• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN SENYAWA OSMOLIT ORGANIK TAURIN PADA PAKAN BUATAN TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GONAD IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PRA-DEWASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBERIAN SENYAWA OSMOLIT ORGANIK TAURIN PADA PAKAN BUATAN TERHADAP RESPON PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GONAD IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PRA-DEWASA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Semirata 2013 FMIPA Unila |309

PEMBERIAN SENYAWA OSMOLIT ORGANIK TAURIN

PADA PAKAN BUATAN TERHADAP RESPON

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GONAD IKAN

NILA (

Oreochromis niloticus

) PRA-DEWASA

Marcellia, S.

1

, Widiastuti, E. L.

2

, Nurcahyani, N.

2

, Rivai, I. F

2

2

Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Lampung, Bandar Lampung, Indonesia Email : mpiicellia@yahoo.com

Abstract. Tilapia fish (Oreochromis niloticus) is species which from Africa in the Nile River and the surrounding lakes. Tilapia‘s body shape is elongated, flattened sideways and swarthy white. For supplying feed needs artifical feed (pellet) which nutrient content is suitable with tilapia‘s needs. This research aims for knowing the response of the growth and gonads development and Maturation Level of Tilapia‘s gonad (Oreochromis niloticus) with addition of taurine on artificial feed (pellet). The research was conducted on January-March 2013 in the Laboratories Moleculer Biology FMIPA Unila. The Parameters of observation were Specific Growth Rate (SGR), body weight, body length, body circumference, Index Gonad Somatic (IGS) and Gonads Maturation Level. From the observations that had been doing for 30 days showed that tilapia which is fed pellets with addition of taurine had a mean increasing in body weight, body length and body circumference larger than the control. The highest increasing mean value of tilapia SGR in addition of taurine treatment on day 30 was 0.10%. the highest increasing mean value of SGR In the control treatment on day 20 was 0.10%. On gonad development, addition of taurine has no effect. Tilapia is fed pellet with addition of taurine and control get gonads maturation level (TKG) V on day 30. Measurement of water quality in the aquarium showed results still worthy to support the growth of tilapia.

Keywords: Tilapia, growth, taurine, artificial feed (pellets), gonad development

PENDAHULUAN

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari Afrika di sekitar kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan di lebih dari 85 negara (Direktorat usaha, 2010).

Taurin adalah turunan asam amino yang membantu sistem syaraf bekerja lebih mudah dalam mengantarkan air dan mineral ke dalam darah, sehingga membuat metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik. Jika jumlah asam amino lebih banyak daripada karbohidrat dan protein, maka tubuh akan menggunakannya sebagai sumber energi (Preventionindonesia, 2009).

Pelet banyak digunakan dalam usaha budidaya karena diperlukan oleh ikan seperti protein, lemak, dan karbohidrat yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ikan (Yuwono, et al., 1996).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan, perkembangan,dan tingkat kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) terhadap penambahan taurin pada pakan buatan berupa pelet.

(2)

BAHAN DAN METODE berisi 5 ekor ikan.

Pengambilan data dilakukan pada awal penelitian (D0) kemudian dilakukan setiap 10 hari sekali untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan nila. Data yang diambil berupa panjang tubuh, berat tubuh,lingkar badan ikan, berat gonad, panjang gonad, dan ciri-ciri morfologi gonad. Gonad diambil dengan cara pembedahan pada hewan uji yang sebelumnya dilakukan pembiusan terlebih dahulu menggunakan minyak cengkeh. Parameter pada penelitian ini adalah Laju Pertumbuhan Spesifik (Spesific Growth Rate/SGR), Berat tubuh, panjang tubuh, lingkat badan, dan Indeks Gonad Somatik (IGS).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penambahan Senyawa Taurin Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Data pertambahan berat disajikan berdasarkan rata-rata berat ikan per 10 hari pada masing-masing kelompok (n=4).

Tabel 1. Pertambahan berat ikan nila (Oreochromis niloticus)selama 30 hari pada dua perlakuan berbeda

Waktu Pengukuran

Penambahan Rerata Berat Tubuh nila per perlakuan

(χ ± SEM) (g) Kontrol Penambahan Taurin

Hari Ke-10 2,27 ± 0,67 5,24 ± 0,99* perbedaan yang signifikan

Secara analisis statistik (Tabel 6) rata-rata pertumbuhan berat ikan nila (Oreochromis niloticus) pada kedua perlakuan selama 30 hari pengamatan menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji t-test (dengan α=5%). Pada perlakuan penambahan taurin pertambahan berat nila lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Pertambahan rata-rata berat tubuh nila pada perlakuan pelet taurin yang paling besar terjadi pada hari ke-30 dengan perbedaan pertambahan berat antara kontrol dan penambahan taurin sebesar 3,71 g. Secara berturut-turut perbedaan penambahan berat badan dari hari ke 10 pengamatan hingga hari ke 30 antara pemberian taurin dengan kontrol adalah sebagai berikut, 2,97 g, 2,80 g, dan 3, 71 g.

Bahan makanan yang diberikan pada penelitian ini berupa pelet yang memiliki komposisi 35% adalah protein yang umumnya berasal dari tepung ikan. Penambahan taurin dalam hal ini mampu meningkatkan penambahan berat, bahkan hampir mencapai dua kali lipat atau 200% dibanding kontrol (Tabel 6).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Lunger, Mclean, Kuhn, dan Craig (2007), yang menyatakan bahwa penambahan taurin sebagai suplemen mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan yang diberi pakan protein pengganti tepung ikan.

Secara satistik dengan menggunakan uji

t-test (dengan α= 5%) rerata pertambahan

(3)

Semirata 2013 FMIPA Unila |311 Tubuh Nila per Perlakuan

(χ ± SEM) (cm)

Antara perlakuan penambahan taurin dengan perlakuan kontrol rerata pertambahan panjang pada hari ke-10 memiliki perbedaan sebesar 0,10 g. Pada perlakuan penambahan taurin, rerata pertambahan panjang yang paling tinggi antara hari ke-20 dan hari ke-30 mengalami kenaikan sebesar 0,08 g, sedangkan pada perlakuan kontrol rerata pertambahan panjang yang paling tinggi juga terjadi antara hari ke-20 dan ke-30 sebesar 0,10 g. Dengan demikian pertambahan rerata panjang tertinggi ikan nila pada perlakuan penambahan taurin dan kontrol terjadi pada hari ke-30. Namun, rerata pertambahan panjang tubuh nila pada perlakuan dengan penambahan taurin lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Diduga penambahan taurin dimanfaatkan untuk pemenuh kebutuhan protein melalui efisiensi pakannya.

Pengukuran lingkar badan berkaitan dengan pertumbuhan organ reproduksi yang terdapat pada bagian perut ikan. Secara statistik dengan menggunakan uji T-test

(dengan α=5%) menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata pada hari ke-10, hari ke-20, dan hari ke-30. Rerata pertambahan lingkar badan ikan nila pada kedua perlakuan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pertambahan rerata lingkar badan ikan nila (Oreochromis niloticus) per 10 hari selama 30 hari pada perlakuan kontrol dan pelet taurin

Waktu Pengukuran

Rerata Pertambahan Lingkar Badan Nila per Perlakuan

(χ ± SEM) (cm)

Keterangan : (χ ± SEM) : Nilai rata-rata lingkar badan ± galat baku

* : Analisis T-test (α=5%) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan

Pada Tabel 3, pertambahan lingkar badan ikan nila lebih tinggi pada perlakuan penambahan taurin dibanding pada perlakuan kontrol. Semakin banyak cadangan lemak tersimpan maka semakin baik untuk perkembangan gonad, karena lemak merupakan komponen penting sebagai sumber energi yang diketahui dapat memicu pemijahan (O-fish, 2007).

Pada pengukuran hari ke-10 pertambahan rerata lingkar badan nila pada perlakuan penambahan taurin lebih kecil jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Namun untuk hari ke-20 dan ke-30 pertambahan rerata lingkar badan lebih besar pada perlakuan penambahan taurin daripada perlakuan kontrol. Dari data tersebut menunjukkan bahwa berat tubuh selalu diikuti dengan pertambahan lingkar badannya. Sehingga lingkar badan dapat digunakan untuk mengetahui pendugaan perkembangan gonad yang terletak di bagian perut tubuh ikan.

(4)

Gambar 1. Rerata Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Ikan Nila (Oreochromis niloticus) per 10 hari pengukuran pada dua perlakuan berbeda

Antara perlakuan penambahan taurin dengan perlakuan kontrol rata-rata SGR pada hari ke-10 memiliki perbedaan sebesar 0,27%. Pada perlakuan penambahan taurin, rata-rata SGR antara hari 20 dan hari ke-30 mengalami kenaikan sebesar 0,10 %. Dengan demikian pertambahan rata-rata SGR tertinggi ikan nila pada perlakuan penambahan taurin terjadi pada hari ke-30. Pada perlakuan kontrol, pertambahan rata-rata SGR pada hari ke-10 dan hari ke-20 memiliki perbedaan tertinggi sebesar 0,10% dibandingkan hari yang lainnya.

Pada perlakuan penambahan taurin memiliki nilai rata-rata SGR signifikan yang berbeda nyata per 10 hari pengukuran. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh penambahan taurin pada ulangan populasi yang menyebabkan pertumbuhan pada kelompok perlakuan penambahan taurin menjadi lebih cepat.

Jika jumlah asam amino lebih banyak daripada karbohidrat dan protein, maka tubuh akan menggunakannya sebagai sumber energi, sehingga karbohidrat dan protein yang tidak terpakai akan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan. Semakin banyak kelebihan energi dari proses metabolisme maka pertumbuhan akan lebih baik (Preventionindonesia, 2009).

Berdasarkan hasil pengukuran rasio gonad dan berat tubuh ikan nila yang dianalisis statistik menggunakan uji T-test

(dengan α=5%) nilai Indeks Gonad Somatik

(IGS) disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Rata-rata Indeks Gonad Somatik (IGS)jantan atau betina selama 30 hari

Waktu Pengukuran

Rata-rata Indeks Gonad Somatik jantan atau betina

(χ ± SEM) (%) Kontrol Penambahan

Taurin Hari Ke-0 3,67 ± 1,25 3,99 ± 1,18 Hari Ke-10 4,04 ± 1,82 4,54 ± 0,99 Hari Ke-20 4,72 ± 0,89 3,74 ± 0,98 Hari Ke-30 5,51 ± 1,68 4,59 ± 0,23

Keterangan : (χ ± SEM) : Nilai rata-rata Indeks Gonad Somatik (IGS) ± Galat Baku

Pada perlakuan taurin dan kontrol, keduanya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Rerata Indeks Gonad Somatik (IGS) pada hari ke-30 (Tabel 10) terlihat lebih besar pada perlakuan kontrol dibandingkan perlakuan pelet taurin. Pada pengamatan antara hari ke-10 dan ke-20 perlakuan penambahan taurin nilai rerata IGS mengalami penurunan sebesar 0,8 g, tetapi dihari ke-30 rerata IGS naik sebanyak 0,85 g. Sedangkan pada perlakuan kontrol nilai rerata IGS mengalami pertambahan disetiap per 10 hari pengukuran. Dengan demikian, perkembangan dan kematangan gonad tidak dipengaruhi oleh asupan senyawa organik taurin (Effendi, 2002).

(5)

Semirata 2013 FMIPA Unila |313 TKG II pada gonad nila jantan

mempunyai ciri-ciri morfologi permulaan gonad yang akan matang. Gonad mengisi seperempat rongga tubuh, warna gonad pada ikan jantan kelabu atau putih dan berbentuk pipih. Pada gambar gonad nila betina TKG II, dengan ciri-ciri morfologi permulaan gonad yang akan matang. Gonad mengisi seperempat rongga tubuh, berwarna kemerahan atau kuning dan berbentuk bulat, telur tidak tampak (Tester dan Takata, 1953).

Gonad nila betina mencapai TKG III dengan ciri-ciri morfologi ovarium besar, berwarna gelap, dan ada oosit yang mulai mengandung kuning telur. gonad nila jantan mencapai TKG III, dengan ciri-ciri morfologi gonad sudah hampir matang, gonad mengisi setengah rongga tubuh, dan testis berwarna putih (Tester dan Takata, 1953).

Ciri-ciri morfologi gonad nila betina TKG IV yang terlihat adalah gonad mengisi tiga perempat rongga tubuh. Gonad betina berwarna kuning, hampir bening atau bening, telur mulai terlihat. Kadang-kadang dengan tekanan halus pada perutnya maka akan ada yang menonjol pada lubang pelepasannya. Gonad nila jantan yang memasuki TKG IV memiliki ciri-ciri morfologi gonad mengisi tiga perempat rongga tubuh,testis berwarna putih kemerah-merahan, mengandung cairan putih jika ditekan perutnya keluar tetesan sperma (Tester dan takata, 1953).

Gonad nila betina memasuki TKG V, yaitu perkembangan gonad yang sudah mencapai kematangan, sehingga sudah siap untuk melakukan pemijahan. Ciri-ciri morfologi gonad betina memasuki TKG V adalah ovarium berwarna kuning terang, ukurannya menjadi berkurang karena telah dilepaskannya oosit yang matang. Ovarium berisi oogonia, oosit muda dan beberapa oosit berwarna kuning telur serta banyak dijumpai folikel yang pecah (Dadzie dan Wangila, 1980). Perkembangan gonad nila jantan yang memasuki TKG V dengan

ciri-ciri morfologi testis bagian belakang kempis, bagian dekat pelepasan masih tiris, gonad jantan berwarna putih, kadang-kadang dengan bintik cokelat. Pada TKG V gonad sudah siap dikeluarkan untuk terjadinya pemijahan (Cassie, 2009).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Senyawa osmolit organik taurin berpengaruh pada pertambahan berat tubuh, panjang tubuh, dan lingkar perut ikan nila (Oreochromis niloticus).

Senyawa osmolit organik taurin tidak berpengaruh terhadap perkembangan dan kematangan gonad ikan nila.

DAFTAR PUSTAKA

Cassie, S. 2009. Replacement Of Fish Meal In Cobia Diets Using An Organically Certified Protein. Aquaculture. 257

Direktorat Usaha, 2010. Budidaya Ikan Nila. Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan danPerikanan RI.Effendy, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Dadzie dan Wangila. 1980. Perkembangan Gonad Ikan Balashark (Balantiochelius melanopterus Blkr.). Agromedia Pustaka. Jakarta.

Effendy, M. I. 2002. Biologi Perikanan.

Yayasan Pustaka Nustama.

Yogyakarta.Fujaya, Y. 2004. Fisiologi

Ikan “Dasar Pengembangan Teknik

Perikanan”. Rineka Cipta. Jakarta. O-Fish. 2007. Kebutuhan Nutrisi Ikan.

http://www.O-fish.com (Diakses pada 2 Desember 2012, 21.14 WIB).

Preventionindonesia. 2009. Mencuri

Energi Dengan Taurin.

(6)

cle/mencuri-energi-dengan-taurin&channtel.html. Diakses pada 3 November 2012 pukul 20.50 WIB

Strange, K. dan P. S. Jackson. 1997. Swelling Activated Organic Osmolyte Effucks : A New Role For Annion

Chanel. Kidney International Vol. 48. The International Society Of Nephrology. Massachusetts, USA.

Tester dan Takata. 1953. Fishes. An

Introduction to Ichthyology. Second

Gambar

Tabel 2. Rerata penambahan panjang tubuh
Tabel 4. Nilai Rata-rata Indeks Gonad Somatik (IGS)jantan atau betina selama 30 hari

Referensi

Dokumen terkait

Injeksi (FI Edisi III) adalah sediaan steril berupa larutan, suspense atau serbuk yang harus dilarutkan atau di suspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan,

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui struktur vegetasi mangrove yang terdapat di Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang dan mengetahui

[r]

Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa.. Bapak Hendro Setiadi,

dengan menjamin pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan masyarakat, strategi pembangunan yang ditempuh

Sementara itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mencari hasil akurasi tertinggi dan mengetahui atribut apakah yang berpengaruh dalam penelitian, kemudian

Hasil penelitian dari aspek fisik bahan yang digunakan belum sesuai untuk formulir yang diabadikan. Aspek anatomi perlu adanya instruction untuk memudahkan dalam

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang Perlindungan Hukum Perjanjian