• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Problem Solving pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Semester I Tahun Ajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Problem Solving pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Semester I Tahun Ajaran 2016/2017"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada ban IV ini membahas mengenai pelaksanaan pembelajaran siklus I, hasil tindakan siklus I, hasil belajar siklus I, hasil refleksi siklus I, pelaksanaan pembelajaran siklus II, hasil tindakan siklus II, hasil belajar siklus II, hasil refleksi siklus II, hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang akan disajikan di bawah ini:

4.1. Pelaksanaan Penelitian

Pada deskripsi pelaksanaan penelitian ini akan menguraikan tentang tahap pelaksanaan pra siklus dan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pelaksanaan observasi, hasil tindakan serta refleksi pada siklus I dan siklus II. Kegiatan siklus I dan siklus II dibagi menjadi 3 kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama 2x35 menit.

4.2. Hasil Penelitian Siklus I

4.2.1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

(2)

4.2.2. Pelaksanaan Siklus I Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari rabu, 31 Agustus 2016 pukul 09.35 WIB sampai 10.44 WIB. Pada kegiatan pendahuluan guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, melakukan presensi, mengatur suasana kelas dan menanyakan keadaan siswa. Pada pertemuan pertama ini guru mengajarkan tentang pengertian kelipatan dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK). Dalam kegiatan apersepsi guru menanyakan tentang berapa kali kalian mandi dalam sehari kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran hari ini.

Pada kegiatan inti, diawali dengan guru menampilkan video dan memberikan masalah kepada siswa. Siswa yang belum mengerti diberi kesempatan bertanya tentang hal yang belum dimengerti. Kegiatan selanjutnya siswa masuk kedalam kelompok agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik, guru memberikan soal cerita kepada siswa. Pada kegiatan ini kelompok berdiskusi dan bertukar pikiran menyelesaikan masalah. Siswa dalam kelompok berbagi tugas, mencari kelipatan dari soal cerita dan menulis hasilnya. Sebagian masih ada siswa yang bermalas-malasan cenderung ramai sendiri dalam jalannya diskusi dan tidak memperhatikan hasil dari kerja kelompok.

(3)

4.2.3. Pelaksanaan Siklus I Pertemuan II

Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat, 2 September 2016 pukul 07.15 WIB sampai 08.30 WIB. Pada pertemuan kedua ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa pada pertemuan pertama. Peneliti telah menyusun rencana pembelajaran yang baik agar kekurangan pada pertama dapat diperbaiki. Dalam kegiatan awal guru mengucapkan salam, menanyakan kabar siswa dan melakukan presensi. Dalam kegiatan guru bertanya apa saja yang telah dikerjakan pada pertemuan pertama dan bagaimana hasil kerja kelompok siswa.

Pada kegiatan inti yang merupakan tindak lanjut pada pertemuan pertama, tiap kelompok mencari KPK dari soal cerita yang diberikan oleh guru dan menuliskan hasil kerja kelompok di papan tulis siswa yang lain memperhatikan. Setelah perwakilan kelompok yang telah selesai menuliskan hasil kerja kelompok di papan tulis, siswa yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan yang terkait dengan hasil kerja kelompok. Di pertemuan kedua kondisi pembelajaran sudah cukup baik, hal ini terlihat pada kondisi kelas lebih kondusif pada waktu berlangsungnya kerja kelompok walaupun masih ada siswa yang belum aktif tanya jawab dalam kerja kelompok. Setelah kegiatan siswa dilakukan siswa bersama guru menyimpulkan tentang kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan.

(4)

4.2.4. Pelaksanaan Siklus I Pertemuan III

Pertemuan ketiga dilaksanakan hari rabu, 7 September 2016 pukul 09.35 WIB sampai 10.44 WIB. Di pertemuan ketiga guru menjelaskan KPK dari tiga bilangan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menanyakan pelajaran sebelumnya yaitu tentang KPK dari dua bilangan. Dalam pertemuan ketiga ini siswa diberi tugas untuk mencari KPK dari tiga bilangan.

Pada kegiatan inti siswa dan guru membahas tentang KPK dari tiga bilangan, serta guru memberikan contoh soal untuk dikerjakan oleh siswa. Dari hasil latihan soal yang dikerjakan siswa terlihat beberapa siswa belum memahami materi. Kemudian guru menjelaskan materi yang belum dikuasai siswa. Siswa terlihat antusias memperhatikan penjelasan guru, setelah selesai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi tidak ada yang bertanya. Karena tidak ada siswa yang bertanya, guru memberikan lembar evaluasi sebagai tes siklus I.

4.2.5. Hasil Pengamatan Siklus I 4.2.5.1. Hasil Analisis Observasi Guru

(5)

Tabel 1

3 Guru pembelajaran dalam menerapkan menyampaikan tujuan

model pembelajaran problem solving. √ √ √ 4 Guru membimbing siswa dalam merumuskan masalah.

Inti

5 Guru dan siswa menelaah masalah yang telah dirumuskan.

√ √ √

6 Guru mengarahkan siswa dalam merumuskan hipotesis berdasarkan

masalah yang telah dirumuskan. √ √ √

7 Guru menampung seluruh hipotesa yang diberikan oleh siswa

berdasarkan rumusan masalah. √ √ √

8 Guru membimbing siswa dalam membuktikan hipotesis yang

diperoleh. √ √ √

9

Guru dan siswa mengoreksi pembuktian hipotesis jawaban, membimbing siswa dalam mencari

alternatif cara yang berbeda. √ √ √

10 Guru membimbing siswa dalam malakukan refleksi pembahasan

masalah. √ √ √

Akhir

11 Guru penyimpulan terhadap pembelajaran dan siswa melakukan

yang telah berlangsung. √ √ √ 12 Guru melakukan kegiatan evaluasi setelah kegiatan penyampaian materi.

√ √ √

13 Membimbing kesimpulan tentang materi yang telah siswa membuat

dipelajari bersama. √ √ √

14 Melaksanakan memberikan tes formatif kepada evaluasi dengan

siswa. √ √ √

Jumlah 9 5 6 8 1 13

(6)

Dari tabel 4.2 hasil observasi kegiatan mengajar guru siklus I, perolehan total skor pertemuan pertama sebanyak 47, pertemuan kedua sebanyak 50, pertemuan ketiga sebanyak 55. Dapat disimpulkan bahwa, berdasarkan pemberian skor akhir yang dilakukan oleh observer dari masing-masing pertemuan terjadi peningkatan.

4.2.5.2. Hasil Analisis Observasi Siswa

Analisis data hasil kegiatan belajar siswa pelaksanaan siklus I selama tiga kali pertemuan yang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas IV, dapat dilihat

Siswa merespon positif terhadap kegiatan apersepsi dan motivasi yang

dilakukan oleh guru. √ √ √

Siswa berperan aktif dalam kegiatan refeksi dan kesimpulan materi

pelajaran. √ √ √

Akhir 10 Siswa merespon positif kegiatan evaluasi pada akhir pelajaran.

√ √ √

Jumlah 9 1 3 7 2 8

(7)

Analisis hasil observasi kegiatan belajar siswa siklus I selama tiga kali pertemuan, perolehan total skor pertemuan pertama sebanyak 31, pertemuan kedua sebanyak 37, pertemuan ketiga sebanyak 38. Penskoran tersebut membuktikan bahwa kegiatan belajar siswa dalam tiap pertemuan terjadi peningkatan pada keaktifan siswa dan respon positif terhadap pembelajaran yang berlangsung.

4.2.6. Hasil Belajar Siklus I

Perolehan data berdasarkan hasil analisis nilai formatif akhir pelaksanaan siklus I dalam tiga kali pertemuan tersedia dalam tabel berikut:

Tabel 3

Destribusi Hasil Belajar Matematika pada Siklus I

Rentang Kategori Siklus I

Frekuensi Persentase Keterangan

86 – 100 Tinggi 11 50,00% Tuntas

70 – 85 Sedang 6 27,27%

55 – 69 Rendah 1 4,54% Tidak Tuntas

40 – 54 Sangat rendah 4 18,18%

Total 22 100%

Nilai Mak 100

Nilai Min 40

Rata-rata 63,86

KKM 70

(8)

Gambar 1

Kekuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I

Berdasarkan gambar 2 terlihat jelas bahwa ketuntasan hasil belajar matematika sudah mengalami peningkatan. Siswa yang sudah tuntas mencapai 77% dan siswa yang belum tuntas mencapai 23%.

4.2.7. Refleksi Penelitian Siklus I

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan I, II dan III, maka selanjutnya akan diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi, lembar angket dan soal evaluasi yang dilaksanakan pada siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan dalam proses pembelajaran apakah sudah sesuai dengan indikator kinerja. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer bersama peneliti pada siklus II maka dapat direfleksi sebagai berikut:

1) Hasil Observasi

Berdasarkan lembar observasi guru dalam menerapkan pembelajaran problem solving, guru sudah melaksanakan semua kegiatan pembelajaran dengan baik dan sesuai yang ingin diajarkan kepada siswa. Hal ini terlihat dari tahapan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dari awal hingga akhir dan sudah tidak ada catatan berupa masukan dan perbaikan dari observer seperti yang telah dijelaskan pada hasil tindakan. Sehingga dalam penerapan pembelajaran problem solving, aktivitas guru sudah mencapai indikator proses yang telah ditetapkan.

77% 23%

(9)

Pada siklus II ini guru sudah menerapkan pembelajaran matematika realistik dengan maksimal.

2) Hasil Belajar

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan pembelajaran problem solving, jumlah siswa yang tuntas ≥70 sebanyak 17 siswa (77,27%), nilai rata-rata 63,86, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40. Hal ini membuktikan hasil belajar matematika sudah mencapai indikator hasil yang telah ditetapkan dan mengalami peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dibanding siklus I.

Berdasarkan informasi dari observer secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan

a. Rancangan pembelajaran sudah terprogram

b. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran problem solving.

c. Siswa lebih terlihat aktif didalam proses pembelajaran.

d. Siswa yang berkemampuan rendah dalam belajar dapat dibanyu oleh teman kelompoknya.

e. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.

f. Keberanian siswa sudah tumbuh dalam mengemukakan pendapat dan memberi tanggapan.

g. Guru dan siswa terbiasa menerapkan kegiatan pembelajaran problem solving.

2. Kekurangan a. Hambatan

Guru masih kesulitan dalam mengarahkan pembelajaran dalam setiap kegiatan.

b. Penyelesaian

(10)

4.3. Hasil Penelitian Siklus II

4.3.1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Seperti halnya siklus I, siklus II juga masih menggunakan pembelajaran problem solving. Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi pada siklus I. Peneliti juga merancang siklus II yang terdiri dari 3 pertemuan, setiap pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran). Kemudian menentukan materi yang akan disampaikan sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan. Persiapan lain yang dilakukan peneliti pada siklus II ini adalah merancang pelaksanaan pembelajaran sesuai pokok bahasan pada setiap pertemuan, menyiapkan alat peraga dalam bentuk video dan benda nyata, lembar kerja siswa, lembar observasi guru untuk melihat bagaimana kondisi pelaksanaan pembelajaran di kelas, serta lembar observasi siklus II.

4.3.2. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan I

Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada hari jumat 09 september 2016 pukul 07.15-08.45 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang “berapa kali kalian senam dalam seminggu?”, kemudian dilanjut dengan pertanyaan pengertian faktor. Sebelum masuk dalam kegiatan inti guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran hari ini.

b) Kegiatan inti

(11)

tersebut. Siswa secara berkelompok mencari faktor dari soal cerita yang diberikan oleh guru.

c) Kegiatan penutup

Pada kegiatan penutup, guru memberikan penguatan dengan menanyakan beberapa soal terkait materi ajar secara lisan. Kemudian siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan I siklus II diakhiri dengan pemberian tindak lanjut oleh guru dengan meminta siswa pelajari materi selanjutnya.

4.3.3. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan II

Pertemuan kedua pada siklus II ini dilaksanakan pada hari rabu 14 September 2016 pukul 09.35-10.45 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal, peneliti telah menyusun rencana pembelajaran yang baik agar kekurangan pada pertemuan pertama dapat diperbaiki. Dalam kegiatan awal guru mengucapkan salam, mengatur suasana kelas dan melakukan presensi. Dalam kegiatan apersepsi guru bertanya kegiatan apa saja yang telah dikerjakan pada pertemuan pertama dan bagaimana hasil kerja kelompok siswa.

b) Kegiatan inti

(12)

c) Kegiatan penutup

Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dan dilanjutkan dengan pemberian tindak lanjut yaitu dengan meminta siswa pelajari materi selanjutnya dirumah.

4.3.4. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan III

Pertemuan ketiga pada siklus II ini dilaksanakan pada hari jumat 16 September 2016 pukul 07.15-08.45 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal, guru memberikan salam dan berdoa bersama, guru menyiapkan kelas agar siap untuk belajar. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan membahas pelajaran yang lalu. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian informasi dari guru mengenai materi yang akan dipelajari.

b) Kegiatan inti

(13)

c) Kegiatan penutup

Pada kegiatan penutup ini, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa sebagai evaluasi setelah melakukan pembelajaran. Setelah melakukan evaluasi, guru memberikan penguatan kepada siswa untuk belajar lebih giat lagi dirumah.

4.3.5. Hasil Pengamatan Siklus II 4.3.5.1. Hasil Analisis Observasi Guru

Analisis data hasil observasi kegiatan mengajar guru pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada siklus II dilakukan oleh observer yaitu guru kelas IV, pelajaran matematika dalam mencari KPK dan FPB menggunakan penerapan Problem Solving. Standar Kompetensi 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB). Hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut:

(14)

Tabel 4

Guru melakukan apersepsi dan motivasi sebelum masuk pada

kegiatan pembelajaran. √ √ √

Guru mengarahkan siswa dalam merumuskan hipotesis berdasarkan

masalah yang telah dirumuskan. √ √ √

7

Guru menampung seluruh hipotesa

yang diberikan oleh siswa

berdasarkan rumusan masalah. √ √ √

8

Guru membimbing siswa dalam

membuktikan hipotesis yang

diperoleh. √ √ √

9

Guru dan siswa mengoreksi pembuktian hipotesis jawaban, membimbing siswa dalam mencari

alternatif cara yang berbeda. √ √ √

10

Guru membimbing siswa dalam malakukan refleksi pembahasan

Guru melakukan kegiatan evaluasi

setelah kegiatan penyampaian

materi. √ √ √

13

Membimbing siswa membuat

kesimpulan tentang materi yang

(15)

4.3.5.2. Hasil Analisis Observasi Siswa

Analisis data hasil kegiatan belajar siswa dalam tiga kali pertemuan pelaksanaan siklus II yang dilakukan oleh observer yaitu guru kelas IV, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II

(16)

Analisis hasil observasi kegiatan belajar siswa siklus II selama tiga kali pertemuan, perolehan total skor pertemuan pertama sebanyak, pertemuan kedua sebanyak 38 dan pertemuan ketiga sebanyak 40. Hasil penilaian observer berdasarkan item penilaian pelaksanaan kegiatan belajar siswa terdapat peningkatan dalam setiap pertemuan.

4.4. Hasil Belajar Siklus II

Perolehan data berdasarkan hasil analisis nilai tes formatif akhir pelaksanaan siklus II dalam tiga kali pertemuan tersedia dalam tabel berikut:

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika pada Siklus II

Rentang Kategori Pra Siklus

Frekuensi Persentase Keterangan

86 - 100 Tinggi 13 59,09%

Tuntas

70 - 85 Sedang 9 40,91%

55 - 69 Rendah 0 0,00% Tidak Tuntas

40 - 54 Sangat rendah 0 0,00%

Total 22 100%

Nilai Mak 100

Nilai Min 73

Rata-rata 88

KKM 70

(17)

Gambar 2

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II

Berdasarkan gambar 3 terlihat jelas bahwa ketuntasan hasil belajar matematika meningkat menjadi 100%

4.5. Refleksi Penelitian Siklus II

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan 1, 2 dan 3, maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi, lembar soal evaluasi yang dilaksanakan pada siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan dalam proses pembelajaran apakah sudah sesuai dengan indikator kinerja. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer bersama peneliti pada siklus II maka dapat direfleksi sebagai berikut: a) Hasil Observasi

Berdasarkan lembar observasi guru dalam menerapkan pembelajaran problem solving, guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Sehingga dalam penerapan model problem solving, aktivitas guru sudah mencapai indikator proses yang telah ditetapkan. Pada siklus II ini guru sudah menerapkan pembelajaran matematika realistik dengan maksimal.

(18)

b) Hasil Belajar

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan pembelajaran problem solving, jumlah siswa yang tuntas 22 siswa dengan nilai rata-rata 88. Hal ini membuktikan hasil belajar matematika sudah mencapai indikator hasil yang telah ditetapkan dan mengalami peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dibanding siklus I

Berdasarkan informasi dari observer secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan

a. Rancangan pembelajaran sudah terprogram.

b. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran problem solving.

c. Siswa lebih terlihat aktif dalam proses pembelajaran.

d. Siswa yang berkemampuan rendah dalam belajar dapat dibantu oleh teman dalam kelompoknya.

e. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.

f. Guru dan siswa terbiasa menerapkan kegiatan pembelajaran problem solving.

2. Kekurangan a. Hambatan

Guru masih kesulitan dalam mengarahkan pembelajaran dalam setiap kegiatan.

b. Penyelesaian

(19)

4.6. Rekapitulasi Hasil Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Proses pengumpulan data pada penelitian yaitu tahap awal penelitian melalui observasi sebelum melakukan pra siklus, hingga dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II, sehingga diperoleh data yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 7

Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Rentang Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II Keterangan

F Persen F Persen F Persen

86 - 100 Tinggi 1 4,54% 11 50,00% 13 59,09% Tuntas

70 - 85 Sedang 9 40,91% 6 27,27% 9 40,91%

55 - 69 Rendah 6 27,27% 1 4,54% 0 0,00% Tidak Tuntas

40 - 54 Sangat rendah 6 27,27% 4 18,18% 0 0,00%

Total 22 100% 22 100% 22 100%

Nilai Maksimal 90 100 100

Nilai Minimum 40 40 73

Rata-rata 69 63,83 88

KKM 70 70 70

(20)

4.7. Pembahasan

Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 pada mata pelajaran matematika, maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan model problem solving. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat ketika dimulainya kegiatan perencanaan pembelajaran. Kerja kelompok dan diskusi sebagai awal untuk mereka bertukar pendapat dan menyampaikan ide masing-masing yang dimiliki oleh siswa. Pada pertemuan pertama siswa sudah mampu mengemukakan pendapat dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kerja sama antar kelompok yang tinggi dibuktikan dari hasil kerja kelompok yang begitu detail. Hasil belajar siswa juga meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

Hasil belajar matematika pada pra siklus, peneliti memberikan soal pretest untuk mengetahui hasil belajar matematika sebelum diberikan tindakan dengan menerapkan model Problem Solving dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70. Pada pra siklus terdapat 12 siswa yang tidak tuntas dengan presentase 54,54% dan yang tuntas terdapat 10 siswa 45,44%. Hal tersebut telah diketahui bahwa hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 harus ditingkatkan. Dengan demikian, maka peneliti menerapkan model problem solving pada siklus I. Hasil evaluasi dari siklus I adalah terdapat 17 siswa yang tuntas dengan persentase 77,27% dan siswa yang tidak tuntas 5 dengan persentase 22,72%. Untuk itu penelitian dilanjutkan pada siklus II karena kinerja belum tercapai sepenuhnya.

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II ini, penelitian yang dilakukan pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Siswa dengan nilai di atas KKM terdapat 22 siswa dengan persentase 100% dan dibawah KKM 0,00%. Dengan demikian, penelitian pada siklus II seluruhnya sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan oleh peneliti yaitu 100%.

(21)

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat kesamaan dengan hasil penelitian Rahmad Rismawan. 2014 dengan judul “Penggunaan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Gambar Teknik Di SMK N 3 Yogyakarta”. Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) pada siklus I 64.583 meningkat menjadi di siklus II 75,875 dan menjadi pada siklus III 78,375 dan peningkatan yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM yaitu pada siklus I 18 siswa meningkat menjadi 4 siswa pada siklus II dan pada siklus III siswa sudah berhasil lulus KKM semua; (2) penggunaan metode pembelajaran Problem Solving sebagai berikut: (a) melakukan identifikasi masalah oleh siswa atau kelompok; (b) melakukan perencanaan pemecahan yang harus dikerjakan oleh siswa; (c) melakukan penerapan masalah yang telah direncanakan oleh siswa; (d) Siswa melakukan penyelesaian masalah yang didukung dengan bimbingan dan diskusi kemudian dipresentasikan; (e) Melakukan evaluasi bersama siswa mengenai hasil pembelajaran untuk menunjukan hasil dan tingkatan yang dicapai oleh siswa.

Salain itu pula terdapat kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Chadwan Dwi Yoganingsih dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pada Pokok Bahasan Pengukuran (Satuan Ukur Panjang) Melalui Implementasi Metode Problem Solving Dan Memanfaatkan Alat Peraga Tangga Satuan Ukur Panjang Pada Siswa Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2006/2007 di SDN Karangrejo 02 Kecamatan Gajahmungkur Semarang”. Hasil penelitian yaitu melalui implementasi metode problem solving dan memanfaatkan alat peraga tangga satuan ukur panjang pada pokok bahasan pengukuran (satuan ukur panjang), hasil belajar siswa kelas IV semester I tahun 2006/2007 SDN Karangrejo 02, Kecamatan Gajahmungkur Semarang dapat ditingkatkan. Pada siklus I nilai rata-rata 71, naik menjadi 80 pada siklus II.

(22)

(Problem Solving) dalam menyelesaikan soal cerita tentang fungsi kuadrat dan grafiknya, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III A SMP Negeri 12 Tegal, yaitu dari 54,3% menjadi 82,7% secara klasikal.

Metode Problem Solving atau suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan sejalan melatih siswa untuk menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai kepada masalah yang paling rumit. Dalam Problem Solving, peserta didik belajar sendiri untuk mengidentifikasi penyebab masalah dan alternatif untuk memecahkan masalahnya (Endang, 2011). Kemudian menurut Arends (2008:45) pembelajaran Problem Solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Karakteristik pembelajaran problem solving menurut Tjadimojo (2001:3) yaitu (a). Metode problem solving merupakan rangkaian pembelajaran artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harusdilakukan siswa, (b). Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, metodeini menempatkan sebagai dari proses pembelajaran, (c). Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatanberfikir secara ilmiah.

Sejalan dengan beberapa pendapat para ahli mengenai pembelajaran problem solving, bahwa dalam kegiatan belajar mengajar siswa yang mendominasi kegaiatan belajar. Keaktivan siswa dalam pembelajaran dengan menerapakan model problem solving membuat siswa lebih memahami topik pembelajaran. Penerapan model problem solving terbukti dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Semester I Tahun Ajaran 2016/2017.

(23)

Gambar

Tabel 1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I
Tabel 2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I
Tabel 3 Destribusi Hasil Belajar Matematika pada Siklus I
Gambar 1  Kekuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I
+6

Referensi

Dokumen terkait

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DARI KEMENTERIAN/LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN YANG AKAN DINILAI OLEH PENILAI SIDANG TANGGAL: 28 JUNI

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DARI KEMENTERIAN/LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN SIDANG TANGGAL: 30 MARET

The research is an analysis about conditions and regulatory forms of internship, providing empirical evidence on the case of post- graduate internships carried

Perkembangan dunia industri besi baja saat ini sangat pesat, sehingga membutuhkan strategi pemasaran untuk mengenalkan produk besi baja pada konsumen, yang

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar, dari beberapa jawaban responden pada pertanyaan umum yang diuraikan bahwa kebanyakan responden ingin membeli di situs Olx

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada fakta yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Munculnya berbagai macam film dan lagu dari negara luar

 BANGKA

Dengan melihat pentingnya discharge planning pada pasien Diabetes Melitus dan keluarganya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat