Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasionl merupakan salah satu sumber hukum terpenting dari hukum
internasional. Kebiasaan internasional merupakan kebiasaan umum yang diterima sehagai hukum, namun apakah setiap kebiasaan intenasional dapat diterima sebagai sumber hukum ? Kebiasaan internasional dapat diterima sebagai sumber hukum apabila memenuhi unsur- unsur berikut:
a) Unsur Material, yaitu harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum.
b) Unsur Psikologis, yaitu kebiasaan tersebut harus diterima sebagai hukum
Melihat pada unsur material, kapankah dikatakan terdapat kebiasaan internasional sebagai suatu kebiasaan umum ? Pertama, terdapat suatu kebiasaan yaitu pola tindak yang
berlangsung lama dan merupakan suatu serangkaian tindakan yang sama mengenai hal dan keadaan yang juga serupa. Kemudian, kebiasaan tersebut harus bersifat umum dan
berhubungan dengan hubungan internasional. Pemenuhan unsur-unsur tersebut memunculkan kebiasaan internasional yang bersifat umum.
Unsur Psikologis menyebutkan bahwa kebiasaan internasional dirasakan memenuhi kaidah hukum. Secara praktis, kebiasaan internasional dapat diterima sebagai hukum apabila negara bangsa-bangsa menyetujui dan tidak keberatan dengan kebiasan-kebiasan tersebut.
Kebiasaan internasional yang diadaptasi menjadi ketentuan hukum internasional terdapat dalam hukum perang atau yang sekarang disebut hukum humaniter internasional. Kebiasaan tersebut misalnya adalah penggunaan bendera putih sebagai bendera parlementer. Bendera putih digunakan seabagai perlindungan pada utusan yang dikirim untuk mengadakan
hubungan dengan pihak musuh, dapat timbul dikarenakan di masa lampau kebiasaan tersebut diterima sesuai dengan hukum.
Pada lain sisi, dalam hukum perang terdapat suatu kebiasaan yang tidak diadaptasi menjadi ketentuan hukum internasional. Ketika masa perang dunia I dan II, kapal selam Jerman memiliki kebiasaan untuk menenggelamkan kapal dagang pihak lawan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu, sehingga awak kapal dagang turut menjadi korban dari peristiwa tersebut. Tindakan kapal selam jerman tidak sesuai dengan hukum perang di laut, dimana sebelum menenggelamkan kapal dagang musuh, kapal selam harus memberikan kode dan kesempatan bagi awak kapal untuk menyelamatkan dirinya. Pada akhirnya, kebiasaan kapal selam Jerman tak dapat diterima sebagai hukum kebiasaan dikarenakan bertentangan dengan hukum dan keadilan.1
Kebiasaan internasional sebagai sumber hukum tak dapat berdiri sendiri dikarenakan memiliki hubungan timbal balik yang erat dengan sumber hukum yaitu perjanjian internasional. Kebiasaan internasional dapat menimbulkan kaidah hukum kebiasaan internasional yang kemudian dimasukkan dalan konvensi atau perjanjian internasional.
Adanya hubungan antara kebiasaan internasional sebagai sumber hukum dan perjanjian internasional dapat dilihat pada konvensi mengenai hukum perang, baik konvensi-konvensi
1 Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty Agoes. (2015). Pengantar Hukum Internasional.
Bandung: Alumni
Den Haag tahun 1907 maupun konvensi Jenewa tahun 1949 mengenai perlindungan korban perang dan konvensi Jenewa tahun 1958 mengenai hukum laut.
Daftar Pustaka
Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty Agoes. (2015). Pengantar Hukum Internasional.
Bandung: Alumni