• Tidak ada hasil yang ditemukan

Legislasi Hukum Dalam Rangka Mendorong P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Legislasi Hukum Dalam Rangka Mendorong P"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Legislasi Hukum dalam Rangka Mendorong Perubahan

Sosial

Oleh: IGA Semilir Susila, SH

Abstrak

Perubahan merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan. Terlebih lagi dalam kehidupan bermasyarakat yang sarat akan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya. Interaksi kemudian berkembang, mempertemukan kebutuhan yang berbeda, dan menciptakan perubahan sosial.

Seperti diketahui bersama bahwa di mana ada masyarakat maka di sana ada hukum yang mengatur. Demikianlah segala hal dalam mayarakat harus diatur oleh hukum untuk menciptakan ketertiban. Perubahan sosial sebagai salah satu gejala dari interaksi masyarakat juga membutuhkan hukum untuk mengatur perubahan tersebut. Bahkan terkadang perubahan sosial pun ikut menjadi faktor terbentuknya hukum. Hubungan hukum dengan perubahan sosial sedemikian erat, sehingga hukum dapat dijadikan sarana untuk melakukan perubahan sosial. Hukum membentuk kewajiban-kewajiban untuk membangun situasi yang dapat mendorong terjadinya perubahan sosial.

Kata Kunci: hukum, perubahan, masyarakat. Abstract

The change is very fundamental in life. Moreover, in social life that will be full of the interaction between one individual to individual. Interaction later developed, brought together different needs, and create social change.

As is known that where there is a community then there is a law governing. So everything in society must be governed by the law to create order. Social change as a symptom of people's interactions also need laws to regulate such changes. Even at times of social change had come into law the formation factor. Legal relationship with such a tight social change, so that the law can be used as a means for social change. The law established the obligations to construct situations that can lead to social change.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perubahan sosial di dalam kehidupan masyarakat adalah merupakan gejala umum yang terjadi di setiap masyarakat kapan dan di mana saja. Perubahan sosial juga merupakan gejala sosial yang terjadi sepanjang masa. Karena melekatnya gejala perubahan sosial di dalam masyarakat itu, sampai sampai ada yang mengatakan bahwa semua yang ada di masyarakat mengalami perubahan, kecuali satu hal yakni perubahan itu sendiri.

Konsep dan pemikiran tentang Ubi societas Ibi ius yang bermakna dimana ada masyarakat di situ ada hukum, maka perlu digambarkan hubungan antara perubahan sosial dan hukum dalam kaitannya dengan aturan. Masyarakat ada dan menciptakan hukum, masyarakat berubah, maka hukumpun berubah. Perubahan hukum melalui dua bentuk, yakni masyarakat berubah terlebih dahulu, baru hukum datang mengesahkan perubahan itu (perubahan pasif) dan bentuk lain yaitu hukum sebagai alat untuk mengubah ke arah yang lebih baik (law as a tool of sosial engineering).1

Peranan hukum di dalam masyarakat khususnya dalam menghadapi perubahan masyarakat perlu dikaji dalam rangka mendorong terjadinya perubahan sosial. Pengaruh peranan hukum ini bisa bersifat langsung dan tidak langsung atau signifikan atau tidak. Hukum memiliki pengaruh yang tidak langsung dalam mendorong munculnya perubahan sosial pada pembentukan lembaga kemasyarakatan tertentu yang berpengaruh langsung terhadap masyarakat. Di sisi lain, hukum membentuk atau mengubah institusi pokok atau lembaga kemasyarakatan yang penting, maka terjadi pengaruh langsung, yang kemudian sering disebut hukum digunakan sebagai alat untuk mengubah perilaku masyarakat.

(3)

Signifikannya peranan hukum dalam menciptakan peubahan sosial ini kemudian menyebabkan muncul strategi-strategi yang memanfaatkan penciptaan hukum untuk menggiring masyarakat ke arah dan tujuan tertentu. Namun tidak semua peraturan hukum yang dibuat akan serta merta berhasil untuk menciptakan perubahan sosial. Ada berbagai hal yang sangat perlu diperhatikan untuk mengefektifkan suatu legislasi dalam rangka membawa masyarakat ke arah perubahan yang diinginkan oleh pembentuk hukum.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahas permasalahan ini dalam paper yang berjudul ”Legislasi Hukum Dalam Rangka Mendorong Perubahan Sosial”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakan hubungan hukum dengan perubahan sosial?

2. Bagaimana legislasi hukum dapat mendorong perubahan sosial?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan paper ini antara lain:

1. Untuk dapat memahami hubungan hukum dan perubahan sosial

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam strukur dan fungsi masyarakat.2 Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.3 Misalnya saja pada saat muncul pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan, dan kemudian diikuti oleh perubahan-perubahan dalam organisasi sosial dan politik, termasuk hukum. Perubahan sosial melingkupi unsur-unsur kebudayaan, baik yang material maupun immaterial.

Perubahan sosial terkait dengan variasi atau cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Perubahan sosial merujuk pada modifikasi yang terjadi pada pola-pola kehidupan manusia yang disebabkan oleh faktor intern maupun faktor ekstern.

August Comte menyatakan bahwa perubahan sosial berlangsung secara evolusi melalui suatu tahapan-tahapan perubahan dalam alam pemikiran manusia, yang oleh Comte disebut dengan evolusi intelektual. Setiap perubahan tahap pemikiran manusia tersebut mempengaruhi unsur kehidupan masyarakat lainnya, dan secara keseluruhan juga mendorong perubahan sosial. Karl Marx pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari pertentangan yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat produksi dengan kelompok pekerja.

2 Kingsley Davis, Human Society, Cetakan ke-13, The Macmillan. 3

(5)

Di lain pihak Emile Durkheim melihat perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang merubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. Sementara itu Max Weber pada dasarnya melihat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat.

Aspek-aspek perubahan sosial dapat dibahas dalam dua dimensi. Pertama, aspek yang dikaitkan dengan bidang-bidang kehidupan sosial masyarakat, seperti bidang kehidupan ekonomi, bidang kehidupan keluarga, dan lembaga-lembaga masyarakat. Kedua, aspek yang dikaitkan dengan lapisan-lapisan kebudayaan yang terdiri dari aspek material, aspek norma-norma (norms) dan aspek nilai-nilai (values).

Aspek kebudayaan material (artifacts) adalah aspek-aspek yang sifatnya material dan dapat diraba atau dilihat secara nyata, seperti pakaian, alat-alat kerja, dan sebagainya. Karena sifatnya material, maka aspek kebudayaan ini relatif cepat berubah. Adapun aspek norma (norms), menyangkut kaidah-kaidah atau norma-norma sosial yang mengatur interaksi antara semua warga masyarakat. Aspek ini relatif lebih lambat berubah dibandingkan dengan aspek kebudayaan material. Aspek lainnya adalah nilai-nilai budaya (values), yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur yang menjadi pandangan atau falsafah hidup masyarakat. Nilai-nilai inilah yang mendasari norma-norma sosial yang menjadi kaidah interaksi antar warga masyarakat. Aspek nilai inilah paling lambat berubah dibandingkan dengan kedua aspek kebudayaan yang disebut terdahulu.

2.2. Hukum dan Perubahan Sosial

(6)

1. Fungsi hukum sebagai pengatur apabila dalam proses interaksi sosial tersebut interaksi dilakukan dengan nurani (kodrati), organis (terorgisir) dan mekanis atau dilakukan berdasarkan keinginan hati.

2. Fungsi hukum sebagai pengawas apabila terjadi reaksi (perubahan sosial). Perubahan sosial yang menjadikan hukum mengawasi adalah perubahan sosial terarah, maju, mengambang, dan mundur.

3. Fungsi hukum sebagai penyelesaian masalah. Peranan hukum dalam menyelesaikan masalah apabila terjadi permasalahan sosial.

Secara historis, perubahan sosial terlalu sangat lambat untuk menjadi kebiasaan sebagai sumber utama dari hukum. Hukum dapat merespons perubahan sosial setelah puluhan tahun atau setelah berabad-abad. Bahkan di masa awal revolusi industri, perubahan-perubahan yang terjadi karena ditemukannya mesin uap atau ditemukannya listrik hanya secara gradual telah mempengaruhi respons hukum yang sah selama satu generasi. Namun saat ini tempo dari perubahan sosial telah sedemikian cepat pada suatu titik dimana asumsi-asumsi yang ada pada saat ini tidak akan sah lagi bahkan dalam beberapa tahun ke depan.

Perubahan-perubahan dalam kondisi sosial, teknologi, pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap dapat mengarah kepada perubahan hukum. Dalam hal ini, hukum bersifat reaktif dan mengikuti perubahan sosial. Perubahan hukum adalah salah satu dari banyak respons terhadap perubahan sosial. Namun perubahan hukum sangatlah penting, karena hukum merepresentasikan kewenangan negara dan kekuasaan pemberian sanksinya. Hukum baru sebagai respons terhadap masalah sosial atau masalah teknologi baru mungkin dapat memperbesar masalah tersebut atau mungkin dapat menyelesaikan masalah dan membantu menyelesaikan masalah tersebut. Sering kali respons hukum terhadap perubahan sosial, yang sudah pasti melalui suatu tenggang waktu (time lag), akan menyebabkan perubahan sosial baru.

2.3. Legislasi Hukum untuk Mendorong Perubahan Sosial

(7)

membawa dampak pada peubahan hukum yang hidup di masyarakat, demikian pula perubahan hukum akan memberi kontribusi yang cukup signifikan dalam perubahan sosial. Kenyataan bahwa suatu pembentukan hukum dapat membawa perubahan pada masyarakat membuat para pembentuk hukum (legislator) harus dapat dengan bijak membentuk hukum agar hukum yang dibentuk dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, bukan sebaliknya membawa kekacauan.

Hukum berperan penting dalam mendorong terjadinya perubahan sosial dengan berbagai cara. Pertama, hukum dapat membentuk institusi sosial yang akan membawa pengaruh langsung pada tingkat atau karakter perubahan sosial. Kedua, hukum sering kali menyediakan kerangka institusional bagi lembaga tertentu yang secara khusus dirancang untuk mempercepat pengaruh perubahan. Dan yang ketiga, hukum membentuk kewajiban-kewajiban untuk membangun situasi yang dapat mendorong terjadinya perubahan.4

Ada beberapa kondisi di dalam hukum yang dapat mempengaruhi perilaku (perubahan sosial) secara efektif. Pertama, sumber dari hukum yang baru dibentuk harus bersifat otoritatif dan prestisius. Mandat dari para legislator memberikan legitimasi bagi tindakan yang mereka lakukan untuk mewujudkan perubahan yang substansial.5

Kedua, alasan dibuatnya hukum baru tersebut harus diungkapkan, khususnya terkait dengan kompatibilitas dan kontinuitasnya dengan prinsip-prinsip hukum dan budaya yang telah ada. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa hukum dapat menjadi sebuah kekuatan yang tangguh untuk perubahan ketika perubahan tersebut berasal dari sebuah prinsip yang telah mengakar kuat pada budaya masyarakat yang bersangkutan. Hukum harus tampil secara kompatibel dengan asumsi-asumsi budaya dan pola-pola perkembangan hukum yang paling umum diterima.

Ketiga, menjelaskan mengenai sifat dasar dan signifikan dari pola tingkah laku yang baru yang diharuskan oleh hukum dengan melihat pada kelompok,

4 Yeheskel Dror,1959, Law and Social Change, Tulane Law Review, h. 787.

(8)

masyarakat, atau komunitas di mana pola-pola ini hadir. Dengan demikian hukum baru yang dibentuk tersebut bersifat praktis dalam tujuannya.

Keempat, menggunakan unsur waktu secara sadar dalam tindakan legislatif. Semakin singkat waktu transisinya, semakin mudah adaptasi perubahan yang dibutuhkan oleh hukum. Pengurangan penundaan akan meminimalisir kemungkinan tumbuhnya perlawanan yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir tehadap perubahan. Namun ada pula asumsi yang menyatakan bahwa legislasi akan bekerja dengan lebih baik apabila diberi waktu untuk merencanakan persiapan dalam rangka menyambut perubahan.

Kelima, bahwa lembaga penyelenggara hukum harus berkomitmen terhadap tingkah laku yang diharuskan oleh hukum. Penting untuk mempertanyakan tekanan seperti apa yang cenderung muncul pada lembaga penyelenggara hukum dalam upaya mendukung penyelenggaraan hukum yang efektif.

Keenam, perlunya sanksi positif dalam perumusan hukum. Sanksi hukum biasanya dianggap sebagai hukuman dalam berbagai macam bentuknya. Insentif positif bagi yang telah mematuhi hukum juga sama pentingnya untuk mendorong perubahan sosial. Kombinasi antara imbalan dan hukuman harus memiliki proporsi yang seimbang.

Yang terakhir, memberikan perlindungan yang efektif bagi hak-hak orang yang dirugikan akibat pelanggaran hukum. Mereka harus diberi insentif untuk menggunakan legislasi tersebut.

(9)

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan

1. Perubahan sosial mengarah kepada perubahan hukum. Dalam hal ini, hukum bersifat reaktif dan mengikuti perubahan sosial. Perubahan hukum adalah salah satu dari banyak respons terhadap perubahan sosial. Sering kali respons hukum terhadap perubahan sosial, yang sudah pasti melalui suatu tenggang waktu (time lag), akan menyebabkan perubahan sosial baru.

2. Hukum berperan penting dalam mendorong terjadinya perubahan sosial dengan berbagai cara. Hukum dapat membentuk institusi sosial yang akan membawa pengaruh langsung pada tingkat atau karakter perubahan sosial, hukum sering kali menyediakan kerangka institusional bagi lembaga tertentu yang secara khusus dirancang untuk mempercepat pengaruh perubahan, serta hukum membentuk kewajiban-kewajiban untuk membangun situasi yang dapat mendorong terjadinya perubahan. Diperlukan kondisi-kondisi tertentu agar hukum dapat mempengaruhi perilaku (perubahan sosial) secara efektif.

2.1. Saran

1. Sebagai bagian dari masyarakat sosial, maka kita sebaiknya turut selektif dalam memilah berbagai perubahan yang terjadi sehingga perubahan tersebut tidak mengarah kepada hal-hal yang membawa kemunduran bagi masyarakat dan hukum yang mengaturnya.

(10)

Daftar Bacaan

Davis, Kingsley, Human Society, Cetakan ke-13, The Macmillan.

Dror, Yeheskel ,1959, Law and Social Change, Tulane Law Review.

Evan, W. M., 1962, Public and Private Legal System, In Evan.

Iver, Mac, 1937, Society: A textbook of Sociology, Farrar and Reinhart.

Soekanto, Soerjono ,1993 , Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir

Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Surabaya. Bagi STIE

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengembangkan bahan ajar yang efektif agar siswa SMP memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik dan

[3.1] Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan para Pemohon adalah untuk menguji konstitusionalitas Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan

Cara Menjaga Tubuh Agar Tetap Sehat selalu dilakukan karena kesehatan lebih penting dari segalanya, setiap orang pasti memiliki Cara Merawat Tubuh Sehat yang berbeda dan kami juga

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat serta karunia dan limpahan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Preferensi

Terlihat bahwa unit Pemasaran III memiliki unit biaya eksternal paling tinggi, hal ini disebabkan karena unit Pemasaran tersebut memilik unit ICC yang jauh lebih tinggi

Berdasarkan hasil yang ditemui disaat peneletian maka dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi politik anggota DPRD dengan partai politik menghasilkan pola komunikasi vertikal, pola