SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PTPN-IV
OLEH
ALVIN A.C GINTING
100503170
PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
skripsi saya yang berjudul
“
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan pada PTPN-IV
”
adalah benar hasil karya
tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan /
atau saya kutip dari orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi
ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 3 Juni 2015
Yang membuat pernyataan,
Alvin A.C. Ginting
100503170
ABSTRAK
Laporan keuangan dengan lebih lengkap memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi
serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship)
manajemen atas
penggunaan sumber sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
leverage
,
profitabilitas perusahaan secara simultan terhadap pengungkapan laporan
keuangan pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014.
Dari hasil penelitian diperoleh secara parsial profitabilitas tidak memberikan
pengaruh secara signifikan terhadap variabel kelengkapan laporan keuangan pada
PT. Perkebunan Nusantara (Persero) IV, Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Pancawati (2008) tidak adanya pengaruh profitabilitas terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan disebabkan karena dengan
diperolehnya laba yang positif sebagaimana sampel penelitian ini, maka informasi
laba tersebut nampaknya sudah merupakan suatu informasi yang informatif bagi
investor.
ABSTRACT
With more complete financial statements provide information about the
financial position, performance and cash flows of companies that benefit the
majority of users report in order to make economic decisions and demonstrate
accountability (stewardship) resource management on the use of the resources
entrusted to them.
The purpose of this paper is to determine the effect of leverage,
profitability of companies simultaneously on the disclosure of financial statements
in Plantation Nusantara (Persero) IV Year 2013-2014. The results were obtained
by partial profitability does not give a significant influence on the variable
completeness of the financial statements at PT. Plantation Nusantara (Persero) IV,
These results support the research conducted by Pancawati (2008) the absence of
influence of profitability on the completeness of the disclosure of financial
statements due to the positive income earned as a sample of this research, then the
earnings information appears to have an informative information for investors.
Keywords: Factors Affecting Completion of Financial Statements
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Nabi
Muhammad SAW atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada PTPN-
IV”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
saran, motivasi, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, Ca., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs.
Hotmal Jafar, MM, Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM.,
Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen
pembanding.
5.
Bapak Drs Rustam, M.Si., Ak, selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs.
Rasdianto, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6.
Kepada orang tua tercinta Drs. Albert Ginting dan Adventy Jovita Purba
yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
7.
Teman-teman seperjuangan Rocto, Herbert, Aziz, yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik isi
maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan dan menerima kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juni 2015
Penulis,
Alvin A.C. Ginting
100503170
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK
... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I
PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan Penelitian ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Tinjauan Pustaka ... 7
2.1.1. Pengertian Leverage ... 7
2.1.2. Jenis-jenis Leverage ... 7
2.1.3. Jenis-jenis Rasio Leverage ... 12
2.2.1. Pengertian Profitabilitas ... 13
2.2.1.1. Pengertian Rasio Profitabilitas ... 14
2.2.2.2 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas ... 14
2.2.2. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 15
2.2.2.1. Pengertian laporan keuangan ... 15
2.2.2.2. Bagianp-bagian Laporan Keuangan ... 16
2.2.2.3. Tujuan laporan keuangan ... 17
2.2.2.4. Pengguna Laporan Keuangan ... 18
2.2.3. Pengertian Pengungkapan ... 19
2.2.3.1. Jenis pengungkapan ... 20
2.2.3.2. Tujuan pengungkapan ... 21
2.2.3.3. Tingkatan pengungkapan ... 22
2.2.3.4. Prinsip pengungkapan penuh ... 23
2.2.3.5. Metode Pengungkapan ... 23
2.2. Penelitian Terdahulu ... 24
2.3. Kerangka Konseptual ... 25
2.4. Hubungan Leverage, Profitabilitas terhadap kelengkapan
Pengungkapan laporan keuangan ... 26
2.5. Hipotesis ... 28
3.1. Jenis Penelitian ... 29
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 30
3.4. Populasi dan Sampel ... 33
3.5. Sumber Data ... 34
3.6. Teknik Pengumpula Data ... 35
3.7. Metode Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1. Hasil Penelitian ... 43
4.1.1. Gambaran Umum PTPN-IV ... 43
4.1.2. Rasio Leverage ... 44
4.1.3. Rasio Profitabilitas ... 45
4.1.4. Kelengkapan Laporan Keuangan ... 45
4.2. Pembahasan ... 45
4.2.1. Analisis terhadap Rasio Leverage ... 45
ABSTRAK
Laporan keuangan dengan lebih lengkap memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi
serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship)
manajemen atas
penggunaan sumber sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
leverage
,
profitabilitas perusahaan secara simultan terhadap pengungkapan laporan
keuangan pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014.
Dari hasil penelitian diperoleh secara parsial profitabilitas tidak memberikan
pengaruh secara signifikan terhadap variabel kelengkapan laporan keuangan pada
PT. Perkebunan Nusantara (Persero) IV, Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Pancawati (2008) tidak adanya pengaruh profitabilitas terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan disebabkan karena dengan
diperolehnya laba yang positif sebagaimana sampel penelitian ini, maka informasi
laba tersebut nampaknya sudah merupakan suatu informasi yang informatif bagi
investor.
ABSTRACT
With more complete financial statements provide information about the
financial position, performance and cash flows of companies that benefit the
majority of users report in order to make economic decisions and demonstrate
accountability (stewardship) resource management on the use of the resources
entrusted to them.
The purpose of this paper is to determine the effect of leverage,
profitability of companies simultaneously on the disclosure of financial statements
in Plantation Nusantara (Persero) IV Year 2013-2014. The results were obtained
by partial profitability does not give a significant influence on the variable
completeness of the financial statements at PT. Plantation Nusantara (Persero) IV,
These results support the research conducted by Pancawati (2008) the absence of
influence of profitability on the completeness of the disclosure of financial
statements due to the positive income earned as a sample of this research, then the
earnings information appears to have an informative information for investors.
Keywords: Factors Affecting Completion of Financial Statements
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan memiliki arti yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Di
dalam laporan keuangan terkandung informasi yang dapat memberikan bahan
pertimbangan bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
Melihat pentingnya suatu laporan keuangan bagi perusahaan maka hampir semua
perusahaan akan berusaha untuk menyajikan laporan keuangannya sebaik mungkin
dengan tujuan dapat memberikan kesan yang positif bagi pihak yang membacanya.
Laporan keuangan dengan lebih lengkap memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 1
mengenai tujuan laporan keuangan. Selain itu, pengungkapan yang memadai dari
perusahaan-perusahaan juga membantu untuk memastikan efisiensi dari pasar modal.
Laporan tahunan pada dasarnya adalah sumber informasi bagi investor sebagai
salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dalam pasar
modal, juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Proses pembuatan laporan tahunan tidak lepas dari penelitian
mengenai kelengkapan pengungkapan (disclosure) dalam laporan tahunan dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena akan
memberikan gambaran kondisi perusahaan, serta mampu menunjukkan sifat perbedaan
kelengkapan ungkapan antar perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
laporan sukarela untuk pemegang saham dan investor potensial maupun pemerintah.
Laporan tahunan perusahaan dapat memberikan gambaran kinerja selama satu tahun, dan
dapat menjelaskan masa depan perusahaan tersebut (Widiyastuti, 2002). Dalam
pencapaian efisiensi dan sebagai sarana akuntabilitas publik, pengungkapan laporan
keuangan menjadi faktor yang signifikan. Laporan keuangan dapat diungkapkan dalam
bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh kontijensi, metode
persediaan, jumlah saham yang beredar dan ukuran alternatif, seperti pos-pos yang dicatat
berdasar historical cost (Rakhman, 2000).
Penggunaan standar akuntansi juga akan mempengaruhi pengungkapan laporan
keuangan. Di Indonesia, perusahaan yang go public diwajibkan untuk mengikuti standar
akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan) serta Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) di dalam
menyajikan laporan keuangan maupun laporan tahunannya. Meskipun begitu,
kebanyakan perusahaan dalam pengungkapan laporan tahunannya masih belum
mengungkapkan secara penuh (full disclosure) informasi yang berkaitan dengan
perusahaan. Kebanyakan perusahaan hanya mengungkapkan dalam bentuk pengungkapan
wajib (mandatory disclosure), sedangkan dalam bentuk pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure), kebanyakan perusahaan hanya mengungkapkan sedikit dari apa
yang seharusnya diketahui oleh para stakeholders. Terbukti sesuai dengan hasil penelitian
Almilia (2007) tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia masih sekitar 46,59%. Kondisi ini menunjukkan bahwa para emiten
belum melakukan keterbukaan informasi kepada para investor.
Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah ukuran besarnya
proporsi pengungkapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Tingkat pengungkapan
diukur dengan disclosure index yang dihitung dari banyaknya jumlah pengungkapan yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan dibagi dengan jumlah maksimal yang dapat
diungkapkan dalam laporan keuangan sebuah perusahaan.
Penelitian-penelitian terdahulu di antaranya dilakukan oleh Pancawati (2007)
meneliti mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi voluntary disclosure laporan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Pancawati
menggunakan analisis deskriptif untuk melihat pengaruh dari porsi kepemilikan saham,
basis perusahaan, profitabilitas, size perusahaan, leverage terhadap kelengkapan laporan
tahunan Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan,
porsi saham publik, dan basis perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan tahunan sedangkan profitabilitas dan leverage tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pelaporan keuangan
perusahaan.
Pradifta (2013) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Telekomunikasi Dibursa Efek Indonesia 2008-2012.
Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa current ratio, retrun on equity, dan debt to equity
ratio tidak berpengaruh pada kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan
Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan thitung
-3.827, -0,142, 2,229. Selain itu secara silmutan menunjukkan current ratio, retrun on
equity, dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan Y dengan nilai Fhitung 6,502> ttabel 1,688 dan signifikan 0,001 < 0,05. Untuk
Koefisien Determinasi (R2) Adjusted R Square sebesar 70,3% menunjukkan pengaruh
current ratio, retrun on equity, dan debt to equity ratio.
Febrianto Arista (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan Keuangan pada perusahaan Real estate dan property di Indonesia.
porsi saham publik, umur perusahaan dan set kesempatan investasi (IOS) terhadap
kelengkapan pengungkapan wajib sebesar 29.4 persen, sedangkan sisanya 70.6 persen
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio
leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, umur perusahaan dan Set
kesempatan Investasi (IOS) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kelengkapan
pengungkapan wajib
Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti leverage, profitabilitas. Oleh karena itu akan menuangkannya di dalam sebuah
karya tulis ilmiah yang berbentuk penelitian dengan judul: “ Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada PT. Perkebunan
Nusantara (Persero) IV.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang diidentifikasi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana leverage pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014?.
2. Bagaimana profitabilitas pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014?
3. Bagaimana kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada Perkebunan
Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014?
4. Seberapa besar pengaruh leverage terhadap pengungkapan laporan keuangan pada
Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014?
5. Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan laporan keuangan
pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014?
6. Bagaimana pengaruh leverage, profitabilitas perusahaan secara simultan terhadap
pengungkapan laporan keuangan pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun
2013-2014
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui leverage pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun
2013-2014?
2. Untuk mengetahui profitabilitas pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun
2013-2014?
3. Untuk mengetahui kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada Perkebunan
Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014?
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh leverage terhadap pengungkapan laporan
keuangan pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014?
5. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan
laporan keuangan pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV Tahun 2013-2014.
6. Untuk mengetahui pengaruh leverage, profitabilitas perusahaan secara simultan
terhadap pengungkapan laporan keuangan pada Perkebunan Nusantara (Persero) IV
Tahun 2013-2014
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti
Agar dapat membandingkan dan mengetahui lebih dalam antara teori yang telah
diterima semasa kuliah dengan praktek yang berlangsung pada perusahaan. Penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang akuntansi keuangan dan
pelaporan keuangan khususnya yang berhubungan dengan kelengkapan laporan
keuangan. Selain itu penelitian ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu persyaratan
1.4.2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai praktek
akuntansi yang dilaksanakan diperusahaan manufaktur serta dapat menjadi bahan
masukan dan refrensi dalam penelitian-penelitian berikutnya sehingga dapat memberikan
kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
1.4.3. Bagi pihak lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat umum
mengenai praktek yang dilakukan dalam dunia keuangan dan perkembangan akuntansi
global yang dinamis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Leverage
2.1.1 Pengertian Leverage
Pengertian dari Leverage menurut Syamsuddin (2001:89) adalah: “
…kemampuan perusahaan untuk mengunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban
tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi
pemilik perusahaan”.
Adapun pengertian Leverage menurut Riyanto (2001) sebagai penggunaan aktiva
atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau
membayar beban tetap”.
2.1.2 Jenis-Jenis Leverage
1. Operating Leverage
Perusahaan yang memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal tetap, maka
perusahaan tersebut menggunakan leverage. Dengan menggunakan operating leverage
perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan
laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. Menurut Syamsuddin (2001:107)
Operating Leverage adalah
“…kemampuan perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk
memperbesar pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest
and taxes(EBIT)”.
Menurut Hanafi (2004:327)”Operating Leverage diartikan sebagai seberapa besar
Beban tetap operasional tersebut biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya
produksi dan pemasaran yang bersifat tetap misal gaji karyawan. Sebagai kebalikannya
adalah beban variabel oprasional. Contoh biaya variabel adalah biaya tenaga kerja yang
dibayar berdasarkan produk yang dihasilkan.
Adapun pengertian lain dari Operating Leverage menurut Joel G dan Jae K
dalam Kamus Istilah Akuntansi (1999:267) Leverage Operasional adalah “Sebuah ukuran
mengenai resiko operasi yaitu biaya operasi tetap yang ditemukan dalam laporan rugi
laba perusahaan”.
Pengertian lain dari Operating Leverage Riyanto (2001), bahwa Leverage
Operasi adalah :
“ …pengunaan aktiva tetap dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa
revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup menutup biaya tetap dan
variabel”.
Dari pengertian yang dikemukakan para ahli di atas kita melihat bahwa
unsur-unsur yang melingkupi Operating Leverage adalah laba sebelum bunga dan pajak serta
perubahan tingkat penjualan. Laba sebelum bunga dan pajak sama dengan revenue
dikurangi biaya variabel lebih besar dari pada biaya tetapnya. Kondisi ini dikatakan
perusahaan memiliki Operating Leverage yang favorable. Sebaliknya Operating
Leverage dikatakan unfavorable bila revenue dikurangi dengan biaya variabel belum
dapat menutup beban tetapnya. Selanjutnya untuk mengukur pengaruh volume penjualan
terhadap laba operasi (profitabilitas) adalah dengan menghitung tingkat Operating
Leverage (degree of operating leverage / DOL), yaitu rasio dari perubahan persentase
laba operasi terhadap perubahan persentase unit yang terjual atau total pandapatan,
dengan perhitungan secara aljabar sebagai berikut :
DOL = % Perubahan EBIT/ % Perubahan Penjualan
2. Financial Leverage
Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari
bidang manajemen keuangan, merupakan penerapan Financial Leverage dimana
perusahaan membiayai kegiatannya dengan menggunakan modal pinjaman serta
menanggung suatu beban tetap yang bertujuan untuk meningkatkan laba per lembar
saham
Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang
sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Kewajiban-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan
tingkat EBIT dan harus di bayar tanpa melihat sebesar apa pun tingkat EBIT yang dicapai
perusahaan.
Di dalam analisis Financial Leverage diasumsikan bahwa deviden untuk
pemegang saham preferen selalu dibayar dalam setiap periode, asumsi ini diperlukan
karena tujuan utama dari Financial Leverage adalah untuk mengetahui seberapa jauh
uang yang sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa setelah bunga dan deviden
untuk saham preferen dibayarkan. Menurut Joel G dan Jae K dalam Kamus Istilah
Akuntansi (1999:267) Leverage Keuangan diartikan sebagai berikut :
“Financial Leverage adalah sebuah ukuran mengenai resiko keuangan mengenai pembiayaan sebagai aktiva perusahaan, ditujukan pada pembiayaan bagian aktiva tetap yang menanggung beban pembiayaan tetap dengan harapan akan membantu meningkatkan keuntungan bagi pemiliknya”.
Adapun pengertian lain dari Financial Leverage menurut Syamsuddin (2001:113)
menjelaskan Financial Leverage adalah :
“ …Sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban finansial
yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap pendapatan
Pada Leverage Operasi penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah dengan
harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh pengguna aktiva itu akan cukup untuk
menutup biaya tetap dan biaya variabel. Maka pada Leverage Keuangan penggunaan
dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per
lembar saham biasa (EPS).
Sedangkan pengertian Financial Leverage menurut Sartono (2001:260)
“Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan
harapan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya”
Penggunaan Financial Leverage ini dengan harapan agar terjadi perubahan laba
per lembar saham (EPS) yang lebih besar daripada perubahan laba sebelum bungan dan
pajak (EBIT)
Menurut Alwi (2001:301)”Financial Leverage merupakan perbandingan total
hutang dengan seluruh dana atau aktiva dalam perusahaan yang disebut leverage factor”
Jika perusahaan dengan menggunakan dana dengan beban tetap itu menghasilkan
efek yang menguntungkan bagi pemegang saham biasa (pemilk modal sendiri) yaitu :
dalam bentuknya memperbesar earning per share (EPS) nya dikatakan perusahaan itu
menjalankan trading in equity. Leverage Keuangan menunjukkan penggunaan beban
tetap bunga pada struktur biaya perusahaan sehingga mempengaruhi tingkat laba bersih
(EAT) yang diterima oleh pemilik. Financial Leverage adalah kepekaan dari perubahan
pendapatan per lembar saham (EPS) karena perubahan laba operasi (EBIT). Kepekaan
perubahan ini di ukur dengan derajat Financial Leverage (degree of financial
leverage/DFL) yaitu persentase perubahan pendapatan per lembar saham (EPS) dibagi
dengan persentase perubahan laba operasi (EBIT) serta financial leverage dapat di ukur
dengan Leverage Factor yaitu perbandingan total hutang dengan total aktiva. Secara
persamaan ditulis sebagai berikut :
DFL=
Leverage=
Factor
Total Debt %perubahan EPS
Total Asset % perubahan EBIT
Apabila perusahaan menggunakan rencana 100% modal sendiri untuk
membelanjakan usahanya, maka nilai DFL adalah satu untuk seluruh rencana laba
operasi, nilai DFL yang besar menunjukan bahwa perubahan tingkat EBIT akan
menghasilkan perubahan yang besar pada laba bersih (EAT) atau pendapatan per lembar
saham (EPS). Beban tetap bunga ini pada kenyataannya dapat berupa beban seluruh utang
atau obligasi yang ada dan biaya deviden untuk saham preferen yang mempunyai beban
pembayaran tetap setelah perhitungan sebelum pajak.
2.1.3. Jenis-jenis Rasio Leverage
Rasio leverage antara lain:
a.
Rasio total hutang terhadap total aktiva/
debt ratio
Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan besarnya total
hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini
hanya merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut:
Debt ratio
=
Total liabilities x 100 %
Total assets
b. Rasio total hutang terhadap total ekuitas/
debt to equity ratio
mengakibatkan semakin besar risiko yang ditanggungnya. Rumusnya sebagai
berikut:
Debt to equity ratio
=
Total liabilities x 100 %
Common equity
c. Rasio kemampuan membayar bunga
(
times-interest earned ratio
)
Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam membayar beban bunga dan memenuhi pembayaran bunga bagi
kreditor. Rumusnya sebagai berikut:
Times-interest earned ratio = EBIT / Interest expense
d.
Total Debt to Total Capital Assets
Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk
menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :
Total Debt Capital Assets
= Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang
Jumlah Aktiva
e. Long Term Debt to Equity Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai
berikut:
Long Term Debt to Equity Ratio
= Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri
f
.
Tangible Assets Debt Coverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap
tangible
yang
digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai
berikut :
Tangible Assets Debt Coverage
=
Jumlah Aktiva + Tangible + Hutang Lancar
Hutang Jangka Panjang
2.2. Profitabilitas
2.2.1. Pengertian Profitabilitas
Perusahaan pada umumnya akan selalu berusaha untuk memperbesar laba yang
diperolehnya, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi
profitabilitasnya. Hal ini dikarenakan bahwa para investor yang cenderung lebih
Pengertian Profitabilitas menurut Hanafi (2003;75) adalah “ …adalah rasio yang
melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas).”
Sedangkan pengertian profitabilitas menurut Munawir (2002;152) adalah
“ …adalah kemampuan suatu perusahaaan dalam memperoleh laba.”
Banyak penulis yang memberikan beberapa uraian mengenai jenis rasio
didalamnya dapat digunakan untuk memahami kondisi perusahaan. Umumnya rasio yang
dikenal dan popular adalah Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas. Menurut
Harahap (2002;304) Analisa Rasio Profitabilitas adalah :“ …menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber dana
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan jumlah cabang.”
2.2.2. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas yang biasa digunakan adalah :
1. Gross Profit Margin Ratio (Rasio Margin Laba Kotor): Rasio ini menunjukkan
laba bruto per rupiah penjualan
2. Operating Income Ratio (Rasio Operasi Pendapatan): Rasio ini menunjukkan
laba operasi sebelum bunga dan pajak (netto operating income) yang dihasilkan
oleh setiap rupiah penjualan.
3. Operating Ratio (Rasio Operasi): Rasio ini menunjukkan biaya operasi per rupiah
penjualan.
4. Net Profit Margin Ratio (Rasio Margin Laba Bersih): Rasio ini menunjukkan
keuntungan neto per rupiah penjualan.
5. Earning Power of Total Investment Ratio (Rasio Kemampuan Menghasilkan
Laba Atas Seluruh Investasi): Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bagi semua investor (pemegang obligasi dan saham).
6. Net Earning Power Ratio (Rasio kemampuan Menghasilkan Laba Bersih): Rasio
ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.
7. Rate or Return For The Owner Ratio/Rasio Tingkat Pengembalian Bagi Pemilik:
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.
2.3 Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Weygandt (2005:3) yang dialih bahasakan oleh Emil Salim menyatakan
pengertian tentang laporan keuangan, yaitu: “…merupakan sarana pengkomunikasian
informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi”.
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat pengkomunikasian data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak intern maupun ekstern
dalam rangka pengambilan keputusan dengan data atau aktivitas keuangan tersebut.
Melalui laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan tersebut akan dapat
melakukan pengukuran dan analisis terhadap keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
2.3.2 Bagian-bagian Laporan Keuangan
Dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2007:02), mengenai penyajian laporan
keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini :
“a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan arus kas, dan
Dari definisi di atas terlihat bahwa laporan keuangan itu sendiri dari neraca dan
perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, neraca menunjukan jumlah aktiva,
hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan
(laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta
biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukan
sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal
perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya
membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal
kerja, laporan sumber dan penggunana kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab
perubahan laba kotor, laporan biaya serta daftar-daftar lainnya.
2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:02), menyatakan tujuan laporan
keuangan :
“Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.
Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi
aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, kerugian, keuntungan, dan arus kas
perusahaan. Informasi tersebut beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan dalam memprediksi arus kas masa
depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian perolehan kas dan setara kas.
Menurut Weygandt (2005:6) yang dialih bahasakan oleh Emil Salim,
mendefinisakan tujuan laporan keuangan yaitu:
1. Menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit
2. Memberikan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan
3. Memberikan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap
sumber daya tersebut, dan perubahan didalamnya.
Laporan keuangan disusun untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan
(progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersifat
historis dan menyeluruh. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode akuntansi, yaitu
triwulan, semester atau tahunan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan
kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
2.3.4 Pengguna Laporan Keuangan
Dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2011:02), mengenai Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, disebutkan bahwa pemakai laporan
keuangan meliputi :
1. Investor
2. Karyawan
3. Pemberi pinjaman
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
5. Pelanggan
6. Pemerintah
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan
demikian tidak dapt sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai.
Selain itu, manajemen sebagai pihak yang memiliki tanggungjawab dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan perusahaan, juga berkepentingan dengan informasi yang
disajikan di dalam laporan keuangan, yang membantu dalam melaksanakan
tanggungjawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.
2.4. Pengungkapan
2.4.1 Pengertian Pengungkapan
Pengungkapan (disclosure) didefinisikan berbeda dalam kondisi yang berbeda
pula. Sebagian salah satu prinsip dalam akuntansi keuangan, istilah pengungkapan
dikaitkan secara langsung dengan laporan keuangan. Pada kenyataannya ternyata
pengungkapan juga berhubungan dengan informasi lainnya diluar laporan keuangan.
Pengungkapan merupakan suatu alat yang penting untuk mengurangi asimetri informasi
antara manajer dengan pemilik perusahaan.
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan
keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi
yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan.
Suwardjono (2005) mengartikan pengungkapan sebagai berikut :
“Disclosure means supplying information in the financial statement, including the statements themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures associated with the statements. It does not extend to public or private statement made by management or information provided outside the financial statement”.
Suwardjono, (2005) membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal
yang menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau
media masa lain serta informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak masuk dalam
pengertian pengungkapan. Pengungkapan sering juga dimaknai sebagai penyediaan
informasi lebih dari apa yang dapat disampaikan dalam bentuk statement keuangan
formal.
Suwardjono (2005) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai
(adequate disclosure), wajar atau etis (fair or ethical disclosure), dan penuh (full
disclosure). Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan.
Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statement keuangan
secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang
terarah.
Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat
perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu pihakpun
yang kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang
diuntungkan posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan
informasi. Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut
dengan pengambilan keputusan.
Pengungkapan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan
pengungkapan sukarela. Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan
perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan
pengawas.
2.4.2 Jenis Pengungkapan
Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan
menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang
diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan mengenai pengungkapan informasi
ketua BAPEPAM No:Kep-40/PM/2003. sedangkan pengungkapan sukarela adalah
pengungkapan yang melebihi yang diwajibkan.
Pertimbangan manajemen untuk mengungkapakan informasi secara sukarela
dipengaruhi oleh faktor biaya. Menurut Bachtiar (2003:331) mengatakan bahwa :
“Sesungguhnya manajemen atau pembuat laporan keuangan memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan penuh dalam laporan keuangannya, namun ada beberapa hambatan bagi pembuat laporan keuangan untuk melakukan pengungkapan penuh. Salah satunya adalah pertimbangan biaya pengungkapan.”
2.4.3 Tujuan Pengungkapan
Menurut Hendriksen (2001) tujuan pengungkapan adalah sebagai berikut
“Menyediakan informasi yang signifikan dan relavan kepada pemakai laporan
keuangan untuk membantu mereka mengambil keputusan dengan cara terbaik
yang mungkin dengan pembatasan bahwa manfaatnya harus melebihi biayanya”.
Menurut Suwardjono (2005) tujuan pengungkapan yaitu meliputi :
“ 1. Tujuan Melindungi
Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup
canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan
informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya. Dengan kata lain
pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang
mungkin kurang adil dan kurang terbuka.
2.Tujuan Informatif
Pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu
keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya
melandasi penyusunan standar akuntansi untuk menentukan tingkat
pengungkapan.
3.Tujuan Kebutuhan Khusus
Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan
informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada public dibatasi dengan apa yang
dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan
pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas
berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang memuat pengungkapan
secara rinci.”
2.4.4 Tingkatan Pengungkapan
Menurut Hendriksen (2001: 432) mengatakan bahwa :
“Berapa banyak informasi yang harus diungkap tergantung sebagian pada keahlian pembaca. Informasi yang diungkap dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian yang memadai mengenai aktivitas bisnis dan ekonomi serta mau mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang sewajarnya.”
Menurut Hendriksen (2001 : 432) terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu :
1. Pengungkapan Penuh
2. Pengungkapan Cukup
3. Pengungkapan Wajar
Pengungkapan penuh mengacu pada seluruh informasi yang diberikan oleh
perusahaan, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Pengungkapan penuh tidak
hanya meliputi laporan keuangan tetapi juga mencakup informasi-informasi lainnya yang
diberikan oleh manajemen. Pengungkapan penuh menyiratkan penyajian sekuruh
informasi yang relevan. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang diwajibkan
oleh standar akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar adalah
pengungkapan cukup ditambah dengan informasi yang dapat berpengaruh pada kewajaran
laporan keuangan. Pengungkapan wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu
memberikan perlakuan yang sama pada semua calon pembaca.
Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum
adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan
keputusan pemakai. Sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan
keuangan mencerminkan serangkaian trade off penilaian. Trade off ini terjadi antara
kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci hala-hal yang akan mempengaruhi
keputusan pemakai dengan kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat
dipahami.
2.4.6 Metode pengungkapan
Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis
informasi disajikan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta
informasi lain yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan secara spesifik dalam standar
akuntansi atau peraturan lain. Menurut Suwardjono (2005:591) informasi dapat
disajikan dalam pelaporan keuangan antara lain :
1. Pos statemen keuangan
2. Catatan kaki
3. Penggunaan istilah teknis
4. Penjelasan dalam kurung
5. Lampiran
6. Penjelasan auditor dalam laporan auditor
7. Komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi
2.5 Penelitian Terdahulu
Pradifta (2013) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Telekomunikasi Dibursa Efek Indonesia 2008-2012.
Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa current ratio, retrun on equity, dan debt to equity
ratio tidak berpengaruh pada kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan
Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
thitung -3.827, -0,142, 2,229. Selain itu secara silmutan menunjukkan current ratio, retrun
on equity, Dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan Y dengan nilai Fhitung 6,502> ttabel 1,688 dan signifikan 0,001 <
0,05. Untuk Koefisien Determinasi (R2) Adjusted R Square sebesar 70,3% menunjukkan
pengaruh current ratio, retrun on equity, dan debt to equity ratio.
Febrianto Arista (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan Keuangan pada perusahaan Real estate dan property di Indonesia.
Berdasarkan R² menunjukkan bahwa pengaruh rasio leverage, likuiditas, profitabilitas,
porsi saham publik, umur perusahaan dan set kesempatan investasi (IOS) terhadap
kelengkapan pengungkapan wajib sebesar 29.4 persen, sedangkan sisanya 70.6 persen
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio
leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, umur perusahaan dan Set
kesempatan Investasi (IOS) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kelengkapan
pengungkapan wajib.
2.6 Kerangka Konseptual
Pengungkapan laporan keuangan adalah kewajiban bagi setiap perusahaan publik
sebagai alat yang digunakan sebagai pertanggungjawaban terutama kepada pemegang
saham. Laporan keuangan merupakan laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen
perusahaan secara periodik yang berisi informasi keuangan perusahaan yang berguna bagi
pihak stakeholders untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tersebut.
Laporan keuangan yang diungkapkan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
ini wajib diaudit oleh auditor independen sebagai wujud dari transparansi keuangan
perusahaan.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan adalah disclosure
ditujukan untuk siapa, tujuan informasi dalam pengungkapan, informasi apa aja yang
harus diungkapkan (Hendriksen, 2001:205). Berapa banyak informasi yang harus
didisclose tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, namun juga tergantung pada
standar yang dianggap cukup. Tiga konsep disclosure yang umumnya dikemukakan yaitu
adequate, fair, fulldisclosure Hendriksen, (2001:205).
Berdasarkan uraian kerangka konseptual di atas maka dirumuskan kerangka
komseptual mengenai pengaruh pelaksanaan audit manajemen terhadap produktivitas
[image:34.595.114.501.396.526.2]sumber daya manusia, seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hubungan Leverage, Profitabilitas terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.
1. Pengaruh Leverage
Leverage
yang diukur dengan Rasio
debt to equity
(DER) menunjukkan
proporsi pendanaan yang dibiayai lewat hutang.
Debt to equity ratio
yang semakin
tinggi mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan
terhadap kreditnya. Hal ini sesaui dengan
agency theory
, yaitu hubungan
keagenan antara principal (kreditur) dengan agent (perusahaan). Perusahaan akan
Leverage
Profitabilitas
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
berusaha memberikan informasi yang seluas-luasnya mengena kondisi perusahaan
kepada kreditur dengan harapan kreditur lebih mengetahui dan memahami
perusahaan berkaitan dengan kredit yang diberikan. Teori keagenan memprediksi
bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan
lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal
yang seperti itu lebih tinggi Marwata (2001:26).
Menurut Binsar (2004:366), menyatakan bahwa “perusahaan dengan leverage
tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur dan dianggap lebih berkesempatan dalam
menghasilkan laba, dengan demikian perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
akan semakin tinggi pula kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya”.
Menurut Marwata (2001:26), tambahan informasi diperlukan untuk
menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka
sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, Sehingga
perusahaan akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Sehingga dapat
disimpulkan Leverage yang diukur dengan Debt to equity ratio dalam penelitian ini
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
2. Pengaruh Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196)”Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menilai
kemampuan perusahaan di dalam mencari keuntungan”. Tingkat profitabilitas yang tinggi
akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yanag lebih terinci, sebab
mereka ingin meyakinkan para investor, bahwa perusahaan mampu menghasilkan
profitabilitas yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kompensasi terhadap
manajemen. Widiastuti (2004) menjelaskan bahwa profit margin yang tinggi akan
ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi terhadap
manajemen. Fitriani (2001) membuktikan bahwa variabel profitabilitas mempunyai
hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Jadi semakin tinggi profitabilitas
suatu perusahaan maka semakin tinggi indeks kelengkapan pengungkapannya. Sehingga
dapat disimpulkan profitabilitas yang diukur dengan return on assets dalam penelitian ini
berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
2.8 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis yang digambarkan maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh antara Leverage, Debt to Equty Ratio (DER) terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
H2 : Terdapat pengaruh antara Profitabilitas, Return on Assets (ROA) terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan,
penyajian dan analisa data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien dan
sistematis yang hasilnya berguna untuk mengetahui persoalan atau keadaan dalam usaha
pengembangan ilmu pengetahuan atau membuat keputusan dalam rangka pemecahan
masalah.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainya
Umar, (2003: 30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan, pengungkapan, laporan keuangan, pada
PTPN-IV
Sugiyono (2010:3) menyatakan bahwa: “Metode penelitian dapat diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditentukan,
dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.”
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif asosiatif.
Menurut Sugiyono (2010:11) metode deskriptif dan asosiatif adalah: “Metode penelitian
deskriptif merupakan metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara
variabel dengan variabel yang lain. Sedangkan metode asosiatif merupakan penelitian
Dengan metode ini mengumpulkan data historis dan mengamati secara seksama
mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga
akan diperoleh data-data yang menunjang penyusunan laporan penelitian. Data yang
diperoleh tersebut kemudian diproses, dianalisis lebih lanjut dengan dasar-dasar teori
yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran objek tersebut dan dapat ditarik
kesimpulan mengenai masalah yang diteliti. Dan dengan penelitian asosiatif minimal
terdapat dua variabel yang dihubungkan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis
bentuk hubungan ini bersifat sebab akibat (Kausal), yaitu hubungan yang bersifat
mempengaruhi dua varibel atau lebih.
Variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui hubungan yang bersifat
sebab akibat (kausal) antara variabel idependen dengan variabel dependen ini ialah
dengan proses penganalisaan data yang berupa data kuantitatif.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PTPN-IV dalam jangka waktu 2013-2014 Jalan
Kantor Pusat di Jl. Letjend Soeprapto No. 2 Medan
3.3 . Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1. Variabel Penelitian
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada
nilai (Sekaran, 2001). Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Kedua variabel tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
1. Variabel Bebas/Independen
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik yang
pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Sekaran, 2001). Variabel
terikat ditentukan oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini ada tiga variabel
bebas yang diuji dalam hubungannya dengan pengaruh yang diberikan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Pada
bagian sebelumnya telah diuraikan berbagai penjelasan mengenai ketiga variabel
tersebut. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:
a. Rasio leverage
b. Rasio profitabilitas
c. Basis perusahaan
2. Variabel Terikat/Dependen
Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi pusat perhatian utama peneliti
Sekaran, (2001). Variabel terikat yang disebut juga dengan variabel kriteria
adalah variabel yang nilainya tergantung pada variabel lain, di mana nilainya
akan berubah jika variabel yang mempengaruhinya berubah. Variabel terikat
dalam penelitian ini yaitu kelengkapan pengungkapan laporan keuangan PT.
Perkebunan Nusantara (Persero) IV. Kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan ini diukur dengan suatu indeks pengungkapan, seperti yang digunakan
dalam penelitian Lusi W (2007), dalam hal ini indeks tersebut merupakan suatu
skor yang diberikan pada informasi yang termuat dalam laporan keuangan
tahunan sebagai ukuran terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
perusahaan. Pengukuran ditentukan berdasarkan perhitungan skor informasi yang
diungkapkan perusahaan dibandingkan dengan skor pengungkapan yang
diharapkan dapat dipenuhi perusahaan.
3.3.2 Definisi Operasional Variabel Bebas/Independen
Untuk mengoperasionalkan variabel bebas/independen dalam penelitian ini,
maka akan dijelaskan definisi operasional ketiga variabel yang digunakan dan
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel Penelitian
Definisi
Operasional
Variabel
Indikator
Skala
Ukuran
Rasio Leverage
Rasio leverage
menggambarkan
kemampuan perusahaan
dalam memenuhi
kewajiban jangka
panjangnya
Total
kewajiban/Total
Ekuitas
Rasio
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas
merupakan rasio
yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan laba
(profit) pada tingkat
penjualan, aset dan ekuitas
Laba Bersih
(setelah
pajak)/Total aset
Rasio
Kelengkapan
Pengungkapan
Laporan Keuangan
-
Full disclousre
-
Fair disclosure
-
Adequate disclosure
n/k
n= jumlah item
yang dipenuhi
k= jumlah item
yang
mungkin
dipenuhi
Nominal
Irawan; (2008)
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2010:61) populasi adalah:“Wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Dalam penelitian ini populasinya adalah PT. Perkebunan Nusantara (Persero) dari
tahun 2013 sampai dengan tahun 2014.
3.4.2 Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah PTPN-IV, tahun 2013-2014. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Sampling dapat diartikan sebagai
suatu cara untuk mengumpulkan data yang sifatnya tidak menyeluruh yaitu tidak
mencakup seluruh objek penelitian (populasi) tetapi hanya sebagian dari populasi saja.
Menurut Sugiyono (2010:62) teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan
sampel. Untuk menentukkan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling
yang digunakan.
Untuk menentukkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik purpose sampling. Menurut Sugiyono (2010:63) pengertian
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling adalah karena
banyaknya sampel yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini, sementara penulis
memiliki keterbatasan waktu, selain itu tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai
dengan fenomena yang diteliti yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, oleh karena itu penulis memilih teknik
purposive sampling dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria
tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
3.5 Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan
dalam penentuan metode pengumpulan data. Jenis data yang digunakan pada penelitian
ini adalah berupa data sekunder. Adapun menurut Sugiyono (2010:402) yang dimaksud
dengan data sekunder adalah “sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.” Dan data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data-data mengenai
perusahaan PTPN-IV selama 2013-2014. Data historis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan tahunan 2013-2014
Adapun jenis data yang diperlukan adalah laporan keuangan perusahaan sampel
yang berakhir tanggal 31 desember 2013 dan 2014 dari PTPN-IV.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
penelitian Kepustakaan (Library Research). Pada tahap ini, berusaha untuk memperoleh
berbagai informasi sebanyak-banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan
untuk mengolah data dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan mengkaji
literature-literature berupa buku-buku, jurnal, makalah, maupun penelitian-penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.7. Metode Analisis Data
Model penelitian yang akan digunakan adalah analisis regresi linier berganda
(MultipleRegression Analysis) untuk melihat pengaruh leverage, profitabilitas dan Basis
Perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
1. Uji Normalitas data
Sebelum dilakukan uji statistik regresi, maka perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian normalitas data. Uji normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah antar
variabel yang sedang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas
dalam penelitian ini menggunakan grafik Normality Probability Plot dimana:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
maka model regesi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas..
2. Uji asumsi Klasik terhadap persaman Regresi
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu situasi di mana beberapa atau semua variabel
independen saling berkorelasi tinggi. Jika terdapat korelasi yang sempurna di
antara sesama variabel independen sehingga nilai koefisien korelasi di antara
sesama variabel independen ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah:
a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak stabil.
b. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Sehingga semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka
koefisien-koefisien regresi semakin besar kesalahannya dan standar errornya semakin
besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah
dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF),
VIF=
− ��
Ri adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan menregresikan salah satu
variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF kurang atau sama
dengan 10 (Gujarati, 2003: 363) maka di antara variabel independen tidak terdapat
2. Uji Heterokesdastisitas
Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heterokesdastisitas. Uji
heterokesdastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varian residual dari suatu pengamatan ke pengamatan
lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varian berbeda, disebut
heteroskedastisitas.
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan Uji korelasi Rank
Spearman (Gujarati.2004:406) dengan rumus sebagai berikut:
��= − 6 [� � −∑�� ]
Dengan hipotesis yang diuji adalah :
� ∶ � = Tidak terdapat heteroskedastisitas
� ∶ � ≠ Terdapat heteroskedastisitas
Di mana jika tingkat signifikansi hasil tes untuk heteroskedastisitas lebih kecil
dari tarif signifikansi 0.05 berarti dalam model regresi terdapat gejala heteroskedastisitas.
1. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi model linear adalah tidak terdapatnya autokorelasi.
Autokorelasi adalah korelasi antara nilai observasi yang berurutan dari variabel residu.
Autokorelasi dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:
a. Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel
independen secara terus-menerus, sehingga sesuatu akan terjadi dan
mempengaruhi nilai variabel-variabel independennya;
b. Terjadinya penyimpangan spesifik karena adanya variabel-variabel
independen lainnya yang tidak dimasukkan dalam model;
c. Bentuk fungsi yang salah;
7. Adanya tenggang waktu (lags);
8. Manipulasi data yang mengakibatkan data menjadi tidak akurat.
Untuk memeriksa adanya autokorelasi, biasanya dilakukan uji statistik
Durbin-Watson (DW) dengan langkah-langkah hipotesis sebagai berikut ;
� ∶ � = tidak terjadi autokorelasi
�� ∶ � ≠ terjadi autokorelasi
Nilai Durbin-Watson dapat dicari dengan rumus,
DW=∑ �∑− �−
�
Keterangan :
� Nilai residu dari persamaan regresi periode
�− Nilai residu dari persamaan regresi periode
Kriteria yang digunakan adalah :
9. < � < �� artinya ada autokorelasi positif
10. �� ≤ � ≤ � artinya tidak ada kesimpulan
11. 4 − �� < � < 4 artinya ada autokorelasi negative
12. 4 − � ≤ � ≤ 4 − �� artinya tidak ada kesimpulan
13. � < � < 4 − � artinya tidak ada autokorelasi
2. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression Analysis)
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian sebagaimana telah diidentifikasikan di atas dan sehubungan dengan operasionalisasi variabel yang
mempergunakan data kuantitatif, maka penulis menggunakan Multiple Linear Regression
Analysis yang merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk mencari persamaan
variabel independennya, mencari kemungkinan hubungan antara suatu variabel
independen dengan dua atau lebih variabel independen baik secara simultan maupun
parsial. Persamaan analisis regresi linier secara umum untuk menguji hipotesis-hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
= � + � + � + �
Di mana, : Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
� : intercept atau konstanta
�− : koefisien regresi variabel pertama sampai ketiga
− : variabel bebas (DER, ROA, BP)
� : error
3. Uji Keberartian Regresi/ Uji Simultan (Uji F)
Untuk menguji model regresi yang menjelaskan bentuk hubungan dan
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel t