• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH HUKUM SISTEM HUKUM DI DUNIA.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH HUKUM SISTEM HUKUM DI DUNIA.docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM HUKUM DUNIA

Pada dasarnya banyak sistem hukum yang dianut oleh berbagai negara-negara didunia, namun dalam perjalanan sejarah dan perkembangannya hanya ada 4 macam sistem hukum yang sangat mempengaruhi sistem hukum yang diberlakukan di bergagai negara tersebut. Dilihat dari sejarahnya memang sangat banyak sistem hukum di dunia, akan tetapi yang mempengaruhi terhadap diterapkannya sistem hukum yang digunakan oleh beberapa negara hanya ada emapat sistem hukum yaitu sistem hukum eropa kontinental, sistem hukum anglo saxon, sistem hukum adat, sistem hukum islam. Masing masing dari sistem hukum ini memiliki ciri-ciri yang berbeda, baik berdasarkan sumbernya, berdasarkan penggolongannya, dilihat dari proses bekerjanya hukum dan lain sebagainya.

A. Sistem Hukum Eropa Kontinental

1. Berkembang di negara-negara Eropa (istilah lain Civil Law = hukum Romawi).

2. Dikatakan hukum Romawi karena sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa Pemerintahan Kaisar Yustinianus abad 5 (527-565 M).

3. Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa Yustinianus yang disebut Corpus Juris Civilis (hukum yg terkodifikasi)

4. Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda).

5. Artinya adalah menurut sistem ini setiap hukum harus dikodifikasikan sebagai daar berlakunya hukum dalam suatu negara.

(2)

undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum dapat terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan tertulis, misalnya UU. Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum selain undang-undang”. Dengan kata lain hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-undang (hukum adalah undang-undang).

Peran Hakim dalam sistem eropa kontinental, bahwa Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan hukum baru, karena hakim hanya berperan menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan yang ada berdasarkan wewenang yang ada padanya. Putusan Hakim dalam sistem hukum eropa kontinental/ civil law, Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins res ajudicata) sbgmana yurisprudensi sebagai sistem hukum Anglo Saxon (Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung)

1. Sumber hukum dalam sistem ini adalah :

a. Undang-undang dibentuk oleh legislatif (Statutes).

b. Peraturan-peraturan hukum’ (Regulation = administrasi negara= PP, dll), dan

c. Kebiasaan-kebiasaan (custom) yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh masyarakat selama tidak bertentangan dengan undang-undang.

2. Penggolongan Berdasarkan sumber hukum diatas maka sistem hukum Eropa Kontinental penggolongannya ada dua yaitu:

a. Bidang hukum publik

Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara, termasuk dalam hukum publik ini ialah :

1) Hukum Tata Negara

(3)

3) Hukum Pidana

3. Bidang Hukum Privat

Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Yang termasuk dalam hukum privat adalah :

a. Hukum Sipil, dan

b. Hukum Dagang

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, batas-batas yang jelas antara hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit ditentukan. Hal itu disebabkan faktor-faktor berikut :

1) Terjadinya sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat. Hal itu pada dasarnya memperlihatkan adanya unsur ”kepentingan umum/masyarakat” yang perlu dilindungi dan dijamin, misalnya saja bidang hukum perburuhan dan hukum agraria.

2) Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang sebelumnya hanya menyangkut hubungan perorangan, misalnya saja bidang perdagangan, bidang perjanjian dan sebagainya.

B. Sistem Hukum Anglo Saxon

(4)

di dalamhukum dan institusi-institusi boleh dibilang tidak meninggalkan bekas-bekasnya dalam periode-periode kemudian.

Pada tahun 1066 Inggris ditaklukan oleh Hortog Nertog Normandia, Willam Penakluk (1028-1087) dalam pertempuran di Hasting. William menyatakan tidak akan mengubah hukum dan kebiasaan penduduk pribumi, namun memasukan tatanan feodal yang lazim berlaku di Erofa Kontinental pada Inggris. Dalam abad XII, kebiasaan tetap merupakan sumber hukum satu-satunya hukum Inggris, yaitu : kebiasaan-kebiasaan lokal Anglo-sakson, kebiasaan-kebiasaan kota-kota yang bar didirikan (borough customs), kebiasan-kebiasaan kaum pedagang, terutama pedagang-pegadang London, yakni yang dikenal “pie powder” dan lex mercatoria.

1. Sumber Hukum dalam sistem anglo saxon/ comen law, yaitu:

a. Putusan–putusan hakim/putusan pengadilan atau yurisprudensi (judicial decisions). Putusan-putusan hakim mewujudkan kepastian hukum, maka melalui putusan-putusan hakim itu prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan mengikat umum.

b. Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan hukum tertulis yang berupa undang-undang dan peraturan administrasi negara diakui juga, kerena pada dasarnya terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis tersebut bersumber dari putusan pengadilan.

Putusan pengadilan, kebiasaan dan peraturan hukum tertulis tersebut tidak tersusun secara sistematis dalam kodifikasi sebagaimana pada sistem hukum Eropa Kontinental.

2. Susunan Pengadilan-pengadilan Kerajaan : Prosedur Writ

(5)

tidak lama kemudian telah dibentuk bidang-bidang spesialisasi, terpisah dari curia yang sebenarnya. untuk menangani permasalahan-permasalahan tertentu : (1) court of excheqeur scaccarium, sejak abad XII, berwenang dalam bidang-bidang financial dan perpajakan; (2) court of common pleas communia placita, berwenang urusan-urusan pemilikan tanah; (3) king’s bench dari bench coram rage, yang berwenang untuk memeriksa kejahatan-kejahatan terhadap keamanan dan perdamaian di dalam wilayah kerajaan.

Perluasan wewenang yang berlangsung cepat pada pengadilan-pengadilan tingkat tinggi ini dimungkinkan terlaksana oleh prosede teknis yang dipakai untuk menyelesaikan sengketa-sengketa pada majlis-majlis hakim. Setiap orang yang ingin memperoleh keadilan sang raja, dapat mengajukan surat permohonan kepada raja. Kanselir sebagai salah satu penasehat terpentng raja, meneliti surat permohonan tersebut dan bilaman surat permohonan tersebut dipandang layak, maka kanselir mengirim surat atas nama raja, sebuah perintah yang disebut writs melalui sheriff untuk memaksa tertuduh membuat pembelaan. Adapun tatanan writs ini terbentuk pada abad XII pada saat Hendrik II (1154-1189) menjadi raja. Pada awalnya writs tersebut diperuntukan dalam menyelesaikan kasus-kasus khusus, namun setelah itu hal ini menjadi stereotype formula-formula, yang diberikan oleh konselir setelah membayar sejumlah uang, tampa pemeriksaan mendalam sebelumnya (writs de cursu).

Jadi, pada pokoknya hukum Inggris berkembang terutama dari suatu keseluruhan aturan-aturan prosedur dan bukan dari aturan-aturan menyangkut substansi dasar. Dengan adanya alasan-alasan ini, struktur common law secara pundamental berbeda dengan tatanan-tatanan Erofa Kontinental. Dengan tidak adanya kodifikasi, maka tidak ada pula pembagian dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan yang besar, seperti hukum perdata, hukum pidana, dan sebagainya, namun berbicara tentang family law (hukumkeluarga), contract law (hukum kontrak), law of tort (hukum yang menyangkut perbuatan melawan hukum), dan seterusnya.

(6)

a. Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga berperan besar dalam menciptakan kaidah-kaidah hukum yang mengatur tata kehidupan masyarakat.

b. Hakim mempunyai wewenang yang luas untuk menafsirkan peraturan-peraturan hukum dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang berguna sebagai pegangan bagi hakim –hakim lain dalam memutuskan perkara sejenis.

c. Oleh karena itu, hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan pengadilan yang sudah ada dari perkara-perkara sejenis (asas doctrine of precedent)

d. Namun, bila dalam putusan pengadilan terdahulu tidak ditemukan prinsip hukum yang dicari, hakim berdasarkan prinsip kebenaran dan akal sehat dapat memutuskan perkara dengan menggunakan metode penafsiran hukum. Sistem hukum Anglo-Amerika sering disebut juga dengan istilah Case Law.

4. Penggolongannya :

Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula pembagian ”hukum publik dan hukum privat”.

a. Pengertian yang diberikan kepada hukum publik hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum eropa kontinental.

b. Sementara bagi hukum privat pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Anglo Amerika (Saxon) agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh sistem Eropa kontinental.

(7)

d. Berbdengan itu bagi sistem hukum Anglo Amerika pengertian ”hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik (law of property), hukum tentang orang (law of persons, hukum perjanjian (law of contract) dan hukum tentang perbuatan melawan hukum (law of tort).

e. Seluruhnya tersebar di dalam peraturan-peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan kebiasaan.

C. Sistem Hukum Adat

Berkembang dilingkungan kehidupan sosial di Indonesia, Cina, India, Jepang, dan negara lain. Di Indonesia asal mula istilah hukum adat adalah dari istilah ”Adatrecht” yang dikemukakan oleh Snouck Hugronje.

1. Sumber Hukum :

a. Sistem hukum adat umumnya bersumber dari peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang serta dipertahankan berdasarkan kesadaran hukum masyarakatnya.

b. Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyangnya.

c. Hukum adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial yang silih berganti.

d. Karena sifatnya yang mudah berubah dan mudah menyesuaikan dengan perkembangan situasi sosial, hukum adat elastis sifatnya. Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat tidak kaku dan mudah menyesuaikan diri. Sistem hukum adat di Indonesia dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

(8)

lingkungan kerja alat-alat perlengkapan, jabatan-jabatan, dan penjabatnya.

2) Hukum adat mengenai warga (hukum warga) terdiri dari : a) Hukum pertalian sanak (kekerabatan)

b) Hukum tanah

c) Hukum perutangan

3) Hukum adat mengenai delik (hukum pidana) Yang berperan dalam menjalankan sistem hukum adat adalah pemuka adat (pengetua-pengetua adat), karena ia adalah pimpinan yang disegani oleh masyarakat.

D. Hukum Romawi di Zaman Kuno

Sejarah hukum Romawi di zaman kuno meliputi 12 abad, mulai dari abad VII SM sampai periode kerajaan sampai abad VI. Selanjutnya era Kaisar Justianus sampai abad XV berlangsung kerajaan Romawi Timur atau Byzantum. Sumber-sumber Hukum Romawi dibedakan berdasarkan:

1. Periode dini, yang berlangsung sejak pertengahan abad II SM. Sumber hukum periode ini berupa kebiasaan (mos maiorum consuetodo) pada saat Roma dikuasai organisasi clan, sementara pada masa Kerajaan dan Republik dini sumber hukum berupa undang-undang, yiatu Undang-undang Dua Belas Prasasti sebagai salah satu fundamen ius civile.

(9)

seorang pejabat negara, seorang megistrat atau bahkan patikulir; (iv) mandata, yaitu instruksi-instruksi yang diberikan kaisar kepada gubernur-gubernur provinsi, terutama berhubungan dengan persioalan administrasi dan perpajakan. 3. Periode terlambat, yang berlangsung sejak era Dominat yang tumbuh dari krisis

yang dialami oleh Kekaisaran Romawi pada abad III M. periode ini ditandai dan diwarnai oleh pemerintahan absolutisme kekaisaraan, dimana perundang-undangan Kaisar merupakan sumber hukum terpenting dan pada sisi lain pengaruh Kristen sedang tumbuh dengan pesat.

E. Hukum-hukum Kuno

1. Karya penulis latin dan Yunani dari abad II – V yang membahas bangsa Germana (dio cassius, Herodinus, ammianus, Marcellinus, orosius) menulis semata tentang peperangan.

2. Sumber sastra Germana, berupa syair kepahlawanan Germana kuno untuk menemukan kembali aturan hukum yang berasal dari saat penyerbuan (Nibelungen dan edda abad XI atau XII).

3. Kebiasaan Germana yang dicatat setelah perpindahan penduduk secara besar-besaran (leges barbarorum abada VI dan IX)

4. Hukum kebiasaan Skandinavia, berada diluar aliran yuridis eropa barat, peranan pentung yang dimainkan bangsa Norman dalam bidang militer, politik dan ekonomi (abad IX dan X) tetap berada dalam tahap relatif arkhais, solidaritas kekeluargaan masih merupakan dasar tatanan hukum mereka dalam abad XII.

I. Agama Kristen

1. Hubungan dan perimbangan antara penguasa gerejawi dan penguasa duniawi.

Dalam hal ini, secara pundamental teori yang berkembang di Barat telah didominasi ide bahwa agama Kristen perlu memenuhi sebuah misi di lapisan atas, yang diarahkan pada Civitas Dei (negara ketuhanan), sedangkan Civitas Terrena (Negara keduniawian) hanya mengurus ketertiban dan tidak boleh menghalang-halangi pekerjaan gereja.

(10)

Satu dan hal karena agama Kristen berkembang dalam konteks negara Romawi dengan gaya susunan administrasi dan ketertiban hukum, maka seiring itu gereja berikhtiar membangun di bidang kerohanian sebuah aparat pemerintahan dan hukum yang serupa. Pada dasarnya ikhtiar gereja tersebut bertolak dari cita-cita bahwa gereja merupakan sebuah Civitas Dei tersendiri yang diberi tugas kerohanian. Persoalan-persoalan yang muncul dalam Civitas Dai ini diatur dalam hukum kanonik melalui teknik yuridis Romawi. 3. Teoretisasi Agama Kristen

Sejak abad XI makin besar dirasakan kebutuhan untuk memberikan suatu fundamental intelektual yang kokoh kepada moral dengan ajaran agama Kristen dengan pengandalan filsafat zaman kuno. Akan tetapi, sejak zaman Modern nampaknya bagi gereja semakin dirundung kesulitan untuk mengakomodasi dan memadukan ajaran-ajaran atau filosofi Kristen dengan temuan-temuan ilmu pengetahuan. Sejak masa rasionalisme dan era pencerahan abad XVIII, gereja telah benar-benar pada persimpangan jalan. J. Hukum Romawi Dan Hukum Germana Pada Bagian Awal Abad Pertengahan

Antara Lain Di Dalam Negara Franka 1. Iktisar Historis

(11)

kekuasan kaisar tetap besar, terutama pada era pemerintahan Otto Akbar (Otto de Grote) tahun 936-973, Frederik Barbarossa (1152-1190), maupun Frederi II (1211-1250). Kemudian dengan relatif lemahnya persatuan dan kesatuan di Negara tersebut, nampaknya sedikit banyak telah membantu terbentuknya tatanan hukum Erofa yang seragam.

2. Survival Hukum Romawi a. Personalitas Hukum

Pada awal abad V asas personalitas diterapkan di Erofa Barat. Hubungan dan perimbangan demografis antara Galia-Romawi dan Germana bagaimanapun tidak sama. Diantara daerah hukum Germana di sebelah utara dan daerah hukum Romawi di sebelah selatan terdapat suatu zona, yang didalamnya diterapkan secara utuh asas personalitas pada abad VI,VII, dan VIII. Asas personalitas disini berlaku semata.mata bagi hukum perdata dan pidana. Apa yang menyangkut negara dan pemerintahan, misalnya tata Negara adalah murni territorial. Sejak abad IX, asas personalitas perlahan sirna di seluruh Erofa diganti asas teritorialitas.

b. Himpunan Hukum Romawi Erofa Barat

Penerapan asas personalitas pada hakikatnya telah memungkinkan hukum Romawi tetap bertahan di Erofa Bara kendati pun Negara Romawi Barat telah sirna. Akan tetapi, hukum Romawi tersebut tetap mengalami evolusi, yang sebagian besar melalui kontak dengan hukum-hukum kebiasaan Germana. Hukum Romawi blasteran ini, dalam bahasa Jerman disebut. Vulgarreht. Kendati demikian, para raja dari kerajan-kerajaan Germana bagian selatan, sekitar tahun 500 merasa perlu menyususun himpunan-himpunanhukum Romawi, untukkepentingan para hakim. Himpunan hukum tersebut dilakukan sekitar tiga puluh tahun sebelum kodifikasi besar hukum Romawi atas perintah kaisar Justianus di Negara Byzantium : digesta, Codeks dan Institutiones, yang tetap dikenal di Erofa Barat sampai abad XII.

(12)

Sumber hukum Negara Franka dibedakan : (1) Reichsrecht, yaitu perundang-undanagn kerajaan (selelah tahun 800 perundanag-undanagn kekaisaran, pada asasnya seragam untuk seluruh Negara); Volkrechte, yaitu hukum, terutama hukum kebiasaan, dari masing-masing bangsa yang berbeda, yang dipersatukan di bawah kekuasan raja-raja Franka. Reichsrecht dan Volkrechte tidak merupakan tatanan-tatanan hukum yang terpisah satu denngan yang lain. Reichsrecht ini pada umumnya menyangkut pemerintahan sedangkan Volkrechte berkaitan dengan hubungan-hubungan privat.

d. Leges Barbarorum

Terdapat sejumlah Leges Barbarorum dikenal di wilayah Franka, antara lain : Lex Salica, Lex Riburaria, Ewa ed Amorem, Lex Burgundionum, dan lex Frisionum. Leges ini pada hakkatnya bukanlah kitab undang-undang yang sesungguhnya, bahkan bukan pula undang-undang-undang-undang dalam arti masa kini. Leges ini merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dengan bantuan para urteilfinder (para pendamping yang harus melaksanakan legem dicere, yakni menemukan putusan) dibuatkan catatan dan disetujui penguasa.

e. Perundang-undangan Raja di dalam Negara Frangka

Pada periode Merovia dan Karolingis, undang-undang merupakan sumber hukum disampinng kebiasaan. Para Raja Merovia dan terutama raja-raja Karolingis telah berupaya menyeragamkan hukum dengan jalan meniadakan asas personalitas dan melalui penerapan peraturan mereka sendiri diseluruh wilayah Negara.

(13)

hak untuk melarang, hak untuk memerintah, dan hak untuk menjatuhkan hukuman yang disebut bannum.

K. Tatanan-tatatanan Hukum Tradisional Yang Berbasis Agama atau Etika Filosofis. Tatanan yang dijumpai pada masa kini namun unsure fundamentalnya diturunkan dari sumber agama atau filsafat dimana asal usulnya membentang ke belakang hingga zaman dahulu yang ditemukan diluar benua eropa.

1. Sistem Hukum Islam

Sistem hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang ke negara-negara lain seperti negara-negara-negara-negara Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual maupun secara kelompok.

a. Sumber Hukum :

1) Qur’an, yaitu kitab suci kaum muslimin yang diwahyukan dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.

2) Sunnah Nabi (hadist), yaitu cara hidup dari nabi Muhammad SAW atau cerita tentang Nabi Muhammad SAW.

3) Ijma, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hak dalam cara hidup.

4) Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua kejadian.

b. Sistem hukum Islam dalam ”Hukum Fikh” terdiri dari dua bidang hukum, yaitu :

1) Hukum rohaniah (ibadat), ialah cara-cara menjalankan upacara tentang kebaktian terhadap Allah (sholat, puasa, zakat, menunaikan ibadah haji), yang pada dasarnya tidak dipelajari di fakultas hukum. Tetapi di UNISI diatur dlm mata kuliah fiqh Ibadah.

(14)

3) Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan mengenai hubungan antara manusia dalam bidang jual-bei, sewa menyewa, perburuhan, hukum tanah, perikatan, hak milik, hak kebendaan dan hubungan ekonomi pada umumnya.

4) Nikah (Munakahah), yaitu perkawinan dalam arti membetuk sebuah keluarga yang tediri dari syarat-syarat dan rukun-rukunnya, hak dan kewajiban, dasar-dasar perkawinan monogami dan akibat-akibat hukum perkawinan.

5) Jinayat, yaitu pidana yang meliputi ancaman hukuman terhadap hukum Allah dan tindak pidana kejahatan.

Sistem hukum Islam menganut suatu keyakinan dan ajaran islam dengan keimanan lahir batin secara individual. Negara-negara yang menganut sistem hukum Islam dalam bernegara melaksanakan peraturan-peraturan hukumnya sesuai dengan rasa keadilan berdasarkan peraturan perundangan yang bersumber

dari Qur’an.

Dari uraian diatas tampak jelas bahwa di negara-negara penganut asas hukum Islam, agama Islam berpengaruh sangat besar terhadap cara pembentukan negara maupun cara bernegara dan bermasyarakat bagi warga negara dan penguasanya.

Berdasarkan sistem hukum dunia diatas, negara Indonesia termasuk negara yang menganut sistem hukum Eropa kontinental. Hal ini dapat dilihat dari sejarah dan politik hukumnya, sistem sumber-sumber hukumnya maupun dalam sistem penegakan hukumnya. Namun dalam pembentukan peraturan perundangan yang berlaku sistem hukum Indonesia dipengaruhi oleh sistem hukum adat dan juga sistem hukum Islam.

(15)

dikeluarkan UU yang mengaturnya. Menurut aliran ini UU adalah obat segala-galanya sekalipun dalam kenyataannya tidak demikian.Mazhab Legisme / Fomalitas.

Sedangkan Mazhab / Aliran Positivisme Hukum (Rechtspositivisme) sering juga disebut dengan aliran legitimisme. Aliran ini sangat mengagungkan hukum tertulis. Menurut aliran ini tidak ada norma hukum diluar hukum positif. Semua persoalan masyarakat diatur dalam hukum tertulis. Sehingga terkesan hakikat dari aliran ini adalah penghargaan yang berlebihan terhadap kekuasaan yang menciptakan hukum tertulis ini sehingga dianggap kekuasaan itu adalah sumber hukum dan kekuasaan adalah hukum.

Aliran ini dianut oleh John Austin (1790 – 1861, Inggris) menyatakan bahwa satu-satunya hukum adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Sedangkan sumber-sumber lain hanyalah sebagai sumber yang lebih rendah. Sumber hukum itu adalah pembuatnya langsung yaitu pihak yang berdaulat atau badan perundang-undangan yang tertinggi dan semua hukum dialirkan dari sumber yang sama itu. Hukum yang bersumber dari situ harus ditaati tanpa syarat, sekalipun terang dirasakan tidak adil.

Menurut Austin hukum terlepas dari soal keadilan dan dari soal buruk-baik. Karena itu ilmu hukum tugasnya adalah menganalisis unsur-unsur yang secara nyata ada dalam sistem hukum modern. Ilmu hukum hanya berurusan dengan hukum positif yaitu hukum yang diterima tanpa memperhatikan kebaikan dan keburukannya. Hukum adalah perintah dari kekuasaan politik yang berdaulat dalam suatu negara. Aliran positivisme hukum ini memperkuat aliran legisme yaitu suatu aliran tidak ada hukum diluar undang-undang. Undang menjadi sumber hukum satu-satunya. Undang-undang dan hukum diidentikkan.

(16)

yang berlaku) tetapi boleh berorientasi pada hukum kodrat atau hukum yang lebih tinggi seperti yang dilakukan penganut hukum alam.

Selanjutnya sistem anglo saxon berorientasi pada Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung. Aliran ini berpandangan secara bertolak belakang dengan aliran legisme. Aliran ini beranggapan bahwa di dalam melaksanakan tugasnya seorang hakim bebas untuk melakukan menurut UU atau tidak. Hal ini disebabkan karena pekerjaan hakim adalah melakukan penciptaan hukum. Akibatnya adalah memahami yurisprudensi merupakan hal yang primer di dalam mempelajari hukum, sedangkan UU merupakan hal yang sekunder. Pada aliran ini hakim benar-benar sebagai pencipta hukum (judge made law) karena keputusan yang berdasar keyakinannya merupakan hukum dan keputusannya ini lebih dinamis dan up to date karena senantiasa memperlihatkan keadaan dan perkembangan masyarakat.

Berdasarkan hal diatas nampak antara sistem hukum Eropa Kontinental dengan anglo saxon mempunyai kelebihan dan kelemahan Kelebihan sistem eropa kontinental, sistem hukumnya tertulis dan terkodifikasi Dengan terkodifikasi tersebut tujuannya supaya ketentuan yang berlaku dengan mudah dapat diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap terjadi peristiwa hukum (kepastian hukum yang lebih ditonjolkan). Contoh tata hukum pidana yang sudah dikodifikasikan (KUHP), jika terjadi pelanggaran tehadap hukum pidana maka dapat dilihat dalam KUHPidana yang sudah dikodifikasikan tersebut. Sedangkan kelemahannya adalah sistemnya terlalu kaku, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman karena hakim harus tunduk terhadap perundang-undang yang sudah berlaku (hukum positif). Padahal untuk mencapai keadilan masyarakat hukum harus dinamis.

(17)

dengan integritas dan rasa keadilan yang tinggi. Untuk negara-negara berkembang yang tingkat korupsinya tinggi tentunya sistem hukum anglo saxon kurang tepat dianut.

2. Hukum Iberani

Hukum iberani adalah hukum negara israel, dalam hukum negara israel saat ini hukum iberani masih tetap merupakan tatanan hukum pribadi orang-orang yahudi. Di Samping itu betapapun juga hukum teritorial masih tetap berlaku di israel.

a. Ikhtisar Sejarah

Orang Iberani adalah suatu bangsa Semit yang hidup berkelana (nomad) di timur dekat. Pada zaman Hammurabi berpindah ke palestina dan menetap selama 2 abad (XV atau XIII SM) di Mesir, eksodus dibawah pimpinan Nabi Musa mengalahkan suku-suku yang tinggal di kedua tepi sungai Jordan dan mendudukinya, dilanjutkan dengan mendirikan kerajaan merdeka pada tahun 1030-931 SM dibawah pimpinan raja Saul, Daud dan Sulaiman. Setelah raja sulaiman wafat (931 SM) kerajaan pecah menjadi 2 bagian yaitu Israel dan Juda, Assiria menduduki Israel (722 SM) dan Juda tanpa Jerusalem(701 SM). Juda merdeka kembali sampai raja nebukadnezar menaklukannya pada tahun 856 SM dan sebagian penduduk di bawa kepembuangan di Babilonia.

b. Ciri-ciri Khas Hukum Iberani

Hukum Iberani adalah cirri khas sebuah hukum agama, ia tidak mengenal perbedaan antara asas-asas agama dan asas-asas yuridis (Falk). Hukum adalah “anugerah” Allah kepada bangsa-NYA, yang menjadi perjanjian dalam kesepuluh firman (Dekolagus) yang dididktekan kepada nabi Musa (perjanjian Sinai) ditambah dan dilengkapi kitab perjanjian Yahweh (Allah). Kitab ulangan (Deutereonomian) sebagai perjanjian oleh sebab hukum tidak bisa diubah karena Allah saja yang dapat merubahnya.

c. Sumber-sumber Hukum Iberani

(18)

(5 kitab): kejadian,keluaran, imamat, bilangan dan ulangan. Bagi orang Yahudi disebut Taurat (Hukum tertulis)

2) Misyna (pengajaran) adalah hukum lisan yang hamper sama tuanya dengan “hukum tertulis”. Gemara adalah Gosen (catatan-catatan dari ulasan-ulasan Misyna (ditulis pada abad II, IV, V di palestina dan Babylonia)

3) Talmud (studi), gabungan antara Miysina dan Gemara dalam satu berkas (di Yerusalem pada abad350-400)

d. Kodifikasi-kodifikasi Abad Pertengahan dan Modern Dokumen-dokumen Kodifikasi tersebut berupaya untuk menjadikan Talmud lebih jelas melalui gambaran yang lebih sistematis, terutama perlu disebutkan kodeks spanyol dari mozes Maimonides (abad XIII) dan kodeks definitive dari josef caro (1567).

e. Sumber hukum Iberani modern 1) Hukum Iberani tradisional

2) Hukum negara ottoman abad XIX, antara lain kitab undang-undang medjelle.

3) common law, yang dimasukan tatakala palestina merupakan daerahmandat yang atas perintah league of nations yang dipimpin oleh Britania Raya

4) Perundang-undangan knsset, parlemen negara israel

Terhadap keosongan-kekosongan hukum dalam sistem hukum negara israel diisi oleh pendapat-pendapat yuridis inggris. praktek tersebut masih dirasaakan sampai perkembangan hukum saat ini.

(19)

endah kedudukannya. hukum israel masih di konfrontasi oleh problema penyesuaian oleh hukum tradisional terhadap perkembangan sebuah masyarakat yang modern

3. Hukum Yunani

Hukum Yunani merupakan salah satu sumber-sumber sejarah terpenting bagi tatanan-tatanan hukum modern Erofa. Sejarah Hukum Yunani dapat dibagi dalam periode-periode berikut : (1) Peradaban Kreta dan Peradaban Mykene; (2) periode gen (clan, generasi persekutuan local); (3) Periode poleis (negara kota), terbentuk melalui pengelompokan-pengelompokan suku-suku di bawah pimpinan salah seorang kepala suku; (4) periode abad-abad VIII dan VI SM, diantara beberapa Negara kota terbentuk suatu tatanan demokrasi, seperti Athena. Sumber histories Hukum Yunani berupa Gortyn, yaitu suatu inskripsi piagam yang berasal dari abad 480-460 SM dan mengandung sejumlah aturan-aturan hukum privat. Di dalam Negara-negara kota Yunani, hukum perdata tidak begitu berkembang dibandingkan dengan hukum tata negara.

a. Peradaban Kreta (abad-abad XX-XV SM) dan peradaban Mykene yang menyerbu dari bagian utara. Ketiadaan dokumen-dokumen tertulis, maka hukum dan intitusi-intitusi periode-periode ini tidak banyak dikenal.

b. Periode gene (clan, generasi persekutuan lokal) Raja (basileus) adalah kepala clan dan bertumpu pada rasa solidaritan, semua anggota persekutan, era ini dilukiskan oleh Homeros dalam bukunya Odysseia (epos tentang petualangan Odysseus).

(20)

kekuasaan, baik dengan persetujuan rakyat sepenunya, mau pun melalui kekerasan.

d. Di beberapa negara-negara kota tersebut, antara abad-abad VIII dan VI tebentuk suatu tatanan demokrasi ; yang dari Athenalah yang paling dikenal, berkat tulisan-tulisan yang demikian banyaknya dari ahli pikir dan orator. Apa yang dikenal dengan undang-undang Draco (oleh sebab itu dikenal dengan ungkapan drakonistis, artinya sangat keras dan ketat) tahun 621 SM. Pada hakikatnya mengakhiri pertikaian–perikaian dan tanggung jawab hukum dari keluarga sehingga mewajibkan orang-oarang Athena mengajukan perkara-perkara mereka kepada pengadilan-pengadilanuntuk mendapatkan penyeleaian. Undang-undang Solon tahun 594-593 SM kemungkinan besar disusun di bawah pengaruh Mesir, member lakukan kesetaraan di antara semua warga-warga negara beba, menghapus pemilikan bersama atas tanah kaum gene, mau pun perbudakan karena utang-piutang, membatasi kekeuasaan ayah serta mengintrodusir pembuatan wasiat dan pengdopsian anak-anak.

e. Pada akhir abad IV SM, Iskandar Agung, raja Macedonia (356-323 SM) Yunani, merebut Asia Kecil, Mesir, Babilonia, Persia dll.Kerajaan yang memebentuk melalui penaklukan-penaklukanannya betapapun juga nampaknya terlampau luas untuk dapat bertahan.Tak lama kemudian kerajaan tersebut pecah menjadi sejumlah monarkhi absolutism.Kehendak monarch (raja) adalah “undang-undang/aturan-aturan hidui maupun”,suatu formula yang kemudian diambil alih oleh kaisar-kaisar Romawi maupun raja-raja Eropa Barat.

4. Hukum Hindu

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi optimum parameter-parameter yang mempengaruhi proses ekstraksi oleoresin jahe

Banyak faktor penyebab terjadinya hasil belajar siswa yang rendah. Salah satu faktor tersebut adalah metode pembelajaran yang guru gunakan, selama ini guru cenderung

Studi kasus yang telah dilakukan menggunakan STKI ini didapatkan hasil sistem mampu melakukan proses preprosesing (tokenisasi, filtering, dan stemming) dan

Bagi Warga Jemaat yang membutuhkan Pelayanan Khusus atau berkeinginan terlibat dalam kegiatan Sektor, Ibadah Rutin dapat menghubungi Koordinator Sektor masing

Cidera medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001).. Cedera Medula

Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Pendapatan Daerah

Dengan nilai iradiasi yang bervariasi, sistem dengan MPPT menggunakan metode yang diusulkan dapat memberikan daya keluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N 1 Sidabowa, sedangkan untuk sampelnya diambil seluruh siswa kelas VA sebagai kelas kontrol