STRATEGI BRAIN BASED LEARNING: ALTERNATIF STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENYONGSONG KURIKULUM 2013
Ginanjar Abdurrahman, S.Sia; Mukti Sintawati, S.Sib
aProgram Studi Pendidikan Matematika PPS UNY, gigin_mipa06@yahoo.com bProgram Studi Pendidikan Matematika PPS UNY, mukti_sinta@yahoo.com
Abstract: The success of the curriculum 2013 is determined by the readiness of teachers in the learning process. Brain Based Learning strategy is one alternative learning strategies that can be used by teachers. Brain Based Learning offers a concept to create learning-oriented student’s efforts to maximize the potential of the brain. The stages of Brain Based Learning i.e. pre-exposure phase, preparation, initiation and acquisition, elaboration, incubation and memory, verification and checking of confidence, and celebration and integration.
Keywords: Curriculum of 2013, Brain Based Learning, Learning Strategies.
Abstrak: Keberhasilan kurikulum 2013 ditentukan oleh kesiapan guru dalam proses pembelajaran. Strategi Brain Based Learning merupakan salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru. Brain Based Learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan tujuan siswa yang berorientasi pada pembelajaran untuk memaksimalkan potensi otak. Tahapan Brain Based Learning yaitu tahapan pre-pemaparan, persiapan, inisiasi dan akuisisi, elaborasi, inkubasi dan memori, verifikasi dan pengecekan keyakinan, serta perayaan dan integrasi.
Kata Kunci: Kurikulum 2013, Brain Based Learning, Strategi Pembelajaran.
Sejak bergulir wacana implementasi kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran 2013/2014, berbagai kritik dan saran telah dilontarkan dari berbagai kalangan, khususnya praktisi pendidikan,
(PISA) yang di tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 55 dari 65 negara peserta PISA. Kriteria penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca, matematika, dan sains. Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai materi pelajaran sampai level 3 saja dari 6 level. Sementara siswa di negara maju maupun berkembang lainnya dapat menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6.
Keberhasilan kurikulum 2013 ditentukan oleh kesiapan guru dalam proses pembelajaran. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah strategi Brain Based Learning.
KAJIAN PUSTAKA
Peranan Otak dan Memori dalam Pembelajaran
Roger Sperry (Hernowo, 2008), menemukan dua belahan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan yang berfungsi secara berbeda. Otak kiri berpikir secara rasional, sedangkan otak kanan berpikir secara emosional. Sejalan dengan hal tersebut, Dilip Mukerjea (Hernowo, 2008: 68) juga mengungkapkan bahwa otak kreatif adalah otak kiri dan otak kanan yang bekerja sinergis. Dalam proses pembelajaran, penggunaan otak kiri dan otak kanan tidak bisa dipisahkan, keduanya harus diseimbangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
penting dalam pembelajaran. Semua yang telah kita pelajari, baik secara sadar maupun tidak sadar, tersimpan dalam memori.
Strategi Brain Based Learning
Pada tahun 1970, Paul McClean memperkenalkan konsep Triune Theory yang menyatakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian penting-otak besar (neokorteks), otak tengah (sistem limbik), dan otak kecil (otak reptil). Otak besar berfungsi untuk berbahasa, berpikir, belajar, memecahkan masalah, merencanakan, dan mencipta. Otak tengah berfungsi untuk interaksi sosial, emosional, dan ingatan jangka panjang (long term memory). Otak kecil berfungsi untuk bereaksi, naluriah, mengulang, mempertahankan diri, dan ritualis.
Triune Theory sebuah temuan penting untuk mengembangan strategi pembelajaran brain based learning dan memberdayakan seluruh potensi diri siswa. Brain Based Learning merupakan prinsip pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang di desain secara alamiah untuk belajar (Jensen, 2008:12). Brain Based Learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa.
PEMBAHASAN
aktifitas utamanya menghafal materi pelajaran, mengerjakan tugas guru, menerima hukuman jika melakukan kesalahan, dan kurang mendapatkan penghargaan terhadap hasil karyanya.
Pembelajaran tradisional tersebut, jika terus dipertahankan akan membawa dampak buruk bagi siswa, kondisi ini akan memunculkan sikap kegagalan dan mempertahankan diri. Siswa akan merasa yang mereka kerjakan bukan apa yang mereka inginkan.
Seorang guru sebaiknya disiapkan untuk membantu siswa dalam segala hal, dari perhatian seorang guru kepada siswa sampai peningkatan kemampuan memori (ingatan) siswa. Ketika mengajar, apakah guru memulainya dengan mengaktifkan pengetahuan awal? yang membantu siswa membangun
apa yang mereka telah ketahui sebelumnya, memperkuat koneksi di dalam otaknya. Apakah guru menggunakan peralatan, misalnya organisator grafik, nyanyian, atau sajak? Strategi ini membantu siswa merepresentasikan berpikir secara visual, kinestetik, dan fonetik. Teknik tersebut membutuhkan tempat dalam sebuah kotak perlengkapan, dalam hal ini, yaitu otak yang prima (pada usia yang terbaik dalam perkembangannya) untuk belajar.
pembelajaran, 3)Otak bisa berubah karena pengalaman, 4)Otak sangat lentur, 5)Otak mengkoneksikan informasi baru dengan informasi lama.
Strategi pembelajaran yang efektif membantu siswa bergerak menuju higher order thinking. Menurut neurologist yang alih profesi menjadi guru, Judy Willis, MD memaparkan “Ketika guru memberikan siswa kesempatan untuk menerapkan pembelajaran, khususnya melalui kegiatan yang asli, bermakna terhadap siswa itu sendiri, ingatan yang sebelumnya hanya merupakan hafalan, berubah menjadi bank ingatan yang saling terkait satu sama lain.
Brain based learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya
Hindarilah situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya. Lakukan pembelajaran di luar kelas pada saat-saat tertentu, iringi kegiatan pembelajaran dengan musik yang didesain secara tepat sesuai kebutuhan kelas, lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan menarik dan upaya lainnya yang mengeliminasi rasa tidak nyaman pada siswa. Menurut Howard Gardner, dalam Buku berjudul Quantum Learning karya De Porter, Bobbi, & Mike Hernacki, menyatakan bahwa seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya. Ketiga, menciptakan situasi pembelejaran
Strategi Brain Based Learning untuk menyongsong kurikulum 2013
Untuk menghadapi kurikulum 2013 yang tematik integratif, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpkir siswa, memberikan soal-soal materi yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa dari tahap pengetahuan sampai tahap evaluasi menurut tahapan berpikir berdasarkan Taxonomy Bloom. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu strategi pembelajaran brain based learning, karena dalam strategi ini, menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Sesuai dengan perubahan yang diharapkan pada kurikulum 2013,
melalui strategi tersebut, siswa dapat memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih baik, mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif.
Tahap-tahap Pembelajaran Brain Based Learning (Jensen, 2008: 484):
a. Tahap Pra-Pemaparan
Fase ini memberikan ulasan pada otak tentang pembelajaran baru. Pra-pemaparan membantu otak membangun peta konseptual yang lebih baik.
Semakin banyak informasi/ latar belakang yang mereka miliki semakin banyak koneksi yang dapat mereka buat. Temukanlah ketertarikan
dan latarbelakang siswa, mulailah dari tempat dimana siswa berada pada dasar pengetahuan mereka. Gunakan sarana pendukung / media belajar yang penuh dengan warna. Contohnya pada materi kubus dan balok, buatlah jaring-jaring dan model bentuk kubus dan balok dengan warna-warna yang menarik.
Doronglah nutrisi otak yang baik, jika proses pembelajaran berlangsung lebih dari 45 menit, pastikan siswa mendapat air minum yang cukup.
Rencanakanlah strategi “membangun” otak, misalnya melakukan relaksasi atau peregangan setiap jam.
b. Tahap Persiapan
Otak dapat belajar paling baik dari pengalaman konkret terlebih dahulu. Pada tahap ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan penjelasan awal tentang materi yang akan dipelajari dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.
merasa kewalahan sementara, hal ini akan diikuti dengan antisipasi, keingintahuan, dan pencarian untuk menemukan makna bagi dirinya-sendiri. Dalam proses pembelajaran, bagi siswa secara berkelompok dan berikan tugas atau proyek untuk diselesaikan.
d. Tahap Elaborasi
Tahap ini memastikan siswa tidak hanya sekadar mengulang informasi dari fakta-fakta yang ada secara mekanik, tetapi juga membangun jalur neural yang kompleks dalam otak mereka
sehingga dapat
menghubungkan subjek-subjek menjadi bermakna. Biarkan siswa
mengeksplorasi
permasalahan yang diberikan melalui
sumber-sumber belajar seperti buku, jurnal, internet, dll. Setelah kegiatan
berdiskusi, koordinasikan
siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, sedangkan peserta didik yang lain memperhatikan, memberikan komentar dan pendapat, atau memberikan pertanyaan. Dari hasil presentasi ini, diharapkan peserta didik dapat menemukan jawaban yang tepat dari permasalahan yang diberikan.
e. Tahap Inkubasi dan Memasukkan Memori
waktu, bukan langsung dalam satu waktu.
Sediakan waktu untuk perenungan tanpa bimbingan / waktu istirahat.
Biarkan siswa melakukan peregangan / relaksasi. Sediakan waktu dan
tempat bagi siswa untuk mendengarkan musik. f. Tahap Verifikasi
Tahap ini penting untuk siswa dan guru. Pembelajaran paling baik diingat oleh siswa ketika mereka memiliki model atau metafora yang berkaitan dengan konsep/materi yang telah dipelajari.
Berikan soal-soal materi pelajaran yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa dari mulai tahap pengetahuan (knowledge) sampai tahap
evaluasi menurut tahapan berpikir berdasarkan taxonomy bloom.
Siswa membuat tulisan tentang apa yang sudah mereka pelajari (misalnya artikel, rangkuman, essay, dll).
g. Tahap perayaan dan integrasi Dalam tahap ini sangat penting untuk melibatkan emosi. Buatlah perayaan kecil seperti bersorak atau tepuk tangan sebelum menutup pelajaran.
Kesimpulan
digunakan oleh guru adalah strategi Brain Based Learning.
2. Tahap-tahap perencanaan pembelajaran Brain Based Learning yaitu tahap pra-pemaparan, persiapan, inisiasi dan akuisisi, elaborasi, inkubasi dan memasukkan memori, verifikasi dan pengecekan keyakinan, dan yang terakhir adalah perayaan dan integrasi.
Daftar Rujukan
Badudu, J. S., & Zain, S. M. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hernowo. (2008). Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan. Bandung: MLC.
Jensen, E. (2008). Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak: Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sapa’at, A. (2009). Brain Based Learning. [Online]. Tersedia:
http://matematika.upi.edu/index.php/
brain-based-learning/. [20 Juni 2013].
http://www.kemdiknas.go.id/kemdik
bud/uji-publik-kurikulum-2013-4
[20 Juni 2013]
http://www.funderstanding.com/educ