• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sedikit islam tentang Kepemimpinan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sedikit islam tentang Kepemimpinan dalam "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Ulfah Gianina Malinda

NIM : E42010041

No. Absen : 40

Mata Kuliah : Kepemimpinan Kelas : A Nindya Soal

Jelaskan hubungan antara

1. Kepemimpinan dan komunikasi 2. Kepemimpinan dan motivasi 3. Kepemimpinan dan konflik 4. Kepemimpinan dan kinerja 5. Kepemimpinan dan pelayanan 6. Kepemimpinan dan disiplin

7. Kepemimpinan dan pemberdayaan 8. Kepemimpinan dan wirausaha

9. Kepemimpinan dan pengambilan keputusan 10. Kepemimpinan dan pembinaan

Jawaban

1. Hubungan antara kepemimpinan dan komunikasi.

Menurut Kartono (2010), sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi organisasi (perusahaan, kesatuan, jawatan dan lain-lain) pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan semua pihak, baik melalui hubungan formal maupun yang informal. Suksesnya pelaksanaan tugas pemimpin itu sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara horisontal maupun secara vertikal, ke atas dan ke bawah.

(2)

atau bawahannya. Maka komunikasi yang efektif dan terbuka akan memudahkan penjabaran kebijakan tersebut, sekaligus juga memberikan fasilitas kelancaran kerja. Komunikasi ini juga menjadi sarana primer untuk mengubah tingkah laku, dengan jalan mempengaruhi dan meyakinkan para pengikut. Maka ada dua bentuk komunikasi dalam kepemimpinan organisasi, yaitu komunikasi satu arah atau one way communication, dan komunikasi dua arah atau two way communication.

Keuntungan dari komunikasi searah antara lain ialah sebagai berikut :  Dapat berlangsung cepat dan efisien, berlangsung top-down;

 Dapat melindungi pemimpin, sehingga orang atau para pengikut tidak dapat melihat dan menilai kesalahan-kesalahan dan kelemahan pemimpin.

Sedangkan kelemahan pada komunikasi satu arah ialah :  Kepemimpinannya bersifat otoriter;

 Dapat menimbulkan ketidakjelasan, salah paham, penafsiran yang keliru, sentimen dan banyak ketegangan.

Selanjutnya, keuntungan dan kerugian dari komunikasi dua arah dapat disebutkan di bawah ini.

Keuntungan komunikasi dua arah ialah :

 Semua perintah dapat diterima dengan lebih akurat-tepat, karena dapat ditanyakan dan didiskusikan apabila pesan-pesan yang diberikan kurang dapat dimengerti.

 Bisa dikurangi salah paham dan salah interpretasi.  Suasananya lebih demokratis.

Sebaliknya, beberapa segi kelemahan dari komunikasi dua arah ialah :  Komunikasi dan kepatuhan berlangsung lebih lambat.

(3)

 Setiap saat bisa timbul masalah-masalah baru yang tidak terduga-duga dengan adanya dialog terbuka. Artinya, dapat muncul satu seri permasalahan kepemimpinan(manajemen) baru, yang bisa menyulitkan posisi pemimpin. 2. Hubungan antara kepemimpinan dan motivasi

Martin Handoko, 1992, seperti tercantum dalam buku berjudul Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, yang ditulis oleh Ir. Ahmad Tohardi, M.M., secara jelas memberikan definisi motivasi sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku. Sementara motif adalah suatu alasan (dorongan) yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (melakukan) tindakan (sikap) tertentu. Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan adanya dorongan-dorongan yang muncul dari dalam seorang individu, yang akhirnya menggerakkan atau mengarahkan perilaku individu yang bersangkutan.

Kartini Kartono, dalam bukunya berjudul Pemimpin dan Kepemimpinan, menyatakan bahwa pemimpin yang baik itu wajib memahami kebutuhan-kebutuhan baik kebutuhan pribadi sendiri maupun kebutuhan orang lain, anak buah yang dipimpin dan atasan, serta kolega-kolega sederajat, sehingga dia bisa bersikap bijaksana. Dengan demikian dia akan mampu memuaskan semua pihak dan berhasil lah kepemimpinannya.

Erat kaitannya dengan kebutuhan ialah: motivasi. Motif atau motivasi ialah: 1) Gambaran penyebab yang akan menimbulkan tingkah laku, menuju pada satu

sasaran tertentu;

2) Landasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat;

(4)

Maka motivasi kerja dan motivasi untuk menjadi pemimpin itu bermacam-macam. Ada orang yang didorong oleh motivasi-motivasi yang rendah dan egoistis, misalnya meraih prestise, status sosial untuk menonjolkan kelebihan dan keakuannya, untuk pamer atau bersifat ekshibisionistis untuk mendapatkan kekayaan dengan cara apapun juga, untuk memuaskan kesombongan diri (narsistis), dan lain-lain.

Sebaliknya, ada orang yang muncul menjadi pemimpin karena ia didorong oleh motivasi-motivasi luhur atau nobel, misalnya oleh rasa-rasa patriotik, pengabdian, pengorbanan, kebaikan kecintaan pada rakyat, tidak mementingkan diri sendiri, tetapi demi kepentingan dan kesejahteraan umum, dan lain-lain. Motif-motif yang jelas, tegas dan kuat, akan mendorong kuat kemauan orang, dan memberanikan dirinya untuk berbuat sesuatu. Dengan kata lain, barangsiapa memiliki kemauan yang kuat, harus memiliki motivasi-motivasi yang jelas-tegas, sehingga mendorong dengan kuat berlangsungnya kemauan. Karena itulah maka pendidikan kemauan sebagian besar berupa pemupukan motivasi-motivasi yang baik, jelas dan kuat.

Dengan demikian pemimpin harus mampu memberikan motivasi yang baik kepada anak buahnya. Berilah kepada anggota-anggota kelompok atau bawahan satu motivasi atau satu kompleks motif-motif tertentu, maka mereka pasti bersedia melakukan perbuatan-perbuatan besar, atau perbuatan kepahlawanan lainnya. Adapun motivasi yang diberikan oleh pemimpin pada umumnya bermaksud untuk :

(5)

3. Meningkatkan partisipasi aktif dan tanggung jawab sosial semua anggota. 4. Meningkatkan produktivitas semua sektor dan anggota kelompok. Dan

memberikan kesempatan untuk melakukan ekspresi bebas.

5. Menjamin terlaksananya realisasi-diri dan pengembangan diri pada setiap anggota kelompok. Dan memberikan kesempatan untuk melakukan ekspresi bebas.

Menurut Tohardi (2002), motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kegairahan atau semangat kerja (work satisfaction) bawahan yang akhirnya bermuara kepada peningkatan produktivitas individu dan tentunya juga berbasis kepada peningkatan produktivitas organisasi. Dalam mengelola organisasi, seorang pimpinan mestinya mampu melakukan fungsi penggerakan (actuating) terhadap bawahan dengan baik agar mereka (bawahan) dapat bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Untuk dapat melakukan penggerakan (actuating) bawahan dengan baik maka dibutuhkan cara memotivasi bawahan dengan baik pula, karena secara radikal pengertian motivasi (menggerakkan) sama dengan pengertian actuating itu sendiri.

3. Kepemimpinan dan konflik

(6)

itu konflik menjadi benih vital bagi pertumbuhan dan suksesnya lembaga serta organisasi.

Konflik merupakan unsur yang dibutuhkan untuk mengembangkan organisasi, jika organisasi ingin terus hidup dan tumbuh. Maka seni dari manajemen konflik atau seni memimpin dalam situasi dan kondisi konflik merupakan tugas paling berat dan paling sukar bagi pemimpin. Khususnya pemimpin di puncak hierarki, lebih banyak sebagai wasit atau pemutus pertentangan/konflik dalam organisasi. Jadi melihat sebagai otoritas yang mampu mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh macam-macam konflik.

Para pemimpin yang gagal, selalu bersikeras menolak berlangsungnya perubahan-perubahan. Pada hakikatnya mereka itu adalah pemimpin yang enggan menghadapi tantangan konflik-konflik. Mereka merasa lebih aman dengan menghindari konflik-konflik yang dianggap mengandung resiko dan bahaya. Sebab untuk menanggapi perubahan dan kemajuan, diperlukan jiwa yang dinamis, agar orang berani menghadapi tantangan dan konflik-konflik demi kemajuan organisasi.

Sehubungan dengan itu konflik harus dilihat sebagai unsur yang positif. Konflik itu mempunyai segi-segi positifnya, jika pemimpin mampu menjinakkan dan mengelolanya. Menurut kaum interaksionis, oposisi dan konflik itu tidak hanya diinginkan saja, akan tetapi juga sebagai hal yang mutlak perlu untuk menjamin kehidupan dan kemajuan organisasi

4. Kepemimpinan dan kinerja

(7)

kinerja instansipun menjadi tidak baik. Begitu juga sebaliknya apabila kinerja karyawan baik maka kinerja instansipun menjadi baik. Dan dapat dinyatakan bahwa kinerja adalah tingkat kerja yang dicapai oleh seseorang dengan syarat – syarat yang telah ditentukan. Kinerja dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut :

1) Faktor individual yang terdiri dari : kemampuan, dan faktor demografi ; 2) Faktor psikologis yang terdiri dari : sikap, motivasi, persepsi, personality

3) faktor organisasi yang terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur, dan job design.

Hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja karyawan yang diungkapkan pada hasil penelitian para ahli terhadap kepemimpinan transformasional dalam Suryanto (2006) adalah sebagai berikut:

a. Walumbwa, et.al. (2004), kepemimpinan transformasional berhubungan positif dengan komitmen, kinerja dan kepuasan kerja.

b. Ozaralli (2003), kepemimpinan transformasional berkontribusi terhadap prediksi adanya pemberdayaan pada bawahan. Adanya pemimpin transformasional mengakibatkan anggota tim mengalami pemberdayaan. Semakin mereka mengalami pemberdayaan, semakin efektif pula tim itu.

c. Boehnke & Bontis (2003), walau penerapan prinsip kepemimpinan transformasional perlu adaptasi untuk berbagai negara, secara universal gaya kepemimpinan transformasional membantu pemimpin memimpin karyawan lebih efektif dan menghasilkan kinerja terbaik.

d. Langbert & Friedman (2003), pemimpin transformasional memiliki kemampuan motivasi bawahan dan memungkinkan mereka mempertahankan prestasi dan mencapai perubahan yang revolusioner.

(8)

yang lebih tinggi pada dunia kerja dan mendorong pencapaian kinerja yang terbaik.

5. Kepemimpinan dan pelayanan

Pratama, Priya Prayogha dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Pelayanan Publik (Studi Pada Unit Pelaksana Teknis Dinas-Pelatihan Pendidikan Teknik Dinas Pendidikan Sumatera Utara) menyatakan bahwa pada dasarnya pelayanan merupakan usaha apa saja yang dapat mempertinggi kepuasan pelanggan. Dukungan kepada pelanggan dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan kepuasan bagi pelanggannya, selalu dekat dengan pelanggannya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa diingat oleh pelanggannya.

Menurut Soetopo (Napitupulu, 2007:164), pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Boediono (2003:60), menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu proses bantuan dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi yang ditujukan kepada masyarakat yang dapat berbentuk barang atau jasa yang memberikan kepuasan bagi yang menerimanya.

(9)

organization are created by the public, for the public, and need to be accountable to it.” Organisasi publik dibuat oleh publik, untuk publik, dan karenanya harus bertanggung jawab kepada publik. Bertumpu pada pendapat ini, pemimpin organisasi publik diwajibkan berakuntabilitas atas kinerja yang dicapai organisasinya. Tujuan utama organisasi publik adalah memberikan pelayanan dan mencapai tingkat kepuasan masyarakat seoptimal mungkin.

Karakteristik manajemen pelayanan pada sektor publik sebagai suatu keseluruhan kegiatan pengelolaan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah, memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya, memiliki kelompok kepentingan yang luas termasuk kelompok sasaran yang ingin dilayani (wide stakeholders), memiliki tujuan sosial serta akuntabel pada publik. Sejalan dengan perkembangan manajemen penyelenggaraan negara, dan dalam upaya mewujudkan pelayanan prima, paradigma pelayanan publik berkembang dengan fokus pengelolaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer-driven government) yang dicirikan dengan lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan, pemberdayaan masyarakat, serta menerapkan sistem kompetisi dan pencapaian target yang didasarkan pada visi, misi, tujuan dan sasaran.

6. Kepemimpinan dan disiplin

Menurut Alex Nitisemito (1992) dalam buku berjudul Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, yang ditulis oleh Ir. Ahmad Tohardi, M.M, yang dimaksud disiplin adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Tohardi (2002) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang dapt kita lakukan dalam menegakkan disiplin, diantaranya adalah :

(10)

Punishment (hukuman) dan Reward (hadiah) dapat digunakan sebagai strategi dalam menegakkan kedisiplinan seorang pekerja, pegawai atau buruh di organisasi atau di perusahaan. Namun yang paling penting diperhatikan adalah bagaimana hukuman dan hadiah tersebut benar-benar ditegakkan. Bila hukuman dan hadiah tersebut hanya peraturan saja, terlebih lagi hanya slogan belaka, maka hal tersebut tidak akan mampu berbuat banyak dalam menegakkan kedisiplinan.

2) Adil dan Tegas

Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja yang harus dilakukan secara tegas dan untuk hukuman harus diterapkan secara adil untuk semua orang yang ada di organisasi atau perusahaan.

3) Motivasi

Pihak yang berkompeten di organisasi atau perusahaan itu harus memberikan penjelasan apa manfaat yang akan diperoleh, oleh karyawan yang bersangkutan dan apa yang akan diperoleh oleh organisasi atau perusahaan bila seseorang disiplin dalam bekerja.

4) Keteladanan Pimpinan

Dari sejumlah sumber kewibawaan seorang pimpinan, maka yang paling besar pengaruhnya dalam kewibawaan seorang pemimpin adalah keteladanan (referent power). Dengan kata lain, pemimpin yang dapat memberikan keteladanan yang baik, akan menambah wibawa sehingga segala sikap dan perilaku pimpinan selalu menjadi rujukan atau panutan bawahan.

5) Lingkungan yang Kondusif

Lingkungan sosial tempat bekerja harus kondusif, bila mengharapkan orang-orang yang bekerja disana berdisiplin tinggi. Dengan kata lain lingkungan sosial tempat kerja juga dapat menjadi acuanseseorang dalam berdisiplin.

(11)

Lingkungan fisik yang aman dan nyaman (ergonomis) turut mempengaruhi kedisiplinan kerja seseorang. Lingkungan kerja yang ergonomis perlu diciptakan oleh organisasi atau perusahaan dalam upaya mendukung program peningkatan kesiplinan karyawan.

Beranjak dari kesimpulan diatas, maka kedisiplinan juga dapat merujuk kepada pimpinan, sehingga bila pemimpin disiplin maka bawahan juga akan ikut disiplin, demikian sebaliknya bila pimpinan tidak disiplin, maka bawahan juga ikut tidak disiplin. Jika di sebuah organisasi atau perusahaan ingin mendapatkan bawahan yang berdisiplin tinggi, maka pimpinan juga harus ditata menjadi seorang yang berdisiplin tinggi, karena pimpinan selalu menjadi bahan rujukan atau panutan bawahan.

7. Kepemimpinan dan pemberdayaan

Suryana (2003) menegaskan istilah pemberdayaan (empowerment) banyak dipakai dalam bisnis, pemerintahan, politik dan pendidikan. Pemberdayaan disini berarti penyerahan otoritas pengambilan kekuasaan dan tanggung jawab dari manajer kepada anggota kelompok. Banyak orang menganggap pemberdayaan adalah kekuatan yang positif karena ini berarti bahwa pemimpin dan manajer berbagi keuasaan dengan orang yang otoritasnya tak terlalu formal. Pemimpin yang memberdayakan paling tidak bersifat partisipatif dan cenderung longgar dalam menjalankan kekuasaannya.

(12)

merupakan sebuah paradoks. Dengan memberi kekuasaan, pemimpin biasanya mendapatkan kekuasaan dalam jangka panjang. Kemampuan dan motivasi adalah faktor penting untuk pemberdayaan.

8. Kepemimpinan dan wirausaha

Suryana (2003) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri (yakin, optimis dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka akan tantangan).

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar.

9. Kepemimpinan dan pengambilan keputusan

(13)

Tohardi, M.M. mengatakan bahwa konsekuensi dari tugas pokok pemimpin itu ialah bahwa sebagian besar dari waktu setiap pemimpin harus dipergunakannya untuk mengambil keputusan. Sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya seseorang menjalankan perannya sebagai pemimpin akan sangat tergantung bukan kepada keterampilan melakukan kegiatan-kegiatan operasional, akan tetapi dinilai terutama dari kemampuannya dalam mengambil keputusan.

Untuk itu syarat kepemimpinan yang perlu dipenuhi oleh setiap orang yang menduduki jabatan pemimpin ialah keberanian untuk mengambil keputusan yang cepat, tepat, praktis dan rasional serta mampu memikul tanggungjawab atas akibat dari resiko yang timbul sebagai konsekuensi dari kebijaksanaan yang diambilnya.

Menurut Sondang P. Siagian (1990) dalam Tohardi (2002), hakekat dari pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematik terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

Tohardi (2002) menyatakan bahwa sejalan dengan gaya kepemimpinan, maka perilaku pengambilan keputusan juga mengikuti gaya kepemimpinan seseorang. Sehingga jika seorang pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan otoriter, maka perilaku dalam mengambil keputusan juga akan otoriter.

(14)

keunggulan dalam usaha dan manajemen sangat tergantung kepada kemampuan pemimpin untuk menyampaikan visi yang jelas atau pangannya, antusiasme dan rasa memiliki tujuan kepada kelompoknya.

10. Kepemimpinan dan pembinaan

Dubrin (2009) menyatakan peran lain yang menarik dan konstruktif bagi pemimpin adalah membina anggota, membantu mereka untuk tumbuh dan berkembang. Pemimpin yang membina secara aktif membantu meningkatkan pertumbuhan anggota kelompok dari segi keahlian, pengetahuan dan kesejahteraan emosional. Membina atau mengasuh dapat diterjemahkan ke dalam praktik-praktik spesifik, seperti :

1) Menunjukkan perhatian tulus kepada kesejateraan anggota kelompok.

2) Meluangkan banyak waktu untuk mendengarkan problem kerja dari anggota kelompok.

3) Meluangkan cukup waktu untuk mendengarkan problem pribadi anggota kelompok.

4) Menunjukkan dengan kata-kata bahwa anda prihatin dengan kesulitan dan kekecewaan anggota kelompok.

5) Memberikan selamat kepada anggota kelompok saat mereka menunjukkan perkembangan dalam keahlian

6) Menggunakan kekuasaan anda untuk membantu anggota kelompok memecahkan persoalan yang mengganggu.

7) Menjadi pelatih yang efektif dengan mengemukakan saran-saran yang berguna untuk perbaikan dan memberi dorongan semangat.

8) Senang ketika anggota kelompok mengembangkan keahlian kompleks dengan bantuan anda.

(15)

10) Bersedia menjadi mentor untuk anggota kelompok yang mencari bimbingan dan ingin bersahabat dengan anda.

DAFTAR PUSTAKA

Dubrin. 2009. Leadership. Jakarta: Prenada

Kartono. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Refika Aditama.

Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat

Tohardi. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana penggunaan teknik simulasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks

Begitu juga dengan penelitian Sinaga (2015), ditemukan hubungan yang rendah dan signifikan antara nilai ujian nasional biologi dan kompetensi biologi umum mahasiswa FMIPA

SIP tidak menyediakan layanan secara langsung , tetapi menyediakan pondasi yangdapat digunakan oleh protokol aplikasi lainnya untuk memberikan layanan yang lebih

Batuan yang mengalami deformasi pada daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi Kebo-Butak yang terendapkan selama Oligosen Akhir hingga Miosen Awal.Deformasi pada batuan di

Strategi pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berbeda dari pelajar cerdas melalui pedagogi cerdas yang ditawarkan dalam suatu kelas cerdas ( Smart Classroom )

Namun sekelompok ulama yang sepakat dengan Muslim menilai bahwa hadis di atas adalah sahih. Hadis di atas juga tidak bertentangan dengan al- Qur’a>n. Al-Qur’a>n

Mesyuarat Penilaian Bahan Tender/Sebut Harga bagi Program Penerbitan Buku Teks KBDKBT Tingkatan 5 Pembekalan Mulai Tahun 2018 (Kegunaan Mulai Tahun 2019) (12 -17) Bengkel

Melalui pengujian secara serempak /simultan (Uji F) dapat disimpulkan bahwa citra merek ( brand image) dengan indikator keunggulan asosiasi merek ( favorability of