• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISET BERBASIS KEARIFAN LOKAL MENUJU KEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RISET BERBASIS KEARIFAN LOKAL MENUJU KEM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RISET BERBASIS KEARIFAN LOKAL MENUJU KEMANDIRIAN BANGSA1

Ali Imron

(e-mail: imron8@yahoo.co.id)

Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Riset merupakan serangkaian usaha sistematis dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan solusinya. Berbagai permasalahan yang menggeluti bangsa ini menuntut segera dicarikan solusi terbaik, salah satunya melalui riset. Namun, beberapa riset baik yang dilakukan oleh kalangan pemerintah maupun akademisi pada perguruan tinggi kurang mengeksplorasi aspek-aspek budaya masyarakat. Padahal akar permasalahan yang muncul pada masyarakat berawal dari nilai-nilai budaya yang tidak terinternalisasi secara maksimal. Oleh karena itu, nilai-nilai budaya lokal yang lahir dari setiap komunitas masyarakat hendaklah menjadi mainstream dalam setiap kegiatan riset. Kearifan lokal (local wisdom) merupakan usaha manusia dengan menggunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Kearifan lokal tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai hidup dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai tersebut menjadi pegangan dalam bersikap dan berperilaku. Riset berbasis kearifan lokal merupakan riset dengan memanfaakan kearifan budaya lokal yang telah berkembang di masyarakat secara turun temurun. Melalui riset berbasis kearifan lokal diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah sosial budaya masyarakat yang tentunya dengan mengikuti kaidah dan metode penelitian yang benar, dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik ilmiah. Melalui studi kepustakaan, tulisan ini bertujuan mengkaji berbagai elemen dalam kearifan lokal yang dapat dieksplorasi sebagai basis dalam kegiatan riset. Melalui riset berbasis pada kearifan lokal ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu modal untuk menjadi solusi bagi permasalahan-permasalahan global menuju kemandirian bangsa.

(2)

Pendahuluan

Perubahan sosial yang terjadi dewasa ini pada semua sendi kehidupan mengindikasikan pada perubahan pola-pola hidup masyarakat. Perubahan sosial yang sangat signifikan terjadi adalah modernisasi. Modernisasi sebagai bentuk perubahan sosial merupakan konsekuensi logis dari kondisi dunia yang semakin mengglobal. Globalisasi merupakan konsep yang banyak digunakan untuk merespon kondisi dunia yang tanpa batas atau sekat. Antar negara-negara di dunia seolah-olah mampu saling berhubungan dalam berbagai aspek kehidupan tanpa ada halangan yang berarti. Hambatan-hambatan, baik yang bersifat geografis, ideologis maupun sosio kultural mampu diantisipasi melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Namun, seiring dengan pesatnya laju globalisasi, proses globalisasi sendiri akhirnya memunculkan dua wajah, apakah itu menguntungkan di satu pihak bahkan mungkin melahirkan banyak kerugian di pihak lain. Salah satu realitas yang harus selalu dikritisi untuk menyikapi globalisasi adalah bahwa globalisasi dengan modernisasi di dalamnya ternyata telah “menenggelamkan” bahwa mungkin telah “mematikan” nilai-nilai lokal suatu daerah. Melalui proses globalisasi telah sedikit demi sedikit mengubah prespektif, gaya hidup, dan perilaku individu, dan disadari ataukah tidak, globalisasi telah mengikis nilai-nilai humanisme, ikatan dan hubungan sosial.

Menyikapi kondisi empiris inilah diperlukan upaya konkrit untuk mengembalikan nilai-nilai lokal yang sarat akan unsur kearifan dan kebijaksanaan, termasuk dalam mengatur perikehidupan manusi sehingga tercipta masyarakat harmonis yang menghargai humanisme. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui riset-riset ilmiah. Riset merupakan serangkaian usaha sistematis dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan solusinya. Namun, beberapa riset baik yang dilakukan oleh kalangan pemerintah maupun akademisi pada perguruan tinggi kurang mengeksplorasi aspek-aspek budaya masyarakat. Padahal akar permasalahan yang muncul pada masyarakat berawal dari nilai-nilai budaya yang tidak terinternalisasi secara maksimal. Oleh karena itu, nilai-nilai budaya lokal yang lahir dari setiap komunitas masyarakat hendaklah menjadi mainstream dalam setiap kegiatan riset.

(3)

Kearifan Lokal: Elemen dan Fungsi Penguatan Budaya

Kearifan lokal (local wisdom) dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara etimologi, dimana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai “kearifan atau kebijaksanaan”. Lokal secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistim nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain sedemikian rupa dimana di dalamnya melibatkan pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya. Pola interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut settting. Setting adalah sebuah ruang interaksi tempat seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan face to face dalam lingkungannya. Sebuah setting kehidupan yang sudah terbentuk secara langsung akan memproduksi nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut yang akan menjadi landasan hubungan mereka atau menjadi acuan tingkah-laku mereka.

Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh keadaban.

Secara substansial, kearifan lokal adalah nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertingkah-laku sehari-hari masyarakat setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan apabila Clifford Greertz (1989), mengatakan bahwa kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya. Hal itu berarti kearifan lokal yang di dalamnya berisi unsur kecerdasan, kreativitas, dan pengetahuan lokal menjadi penentu dalam pembangunan peradaban masyarakatnya. Dalam masyarakat kita, kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu dan menjadi bagian hidup yang tidak terpisahkan dan dapat diamati melalui sikap dan perilaku masyarakat sehari-hari.

(4)

lebih menggambarkan satu fenomena spesifik yang biasanya akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut.

Secara umum local wisdom (kearifan lokal) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Haryati Soebadio, mengungkapkan bahwa

local genius adalah juga cultural identity, identitas atau kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986). Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Adapun ciri-ciri local genius antara lain:

1. mampu bertahan terhadap budaya luar;

2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;

3. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli;

4. mempunyai kemampuan mengendalikan; serta 5. mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya bernilai baik, karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang-ulang dan mengalami penguatan (reinforcement). Apabila suatu tindakan tidak dianggap baik oleh masyarakat maka tidak akan mengalami penguatan secara terus-menerus. Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela karena dianggap baik atau mengandung kebaikan. Adat yang tidak baik akan hanya terjadi apabila terjadi pemaksaan oleh penguasa. Apabila yang terjadi demikian, maka tidak tumbuh secara alamiah tetapi dipaksakan. Beberapa fungsi kearifan lokal , yaitu:

1. Sebagai konservasi dan pelestarian sumber daya alam. 2. Sebagai pengembangan sumber daya manusia.

3. Sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. 4. Sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

(5)

Riset Berbasis Kerifan Lokal

Beberapa model riset dikembangkan oleh beberapa lembaga, baik yang berasal dari unsur perguruan tinggi maupun pemerintah. Pada bagian ini, akan ditampilkan dua model riset berbasis pada kearifan lokal, yakni yang dikembangkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Pertama, fokus penelitian Universitas Jenderal Soedirman sesuai dengan arah pengembangan lembaga yang memiliki keunggulan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni yang relevan dengan pengembangan sumber daya perdesaan dan kearifan lokal yang berkelanjutan.

Berbagai upaya yang dilakukan adalah mengembangkan penelitian berbasis kearifan lokal. Berdasarkan visi Unsoed, maka dikembangkan riset, teknologi, dan rekayasa sosial sesuai dengan kebutuhan masyarakat berbasis sumberdaya dan kearifan lokal.

Terkait dengan pengembangan riset yang unggul sesuai kebutuhan pengguna dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan sumber daya perdesaan tropis dan kearifan lokal, Unsoed menetapkan 6 tema Riset Unggulan sebagai berikut:

1) Biodiversitas tropis dan bioprospeksi (tropical biodiversity and bioprospecting) 2) Pengelolaan wilayah kelautan, pesisir, dan pedalaman (marine, coastal, and

inland management)

3) Pangan, gizi dan kesehatan (food, nutrition, and health) 4) Energi baru dan terbarukan (new and renewable energy)

5) Kewirausahaan, koperasi, dan UMKM (enterpreneurship, cooperation, micro & smallscale enterprise)

6) Rekayasa sosial dan pengembangan pedesaan (social engineering and rural development)

(6)

Budaya lokal yang bernilai positif bagi kesehatan perlu diangkat sebagai kekayaan bangsa. Wujud budaya dapat berupa: (1) sistim ide/gagasan/nilai/norma/ peraturan; (2) Sistem Sosial yang berupa kompleks aktivitas tindakan berpola kekayaan budaya Indonesia yang baik dapat terus dikembangkan, dilestarikan dan dimanfaatkan secara lokal bahkan bila memungkinkan secara nasional.

Secara umum, arah Riset Operasional Intervensi Kesehatan Ibu dan Anak (ROI KIA) berbasis budaya lokal tahun 2012 mengacu pada Renstra Kemenkes RI tahun 2010-2014 dan memfokuskan kepada:

1. Kesehatan Ibu, Bayi dan Balita 2. Gizi Masyarakat

3. Pemberdayaan Masyarakat (sosial budaya, pengetahuan tradisional, kearifan lokal, kekayaan hayati lokal)

4. Upaya Kesehatan (Preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif)

Riset Operasional Intervensi Kesehatan Ibu dan Anak (ROI KIA) Berbasis Budaya Lokal mempertimbangkan permasalahan kesehatan ibu dan anak terkait budaya lokal guna mempercepat pencapaian program nasional, maka ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 memprioritaskan penelitian pada budaya:

1. Kesehatan Ibu dan Anak (termasuk gizi) dengan memperhatikan siklus kehidupan yaitu pra hamil, hamil, melahirkan, menyusui, bayi/ balita

2. Riset diutamakan berupa intervensi yang memanfaatkan kearifan lokal/ pengetahuan tradisional setempat.

(7)

1. Adat dan Tradisi 2. Etika dan Tata Krama

3. Hubungan Sosial, Kekerabatan dan Gotong Royong 4. Hubungan Orang Tua dengan Anak

5. Hukum dan Keadilan

6. Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan 7. Kejujuran dan Kebajikan

8. Sikap Hidup dan Perjuangan Hidup 9. Kepercayaan dan Keimanan

10. Kehati-hatian dan Mawas Diri 11. Kepemimpinan dan Manajemen

12. Pembangunan Moral, Akhlak, dan Kepribadian 13. Musyawarah dan Demokratisasi

14. Etos Kerja

15. Sikap dan Perbuatan Tercela yang harus Dihindari 16. Strategi Mengatasi Permasalahan Hidup

17. Tugas dan Tanggung Jawab Kemanusiaan 18. Tutur Kata dan Budi Bahasa

Penutup

Riset berbasis kearifan lokal merupakan salah satu strategi dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan bangsa sebagai konsekuensi logis dari realitas globalisasi dan modernisasi. Diharapkan melalui riset berbasis kerifan lokal yang “menjamur” di berbagai institusi, baik perguruan tinggi maupun kalangan pemerintah akan mampu mengantarkan pada kemandirian bangsa melalui pemberdayaan aset-aset lokal.

Daftar Pustaka

Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius).Jakarta: Pustaka Jaya.

(8)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2011. Pedoman Kegiatan Riset 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu terkait meningkatnya jumlah tenaga kerja karena banyak masyarakat Kecamatan Polokarto memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga banyak

Hasil analisis data N-gain kemampuan koneksi matematis menunjukkan bahwa, peningkatan kemampuan koneksi matematis peserta didik yang menggunakan LKPD berbasis

Merupakan suatu model untuk menjelaskan hubungan antar dua dalam basis data berdasarkan suatu persepsi bahwa real word terdiri dari object-object dasar yang

Pasal 323 KUHPerdata juga dijelaskan bahwa pemberian nafkah tersebut bersifat timbal balik dalam arti orang tua, keluarga dalam garis lurus keatas, dan juga

Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa ndonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional

( Empat Puluh Tujuh Juta Tiga Ratus Dua Puluh Enam Ribu Lima Ratus Rupiah ).. Indikator Tolok Ukur Kinerja

Guna mengetahui upaya yang dilakukan penyidik Polres Grobogan dalam mengatasihambatan proses penyidikan tindak pidana pencurian dengan pemberatan.. Umumnya tindak

Secara umum pada periode ini berlaku konstitusi RIS sehinga bentuk negara Indonesia adalah serikat dan mempunyai sistem pemerintahan republik parlementer. Hal ini