• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI POSYANDU DESA MANUNGGAL WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATULICIN 1 KECAMATAN KARANG BINTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI POSYANDU DESA MANUNGGAL WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATULICIN 1 KECAMATAN KARANG BINTANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

63

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA

DI POSYANDU DESA MANUNGGAL WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATULICIN 1 KECAMATAN KARANG BINTANG

Anna Eliya Damaiyanti Lidia Widia Rusmiati Ningsih

RINGKASAN

Pola makan merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan status gizi. Konsumsi makan yang rendah kualitas maupun rendah gizi mengakibatkan kondisi atau keadaan gizi kurang. Sebaliknya, konsumsi makan yang baik akan memungkinkan untuk mencapai kondisi kesehatan dan kondisi gizi yang sebaik-baiknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa hubungan Antara Pola Makan dengan Status Gizi pada Balita di Posyandu Desa Manunggal wilayah kerja Puskesmas Batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekataan cross sectional.

Berdasarkan hasil analisis uji chi-square antara pola makan dengan status gizi pada Balita diperoleh nilai signifikan menunjukan angka 0,017. Oleh karena p < 0.05, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa “ ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada balita di Posyandu Desa Manunggal Wilayah Kerja Puskesmas batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu. Ini berarti pentingnya penyuluhan tentang pola makan yang baik dan pemantauan status gizi secara teratur sangat diperlukan untuk mempertahankan status gizi yang sudah baik dan untuk menghindari terjadinya gizi kurang atau gizi buruk.

Kata Kunci : Pola Makan, Status Gizi, Balita.

ABSTRACT

Diet is a factor directly related to nutritional status. Consumption of food low quantity and low in nutrition resulted in the condition or state of malnutrition. On the contrary, the consumption of good food will enable to achieve health and nutrition conditionsas well as possible.

This study aimstoidentify and analyze the correlation between the Diet by Nutritional Status of Children under five years at Posyandu Desa Manunggal in Working Area Puskesmas Batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu.

The method of this studywas analytical study by using Cross Sectionalapproach.

Based onthe analysisresults ofthe chi-square test between the Diet by nutritional status of children under five years obtained the value of significancy in dicated the number 0.017. There fore, P <0.05, it can be concluded that "there was correlation between the diet by nutritional status of children under five years at Posyandu Desa Manunggal in working area Puskesmas Batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu. This means that the importance of guidance on good diet and regular monitoring of nutritional status is necessary to maintain nutritional status is good and to avoid the occurrence of malnutrition or poor nutrition.

(2)

64

PENDAHULUAN

Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada masa ini juga, anak masih benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan anak (Santoso, 2005).

Menurut Supariasa, IDN (2002) mengemukakan bahwa masalah gizi hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Status gizi (Nutrition Status) merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Suhardjo, 2009). Pola makan merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap status gizi. Pola makan dapat dinilaisecara langsung dari kuantitas dan kualitas hidangannya. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akanmendapat kondisi kesehatan yang sebaik-baiknya dan keadaan gizi yang baik pun akan tercapai.

Indriani (2007) mengemukakan bahwa seseorang yang mempunyai status gizi baik berarti telah mencukupi zat gizi yang dikonsumsinya. Kelompok yang rentan terhadap kurang energi, protein dan masalah-masalah kesehatan antara lain kelompok anak usia di bawah lima tahun (balita).

Ketidak cukupan zat gizi dalam tubuh, maka simpanan zat gizi berkurang dan lama

kelamaan simpanan menjadi habis. Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan terjadi perubahan faali dan metabolisme, terjadi kemerosotan jaringan yang ditandai dengan penurunan berat badan dan akhirnya memasuki ambang klinis. Proses ini berlanjut sehingga menyebabkan orang sakit. Tingkat kesakitan dimulai dari sakit ringan sampai sakit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada empat kemungkinan yaitu kematian, sakit kronis, cacat dan sembuh apabila ditangani secara intensif (Supariasa IDN, 2002).

Di negara berkembang anak-anak umur 0–5 tahun merupakan golongan yang paling rawan terhadap gizi. Kelompok yang paling rawan di sini adalah periode paska penyapihan khususnya umur 1–3 tahun. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam infeksi serta berada dalam status gizi rendah. Secara umum terdapat 4 masalah gizi utama di Indonesia yakni KEP (Kurang Energi Protein), KVA (Kurang Vitamin A), Kurang Yodium (Gondok Endemik) dan Kurang Zat Besi (Anemia Gizi Besi). Akibat dari kurang gizi adalah kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi dan dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian (Suhardjo, 2009).

Menurut Call dan Levinson (dalam Supariasa IDN, 2002), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi, yaitu zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian makanan di luar keluarga, daya beli keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, dan lingkungan fisik dan sosial.

World Health Organization(WHO) mencatat sedikitnya 23% balita di dunia mengalami berat badan yang rendah atau di bawah garis merah. Di negara Amerika Serikat jumlah balita dengan berat badan di bawah garis merah berjumlah 12,8% jumlah ini masih kecil dibandingkan negara Belanda. Di Negara berkembang jumlah balita yang mengalami berat badan di bawah garis normal yaitu sebanyak 26% (WHO, 2013).

(3)

65

menyebabkan gangguan perkembangan pada

anak yang dapat juga berakhir dengan kematian (1/3 dari seluruh kematian balita) sedangkan gizi lebih atau gemuk (obesitas) pada orang dewasa merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit terutama yang sifatnya dipengaruhi oleh gaya hidup (Depkes RI, 2013).

Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, maka ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah Balita Giburkur sebesar 4.646.933 Balita. Untuk mencapai

sasaran MDG’s tahun 2015 yaitu 15,5% maka

prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 % dalam periode 2013 sampai 2015 (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan profil kesehatan Kalimantan Selatan, pada tahun 2013 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang terlihat meningkat yaitu sebesar 25,9%, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 22,8% dan pada tahun 2007 sebesar 24,95% (Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, 2013).

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2014 pada bulan Januari-Desember didapat Balita yang mengalami BGM (Bawah Garis Merah) sebesar 198 (1,4%) dari jumlah Balita yang masih aktif untuk timbang yaitu sebesar 14.596 (46,3%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu, 2014).

Menurut data Puskesmas Batulicin 1 pada tahun 2014 didapat Balita yang mengalami BGM (Bawah Garis Merah) sebesar 12 dari jumlah Balita yang mempunyai buku KIA yaitu sebesar 490 (Puskesmas Batulicin 1, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di Puskesmas Batulicin 1

khususnya Balita pada bulan Mei 2015 sebanyak 2 dari 9 Balita di Desa Manunggal masih mengalami BGM dan disebabkan karena pola makan Balita yang disesuaikan dengan menu makan yang dikonsumsi oleh orang tuanya.

Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Antara Pola Makan dengan Status

Gizi pada Balita di Posyandu Desa Manunggal Wilayah kerja Puskesmas Batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah

Bumbu”.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Tanah Bumbu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional (potong-lintang) yang bertujuan untuk mengetahui menganalisis hubungan antara pola makan dengan status gizi.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang aktif datang di Posyandu Desa Manunggal wilayah kerja Puskesmas Batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu yaitu sebanyak 80 Balita. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara total sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan kuisioner dan lembar observasi untuk mengukur pola makan dan status gizi balita.

Analisis yang dilakukan meliputi univariat dan bivariat. Analisis univariat dinyatakan dalam bentuk proporsi. Analisis bivariat menggunakan tabulasi silang uji chi-square dengan nilai p=0,017.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(4)

66

Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Balita Menurut Pola Makan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Balita Menurut Status Gizi

No. Status Gizi Frekuensi

(Anak) % Makan dengan Status Gizi

P

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan antara pola makan dengan status gizi diperoleh bahwa pola makan balita kurang : hampir setengahnya (28,6%) dari balita dengan status gizi sangat kurang, sebagian kecil (9,5%) dari Balita dengan status gizi gemuk, hampir setengahnya (47,6%) dari balita dengan status gizi kurus, dan sebagian kecil (14,3%) dari balita dengan status gizi normal. Pada balita dengan pola makan cukup : sebagian kecil (18,5%) dari balita dengan status gizi sangat kurus, hampir setengahnya (29,6%) dari Balita dengan status gizi gemuk, hampir setengahnya (40,8%) dari balita dengan status gizi kurus, dan sebagian kecil (11,1%) dari balita dengan status gizi normal. Sedangkan pada balita dengan pola makan baik : sebagian kecil (15,6%) dari balita dengan status gizi sangat kurus, sebagian kecil (15,6%) dari balita dengan status gizi gemuk, sebagian kecil (21,9%) dari balita dengan

status gizi kurus, dan hampir setengahnya (46,9%) dari balita dengan status gizi normal.

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil yang signifikan artinya ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada balita di Posyandu Desa Manunggal wilayah kerja Puskesmas Batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu.

Dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan hasil yang kurang baik dimana sebagian besar balita masih berstatus gizi kurus, hal ini disebabkan karena pola makan balita yang disesuaikan dengan konsumsi orang tuanya, serta beberapa faktor risiko lainnya seperti zat gizi dalam kesehatan, ada tidaknya program pemberian makanan diluar keluarga, daya beli keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, serta lingkungan fisik dan sosial. Beberapa efek yang ditimbulkan oleh status gizi kurang pada kesehatan balita, yaitu pertumbuhan dan perkembangan terhambat, serta mudah terserang penyakit.

Menurut Prasetyawati (2012) bahwa kesehatan tubuh anak sangat erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi. Zat-zat yang terkandung dalam makanan yang masuk dalam tubuh sangat mempengaruhi kesehatan. Menurut Kemenkes (2011), faktor yang cukup dominan yang menyebabkan keadaan gizi kurang meningkat ialah perilaku memilih dan memberikan makanan yang tidak tepat kepada anggota keluarga termasuk anak-anak.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Aini, Misdar (2013) dengan judul

“pola makan dan status gizi balita di daerah

aliran sungai (DAS) dan daerah Trandas di

wilayah kerja Puskesmas Singkil” didapatkan

hasil ada hubungan antara pola makan dan status gizi pada balita seperti semakin baik pola makan yang diterapkan orang tua pada anak semakin meningkat status gizi anak tersebut. Sebaliknya, bila status gizi berkurang jika orang tua menerapkan pola makan yang salah pada anak. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Suhariati (2013) dengan judul

“hubungan antara pola makan dengan status

gizi balita di Posyandu Melati Desa Jerukwangi Kecamatan Kandangan Kabupaten

Kediri” didapatkan hasil ada hubungan antara

(5)

67

besar status gizinya baik di mana jadwal

makan dan jumlah makan tidak sesuai dengan pola makan yang baik tetapi kualitas gizinya dapat memenuhi kebutuhan balita. Dengan demikian responden yang mempunyai pola makan baik akan meningkatkan status gizi keluarga terutama status gizi balitanya. Selain itu juga ikut serta meningkatkan kesehatan masyarakat dan ikut menurunkan angka kematian balita akibat gizi buruk. Dari data dan teori di atas dapat diketahui bahwa pola makan mempunyai hubungan yang kuat dengan status gizi balita.

Dalam penelitian Waladow, Geiby (2013) dikatakan bahwa upaya untuk mengatasi masalah gizi yang sangat penting adalah dengan pengaturan pola makan. Pola makan yang diterapkan dengan baik dan tepat sangat penting untuk membantu mengatasi masalah gizi yang sangat penting bagi pertumbuhan balita. Ditambah dengan asupan gizi yang benar maka status gizi yang baik dapat tercapai. Pola makan yang baik belum tentu makanannya terkandung asupan gizi yang benar. Banyak balita yang memiliki pola makan baik tapi tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa : pola makan balita di Posyandu Desa Manunggal Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu didapatkan bahwa balita dengan pola makan baik lebih banyak dibandingkan dengan balita dengan pola makan kurang. Status gizi balita di Posyandu Desa Manunggal Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu didapatkan bahwa balita dengan status gizi normal lebih banyak dari balita dengan status gizi kurus. Ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi pada balita di Posyandu Desa Manunggal Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu diperoleh nilai signifikan p < 0,05 (0,017). Jadi pola makan yang tidak baik berisiko untuk terjadi status gizi kurang.

SARAN

Di harapkan agar menjadi tambahan referensi dan informasi dalam bidang

pendidikan kesehatan, serta dapat dijadikan sebagai tambahan di perpustakaan dalam mengembangkan penelitian yang selanjutnya. Dapat dijadikan dasar pertimbangan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Misdar (2013). Pola Makan dan Status Gizi Balita Di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Daerah Trandas Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Tahun 2013 Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Medan.

Almatsier, Sunita (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

(2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Renika Cipta : Jakarta.

Depkes RI (2007). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Direktorat Bina Gizi Masyarakat : Jakarta.

(2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Litbang Kesehatan RI : Jakarta.

Dinkes Kabupaten Tanah Bumbu (2014). Bidang Kesehatan Dasar dan Rujukan : Tanah Bumbu.

Dinkes Kalimantan Selatan (2013). Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan : Kal-Sel.

Hidayat, Achmad Alimul Aziz (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika : Jakarta.

(2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid I. Salemba Medika : Jakarta. Indriani (2007). Gizi dan Pangan. Buku Ajar.

Fakultas Pertanian UNILA : Bandar Lampung.

Kemenkes RI (2012). Standart Perhitungan Gizi Balita Di Indonesia. Badan Litbang RI : Jakarta.

(6)

68

Machfoedz, Irham (2010). Metodologi

Penelitian (Kualitatif dan Kuantitatif). Fitrayama : Yogyakarta.

Mahlia, Yamnur (2009). Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pola Asuh Makan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008 Tesis. Universitas Sumatera Utara : Medan.

Notoatmodjo, Soekidjo (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

(2010). Metode Penelitian Kesehatan. PT. Rhineka Cipta : Jakarta.

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Puskesmas Batulicin 1 (2014). Data Cakupan Balita di Poli KIA : Kabupaten Tanah Bumbu.

Prasetyawati, (2012). Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals (MDGs). Aulia Medika : Yogyakarta.

Proverawati, Atikah (2011). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.

Riduwan (2011). Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Alfabeta : Bandung.

Riskesdas (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Laporan Nasional 2013. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta.

Salvo D1, Frediani JK, Ziegler TR, Cole CR (2012). Food group intake patterns and nutrient intake vary across low-income Hispanic and African American preschool children in Atlanta year 2012. Atlanta : Amerika.

Santoso (2005). Kesehatan dan Gizi. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Sediaoetama, Ahmad Djaeni (2006). Ilmu Gizi Untuk Maha Siswa dan Profesi di Indonesia. Jilid dua. Dian Ratna : Jakarta.

Setiawan, Ari. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Nuha Medika : Yogyakarta. Soekirman, Hardiansyah (2007). Ilmu Gizi dan

Aplikasinya untuk Keluarga dan

Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Sugiyono (2010). Statistik untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.

Suhardjo (2009a). Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi aksara : Bandung.

(2009b). Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. IPB Bogor.

Suhariati (2012). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Status Gizi Balita di Posyandu Melati Desa Jerukwangi Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2012 Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Pamenang Pare : Kediri.

Sulistijani (2012). Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Puspa Swara : Jakarta. Sulistyoningsih (2011). Gizi untuk kesehatan

ibu dan anak . Graha Ilmu : Yogyakarta.

Supariasa, I Dewa Nyoman (2002). Penilaian Status Gizi. Edisi Pertama. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Waladow, Geiby (2013). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi pada Anak Usia 3-5 Tahun di wilayah kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso Tahun 2013 Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi : Manado.

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi dengan judul ANALISIS TOP-DOWN DALAM MENILAI HARGA WAJAR SAHAM PT ASTRA AGRO LESTARI TBK (AALI) PERIODE JANUARI 2007—DESEMBER 2007 ini merupakan karya ilmiah

Dalam proses pencatatan data penyewa dan pembayaran iuran sewa kios pasar KM 5 sekarang ini, menggunakan Microsoft Excel dalam penyusunan laporan untuk ke bagian

a) Nilai t hitung untuk variabel insentif terhadap kinerja karyawan diperoleh 4.597 dengan harga signifikansi 0.000 menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gejala, mekanisme, wujud, sifat, dan efek dari keracunan sianida, mengetahui seberapa besar kisaran dosis natrium tiosulfat ya ng efektif

pengembangan pada Kampung Pesindon. Pada tahun 2011, Kampung Pesindon ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata batik di Kota Pekalongan yang mengalami perubahan

Gerakan tanah atau dikenal dengan tanah longsor didefinisikan sebagai hasil proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan terjadinya perpindahan material pembentuk lereng

Pembelajaran STM jauh lebih efektif karena dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat, yang meliputi kemampuan kognitif,

Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji pada sekeping kaca atau bahan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen dan