yaitu metode pengumpulan sampling berdasarkan data yang
sudah diketahui sebelumnya dari suatu populasi yang dapat menjadi
sumber data yang diinginkan dan diperlukan serta berdasarkan
ketersediaan data yang sangat terbatas. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan jasa telekomunikasi
yang go publik di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 hingga 2010.
1. Perusahaan yang selama 5 tahun, sejak tahun 2006 hingga 2010 yang
memiliki laba positif
2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah
mengeluarkan laporan keuangan tahunan yang valid, lengkap, dan
telah diaudit oleh pihak berwenang sampai tanggal 31 desember 2010.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka terdapat 4 perusahaan yang di ambil
sebagai sampel dalam penelitian ini. Perusahaan-perusahaan tersebut
adalah :
1. PT. Bakrie Telecom, Tbk.
2. PT. Excelcomindo Pratama, Tbk.
3. PT. Indosat, Tbk
4. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang diambil dari sumber data dokumentasi yang
dimiliki oleh perusahaan yang berupa laporan keuangan tahunan dari tahun
2006 sampai dengan 2010.
3.3.2. Sumber Data
3.3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi dan studi pustaka . dokumentasi yaitu suatu teknik
pengumpulan data dengan mempelajari dan menggunakan laporan
keuangan pihak emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Sedangkan studi pustaka adalah studi literature yang digunakan
untuk mencari dan mendapatkan data, informasi , dan teori yang relevan
dengan bahasan dari buku- buku literature.