• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN da"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN

DAN KENYAMANAN PADA LANSIA

Oleh Istiqomah Nurul Fauziah

Pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada lansia sangatlah penting. Jika terdapat gangguan dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan pada lansia, maka lansia akan mengalami masalah dalam kehidupannya. Sebagai perawat, seyogyanya mengetahui tentang kebutuhan lansia agar dapat melaksanakan intervensi sesuai kebutuhan yang diperlukan. Pada LTM kali ini, akan dibahas tentang gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan dari segi fisik, lingkungan dan sosial. Gangguan pada keamanan pada lansia seperti risiko jatuh, infeksi, dan abuse. Gangguan pada kenyamanan pada lansia seperti nyeri dan ketidaknyamanan terhadap lingkungan fisik dan sosial.

Keamanan didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi (Potter & Perry, 2006). Mroz (1978) dalam Meiner & Lueckenotte (2006) mendefinisikan keamanan sebagai pencegahan terhadap kecelakaan dan meminimalisasi cedera dan kerusakan properti sebagai dampak dari kecelakaan tersebut. Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Pada lansia, pemenuhan kebutuhan akan rasa aman ini sangat menentukan proses aktualisasi diri lansia. Semakin kebutuhan akan rasa aman sulit tercukupi, maka aktualisasi diri pada lansia pun tidak akan tercapai (Ebersole, Hess, Touhy, & Jett, 2005)

Kenyamanan merupakan keseimbangan internal seseorang secara fisik, emosional, sosial, dan spiritual atau biasa disebut wellness. Kenyamanan didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tubuh mendapatkan kemudahan dan kepuasan yang diinginan serta bebas dari nyeri dan ansietas. (Ebersole, dkk, 2005). Lansia mungkin terlihat baik dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman secara fisik, tetapi tertekan secara psikologis. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pula tentang aspek emosional, sosial, dan spiritual lansia agar mencapai kenyamanan yang diinginkan. Gangguan keamanan dan kenyamanan pada lansia digolongkan dari segi sifatnya yaitu fisik, lingkungan, dan sosial. Gangguan keamanan dan kenyamanan fisik misalnya kerusakan integritas kulit, infesksi, dan nyeri. Dari lingkungan seperti risiko jatuh, risiko cedera, kecelakaan yang diakibatkan oleh lingkungan yang tidak mendukung untuk lansia. Dari segi sosial misalnya hubungan antara lansia dan orang-orang disekitarnya. Gangguan yang mungkin terjadi diantaranya abuse (kekerasan) dan neglect (pengabaian).

(2)

Masalah yang lain yang bisa muncul terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan yaitu adanya risiko infeksi. Pada lansia yang imobilisasi, risiko terjadinya luka decubitus meningkat. Luka decubitus menyebabkan kerusakan integritas kulit yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Infeksi dapat dicegah dengan melakukan perawatan luka dengan baik dan steril. Luka yang dibiarkan terbuka akan semakin meningkatkan risiko terhadap infeksi. Luka decubitus memerlukan perawatan yang sedikit berbeda dengan perawatan luka lainnya. Perawatan luka decubitus perlu ditambahkan intervensi posisioning minimal setiap 2 jam sekali. (Potter & Perry 2006)

Abuse atau kekerasan dan neglect atau pengabaian merupakan kasus yang banyak dijumpai pada lansia. (Lueckenotte, 1996). Lansia rentan terhadap tindakan kekerasan dan pengabaian karena lansia mengalami penurunan kemandirian yang artinya harus dibantu. Kekerasan dapat terjadi atau dilakukan oleh orang lain ataupun dari lansia itu sendiri. Kekerasan yang dilakukan oleh orang lain contohnya kekerasan dalam keluarga, oleh teman sekamar, atau oleh petugas panti. Kekerasan yang dilakukan oleh diri sendiri misalnya pengguanaan obat-obat terlarang, ketergantungan obat dan mengabaikan dirinya sendiri. Untuk mencegah terjadinya kekerasan dan pengabaian, perawat harus mengetahui ciri-ciri dan tanda seseorang menjadi korban. Pengkajian sangat berperan untuk melakukan intervensi selanjutnya.

Konsep kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri. (Potter &Perry, 2006). Seseorang akan datang ke pelayanan kesehatan jika dia telah merasakan nyeri. Nyeri merupakan apa yang dikatakan oleh seseorang sebagai nyeri, da nada ketika orang tersebut mengatakan nyeri itu berlangsung (McCaffery dalam Stanley, 2002). Lansia sering mengabaikan nyeri yang ada pada dirinya dan menganggap nyeri merupakan bagian dari penuaan. Nyeri dapat menimbulkan dampak yang besar bagi kualitas hidup pasien seperti penurunan aktifitas, isolasi sosial, gangguan tidur dan depresi.

Nyeri dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut terjadi akibat cedera terhadap jaringan-jaringan (misalnya pembedahan, inflamasi, trauma). Nyeri akut berlangsung satu detik hingga 3 bulan (Stanley, 2002). Nyeri akut dapat diketahui awalannya dan akan berkurang seiring dengan proses penyembuhan. Nyeri kronis dapat dimanifestasikan dengan adanya depresi, gangguan makan, atau insomnia. Meinhart dan McCaffery (1983) dalam Stanley (2002) mengkategorikan nyeri kronis sebagai: (1) disebabkan oleh penyakit neoplastic yang tidak terkontrol, (2) nyeri yang terjadi lebih dari 6 bulan, dan (3) nyeri akan berkurang bergantung pada koping individu.

Perawat harus dapat mengetahui bahwa kliennya memiliki nyeri. Nyeri akut dan nyeri kronis dapat terjadi pada orang yang sama dalam waktu yang bersamaan. Kembali lagi pada definisi nyeri yang menyebutkan bahwa nyeri itu bersifat subjektif dan aka nada ketika nyeri itu dikeluhkan oelh seseorang. Lansia sangat mudah terpapar nyeri karena fungsi tubuhnya yang berkurang dan mekanisme koping terhadap nyeri pada lansia juga berkurang. Namun, lansia akan cenderung menutupi nyeri yang dirasakannya. Pengkajian secara mendalam diperlukan untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami lansia.

(3)

Referensi

Ebersole, Hess, Touhy, & Jett. (2005). Gerontological nursing & health aging 2nd ed. St. Louis,

Missouri: Mosby Inc.

Lueckenotte, Annette G. (1996). Gerontologic Nursing. St. Louis Missouri: Mosby.

Meiner & Lueckenotte. (2006). Gerontic nursing 3rd ed. St. Louis Missouri: Mosby Elsevier.

Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis, sejak tanggal akuisisi dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil Kas (“UPK”) dari

Mahasiswa memenuhi semua komponen penilaian dan menyelesaikan tugas dengan sangat baik serta mampu memaparkan materi praktikum dan tugas individu sesuai dengan topik yang telah

Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis, sejak tanggal akuisisi dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil Kas (“UPK”) dari

Ideally, oracles will be self-verifying, allowing automated tests to make an initial assessment of test pass or failure, however, be careful to mitigate the risks inherent

Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis, sejak tanggal akuisisi dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil Kas

Saat ini dikembangkan kecerdasan buatan (artificial inteligence, AI) untuk meningkatkan kemampuan mesin dalam memberikan keputusan output berdasarkan input yang dapat

In this research, we designed the most stable (stability w.r.t elevation changes over a long period) and realistic DEM from the available multi-temporal elevation

Kuman penyebab penyakit yang terdapat dalam makanan dapat tumbuh dengan baik walaupun makanan disimpan dalam kulkas.. Daging yang dimasak setengah matang dapat menyebabkan