• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 3.1 Tahapan Pra-Pengolahan citra a) Pembentukan Matriks Biner (Binarization)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Gambar 3.1 Tahapan Pra-Pengolahan citra a) Pembentukan Matriks Biner (Binarization)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN

Pada bab ini dibahas tentang bagaimana proses sistem jaringan saraf tiruan dengan

menggunakan metode propagasi balik untuk pengenalan tulisan tangan berbentuk

huruf jawi (arab melayu) dan membahas tentang analisis kebutuhan sistem tersebut

beserta perancangan sistemnya. Pada tahap perancangan sistem yang dilakukan adalah

mentransformasikan model analisis ke model perancangan.

3.1 Analisis Data Sistem

Data dan sampel yang akan digunakan adalah tulisan tangan yang berbentuk

huruf jawi (arab melayu) ditulis dikertas putih dengan tinta berwarna hitam. Setelah

pengambilan data, data tersebut di scan, setelah itu hasil scannernya di simpan dalam

bentuk folder jpeg.

Untuk melakukan pengenalan tulisan tangan berbentuk huruf jawi (arab

melayu)menggunakan jaringan saraf tiruan harus melalui tahapan-tahapan tertentu

sehingga dapat menjadi masukan yang baik bagi jaringan saraf tiruan. Jumlah data

yang diambil sebanyak 12 pola tulisan tangan berbentuk huruf arab melayu (jawi) dari

12 orang, 1 orang terdiri dari 7 kata (kata yang diambil adalah nama-nama hari).

3.2 Pra - Pengolahan Citra

Sebelum ketahapan jaringan saraf tiruan, terlebih dahulu data yang telah diambil

dilakukan proses prapengolahan citra. Pada sistem ini prapengolahan yang dilakukan

(2)

Gambar 3.1 Tahapan Pra-Pengolahan citra

a) Pembentukan Matriks Biner (Binarization)

Matriks biner citra ini menghasilkan citra hitam putih yang bersih dari tingkat

keabun (grayscale), atau dengan kata lain metode ini mengonversi citra gray-level ke citra bilevel (binary image). Pada tahap ini setiap nilai pixel RGB akan diambil nilai rata-ratanya untuk kemudian dicek, jika nilai yang dihasilkan

kurang dari nilai threshold yang dihasilkan maka nilai pixel tersebut diubah menjadi warna hitam, sebaliknya jika lebih besar dari nilai konstan maka akan

diubah menjadi warna putih (Khairunnisa, 2012).

Jika citra dari nilai pixel pada koordinat (x,y) berwarna hitam maka

nilai matriks biner pada baris i dan kolom j adalah 1, dan sebaliknya 0. Adapun

(3)

Mulai

Ukuran citra yang telah di crop berbeda-beda sehingga belum bisa digunakan

sebagai masukan standar untuk diektraksi. Citra tersebut haruslah

dinormalisasi terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan ukuran citra yang

sesuai untuk diekstrakkan yaitu 300x170 pixel. Contoh citra hasil pemotongan

(4)

Gambar 3.3. hasil citra normalisasi, (a) citra RGB, (b) citra hasil normalisasi

c) Pembentukan Matriks Tulang (Thinning)

Tahapan selanjutnya adalah mengunakan proses thinning. Proses thinning

dilakukan supaya mendapatkan kerangka dari objek karakter pada citra dapat

diproses. Proses thinning ini bertujuan membentuk matriks dari citra tulisan tangan yang kebetulan garisnya 1 pixel. Algoritma yang dipakai dalam proses

thinning ini adalah algoritma ZhangSuen yang belum dimodifikasi (Zhang & Suen, 1984).

Algoritma Zhang-Suen ini menggunakan metode paralel yang mana

nilai baru bagi setiap pixel dihasilkan dari nilai pixel pada iterasi sebelumnya.

Hasil citra yang telah diubah menggunakan proses thinning dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. citra hasil thinning, (a) citra normalisasi, (b) citra thinning

a. b.

(5)

3.3 Fitur Ekstraksi (Feature Extraction)

Pada tahapan fitur ekstraksi dilakukan agar nilai yang telah dinormalisasikan dapat

membentuk sebuah nilai fitur agar mendapatkan nilai-nilai unik dari citra yang telah

mengalami proses prapengolahan citra sebelumnya. Setiap data hasil ekstraksi fitur

harus benar-benar dapat mewakili karakteristik atau keunikan dari data tersebut. oleh

karena itu diperlukan suatu cara bagaimana agar dapat mendapatkan nilai-nilai unik

dari data tersebut sebab data yang ingin dianalisis oleh jaringan saraf tiruan harus

direpsentasikan dengan baik ke dalam bentuk numerik ataupun biner.

Pada tahap ini, citra yang berukuran 300x170 piksel dibagi menjadi 30 kolom

dan 17 kolom dengan masing-masing kolom terdapat 10 piksel. Proses ekstraksi fitur

menggunakan zonning dapat dilihat pada gambar 3.5.

(6)

3.4 Metode Ekstraksi Zoning

Metode zining dapat dibagi menjadi 3 proses, yaitu:

1. Hitung jumlah piksel hitam setiap zona dari Z1 sampai Z510.

2. Tentukan zona yang memiliki jumlah piksel hitam paling tinggi.

3. Hitung nilai fitur setiap zona dari Z1 sampai Z510.

Yaitu menggunakan rumus :

Nilai fitur Zn = Zn / Ztertinggi

dimana 1 ≤ n ≤ 510

Nilai fitur didapatkan dengan melakukan perbandingan jumlah piksel hitam dari

satu zona dengan zona yang didapatkan dari proses no 2.

(7)
(8)

Gambar 3.7 Pembagian zona menjadi 30 kolom dengan 17 baris, masing-masing zona berukuran 10x10 piksel.

3.5 Tahap Setelah Ekstraksi Fitur

Setelah melakukan tahapan ekstraksi fitur dan tahapan berikutnya yaitu klasifikasi

dengan menggunakan jaringan saraf tiruan propagasi balik. Dalam tapahan ini

terdapat dua proses yaitu proses pelatihan dan proses pengujian. Pada proses pelatihan

dilakukan pelatihan jaringan saraf tiruan dengan menggunakan nilai fitur yang didapat

dari data yang dilatih. Sebelum data digunakan, terlebih dahulu datanya harus sudah

dilatih. Setelah proses pelatihan, masuk ke proses pengujian yaitu dengan

menggunakan nilai fitur yang didapatkan dari data yang diuji. Jaringan harus

dirancang terlebih dahulu sebelum data di latih dan diuji.

3.6 Perancangan Jaringan Propagasi Balik

Jaringan yang dirancang dalam penelitian ini adalah jaringan propagasi balik.

Arsitektur jaringan saraf tiruan terdiri dari lapisan input (input layer), lapisan

tersembunyi (hidden layer) dan lapisan output (output layer).

Berdasarkan perancangan isi atas jaringan saraf tiruan yang dibangun pada

(9)

Gambar 3.8 Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan

Berdasarkan gambar 3.8, rincian rancangan arsitektur jaringan saraf tiruan

yang digunakan adalah :

1. 1 lapisan input. Lapisan input terdiri dari unit-unit input mulai dari unit input 1

sampai unit input i, dimana i = 510.

2. 1 lapisan tersembunyi. Lapisan tersembunyi terdiri dari unit-unit tersembunyi

mulai dari unit tersembunyi 1 sampai unit tersembunyi j, dimana j = 96.

3. 1 lapisan output. Lapisan output terdiri dari unit-unit output mulai dari unit output

1 sampai unit output k, dimana k = 7.

4. x1 sampai x510 merupakan unit-unit lapisan input, y1 sampai y7 merupakan unit-unit

lapisan output dan z1 sampai zp merupakan unit-unit lapisan tersembunyi.

5. b1 merupakan bias ke lapisan tersembunyi dan b2 merupakan bias ke lapisan

keluaran.

6. v0j dan w0k masing-masing adalah bobot bias untuk unit tersembunyi ke-j dan unit

(10)

lapisan tersembunyi, sedangkan wjk adalah bobot koneksi antara unit ke-j lapisan

tersembunyi dengan unit ke-k lapisan output.

Tabel 1. Vektor Output dan target keluaran jaringan

Vektor Output Target

Prose pelatihan dilakukan agar dapat melatih jaringan yang akan dapat mengenali

huruf jawi (arab melayu) tulisan tangan baik yang dilatih ataupun yang tidak

dilatihkan dengan menggunakan jaringan saraf tiruan propagasi balik. Bertujuan untuk

mendapatkan keseimbangan antara kemampuan tanggapan yang benar terhadap

masukan yang dipakai untuk pelatihan jaringan (memorisasi) dan kemampuan

memberikan tanggapan yang benar untuk masukan yang sejenis namun tidak identik

dengan yang dipakai pada pelatihan.

Proses pelatihan terdiri dari 3 tahap. Tahap yang pertama yaitu tahap umpan maju

pola yang digunakan untuk mencari nilai lapisan tersembunyi dan nilai lapisan

keluaran menggunakan aktivasi yang ditentukan. Tahap yang kedua adalaha tahap

mundur, jika hasil keluaran tidak sesuai dengan target maka dilakukan propagasi balik

untuk mendapatkan nilai error yang ada di lapisan keluaran dan lapisan tersembunyi.

Tahap yang ketiga adalah memperbaharu nilai bobot yang ada dilapisan tersembunyi

(11)

ditargetkan. Proses ini dilakukan secara berulang kali sampai mendapatkan batasan

error yang ditentukan dari jaringan.

3.6.2 Proses Pengujian

Proses pengujian adalah menguji jaringan yang telah dilatih untuk mengenali data uji

maupun tidak digunakan pada tahapan pelatihan jaringan. Jaringan diharapkan dapat

mengenali huruf-huruf jawi (arab melayu) yang terdapat pada data uji. Pada proses

pengujian hanya mnggunakan tahap umpan maju untuk mencari nilai keluaran lapisan

tersembunyi dan lapisan keluaran.

Ketika jaringan diuji dengan menggunakan data pelatihan, yang diuji adalah

kemampuan memorisasi jaringannya, sebab kasus-kasusyang dimasukkan telah

dipelajari sebelumnya. Dan sebaliknya, pada saat jaringan diuji dengan menggunakan

(12)
(13)

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Pada bab ini akan diuraikan tahapan selanjutnya dalam pengembangan software yaitu tahap implementasi dan pengujian sistem. Di sini akan dijelaskan tentang proses

pengimplementasian algoritma ke dalam sistem dan melakukan pengujian dari

software yang dikembangkan.

4.1. Implementasi

Data yang telah dikenali pada bab sebelumnya haruslah diimplementasikan ke dalam

kode pemrograman agar dapat dilakukan pengujian untuk mengetahui kemampuan

kombinasi metode zoning. Pada penelitian ini pemrograman yang digunakan adalah bahasa pemrograman java. Pada bab sebelumnya telah dibahas tentang cara kerja

sistem yang dibangun dengan mnggunakan jaringan saraf tiruan.

Pengkodean dilakukan menjadi 5 modul utama, yaitu :

1. Modul prapengolahan citra

Merupakan modul untuk melaksakan semua proses prapengolahan citra dan

melaksanakan proses ekstraksi fitur.

2. Modul inisialisasi

Merupakan model untuk melaksanakan inisialisasi bobot awal.

3. Modul pelatihan jaringan

Merupakan modul untuk melaksanakan proses pelatihan jaringan propagasi balik.

4. Modul pengujian jaringan

(14)

5. Modul program utama

Merupakan modul untuk menjalankan modul prapengolahan citra, pelatihan

jaringan dan pengujian jaringan.

4.2. Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak yang digunakan

Spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk membut

sistemnya adalah sebagai berikut:

1. Processor Pentium Intel ® Core ™ i3-2310M

2. Kapasitas harddiks 500GB.

3. Memory RAM yang digunakan 2.00GB.

4. Sistem operasi Microsoft Windows 7.

5. Tools dari Java.

6. Printer canon MP198.

4.3. Pengujian

Setelah melakukan tahap implementasi maka dilakukan tahap pengujian

kemampuanmetode zoning pada jaringan saraf tiruan untuk pengenalan tulisan tangan huruf jawi (arab melayu). Untuk mengetahui seberapa tingkat kecocokannya dengan

metode tersebut, dibangunsebuah jaringan dengan menggunakan metode zoning. Jaringan yang menggunakan metode zoning menggunakan 510 nilai fitur.

4.4. Persiapan Sistem Jaringan Saraf Tiruan

Ketika jaringan tersebut memiliki lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran yang sama

yaitu 96 neuron lapisan tersembuni dan 7 neuron lapisan keluaran. Lapisan masukan

sesuai dengan metode ekstraksi yang digunakan yaitu zoning (510 neuron masukan). Jaringan tersebut dilatih dengan menggunakan data latihan dengan paramter pelatihan,

(15)
(16)

4.5. Hasil Pengujian

Setelah jaringan tersebut dilatih kemudian jaringan dilakukan pengujian pada tingkat

pencocokan dari jaringan tersebut. Pengenalan diuji dengan menggunakan data uji

yaitu data baru yang tidak digunakan pada tahap pelatihan. Data yang digunakan

untuk pengujian adalah 21 pola kata (Lampiran B).

Pengujian dilakukan dengan menggunakan pemrograman java. Dengan

menggunakan contoh sebagai berikut:

Input : Masukkan nama file gambar yang ingin diuji. Seperti pada gambar 4.1

Gambar 4.1. input citra pengujian

Output : Sistem akan mengenali file gambar yang diuji sesuai dengan karakternya.

Seperti pada gambar 4.2

Gambar 4.2. Output citra pengujian

Hasil dari citra algoritma zoningdapat dilihat pada gambar 4.3

(17)

4.6. Hasil Pelatihan Jaringan Saraf Tiruan

Pelatihan jaringan saraf tiruan ini berfungsi untuk mengajarkan kepada jaringan

pola-pola tulisan huruf yang ada sehingga diharapkan jaringan dapat mengenali pola-pola-pola-pola

tulisan baru yang diberikan. Pada tahap pelatihan ini ditampilkan beberapa kombinasi

lapisan tersembunyi, learning rate, momentum yang berbeda-beda. Hasil pelatihan jaringan saraf tiruan propagasi balik dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pelatihan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Input Learning

Rate

Momentum Epoch Tingkat Kecocokan

Tabel 4.1 Hasil Pelatihan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik (Lanjutan) input Learning

rate

(18)

Senin12 0,5 0,5 100 89,99% Senin

Tabel 4.1 Hasil Pelatihan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik (Lanjutan) Input Learning

rate

Momentum Epoch Tingkat Kecocokan

Tabel 4.1 Hasil Pelatihan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik (Lanjutan)

(19)

rate Kecocokan

(20)

4.7. Hasil Pengujian Jaringan Saraf Tiruan

Pada tahap pengujian dilakkan pengujian dengan menggunakan 21 pola. Hasil

pengujian dapat dilihat pada tabel 4.2. nilai pengujian dan pelatihan didapat dari

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik. Input Learning

Rate

(21)

Daritabel 4.1 didapatkan tingkat pengenalannya 86.87% dengan learning rate 0,5,

momentum 0,5 dan epoch 100. Sedangkan dari tabel 4.2 didapatkan tingkat

(22)
(23)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian pada bab bab sebelumnya, dapat diambil

kesimpulannya

1. Jaringan saraf tiruan propagasi balik yang telah dilatih dengan data pola kata

(nama-nama hari) dapat digunakan untuk mengenali tulisan tangan dengan

bentuk hurub jawi (arab melayu).

2. Pada pelatihan dengan menggunakan learning rate 0,5, momentum 0,5 dan epoch 100 didapatkan hasil 86.87 %.

3. Dari hasil pengujian diperoleh dengan learning rate sebesar 0.5, momentum sebesar 0,5 dan epoch 100 didapatkan hasil 89.05%.

4. Semakin tinggi learning rate dan momentumnya maka semakin sedikit epoch yang diperlukan jaringan untuk mencapai solusi tersebut. Semakin tinggi

tingkat kecocokannya maka semakin rendah tingkat keerrorannya.

5. Dari hasil pengujian yang dilakukan dicapai tingkat pengenalan sebesar 89.05% dengan menggunakan metode zoning.

5.2. Saran

yang digunakan hanya dilatih hingga mencapai batas error 0.32. Setelah melakukan pelatihan nilai error yang dicapai belum tentu merupakan nilai minimum. Maka untuk

Gambar

Gambar 3.1 Tahapan Pra-Pengolahan citra
Gambar 3.2 Matriks Biner
Gambar 3.4.
Gambar 3.5. Diagram ekstraks fitur
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Bak penyaring • Saluran pipa pesat • Saluran pembuang • Kehilangan energi • Peritungan tinggi terjun. 10 Pipa bertekanan dan tangki

Positioning atau menentukan posisi pasar adalah suatu kegiatan merumuskan penempatan produk dalam persaingan dan.. menetapkan bauran pemasaran yang rinci. Penentuan

Sehubungan dengan selesainya pelaksanaan Evaluasi Administrasi, Teknis, Harga dan Kualifikasi untuk Pekerjaan Rehab Berat Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Darul Ulum 3

[r]

Hasil penelitian ini juga memperkaya (Titisari, 2012) melalui makna gang kampung sebagai area bersama bersifat semi publik berupa gang kampung sebagai extended

Uraian Tugas dan Fungsi Kecamatan Dringu yang tertuang dalam Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 39 Tahun 2008 tentang yang mempunyai tugas–tugas dalam membantu

Instrumen investasi merupakan instrumen yang berisiko, begitu juga dengan Reksa Dana. Hal tersebut dapat dilihat dari pengalokasian dana ke pasar saham maupun obligasi

Bagian ini bermanfaat untuk mengaktifkan beberapa fungsi yang diperlukan dari paket tertentu, namun paket tersebut tidak bisa dipanggil secara keseluruhan karena