• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.1 Pencemaran Air - Efektivitas Koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas (Alum) Terhadap Logam Nitrit (NO2) Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1.1 Pencemaran Air - Efektivitas Koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas (Alum) Terhadap Logam Nitrit (NO2) Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak

dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Dalam jaringan, air merupakan medium

untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air.

Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai,

oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara

(Achmad, 2004).

Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input pengolahan air

minum yang memenuhi persyaratan mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi

air minum dapat berasal dari sumber air bawah tanah yaitu lapisan yang

mengandung air di bawah permukaan tanah dangkal atau dalam, sumber air

permukaan yaitu sungai, rawa, dan mata air, serta air laut (Juju, 2012).

2.1.1 Pencemaran Air

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

hidup No. 02/MENKLH/1998, yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan/atau komponen lain ke

dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan

manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara/air menjadi kurang atau tidak

dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Kristanto, 2002).

Selain itu menurut Sasongko (1985), ada lima pencemaran yang terdapat

(2)

Pencemaran-pencemaran tersebut diklasifikasikan atas 1. ionik dan terlarut, 2.

Non ionik dan tak terlarut dan 3. Gas-gas. Pencemar terlarut di klasifikasikan

lebih lanjut menjadi dua golongan, tergantung pada ionnya apakah positif dan

negatif. Pencemar-pencemar non ionik dan tak terlarut sering di kategorikan

menurut ukurannya dan dianggap sebagai terapung jika mereka dapat mengendap

atau sebagai koloid jika tidak dapat mengendap. Warna dan bahan-bahan dapat di

klasifikasikan baik secara ionik dan terlarut, maupun ionik-ionik tak terlarut

tergantung pada sifat molekulnya.

Pencemaran ini dapat menyebabkan berkurangnya keaneragaman

berkurangnya keaneragaman atau punahnya populasi mikrorganisme perairan.

Dengan menurunnya atau punahnya arganisme tersebut maka sistem ekologi

perairan dapat terganggu (Mcgraw-Hill, Inc, 1979).

2.1.2 Indikator Pencemaran Air

Menurut (Kristanto, 2002) indikator pencemaran air yaitu:

1.Perubahan Suhu Air

Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses

industri. Air tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan

yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke sungai atau sumber air

slainnya. Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut :

a.Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air

b.Meningkatkan kecepatan reaksi kimia

(3)

2.Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air

a. Perubahan warna

Warna dibedakan atas dua macam:

−Warna sejati yang diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut

− Warna semu yang selain diakibatkan oleh bahan-bahan terlarut juga

bahan bahan tersuspensi, termasuk diantaranya bersifat koloid.

b. Perubahan bau

Timbulnya bau pada airlingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai

salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi.

Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah

terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Adanya rasa pada air pada

umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air ( Wardhana, 2001).

3. Padatan

Pada dasarnya air sungai tercemar selalu mengandung padatan, yang

dapat dibedakan jadi 4 kelompok berdasarkan partikel dan sifat-sifat

lainnya, terutama kelarutannya, yaitu:

a. Padatan terendap (sedimen) yang terdapat dalam air sebagai akibat

erosi dan merupakan padatan yang terdapat di dalam air permukaan

b. Padatan tersuspensi dan koloid yang menyebabkan kekeruhan air,

tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap

c. Padatan terlarut yang terdiri dari senyawa-senyawa organic dan

(4)

d. Minyak dan lemak yaitu padatan yang mengapung diatas permukaan

air dan terdapat dalam dua macam emulsi, emulsi minyak dalam air

dan emulsi air dalam minyak.

2.2 Sungai

Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara

terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Kemanfaatan terbesar

sebuah sungai adalah untuk irigasi, pertanian, bahan baku air minum, sebagai

saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahan sebenarnya potensial untuk

dijadikan objek wisata sungai (Agus, 2012).

2.2.1 Pencemaran Sungai

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh

limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara

yang tetrdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu

kesehatan manusia (Agus, 2012).

2.2.2 Penyebab Pencemaran Sungai

a. Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah

tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu:

bahan-bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak

membutuhkan oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan yang tidak

sedimen (endapan), dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan

panas

(5)

2.3 Logam Nitrit

Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang

sangat sedikit. Lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan

keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara

amonia dan nitrat (nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi).

Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob ( Effendi, 2003).

Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar

nitrit pada perairan relatif kecil, karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan

alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L dan sebaiknya tidak melebihi 0,06

mg/L. Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/L. Kadar nitrit yang lebih

dari 0,05 mg/L dapat bersifat tosik bagi organisme perairan yang sangat sensitif.

Untuk keperluan air minum, WHO merekomendasikan kadar nitrit sebaiknya

tidak lebih dari 1 mg/L. Bagi manusia dan hewan, nitrit bersifat lebih toksik

daripada nitrat. Pada manusia konsumsi nitrit yang berlebihan dapat

mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah,

yang selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak mampu mengikat

oksigen (Effendi, 2003).

Menurut Chandra (2006), dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan

dalam air minum, kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya

proses reduksi nitrat oleh garam besi. Nitrit (NO2) beracun terhadap udang dan

ikan karena mengoksidasi Fe2+ di dalam hemoglobin. Dalam bentuk ini

kemampuan darah untuk mengikat oksigen sangat merosot. Mekanisme toksisitas

dari nitrit ialah pengaruhnya terhadap transport oksigen dalam darah dan

(6)

sebagai akibat tidak seimbangnya antara kecepatan perubahan dari nitrit menjadi

nitrat dan dari amonia menjadi nitrit (Ghufran, 2007).

Efek terhadap kesehatan manusia yang ditimbulkan oleh kandungan nitrit

ini dalam air adalah serupa dengan apa yang diakibatkan oleh nitrat, yaitu dapat

menyebabkan terbentuknya “Methemoglobine” yang dapat menghambat

perjalanan oksigen dalam tubuh, dan dapat menyebabkan “Blue baby” pada bayi.

Selain itu, nitrit adalah zat yang bersifat beracun, sehingga standar persyaratan

kualitas air minum yang ditetapkan oleh Dep. Kes. RI tidak memperbolehkan

kehadiran nitrit pada air minum. Nitrit adalah penyebab sebenarnya, karena di

dalam tubuh nitrit dapat mengikat zat besi dari hemoglobin yang membentuk

methemoglobinemia. Asam yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk

nitrosamines yang kebanyakan diketahui berpotensi carcinogen (Sutrisno, 2002).

Menurut (Ompusunggu, 2009)Nitrit juga dapat mengakibatkan penurunan

tekanan darah karena efek vasodilatasinya. Gejala klinis yang timbul dapat berupa

nausea, vomitus, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, selain itu sianosis dapat

muncul dalam jangka waktu beberapa menit sampai 45 menit. Pada kasus yang

ringan, sianosis hanya tampak di sekitar bibir dan membran mukosa. Adanya

sianosis sangat tergantung dari jumlah total hemoglobin dalam darah. Efek racun

yang akut dari nitrit adalah methemoglobinemia, dimana lebih dari 10%

hemoglobin diubah menjadi methemoglobin. Bila konversi ini melebihi 70%

(7)

Tabel 2.3 Kadar Methemoglobin

Berdasarkan tabel 2.1 di bawah ini, maka dapat diketahui kadar methemoglobin

dan gejala yang akan ditimbulkan.

Kadar

Methemoglobin Gejala yang timbul

3% Kadar normal

3% - 10% Tidak ada gejala klinis

10% - 15% Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen berkurang dan menyebabkan darah menjadi coklat

15% - 20% Terjadi sianosis dimana tuuh berwarna biru – abu-abu, biasanya asymtomatic

20% - 45% Sakit kepala, pusing, lemah, kurangnya produktivitas, kesulitan bernafas

45% - 55% Peningkatan depresi pada CNS (Sistem Saraf Pusat)

55% - 65% Koma, seizures, cardiac failur, cardiac arrythmias, metabolic asidosis

>65% Resiko tinggi yang dapat menyebabkan kematian

2.4 Metode Jar Test

Menurut (Mulyadi, 2007) Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi

untuk menentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses

pengolahan air bersih. Apabilapercobaan dilakuakan secara tepat, informasi yang

berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam

mengoptimalkan proses-proses koagulasi flokulasi dan penjernihan. Tujuan dari

Jar test adalah untuk menetukan intensitas pengadukan optimum, maka terhadap

berbagai tabung digunakan berbagai rotor dan stater yang berbeda. Semua

parameter proses termasuk dosis alum harus mempunyai nilai yang sama dalam

semua tabung.

(8)

periode sedimentasi, jenis dan jumlah bahan kimia yang akan digunakan.

Kebanyakan pada instalasi pengolahan yang ada, Jar test digunakan untuk

menetukan kondisi operasional optimum untuk berbagai kualitas air baku,

khususnya dosis bahan kimia yang tepat.

2.5 Koagulan

2.5.1 Poly Alumunium Chloride(PAC)

PAC merupakan polimer pendek berantai panjang yang memiliki rumus

umumkimiawi Aln(OH)mCl3n-m. Penggunaan koagulan jenis ini akan

menghasilkanflok-flok yang lebih padat dan dengan kecepatan mengendap yang

tinggiuntuk fluktuasi kualitas yang besar (range pengolahan lebih besar), juga pH

air olahan yang dihasilkan lebih stabil (rangenya sangat kecil) bila terjadi

kelebihan dosis (Mulyadi, 2007).

Bahankimiaflokulanpolimersering

dipakaisebagaikoagulanpembantudalam prosesflokulasidi IPA,

polimerberfungsimembantumembentukmakroflok yang akan menahan abrasi

setelah terjadi destabilisasi dan pembentukan mikroflok disebabkan oleh

koagulan.Adsorbsikoagulanpembantupadamikroflokpenting,

supayamakroflokdapat terbentuk. Halinisangatdipengaruhioleh karakteristik

bataspermukaanantara molekuldanhalinisangattergantung darikomposisiair

(Rifaii, 2007).

2.5.2 Tawas

(9)

antara 4-8. Jumlah pemakaina tawas tergantung turbidity (kekeruhan) air baku,.

Semakin tinggi turbinity air baku maka semakin besar jumlah tawas yang

dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang

terkandung oleh air baku tersebut. Semakin banyak dosis tawas yang di

tambahkan maka ph akan semakin turun, karena di hasilkan asam sulfat sehingga

di perlukan pencarian dosis tawas yang efektif antara pH 5,8-7,4.

Koagulan yang berbasis aluminium seperti aluminium sulfat digunakan

pada pengolahan air minum untuk memperkuat penghilangan materi partikulat,

koloidal dan bahan-bahan terlarut lainnya melalui air, sehingga menimbulkan

konsentrasi aluminium yang lebih tinggi dalam air yang diolah dari pada dalam

air mentah itu sendiri.

2.6 Spektrophotometer DR 2400

Spektrophotometer DR 2400 adalah salah satu metode yang digunakan

untuk menganalisis kandungan nutrien di dalam air. Beberapa petunjuk yang

mengatakan bahwa dalam penggunaannya jangan menempatkan botol yang lebih

panas dari 100 ° C (212 ° F) ke salah satu adapter sel sampel dan jangan dalam

kondisi basah harus dalam konsisi kering. Mengaktifkan Power On dan Off

Hidupkan alat dan mematikan. Pertama kali instrumen dihidupkan, layar

pemilihan bahasa akan musncul. Pilih bahasa, lalu tekan OK. Pada setiap berhasil

instrumen power-up, kalibrasi panjang gelombang akan dilakukan secara

otomatis, dan kemudian Menu Utama akan muncul.

Beberapa bagian buku panduan berikut berisi informasi dalam bentuk

peringatan, peringatan dan catatan yang memerlukan perhatian khusus. Baca dan

(10)

instrumen. Hanya teknisi yang memenuhi syarat untuk melakukannya, harus

melakukan tugas instalasi/ pemeliharaan yang dijelaskan dalam bagian ini manual.

Untuk memverifikasi kinerja fotometrik dari DR/ 2400 dengan standar, instrumen

nol harus dilakukan pada "seperti" standar untuk memperoleh kemampuan kinerja

maksimum dari instrumen. Contoh berikut memberikan metode untuk memeriksa

akurasi fotometri menggunakan standar kaca dengan DR / 2400 yang paling

sesuai dengan kinerja yang diperoleh ketika kosong digunakan dalam Hach

metode analisis air.

1. Dengan instrumen off, tekan tombol Power dan terus ke bawah sampai

layar pemilihan bahasa muncul.

2. Pilih bahasa, lalu tekan OK. Layar menu akan muncul dalam bahasa yang

dipilih.

3. Lalu pilih tekan hach program pilih program yang sesuai dengan zat yang

Gambar

Tabel 2.3 Kadar Methemoglobin

Referensi

Dokumen terkait

Bandung, Panitia Pengadaan Rehab Gedung dan Bangunan serta Halaman Balai Diklat KKB Garut Pasca Banjir Tahun Anggaran 2017 Satker Pewakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat

Paket Pekerjaan : Pengadaan Rehab Gedung dan Bangunan serta Halaman Diklat KKB Garut Pasca Banjir TA.. 2017 sebagai

Sampai dengan batas akhir pemasukan penawaran tanggal 6 September 2017 pukul 12.00 (waktu server) tidak ada perusahaan/peserta lelang yang memasukkan dokumen

Tidak ada Surat Kuasa bermaterai dari Direktur pada saat verifikasi, tidak ada Sertifikat Kendali Mutu ISO 9001:2008, tidak ada Sertifikat Lingkungan OHSAS 14001:2004, tidak

Sekretariat Mahkamah Agung RI, Kepala Badan Pengawasan MA RI melantik dan mengambil sumpah Hakim Yustisial dan pejabat eselon IV pada Badan Pengawasan MA RI. Andi Maderumpu, S.H.,

Dimana lipopolisakarida (LPS) dan sitokin akan menurunkan kadar kolesterol total pada primata, sedangkan pada tikus akan meningkat karena infeksi akan merangsang sintesis

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 sampel pasien Diabetes Melitus rawat inap di Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura yaitu 11 sampel (37%) swab mulut pasien

Hal ini berarti menunjukkan bahwa dimensi empati ( emphaty) tidak mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pasien di Puskesmas Bantur. Perhatian petugas puskesmas