• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Iklim Kelompok Kerja Terhadap Tingkat Penjualan Pada Divisi Pemasaran PT X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Iklim Kelompok Kerja Terhadap Tingkat Penjualan Pada Divisi Pemasaran PT X"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. IKLIM ORGANISASI

Setiap organisasi atau perusahaan memiliki cara tersendiri dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu suatu organisasi mempunyai iklim berbeda dengan organisasi lainnya. Iklim dapat bersifat menekan, netral atau dapat pula bersifat mendukung, tergantung pengaturannya, karena itu setiap organisasi selalu mempunyai iklim kerja yang unik. Organisasi cenderung menarik dan mempertahankan orang- orang sesuai dengan iklimnya, sehingga dalam tingkatan tertentu polanya dapat bertahan dan serasi.

Menurut Davis dan Newstrom (2000 : 80) menyatakan bahwa

“Organizational climate is the human enviroment within an organization’s

employees do their work”. (Iklim organisasi adalah yang menyangkut semua lingkungan yang ada atau yang dihadapi oleh manusia di dalam suati organisasi tempat mereka melaksanakan pekerjaannya).

(2)

mempengaruhi keseluruhan organisasi itu beraktivitas dalam rangka pencapaian tujuan.

Robert Stringer (2002: 101) menyatakan bahwa iklim organisasi berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, terutama yang memunculkan motivasi, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi.

Gibson, Ivancevich dan Donelly (2000: 702) menyatakan bahwa Iklim organisasi adalah serangkaian keadaan lingkungan yang dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh karyawan. Defenisi ini menggambarkan iklim organisasi sebagai beberapa keadaan atau kondisi dalam satu rangkaian yang secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar memengaruhi karyawan.

(3)

organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian.

Wirawan (2007: 122), mendefenisikan iklim organisasi sebagai persepsi anggota organisasi baik secara individual maupun kelompok dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi misalnya pemasok, konsumen, konsultan dan kontraktor, mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi. Jadi iklim organisasi merupakan harapan-harapan serta cara pandang individu terhadap organisasi. Walaupun pada dasarnya sama, namun masing-masing peneliti mempunyai cara pandang yang berbeda dalam mendefenisikannya.

2.1.1. Sifat Iklim Organisasi

Gibson (2003: 127) menyatakan bahwa, ada 4 sifat iklim organisasi, antara lain:

1. Iklim baik secara organisasi

Individu maupun kelompok, secara keseluruhan bersifat psikologis dan persepsi. Individu yaitu persepsi yang diperoleh oleh seluruh anggota dari satuan unit sosial.

(4)

2. Semua iklim adalah abstrak.

Orang-orang biasanya memanfaatkan informasi tentang barang lain dan berbagai kegiatan yang terjadi dalam organisasi tersebut untuk membentuk suatu rangkuman persepsi mengenai iklim. Setelah itu digabungkan hasil dari pengamatan mereka dan pengalaman pribadi orang lain untuk dibuat peta kognitif dari orang tersebut.

3. Iklim bersifat abstrak dan perseptual.

Maka orang-orang memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan persepsi seperti konsep psikologis yang lainnya. Ketika prinsip ini digunakan dalam pengamatan lingkungan kerja maka sebuah deskripsi yang bersifat multidimensi akan dihasilkan.

4. Iklim itu sendiri.

Didasari lebih dekriptif daripada evaluatif, jadi peneliti lebih banyak menanyakan apa yang mereka lihat dalam lingkungan kerja mereka pada seseorang dibandingkan menanyakan kepada mereka untuk menyatakan apakah itu baik atau buruk.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

(5)

menyenangkan. Pimpinan dan karyawan menginginkan iklim yang lebih menyenangkan karena dapat menciptakan kinerja yang lebih baik dan kepuasan kerja serta keterlibatan kerja. Unsur-unsur yang mengkontribusi terciptanya iklim organisasi yang menyenangkan adalah kualitas kepemimpinan, kadar kepercayaan, komunikasi ke atas dan ke bawah, perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat, tanggung jawab, imbalan yang adil, tekanan pekerjaan yang nalar, kesempatan, pengendalian, keterlibatan karyawan (Handoko, 2003) .

Gibson (2003: 129), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi antara lain, esprit (semangat), consideration

(pertimbangan), production (produksi), dan aloofness (menjauhkan diri).

2.2. KELOMPOK KERJA

2.2.1. Pengertian Kelompok Kerja

Sebuah kelompok kerja (A Work Group) menurut David (dalam Winardi, 2007 : 267) adalah kelompok yang diciptakan oleh otoritas formal sebuah organisasi, guna mentransformasi input- input tertentu, seperti misalnya ide-ide, bahan- bahan, objek- objek, menjadi output produk seperti misalnya sebuah laporan, sebuah keputusan, sebuah jasa atau barang tertentu.

(6)

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”. Semua kelompok kerja adalah kelompok orang yang saling berinteraksi, tetapi tidak semua orang yang berinteraksi adalah kelompok kerja.

Sedangkan pengertian kelompok kerja menurut Robbins (2008 : 356) adalah :

“ two or more individuals, interacting and interdependent, who come together to achieve particular objectives.” Kelompok terdiri dari dua atau lebih individu, yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Kelompok kerja bukan merupakan sekumpulan orang yang tidak terorganisasi. Kelompok kerja membentuk perilaku anggota serta membuatnya mungkin untuk menjelaskan dan meramalkan sebagian besar perilaku individu dalam kelompok dan kinerja kelompok itu sendiri.

Kelompok kerja menurut Kondalkar (2006 : 145) ialah : “ A work group is collection of two or more individuals, working for a common goal

and are interdependent. They interact significantly to achieve a group

objective. ” Kelompok Kerja adalah suatu kelompok yang berinteraksi untuk membagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota dalam bidang tanggung jawabnya.

(7)

anggotanya untuk saling berbagi informasi untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing- masing.

2.2.2. Bentuk- bentuk Kelompok

Klasifikasi bentuk- bentuk kelompok ini didasarkan pada suatu sudut pandang masing- masing ahli, seperti berikut ini :

1. Kelompok primer ( primary group)

Charles H. Cooley (dalam Huraerah, 2006 : 9) , mengatakan kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi.

2. Kelompok Sekunder ( secondary group)

(8)

3. Kelompok formal

Kelompok formal adalah kelompok yang sengaja dibentuk dengan keputusan manajer melalui suatu bagan organisasi untuk menyelesaikan tugas secara efektif dan efisien.

a. Kelompok komando, yaitu kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas rutin organisasi. Kelompok ini terdiri dari bawahan yang melapor dan bertanggung jawab secara langsung kepada pimpinan tertentu.

b. Kelompok tugas, yaitu suatu kelompok yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu.

4. Kelompok Informal adalah suatu kelompok yang tidak dibentuk secara formal melalui struktur organisasi, akan tetapi muncul karena adanya kebutuhan akan kontak sosial. Kelompok informal dibedakan menjadi:

(9)

b. Kelompok kepentingan, merupakan kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang sama. Sasaran jenis ini tidak berkaitan dengan tujuan organisasi tetapi semata-mata untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.

5. Membership Group dan Reference Group

Membership group menurut Soekanto (dalam Huraerah, 2006) adalah kelompok tempat seseorang menjadi anggota. Batas- batas apakah yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada suatu kelompok secara fisik, tidak dilakukan secara mutlak.

Reference group menurut Soekanto (dalam Huraerah, 2006) adalah kelompok tempat seseorang mengidentifikasikan diri, menyetujui norma- normanya, tujuan, dan sikap individu didalamnya.

Reference group adalah kelompok sosial yang menajdi ukuran bagi seseorang untuk membentuk pribadi dan perilakunya.

6. In-Group dan Out-Group

(10)

2.2.3. Fase Pembentukan Kelompok Kerja

Beberapa fase pembentukan kelompok kerja menurut Robbins (2008 : 359) yaitu :

1. Forming Stage (Tahap pembentukan)

Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain. Proses perkembangan kelompok dikarakteristikkan oleh banyaknya ketidakpastian.

2. Storming Stage (Tahap timbulnya konflik/ pancaroba)

(11)

sebuah hierarki yang relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.

3. Norming Stage (Tahap pembentukan/pengaturan norma) Pada fase ini terjadi pembentukan nilai-nilai dan aturan untuk kebersamaan ditandai dengan mulai mau menerima perbedaan. Perkembangan hubungan kelompok menunjukan kepaduan (kekohesifan) dan terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi umum defenisi yang benar atas perilaku anggota.

4. Performing Stage (Tahap berkinerja/ berprestasi/ melaksanakan)

(12)

5. Adjourning Stage (Tahap pembubaran/ pengakhiran)

Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas- aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang- senang dalam pencapaian kelompok tersebut. Lainnya mungkin merasa tertekan atas kehilangan persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja tersebut.

2.3. DINAMIKA KELOMPOK KERJA

2.3.1. Pengertian Dinamika Kelompok Kerja

(13)

dan juga merupakan suatu konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.

Dinamika kelompok berarti hubungan yang selalu berubah dan menyesuaikan diri antara para angota suatu kelompok dan antar kelompok dengan kelompok (Kast&Rozenzweig, 1995) .

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.

Likert (dalam Kast&Rosenzweig,1995 :484) menyimpulkan mengenai pengaruh dinamika kelompok kerja terhadap prestasi kerja karyawan sebagai berikut :

(14)

memusatkan kekuatan motivasi bagi tercapainya tujuan organisasi, maka prestasi organisasi itu cenderung meningkat jauh diatas rata- rata prestasi yang dicapai dengan metode- metode kepemimpinan dan manajemen yang lain. Keanggotaan kelompok yang mempunyai sasaran bersama yang mengikat mereka dengan kuat, loyalitas anggota- kelompok yang tinggi, sikap yang baik antara atasan dengan bawahan, dan tingkat keterampilan yang tinggi dalam pergaulan, jelas dapat mencapai prestasi yang jauh lebih besar daripada jika orang yang sama hanya bertindak sebagai assemblage (orang yang berkumpul) saja.

Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai dampak yang positif terhadap terciptanya iklim kelompok kerja yang kondusif antara lain:

a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai

b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain

(15)

2.3.2. Aspek- aspek Dinamika Kelompok Kerja

1. Kepemimpinan dalam Kelompok

Kepemimpinan (Huraerah, 2006:67) adalah hubungan antar dua orang atau lebih, dimana salah seorangnya mempengaruhi yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan dapat dipandang sebagai kelompok status (posisi elite), tokoh, fungsi, dan proses. Fungsi kepemimpinan memudahkan tercapainya sasaran kelompok. Masalah kepemimpinan sangat strategis sifatnya, karena dapat menentukkan efektif tidaknya proses kelompok. Dalam praktek, masalah kepemimpinan sangat pelik. Mulai mencari orang yang cocok, dapat diterima, dan mampu adalah isu yang penting. Tidak jarang, suatu kelompok porak- poranda dikarenakan kesalahan memilih pemimpin.

2. Komunikasi Kelompok

(16)

berkomunikasi. Namun demikian, pada suatu organisasi sering terjadi hambatan, seperti cara penyampaian simbol- simbol dan cara pengolahan simbol serta penggunaan media yang kurang tepat. Melalui komunikasi, saling pengertian diciptakan yang pada akhirnya akan memperkuat kohesi dan tercapainya tujuan- tujuan kelompok.

3. Konflik di dalam Kelompok

Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu- individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan (Huraerah, 2006:39)

(17)

4. Kekuatan di dalam Kelompok

Di dalam interaksi ada kekuatan dan pengaruh. Anggota kelompok menyesuaikan satu dengan yang lainnya dengan berbagai cara. Mereka mempercepat dan memperlambat aktivitasnya untuk dapat berkoordinasi di antara mereka. Anggota kelompok yang berinteraksi secara tetap mempengaruhi dan dipengaruhi oleh penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuan dan memelihara kelompok. Keputusan tidak mungkin ditetapkan tanpa kekuatan anggota-anggota kelompok. Minat- minat yang bertentangan dan konflik tidak mungkin dapat diatur tanpa menggunakan kekuatan. Tidak ada komunikasi tanpa pengaruh, yang berarti tidak ada komunikasi tanpa kekuatan. Dengan demikian, kekuatan merupakan hal yang esensi bagi semua aspek keberfungsian kelompok.

5. Kohesi Kelompok

(18)

kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok, kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai- nilai pribadi, kerja sama antar anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan kelompok- kelompok lain. Kohesi kelompok tidak konstan karena setiap anggota mempunyai ketertarikan yang berbeda pada kelompok dan ketertarikan yang sama akan berubah setiap waktu (Nitimihardjo dalam Huraerah, 2006:44).

6. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah

(19)

efektif dibandingkan melalui keputusan perorangan (Nitimihardjo dalam Huraerah, 2006:47-48).

2.3.3. Unsur- Unsur Dinamika Kelompok

1. Tujuan Kelompok

Setiap kelompok, apapun bentuknya tetap memiliki tujuan yang hendak dicapai dari aktivitas kelompok tersebut. Tujuan kelompok biasanya dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan- tujuan individual dan tujuan- tujuan semua anggota kelompok.

2. Kekompakan Kelompok

Menurut Cartwright dan Zander (dalam Huraerah, 2006:58) pengertian kekompakan kelompok sebagai hasil dari semua tindakan yang memperkuat anggota kelompok untuk tetap tinggal (berada) dalam kelompok.

Sedangkan, menurut Golembiewski (dalam Huraerah, 2006:58) kekompakan kelompok addalah tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok pada kelompoknya dan hal ini meliputi tiga klasifikasi pengertian, yaitu :

a. Sebagai daya tarik kelompok terhadap anggota- anggotanya,

(20)

c. Sebagai tindakan motivasi kelompok untuk mengerjakan berbagai tugas kelompok dengan penuh semangat dan efisien.

3. Struktur Kelompok

Menurut Shaw (dalam Huraerah, 2006:59) struktur kelompok adalah pola- pola hubungan di antara berbagai posisi dalam suatu susunan kelompok. Dalam menganalisis struktur kelompok maka tiga unsur penting yang terkait dalam struktur kelompok, yaitu posisi, status, dan peranan perlu ditelaah. Jika suatu struktur kelompok telah menjadi kuat, biasanya sulit untuk mengadakan perubahan terhadap struktur kelompok tersebut.

4. Fungsi Tugas Kelompok

(21)

5. Pengembangan dan Pemeliharaan Kelompok

Pengembangan dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan dengan “apa yang harus ada” dalam kelompok. Segala “apa yang harus ada” dalam kelompok, antara lain pembagian tugas yang jelas, kegiatan yang terus- menerus dan teratur, ketersediaan fasilitas yang mendukung dan memadai, peningkatan partisipasi kelompok, adanya jalinan komunikasi antar kelompok, adanya pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok, timbulnya norma- norma kelompok, adanya proses sosialisasi kelompok, kegiatan untuk menambah anggota baru dan mempertahankan anggota yang lama.

6. Suasana Kelompok

(22)

7. Efektivitas Kelompok

Kelompok yang efektif mempunyai tiga aktivitas dasar, yaitu :

1. Aktivitas pencapaian tujuan,

2. Aktivitas memelihara kelompok secara internal,

3. Aktivitas mengubah dan mengembangkan cara meningkatkan keefektifan kelompok (Huraerah, 2006:62).

8. Tekanan Kelompok

Tekanan kelompok (group pressure) yaitu tekanan/ desakan yang berasal dari kelompok itu sendiri.

9. Maksud Terselubung

(23)

2.3.4. Proses Dinamika Kelompok

Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut ice breaking. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut storming. Storming

akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami forming.

Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut norming. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut performing.

2.4. Tingkat Penjualan / Volume Penjualan

(24)

Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan.

Tingkat penjualan memiliki arti penting yaitu besarnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara efektif oleh penjualan untuk mendorong agar konsumen melakukan pembelian. Dan tujuan dari tingkat penjualan ini adalah untuk memperkirakan besarnya keuntungan yang diterima dengan menjual produk kepada konsumen serta biaya yang sudah dikeluarkan.

Menurut Ismaya (2007 : 253), sales volume adalah penjualan yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu. Sales volume adalah jumlah produk atau merk suatu perusahaan yang terjual dalam suatu periode. Dapat disimpulkan bahwa volume penjualan adalah penjualan yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan melalui jumlah produk atau merk suatu perusahaan yang terjual dalam suatu jangka waktu tertentu.

(25)

Penjualan tatap muka merupakan komunikasi orang secara individu yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan seluruh usaha pemasaran pada umumnya, yaitu meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan menawarkan kebutuhan yang memuaskan kepada pasar dalam jangka panjang. Dalam hal ini, perusahaan memerlukan tenaga- tenaga penjualan atau wiraniaga untuk melakukannya. Tugas- tugas yang mereka lakukan cukup luwes karena secara langsung dapat mengetahui keinginan, motivasi dan perilaku konsumen, dan sekaligus dapat melihat reaksi konsumen sehingga mereka langsung dapat mengadakan penyesuain seperlunya.

2.4.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penjualan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penjualan antara

lain:

1. Kualitas barang.

Turunnya mutu barang dapat mempengaruhi volume

penjualan, jika barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat

menyebabkan pembelinya yang sudah menjadi pelanggan dapat

merasakan kecewa sehingga mereka bisa berpaling kepada barang lain

yang mutunya lebih baik.

(26)

Selera konsumen tidaklah tetap dan dia dapat berubah setiap

saat, bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang kita

perjualbelikan berubah maka volume penjualan akan menurun.

3. Servis terhadap Konsumen

Servis terhadap pelanggan merupakan faktor penting dalam

usaha memperlancar penjualan terhadap usaha dimana tingkat

persaingan semakin tajam. Dengan adanya servis yang baik terhadap

para pelanggan sehingga dapat meningkatkan volume penjualan.

4. Persaingan menurunkan harga jual.

Potongan harga dapat diberikan dengan tujuan agar penjualan

dan keuntungan perasahaan dapat ditingkatkan dari sebelumnya.

Potongan harga tersebut dapat diberikan kepada pihak tertentu dengan

syarat-syarat tertentu pula.

Menurut Nitisemito (2000 : 116) turunnya volume penjualan dapat

dibedakan menjadi sebab- sebab utama sebagai berikut :

a. Sebab internal, yaitu sebab yang terjadi karena perusahaan itu sendiri,

diantaranya :

1. Kualitas produk turun

2. Service yang diberikan bertambah jelek

(27)

4. Penurunan komisi penjualan yang diberikan

5. Pengetatan terhadap piutang yang diberikan

6. Turunnya kegiatan salesman

7. Penurunan kegiatan sales promotion

8. Penetapan harga terlalu tinggi

b. Sebab eksternal, yaitu sebab yang terjadi karena diluar kekuasaan

perusahaan itu sendiri, diantaranya :

1. Perubahan selera konsumen

2. Munculnya saingan baru

3. Munculnya barang pengganti

4. Pengaruh faktor psikologis

5. Perubahan / tindakan baru dalam kebijaksanaan pemerintah

6. Kemungkinan adanya tindakan dari pesaing

Semakin besar jumlah atau tingkat penjualan yang dihasilkan perusahaan,

semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu,

volume penjualan merupakan salah satu hal penting yang harus dievaluasi untuk

(28)

2.5. Penelitian terdahulu

Penggalian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya

memperjelas tentang variabel- variabel dalam penelitian ini.

Eko Yuliana (2007) melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan antara

Iklim Organisasi dan Kualitas Pelayanan pada Karyawan McDonald’s Java

Semarang “. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan dan besar hubungan antara iklim organisasi dengan kualitas pelayanan

pada karyawan McDonald’s Java Semarang serta sumbangan efektif iklim organisasi

pada kualitas pelayanan yang diberikan oleh karyawan McDonald’s Java Semarang.

Metode analisis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif. Hasil dari analisis penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif

yang sangat signifikan antara iklim organisasi dan kualitas pelayanan pada karyawan

McDonald’s Java Semarang. Hasil penelitian tersebut adalah koefisien korelasi 𝑟𝑥𝑦

=0,789 dengan p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa semakin positif iklim

organisasi, maka semakin tinggi kualitas pelayanan, dan sebaliknya makin negatif

iklim organisasi maka semakin rendah kualitas pelayanan. Iklim organisasi

memberikan sumbangan sebesar 62,3 % pada kualitas pelayanan dan sisanya

dipengaruhi oleh faktor- faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

Sry Meida R.BR.Sebayang (2011) melakukan penelitian yang berjudul “

Analisis Pengaruh Kebijakan Produk dan Promosi terhadap Volume Penjualan pada

(29)

untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel kebijakan produk dan promosi

terhadap volume penjualan. Metode analisis peneltian yang digunakan adalah

analisis deskriptif dan analisis statistik. Hasil dari analisis penelitian menyatakan

bahwa kebijakan produk dan promosi berpengaruh signifikan secara positif terhadap

volume penjualan. Hasil penelitian tersebut adalah nilai koefisien b = 1.386 yang

menunjukkan bahwa apabila volume penjualan meningkat sebesar 1 satuan dengan

mengganggap kebijakan produk dan kebijakan promosi tetap / konstan , maka akan

dapat meningkatkan volume penjualan sebesar 1.386. Hasil pengujian hipotesis

diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔> 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,495 > 1,664) berarti Ho ditolak, artinya variabel

kebijakan produk dan promosi berpengaruh secara positif da signifikan terhadap

volume penjualan.

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum

mengenai objek penelitian. Kerangka penelitian ini menjelaskan variabel yang akan

diteliti yaitu Iklim Kelompok Kerja sebagai variabel bebas dan Tingkat Penjualan

sebagai variabel terikat.

(30)

tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan (Simamora, 2001:8). Tingkat penjualan dapat dijabarkan sebagai umpan balik dari kegiatan pemasaran yang dilaksanakan oleh perusahaan. Penjualan dalam lingkup kegiatan, sering disalah artikan dengan pengertian pemasaran. Penjualan dalam lingkup ini lebih berarti tindakan menjual barang atau jasa. Kegiatan pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba (Kotler dan Amstrong, 2003:5).

Iklim kelompok kerja adalah hubungan psikologis antar anggota kelompok yang menciptakan interkasi yang saling terkait dan bekerja bersama- sama untuk mencapai tujuan bersama. Ketertarikan dan keterkaitan ini mengandung arti solidaritas, kekompakan, dan keakraban yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas kelompok tersebut.

(31)

Sumber : Huraerah dan Purwanto (2006) , data diolah

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.6. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis

penelitian ini adalah “ Iklim kelompok kerja mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap tingkat penjualan pada Divisi Pemasaran PT X.” Semakin positif

iklim kelompok kerja maka semakin tinggi tingkat penjualan yang dicapai karyawan

pada Divisi Pemasaran. Semakin negatif iklim kelompok kerja maka semakin rendah

tingkat penjualan yang dicapai karyawan pada Divisi Pemasaran.

Tingkat Penjualan

(Y)

Iklim Kelompok Kerja

Gambar

Gambar 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pamong/informan tentang persepsi guru pamong terhadap keterampilan mengajar maka dapat di simpulkan bahwa mahasiswa PPL khususnya program

Salah satu dari sekian banyak efek toksik yang sesuai di bagian telinga, hidung dan tenggorok adalah ototoksik yang ditandai dengan penurunan tajam pendengaran pada penderita

Sehingga dari pengujian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara adanya komunikasi prarujukan dengan kecepatan waktu proses serah terima pasien,

Alat itu digunakan pada proses terakhir yaitu pada proses pengaduk telur omlet, dimana alat tersebut bekerja menggunakan sumber daya dari motor listrik yang menggerakkan

Bermani Ulu Raya, Perda No.5/2005 Bangun Jaya Menjadi wil.. Bermani Ulu Raya, Perda No.5/2005 Babakan Baru

Kurangnya jumlah SDM sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan pengujian/ kalibrasi alat kesehatan dan inspeksi sarana prasarana

tokoh Adaninggar yang kemayu dan lembut yang disajikan dalam karya tari “Bedhaya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan strategi REACT lebih baik dari pada