• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara Sebagai Subjek Hukum Internasiona

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Negara Sebagai Subjek Hukum Internasiona"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Manusia (individu) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tentunya akan membutuhkan suatu patokan atau pedoman dalam bertingkah laku. Patokan atau pedoman tersebut dimaksudkan agar interaksi antara manusia (individu) yang satu dengan manusia yang lainnya akan dapat terciptanya suatu hubungan yang seimbang satu sama lain. Terkait dengan hal itu, maka patokan/pedoman yang mengatur hubungan antar individu tersebut perlu untuk diatur secara jelas dan tepat di dalam suatu dokumen baik tertulis maupun tidak tertulis. Dokumen yang tertulis misalnya di dalam suatu peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga yang diberi wewenang untuk membuatnya, sedangkan dokumen tidak tertulis misalnya yaitu hukum adat atau hukum kebiasaan.

Berdasarkan paparan tersebut di atas, pada dasarnya peraturan perundang-undangan tidak lain tidak bukan adalah suatu hukum dimana didalamnya terdapat seperangkat aturan yang mengatur apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh setiap individu. Pemahaman tersebut berlaku pula halnya terhadap Hukum Internasional. Perbedaan antara Hukum Nasional dengan Hukum Internasional salah satunya yaitu dalam hal subjek hukum yang diatur antara kedua perangkat hukum tersebut. Subjek Hukum Nasional adalah orang-perorangan (individu), baik dalam lingkup hukum perdata maupun dalam lingkup hukum publik. Sedangkan subjek Hukum Internasional salah satu diantaranya adalah Negara.

(2)

BAB II

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun tujuan pembelajaraan yang hendak dicapai, antara lain:

1. Untuk mengetahui kedudukan negara sebagai subjek Hukum Internasional. 2. Untuk mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan pengakuan negara, serta dampak-dampak hukumnya dalam hubungan dengan negara-negara lain.

(3)

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara

Pengertian negara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat

diartikan sebagai suatu organisasi tertinggi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Negara juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasikan dibawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, dan berdaulat sehingga berhak untuk menentukan tujuan nasionalnya.

Agar dapat mengetahui lebih mendalam mengenai definisi negara, berikut ini terdapat beberapa pengertian negara menurut pandangan beberapa ahli:

1. Prof. R. Djokosoetono: negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

2. Prof. Miriam Budiarjo: negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolist dari kekuasaan yang sah.

3. Aristoteles: perpaduan beberapa keluarga yang mencakup beberapa desa, sehingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.

4. Plato: negara adalah persekutuan manusia yang muncul karena adanya keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam. 5. Georg Jellinek: negara adalah organisasi yang dilengkapi dengan suatu kekuatan yang asli dan diperoleh bukan dari suatu kekuatan yang lebih tinggi derajatnya.1

(4)

Berdasarkan beberapa definisi negara yang telah diberikan beberapa ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang mendiami suatu wilayah tertentu dan memiliki pemerintahan untuk mengatur masyarakat tersebut dalam rangka berinteraksi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.

B. Terjadinya Negara

Terdapat 2 (dua) teori mengenai terjadinya negara, yaitu sebagai berikut2:

1. Terjadinya Negara secara Primer (Primaire Staats Wording), yaitu membahas tentang terjadinya negara tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya. Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4 (empat) fase, yaitu:

a. Fase Genootshap: fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama dan didasarkan pada persamaan. Kepemimpinan disini dipilih secara primus inter pares (terkemuka diantara yang sama).

b. Fase Reich: pada fase ini sekelompok orang tersebut telah sadar akan hak milik atas tanah sehingga muncul Tuan yang berkuasa atas tanah dan penyewa tanah. Sehingga timbul sistem feodalisme.

c. Fase Staat: masyarakat telah sadar dari tidak bernegara menjadi bernegara dan telah sadar bahwa mereka berada pada satu kelompok.

d. 1) Fase Democratische Natie: merupakan perkembangan dari fase Staat dimana pada fase ini terbentuk berdasarkan kesadaran Demokrasi Nasional, yaitu kesadaran adanya kedaulatan di tangan rakyat.

(5)

2. Terjadinya Negara secara Sekunder (Scundaire Staats Wording), teori ini membahas terjadinya negara yang dihubungkan dengan negara-negara yang telah ada sebelumnya. Jadi, dalam teori ini membahas masalah pengakuan (erkening).

a. Pengakuan De Facto: pengakuan sementara terhadap munculnya/terbentuknya negara baru, karena kenyataannya negara baru itu memang ada namun apakah prosedurnya melalui hukum, hal ini masih dalam penelitian sehingga pengakuan yang diberikan terhadap negara tersebut bersifat sementara.

b. Pengakuan De Jure: pengakuan yang seluas-luasnya dan bersifat tetap terhadap munculnya/terbentuknya negara, dikarenakan terbentuknya negara baru berdasarkan yuridis/hukum.

c. Pengakuan atas Pemerintahan De Facto: pengakuan hanya terhadap pemerintahan suatu negara. Jadi, yang diakui hanya pemerintahannya, sedangkan wilayah negara tersebut tidak diakui.

C. Unsur-Unsur Negara

Unsur-unsur negara adalah segala sesuatu yang harus ada atau yang diperlukan untuk membentuk suatu negara. Unsur-unsur tersebut antara lain3:

1. Harus ada rakyat yang tetap: rakyat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama di suatu tempat tertentu, sehingga merupakan kesatuan masyarakat yang diatur oleh suatu tertib hukum nasional. Syarat penting dalam unsur ini, yaitu bahwa rakyat/masyarakat ini harus terorganisasikan dengan baik.

2. Harus ada wilayah/daerah yang tetap: adanya wilayah sangat penting bagi negara untuk mewujudkan kedaulatan dan menerapkan jurisdiksinya di dalam wilayah itu.

3. Harus ada Pemerintah: Pemerintah adalah seorang/beberapa orang yang mewakili rakyat dan memerintah menurut hukum negaranya. Unsur ini harus ada minimal pada waktu/setelah negara yang bersangkutan menyatakan kemerdekaannya.

(6)

4. Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain: Menurut Oppenheim dan Lauterpacht, menggunakan kalimat “pemerintah harus berdaulat”, yaitu kekuasaan tertinggi yang merdeka dari pengaruh kekuasaan lain di muka bumi. Unsur ini lah yang dipandang paling penting dari segi Hukum Internasional.

5. International capacities: negara harus dapat mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan para pejabatnya terhadap pihak/negara lain.

6. Merdeka: negara harus merdeka. Tanpa merdeka, suatu negara bukanlah negara sebagai subjek Hukum Internasional.

7. Keberlangsungan negara: unsur ini cukup penting untuk membuktikan keberadaan negara tersebut baik menurut Hukum Internasional maupun menurut hubungan internasional.

8. Efektivitas: negara harus memiliki kemampuan untuk secara efektif mengatur urusan dalam negerinya dan mampu menjalankan hubungan luar negerinya.

Selain 8 (delapan) unsur tersebut di atas dalam Hukum Internasional, para sarjana lainnya mengemukakan unsur-unsur lain yang cukup penting pula meskipun tidak terlalu menonjol. Unsur tersebut antara lain derajat/tingkat kelanggengan negara, kesediaan dan kemampuan menaati Hukum Internasional, tingkat peradaban negara, pengakuan dari negara lain, tertib hukum negara tersebut, keabsahan berdirinya negara dalam Hukum Internasional, serta masalah penentuan nasib sendiri suatu negara.

D. Kedudukan Negara Sebagai Subjek Hukum Internasional

Sebelum untuk memahami bagaimana kedudukan suatu negara sebagai subjek Hukum Internasional, pertama-tama akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai arti dari subjek Hukum Internasional itu sendiri. Subjek Hukum Internasional adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut Hukum Internasional.

(7)

pemerintahan sendiri secara penuh, yaitu memiliki kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam lingkungan kewenangan negara yang bersangkutan.4

Negara yang merdeka dan berdaulat dapat diartikan pula sebagai negara yang tidak tergantung kepada negara lain.

Negara merupakan subjek utama Hukum Internasional, baik ditinjau secara historis maupun faktual. Peninjauan secara historis, negara merupakan subjek Hukum Internasional yang pada awal mula lahir dan bertumbuh. Peran negara semakin lama semakin dominan dikarenakan bagian terbesar dari hubungan-hubungan internasional yang dapat melahirkan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah Hukum Internasional itu dilakukan oleh negara-negara.

Kelebihan negara sebagai subjek Hukum Internasional dibandingkan dengan subjek yang lain adalah negara memiliki “kedaulatan” (sovereignity).

Kedaulatan dapat diartikan sebagai kekuasaan tertinggi yang utuh dan tidak dapat dibagi-bagi, serta tidak dapat ditempatkan di bawah kekuasaan lain. Akan tetapi, arti dan makna kedaulatan mengalami perubahan karena kedaulatan saat ini terdapat pembatasan-pembatasan yaitu Hukum Internasional dan kedaulatan dari negara lain.

Berbicara mengenai kedudukan negara sebagai subjek Hukum Internasional, maka tidak terlepas dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban dasar negara-negara. Berdasarkan American Institue of International Law

tahun 1916, Konvensi Montevideo 1933 mengenai Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Negara dan dalam Draft Declaration on the Right and Duties of State yang disusun oleh Komisi Hukum Internasional PBB tahun 1949 menyatakan bahwa:

1. Hak-hak dasar yang paling sering ditekankan:

a. Hak kemerdekaan;

b. Hak persamaan negara-negara/persamaan derajat;

c. Hak yurisdiksi teritorial;

d. Hak membela diri/mempertahankan diri.

2. Kewajiban-kewajiban dasar yang ditekankan:

a. Kewajiban tidak mengambil jalan kekerasan/perang;

b. Kewajiban melaksanakan kewajiban-kewajiban traktat dengan itikad baik;

(8)

c. Tidak mencampuri urusan negara lain.5

E. Teori-Teori Pengakuan Negara serta Dampak Hukumnya dalam Hubungan dengan Negara Lain

Oppenheim berpendapat bahwa pengakuan merupakan suatu pernyataan terhadap kemampuan suatu negara baru. Negara-negara dalam memberikan atau tidak memberikan pengakuan ini semata-mata hanya didasarkan pada alasan politis, bukan alasan hukum. Meskipun pengakuan ini bersifat politis, namun dengan diakuinya suatu negara/pemerintah baru konsekuensi yang ditimbulkan dapat bersifat politis dan yuridis antara negara yang diakui dengan negara yang mengakui.

Konsekuensi politis yang dimaksud misalnya, antara negara yang mengakui dengan yang diakui dapat dengan leluasa mengadakan hubungan diplomatik, hubungan-hubungan formal kenegaraan lainnya, bahkan hubungan dagang. Sedangkan konsekuensi yuridis dapat berupa:

1. Pengakuan merupakan pembuktian atas keadaan yang sebenarnya dari lahirnya suatu negara/pemerintah baru;

2. Pengakuan menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu dalam mengembalikan tingkat hubungan diplomatik antara negara yang mengakui dengan negara yang diakui;

3. Pengakuan memperkukuh status hukum negara yang diakui dimuka pengadilan negara yang mengakui.

Terkait dengan apakah pengakuan ini merupakan suatu keharusan atau bukan, nampaknya tepat apa yang dikemukakan oleh salah satu ahli yaitu Podesta Costa. Beliau berpendapat bahwa, tindakan pengakuan ini merupakan tindakan yang bersifat fakultatif. Artinya, suatu negara bebas untuk mengakui lahirnya suatu negara/pemerintah baru tanpa adanya keharusan untuk melakukannya atau larangan untuk tidak melakukannya.

Terdapat dua teori pengakuan, yaitu:

1. Teori Konstitutif : teori yang berpendapat bahwa suatu negara menjadi subjek Hukum Internasional hanya melalui pengakuan. Ada dua alasan

(9)

yang melatarbelakangi teori ini. Pertama, mereka berpendapat bahwa Hukum Internasional lahir karena kesepakatan antar negara. Oleh karena itu, jika kata sepakat yang menjadi dasar berlakunya Hukum Internasional, maka tidak ada negara/pemerintah yang diperlakukan sebagai subjek Hukum Internasional tanpa ada kesepakatan dari negara yang telah ada terlebih dahulu. Kedua, negara/pemerintah yang tidak diakui tidak mempunyai status hukum sepanjang negara/pemerintah itu berhubungan dengan negara-negara yang tidak mengakui.

2. Teori Deklaratif : menurut teori ini, pengakuan hanya merupakan penerimaan negara baru oleh negara lainnya. Suatu negara baru mendapatkan kemampuannya dalam Hukum Internasional bukan berdasarkan kesepakatan dari negara yang telah ada terlebih dahulu, namun berdasarkan situasi-situasi nyata tertentu. Hal yang melatarbelakangi teori ini yaitu, negara memiliki kemampuan dalam Hukum Internasional segera setelah negara itu ada berdasarkan faktanya.

Adapun hak-hak yang lahir dari adanya pengakuan antara lain:

1. Negara yang diakui dapat mengadakan hubungan diplomatik dengan negara yang mengakui.

2. Negara yang diakui menikmati kekebalan diplomatik di negara yang mengakui.

3. Negara yang diakui dapat memperoleh harta benda yang berasal dari penguasa terdahulu yang berada di wilayah negara yang mengakui.

4. Tindakan-tindakan negara yang diakui berlaku secara sah dan keabsahannya tidak dapat diuji.

5. Perjanjian-perjanjian yang telah diadakan oleh pemerintah terdahulu dapat berlaku kembali.6

F. Pengakuan Domland Sebagai Negara

Pada bagian sub bab ini akan dijelaskan apakah negara Domland dapat atau tidak dapat diakui sebagai negara. Sebelumnya, akan dipaparkan sedikit mengenai sejarah Domland. Republik Domland adalah negara berdaulat yang terletak di antara Kroasia dengan Serbia pada tepi barat sungai Danube.

(10)

Lahirnya negara Domland (atau sekarang dikenal dengan negara Liberland) berawal dari terjadinya sengketa perbatasan antara Kroasia dengan Serbia. Wilayah Domland tidak diklaim oleh Kroasia maupun Serbia ataupun oleh negara lain dan saat sebelum Domland terbentuk, wilayah tersebut merupakan wilayah yang tidak bertuan (terranullius).

Pada tanggal 13 April 2015, seorang pria berkewarganegaraan Kroasia yang bernama Vit Jedlicka membentuk negara baru di wilayah yang tidak bertuan tersebut dan kemudian ia menamakan negara baru tersebut dengan nama negara Domland. Domland memiliki luas wilayah yang sangat kecil, yaitu 7 (tujuh) km2 , sehingga Domland diklasifikasikan sebagai negara

berdaulat terkecil setelah Monaco. Sehubungan dengan warga negaranya, Domland membuka pendaftaran bagi siapa saja yang hendak menjadi warga negara dengan mengisi formulir yang telah disediakan dalam situs web Domland.7

Dalam hal unsur pemerintah terlihat dalam Rancangan Undang-Undang Konstitusi Negara Domland telah membagi cabang kekuasaan pemerintahan menjadi tiga cabang8, yaitu cabang kekuasaan Eksekutif (Pasal

3 RUU Domland), Legislatif (Pasal 2 RUU Domland), dan Yudikatif (Pasal 4 RUU Domland). Pada cabang kekuasaan Eksekutif negara Domland akan berada di tangan Kabinet yang dibentuk dan dipimpin oleh Kanselir, yang mana Kanselir tersebut akan menjadi Kepala Negara. Cabang kekuasaan Legislatif akan diberikan kepada Warga dan Majelis negara Liberland yang melaksanakan tugasnya atas nama rakyat. Sedangkan, pada cabang kekuasaan Yudikatif nya akan diberikan kepada Pengadilan negara Liberland.

Kesepakatan garis batas negara antara Domland dengan Kroasia dan Serbia telah menunjukkan adanya pengakuan terhadap Domland sebagai negara yang baru terbentuk. Namun, berdasarkan teori-teori pengakuan yang telah diuraikan sebelumnya, Domland belum dapat diakui sebagai negara secara penuh. Hal ini dikarenakan, meskipun Domland telah memenuhi unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk suatu negara yaitu antara lain

7 Task 3 Course Manual Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. 2016.

(11)

memiliki rakyat, wilayah, pemerintah, dan merdeka. Namun, Domland belum dapat dikatakan pemerintahannya akan berlangsung secara permanen dan stabil, mengingat lamanya negara Domland itu sendiri terbentuk dapat dikatakan belum berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan, salah satu kriteria penting yang harus dimiliki suatu negara/pemerintah baru agar dapat diakui diantaranya pemerintahannya harus permanen dan stabil.

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu subjek Hukum Internasional adalah negara, yang dalam hal ini haruslah negara yang merdeka dan berdaulat. Maksud dari negara yang merdeka dan berdaulat adalah bahwa negara tersebut harus mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh, yaitu memiliki kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam lingkungan kewenangan negara yang bersangkutan dan tidak tergantung kepada negara lain.

Suatu negara perlu mendapat pengakuan dari negara lain agar dapat menjadi subjek Hukum Internasional. Akan tetapi, apakah pengakuan tersebut bersifat mutlak atau relatif masih menjadi suatu persoalan. Terkait dengan hal tersebut terdapat dua teori pengakuan, yaitu teori konstitutif dan teori deklaratif. Pada teori konstitutif berpendapat bahwa suatu negara menjadi subjek Hukum Internasional hanya melalui pengakuan, sedangkan teori deklaratif mengatakan pengakuan hanya merupakan penerimaan negara baru oleh negara lainnya. Lebih lanjut teori deklaratif berpendapat, suatu negara baru mendapatkan kemampuannya dalam Hukum Internasional bukan berdasarkan kesepakatan dari negara yang telah ada terlebih dahulu, namun berdasarkan situasi-situasi nyata tertentu.

(12)

meskipun telah memenuhi unsur-unsur negara, yaitu memiliki rakyat, wilayah, pemerintah, dan merdeka. Namun, Domland belum dapat dikatakan pemerintahannya akan berlangsung secara permanen dan stabil, mengingat lamanya negara Domland itu sendiri terbentuk dapat dikatakan belum berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan, salah satu kriteria penting yang harus dimiliki suatu negara/pemerintah baru agar dapat diakui diantaranya pemerintahannya harus permanen dan stabil.

Kalimat pernyataan:

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas ini dibuat oleh saya sendiri tanpa bekerja sama dengan pihak lain. Adapun sumber kutipan dan referensi yang digunakan dalam tugas ini telah saya cantumkan sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Apabila pernyataan ini terbukti sebaliknya, saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.

(13)

Yola Maulin Peryogawati 110110140192

DAFTAR PUSTAKA

Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.

Huala Adolf. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Bandung: Keni Media. 2011.

Catatan Kuliah Pengantar Hukum Indonesia oleh Agus Suwandono. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. 2014.

Task 3: Negara dan Pengakuan Course Manual Hukum Internasional. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. 2016.

Budi Mulyan. “Negara Sebagai Subjek Hukum Internasional”. <elib.unikom.ac.id/download.php?id=103880>. [15/03/2016]. Ilmu Hukum. “Pengertian Negara Menurut Para Ahli”.

<http://ilmuhukum.net/pengertian-negara-menurut-para-ahli/>. [15/03/2016].

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan pengetahuan deklaratif disajikan dengan kata-kata sukar kita, pengetahuan peristiwa masa kini, dan pengetahuan historis; pengetahuan prosedural untuk berbicara,

anak juga sering dikaitkan dengan proses pikir dari anak tersebut yang masih dalam tahap pertumbuhan, sebab pertumbuhan seorang anak biasanya menyangkut tentang

Meskipun pembahasan dalam ekonomi mikro masih banyak selain yang disebutkan diatas seperti teori permintaan, teori penawaran, teori harga dll, namun yang menjadi

Berdasarkan hasil analisis IFAS dan EFAS atau faktor internal dan eksternal bahwa diketahui ada banyak macam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Untuk menghasilkan lulusan yang mampu memiliki kompetensi baik dalam penguasaan ilmu maupun pemecahan masalah atau kasus dibidang bisnis, maka kurikulum dirancang dengan tetap

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa biawak air memiliki proses pencernaan yang lebih efisien yang dapat dilihat dari morfologi usus yang relatif pendek,

Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH nya dengan penambahan belerang Walaupun

[r]