• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Konseling Peer Group Untuk Meningkatkan Konsep Diri Yang Positif Pada Konseli Kelas IX. Oleh: ST. Marjan (SMPN 1 Kedungjajang Lumajang) – JURNAL JP3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Konseling Peer Group Untuk Meningkatkan Konsep Diri Yang Positif Pada Konseli Kelas IX. Oleh: ST. Marjan (SMPN 1 Kedungjajang Lumajang) – JURNAL JP3"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KONSELING PEER GROUP UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI YANG POSITIF PADA KONSELI KELAS IX

ST. Marjan

SMPN 1 Kedungjajang Lumajang Email: [email protected]

Abstrak: Fenomena di lapangan yaitu di SMP Negeri 1 Kedungjajang Lumajang, banyak ditemukan konseli menunjukkan perilaku seperti: sangat peka terhadap kritik, hiperkritis terhadap orang lain, responsif berlebihan terhadap pujian, merasa tidak disenangi orang lain, kurang mampu mengendalikan emosi, kurang yakin akan kemampuan diri sendiri, pesimis terhadap kompetisi. Gejala-gejala tersebut mengidentifikasikan bahwa konseli yang bersangkutan belum memiliki konsep diri yang positif sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kemampuan membentuk konsep diri yang positif pada konseli yaitu dengan penerapan konseling peer group. Metode dalam penelitian ini adalah metode tindakan bimbingan dan konseling. Metode penelitian tindakan bimbingan dan konseling diartikan sebagai suatu kajian reflektif yang dilakukan konselor/ guru pembimbing dalam meningkatkan kemampuannya berfikir secara rasional dan bertindak untuk memperbaiki kualitas bimbingannya terhadap konseli. Lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Kedungjajang yang beralamat di jalan Raya Cemeng Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang. Penelitian ini dilakukan di kelas IXA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) penerapan konseling peer group dalam proses layanan bimbingan dan konseling dapat meningkatkan konsep diri konseli yang positif, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya konsep diri yang positif pada konseli kelas IXA SMP Negeri 1 Kedungjajang, Lumajang pada siklus I sebesar 12,80 % (dapat dilihat pada tabel 4.2) dan meningkat lagi sebesar 13,94% setelah mengikuti siklus II, 2) melalui penerapan konseling peer group, konseli terlatih dan terampil untuk bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya konsep diri yang positif pada konseli.

Kata Kunci: konseling peer group, konsep diri

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu di masyarakat. Masa ini juga sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia

menginginkan sesuatu tetapi tidak

mengetahui apa yang

diinginkannya.

(2)

dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Joan Rois dalam Singgih D. Gunarsa (2003 : 237 - 240) mengungkapkan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Jalaluddin Rakhmat (1996 : 100-104) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu orang lain dan kelompok rujukan. James F. Calhoun (1995:77) mengemukakan ada empat faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri pada individu, yaitu: faktor orang tua, faktor kawan sebaya, kelompok kawan sebaya, dan faktor belajar.

Bagi sesorang yang memiliki konsep diri yang negatif maka dia akan merasa minder atau merasa rendah diri dan cenderung akan mengisolasi diri dari pergaulan. Sebaliknya apabila dia mempunyai konsep diri yang positif maka pengaruh positif yang akan dia alami terhadap kepribadian dan perilakunya. Fenomena di lapangan yaitu di SMP Negeri 1 Kedungjajang Kabupaten Lumajang, banyak ditemukan konseli menunjukkan perilaku seperti: sangat peka terhadap kritik, hiperkritis terhadap orang lain, responsif berlebihan terhadap pujian, merasa tidak disenangi orang lain, kurang mampu mengendalikan emosi, kurang yakin akan kemampuan diri sendiri, pesimis terhadap kompetisi.

Gejala-gejala tersebut

mengidentifikasikan bahwa konseli yang bersangkutan belum memiliki konsep diri yang positif.

Dengan demikian diperlukan

upaya untuk meningkatkan

kemampuan membentuk konsep diri yang positif pada konseli yaitu dengan penerapan konseling peer group. ''Peer group adalah kelompok teman konseli sebaya yang sukses di mana ia dapat berinteraksi" (Santoso, 1999 : 85). Dalam kelompok teman sebaya, individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Di dalam peer group tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya.

Menurut pakar psikologi remaja Santrock, Cartwright dan Zander (www.kompas.com) "peer group adalah sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung.

METODE PENELITIAN

(3)

Lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Kedungjajang yang beralamat di jalan Raya Cemeng Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang. Penelitian ini dilakukan di kelas IXA. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012 / 2013 , dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini digunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:

1. Angket, adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden. Dalam penelitian ini sebagai respondennya adalah konseli kelas IXA di SMP Negeri 1 Kedungjajang, Lumajang.

2. Program Bimbingan dan Konseling yang isinya mengenai layanan bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan konsep diri yang positif pada konseli.

3. Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling sebagai pedoman peneliti dalam melakskonselian kegiatan.

4. Lembar observasi yang disusun untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses kegiatan. Observasi tindakan dilakukan oleh rekan guru lain yang bertindak sebagai observer.

Penelitian tindakan bimbingan dan konselingini menggunakan model Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahap yaitu :

1. Perencanaan (Planning)

2. Tindakan (Action)

3. Pengamatan (Observation)

4. Refleksi (Re/lection)

Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyeleksi data

2. Mengklarifikasikan dan mentabulasikan data.

3. Menghitung Prosentase 4. Menganalisa Data

5. Menyimpulkan hasil penelitian setelah data dianalisis, maka selanjutnya hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuantitatif yang berupa perhitungan dan teknik kualitatif berupa uraian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka dalam tahap perencanaan siklus II peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. membuat Satuan Layanan

Bimbingan dan Konseling untuk tindakan siklus II,

2. membuat lembar observasi terhadap guru dan konseli selama pelaksanaan tindakan,

3. membuat alat evaluasi berupa angket konseli.

Pelaksanaan Tindakan

(4)

siklus II dilakukan pada tanggal 26 Maret 2013 dengan mengikuti skenario yang telah dibuat untuk, pelaksanaan tindakan siklus II.

Observasi

Selama konseling peer group

berlangsung, pengamat/observer mengamati jalannya kegiatan dengan menggunakan lembar observasi untuk guru dan konseli.

Refleksi

Refleksi dilakukan setelah siklus II selesai, bertempat di ruang bimbingan dan konseling, dihadiri oleh peneliti dan pengamat.

Adapun data tentang hasil peningkatan konsep diri yang positif dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Peningkatan Konsep Diri yang Positif dari Pra PTBK sampai dengan Siklus II

Pra PTBK Siklus I Siklus II

50,46% 76,06% 90%

Berdasarkan tabel tersebut terlihat terjadinya peningkatan konsep diri yang positif pada konseli sebesar 13,94%.

''Peer group adalah kelompok teman konseli sebaya yang sukses di mana ia dapat berinteraksi" (Santoso, 1999 : 85). Dalam kelompok teman sebaya, individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Di dalam peer group

tidak dipentingkan adanya struktur

organisasi, namun di antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya.

Menurut pakar psikologi remaja Santrock, Cartwright dan Zander (www.kompas.com) "peer group adalah sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung.

KESIMPUAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian berupa data yang telah dideskripsikan, dianalisis dan dibahas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan konseling peer group

dalam proses layanan bimbingan

dan konseling dapat

meningkatkan konsep diri konseli yang positif, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya konsep diri yang positif pada konseli kelas IXA SMP Negeri 1 Kedungjajang, Lumajang pada siklus I sebesar 12,80 % (dapat dilihat pada tabel 4.2) dan meningkat lagi sebesar 13,94% setelah mengikuti siklus II (dapat dilihat pada tabel 4.9 ).

2. Melalui penerapan konseling peer group, konseli terlatih dan terampil untuk bekerjasama

dengan teman dalam

(5)

Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi guru pembimbing/ konselor diharapkan untuk menggunakan konseling peer group didalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Dan senantiasa menggiatkan dan mengefektifkan MGBK di sekolah untuk terus

menggali model-model

bimbingan lainnya.

2. Bagi sekolah, sebagai upaya menunjang keberhasilan konselor dalam menerapkan model-model bimbingan, seyogianya pihak sekolah dapat memfasilitasi konselor untuk mengikuti pelatihan-pelatihan terkait.

3. Bagi konseli, hendaknya menyadari pentingnya untuk memiliki konsep diri yang positif dalam melakukan aktivitas di sekolah maupun di rumah.

4. Bagi peneliti selanjutnya, konseling peer group tidak hanya memberikan dampak yang positif untuk meningkatkan konsep diri yang positif, melainkan juga dapat dipakai untuk membantu konseli dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi sosial lainnya. Demikian pula, peneliti selanjutnya dapat mengkaji efektifitas konseling peer group

dalam mengatasi masalah-masalah akademik dan karier.

DAFTAR PUSTAKA

Muslihuddin, 2009., Kiat Sukses

Melakukan Penelitian

Tindakan Kelas, Bandung, CV. Lotus Mandiri.

Suherman Uman, 2007, Materi Layanan Informasi dalam Bimbingan dan Konseling,

Bekasi, Madani Production. Rusmana Nandang, 2008, Pelatihan

Teknik-Teknik Bimbingan

Kelompok Menggunakan

Latihan Kelompok, UPI Bandung.

Tim Bimbingan dan Konseling, 2008,

Materi dan Metodologi Pembelajaran Bimbingan dan Konseling, UPI Bandung, tidak diterbitkan.

Undang - Undang Sistim Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Jakarta. WinkelW.S, 1991, Bimbingan dan

Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

- Sesuai dengan Peraturan Presiden RI (PERPRES) Nomor : 103 Tahun 2012 tanggal 17 Nopember 2012, tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian

Utara yang merupakan pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur sebenarnya adalah modal dasar untuk memajukan pembangunan sektor ekonomi, sektor pendidikan, dan sektor

Tujuan penelitian untuk mengetahui adakah hubungan antara sikap, ketersediaan fasilitas APD, pemberian hukuman dan penghargaan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri

Beri tanda silang (X) atau ( √ ) pada kotak yang telah tersedia sesuai dengan jawaban

Kacaritakeun nalika Nini Uti nuju ngider sorabi, anjeunna nimu cepuk anu tempatna di sisieun gang jalan, kumargi Nini uti mah jalmina jujur, janten éta cepuk téh teu langsung

With more than half of the respondents planning to deploy containers in production within the next 6–12 months, there is a clear need for production- ready, stable, integrated

Naskah Pendukung Mata Pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia – Agustus 2013 Page 9.. an kisah, donge ng fabel, mite, legend a, sage, parabe l, donge ng jenaka , dan cerita

1.1.   Terdapat  assosiasi  yang  signifikan  antara  jenis  pekerjaan  dengan  persepsi  orang  tua  terhadap  pen- didikan.  Demikian  pula  antara  jenis