• Tidak ada hasil yang ditemukan

51225997 PERAN PAJAK DALAM KEBIJAKAN FISKAL ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "51225997 PERAN PAJAK DALAM KEBIJAKAN FISKAL ISLAM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PAJAK DALAM KEBIJAKAN FISKAL ISLAM

Hanifah

(108046100090)

Program Studi Muamalat/Perbankan Syariah

Fakultas Syariah dan Hukum

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Kebijakan fiscal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiscal lebih menekankan pada pengaturan pendaptan dan belanja pemerintah.

Dalam Negara islam, kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan syariah yang dijelaskan oleh Imam Ghazali termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan, dan kepemilikan.

Instrument kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tariff pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industry akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industry secara umum.

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pajak

Sommerfield mendefinisikan pajak adalah suatu pengalihan sumber-sumber yang wajib dilakukan dari sektor swasta kepada sektor pemerintah berdasarkan peraturan tanpa mendapat suatu imbalan kembali yang langsung dan seimbang, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya menjalankan pemerintahan.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbalan (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (public investment).

Adapun pengertian pajak menurut Yusuf Qaradhawi adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluran-pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi, social, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh Negara.

Abdul Qadim berpendapat pajak adalah harta yang diwajibkan Allah Swt kepada kaum muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang/harta.

Dari berbagai definisi tersebut, nampak bahwa definisi yang dikemukakan Abdul Qadim lebih dekat dan tepat dengan nilai-nilai Syariah, karena di dalam definisi yang dikemukakannya terangkum lima unsur penting pajak menurut Syariah, yaitu:

 Diwajibkan oleh Allah Swt

o Obyeknya harta

o Subyeknya kaum muslim yang kaya

o Tujuannya untuk membiayai kebutuhan mereka

(4)

B. Karakteristik Pajak Islami

Karakteristik pajak (dharibah) menurut Syariat, yang hal ini membedakannya dengan pajak konvensional adalah sebagai berikut:

1. Pajak (dharibah) bersifat temporer, tidak bersifat kontinyu, hanya boleh dipungut ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika baitul mal sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. Berbeda dengan zakat, yang tetap dipungut, sekalipun tidak ada lagi pihak yang membutuhkan (mustahik). Sedangkan pajak dalam perspektif konvensional adalah selamanya (abadi).

2. Pajak (dharibah) hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan kewajiban bagi kaum muslimin dan sebatas jumlah yang diperlukan untuk pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih. Sedangkan pajak dalam perspektif konvensional ditujukan untuk seluruh warga tanpa membedakan agama.

3. Pajak (dharibah) hanya diambil dari kaum muslim, tidak kaum non-muslim. Sedangkan teori pajak konvensional tidak membedakan muslim dan non-muslim dengan alasan tidak boleh ada diskriminasi.

4. Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya, tidak dipungut dari selainnya. Sedangkan pajak dalam perspektif konvensional, kadangkala juga dipungut atas orang miskin, seperti PBB. Pajak (dharibah) hanya dipungut sesuai dengan jumlah pembiayaan yang diperlukan, tidak boleh lebih.

5. Pajak (dharibah) dapat dihapus bila sudah tidak diperlukan. Menurut teori pajak konvensional, tidak akan dihapus karena hanya itulah sumber pendapatan.

C. Penerapan Pajak Dalam Pemerintahan Islam

Di bawah in adalah bentuk pajak yang terdapat pada masa pemerintahan Nabi Muhammad, Khulafarrasyidin, dan pemerintahan Islam lainnya setelah nabi dan para sahabat:

1. Kharaj

Kharaj adalah pajak terhadap tanah atau setara dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Kharaj ditentukan berdasarkan tingkayt produktivitas dari tanah bukan berdasarkan zoning. Yang menentukan jumlah besar pembayaran Kharraj adalah pemerintah. Kharaj ini dibayarkan oleh seluruh anggota masyarakat baik orang-orang muslim maupun non-muslim. Besarnya Kharraj ditentukan berdasarkan karekteristik tanah/ tingkat kesuburan tanah, jenis tanaman, jenis irigasi.

(5)

Jizyah adalah pajak yang dibayar oleh orang-orang non-Muslim sebagai pengganti fasilitas social-ekonomi dan layanan kesejahteraan lainnya, serta untuk mendapatkan perlindungan keamanan dari Negara islam. Jizyah sama dengan poll tax, karna orang-orang non-Muslim tidak mengenal zakat fitrah. Jumlah yang harus dibayar sama dengan jumlah minimum yang dibayar.

3. Ushr (bea cukai)

Bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar hanya sekali dalam setahun dan hanya berlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari 200 dirham. Pada masa Rasulullah menghapuskan ushr, karna berinisiatif mempercepat peningkatan perdagangan , walupun menjadi beban pendapatan negara.

4. Khums

Khums adalah pajak proporsional sebesar 20%

D. Fungsi Pajak

Fungsi pajak dibagi menjadi dua, yaitu fungsi budgetair (penerimaan) dan fungsi regular (mengatur):

a. Fungsi Budgetair (penerimaan)

Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara. Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.

(6)

pemerintahan, oleh sebab itu pajak harus diatur senetral mungkin dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan lain.

b. Fungsi Regular (mengatur)

Yaitu fungsi pajak untuk mengatur sesuatu keadaan di masyarakat di bidang sosial/ekonomi/politik sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah sebagai usaha pemerintah untuk turut campur dalam segala bidang guna tercapainya tujuan-tujuan lain pemerintah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi ini. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal. Beberapa penerapan pelaksanaan fungsi mengatur antara lain :

1. Pemberlakukan tarip progresif dengan maksud kalau hal ini diterapkan pada PPh maka semakin tinggi penghasilan semakin tinggi tarip pajaknya. Sehingga kebijaksanaan ini berpengaruh besar terhadap usaha pemerataan pendapatan nasional. Dalam hubuangan ini pajak dikenal juga berperan sebagai alat dalam redistribusi pendapatan nasional.

2. Pemberlakuan bea masuk tinggi bagi barang-barang impor dengan tujuan untuk melindungi (proktesi) terhadap produsen dalam negeri, sehingga mendorong perkembangan industri dalam negeri.

3. Pemberian fasilitas tax holiday atau pembebasan pajak untuk beberapa jenis industri tertentu dengan maksud mendorong atau memotivasi para investor atau calon investor untuk meningkatkan investasinya.

(7)

Kebijakan pemungutan pajak terhadap setiap jenis usaha berhasil menciptakan kestabilan harga dan mengurangi inflasi. Pada saat stagnasi dan menurunnya permintaan agregatif (AD) dan penawaran agregatif, pajak (khususnya Khums) mendorong stabilitas pendapatan dan produksi total. Kebijakan ini juga tidak menyebabkan penurunan harga maupun jumlah produksi.

.

(8)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbalan (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (public investment). Pajak yang terdapat pada masa pemerintahan Nabi Muhammad, Khulafarrasyidin, dan pemerintahan Islam lainnya setelah nabi dan para sahabat:

 Kharaj, pajak terhadap tanah atau setara dengan Pajak Bumi dan Bangunan

 Jizyah, yang dibayar oleh orang-orang non-Muslim sebagai pengganti fasilitas social-ekonomi dan layanan kesejahteraan lainnya

 Ushr (bea cukai)

 Khums, pajak proporsioanl 20%

Pajak berfungsi sebagai fungsi regulator dan fugsi regulated. Fungsi regolator yakni Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan.

Sedangkan fungsi regulated untuk mengatur sesuatu keadaan di masyarakat di bidang sosial/ekonomi/politik sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah sebagai usaha pemerintah untuk turut campur dalam segala bidang guna tercapainya tujuan-tujuan lain pemerintah.

Kebijakan pemungutan pajak terhadap setiap jenis usaha berhasil menciptakan kestabilan harga dan mengurangi inflasi. Pada saat stagnasi dan menurunnya permintaan agregatif (AD) dan penawaran agregatif, pajak (khususnya Khums) mendorong stabilitas pendapatan dan produksi total. Kebijakan ini juga tidak menyebabkan penurunan harga maupun jumlah produksi.

Jadi pajak sangat berperan penting dalam kebijak fiskal islam bukan hanya dalam bidang ekonomi yakni salah satunya sebagai alat redistribusi pendapatan nasional dan pembangunan infrastruktr tapi juga berperan dalam aspek social yakni mengurangi seseorang hidup dengan barang-barang yang mewah sehingga mengurangi kesenjangan social.

DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adiwarman. A . 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

(9)

Amalia, Euis. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata Publishing

http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/wakaf-dan-upaya-memberdayakan-potensinya-secara-produktif-di-indonesia/

Referensi

Dokumen terkait

Tahap pekerjaan lapangan terdiri dari pekerjaan survey pendahuluan, survey inventarisasi kondisi dan geometrik jalan, survey inventarisasi.. kondisi jembatan, survey topografi,

Green architecture adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh  buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modulus alkali dan kadar aktivator terhadap kuat tekan fly ash–based geopolymer mortar, sehingga didapatkan

Selanjutnya, dalam penelitian ini diteliti apakah pembelajaran baca tulis yang meliputi pengenalan huruf, cara menulis huruf, cara mengeja, dan membaca kata dapat lebih efektif

Liver span diukur dari batas atas dan batas bawah daerah redup tadi (dalam centimeter) Liverspan normal biasanya lebih besar pria daripada wanita dan pada orang yang tinggi

Seseorang dapat dikatakan memiliki Locus of Control Internal bila orang tersebut memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya dapat dikatakan memiliki Locus of

Tingkat kerentanan polusi airtanah dangkal di Kecamatan Tongas yang disimpulkan dari hasil pemetaan skor Indeks SINTACS adalah 48,691% Kecamatan Tongas berpotensi

cikke, mely szerint az Egyezmény egyik rendelkezését sem lehet úgy értelmezni, hogy az bármely állam, csoport vagy személy számára jogot biztosítana az Egyezményben