Identitas
Nama:Salmah Simanjuntak
Nim:71153027
Prodi:Ilmu Komputer
Fakultas:Sains Dan Tekhnologi
Perguruan Tinggi:UIN Sumatera Utara
Dosen Pembimbing:Bapak.Dr.Ja’far
Mata Kuliah: Akhlak Tasawuf
Tema: Integrasi Tasawuf Dan Sains
Identitas Buku:
Ja’far, Gerbang Tasawuf : Dimensi Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi (Medan : Perdana Pubhlishing,2016)
Amin Abdullah,:Islam Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains, (Yogyakarta: Pilar Religia, 2004 )
Drs.H. Muhammad Adib, MA : ontologi, Epistemologi ,Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan (Pustaka Pelajar Celeban Timur)
Sub 1:Integrasi Dalam Sejarah Islam Sub 2:Integrasi Dalam Ranah Ontologi
Sub 3:Integrasi Dalam Ranah Ontologi
Sub 4: Integrasi Dalam Ranah Aksiologi
INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS A. Integrasi dalam Sejarah Islam
Para filsuf dari mazhab peripatetik merupakan pemikiran Mmuslim yang berhasil mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran Islam yang bersumberkan kepada Alquran dan Hadist, lantaran tematema filsafat Yunani diIslamisasikan dan disesuaikan dengan pradigma islam.(ja’far,2016, 102)
B. Integrasi dalam Ranah Ontologi
Ontologi berfungsi menetapkan substansi yang ingin dicapai yaitu memahami manusia sesuai dengan sunnatullahnya. Mengingat alQuran sebagai sumber ilmu pengetahuan yang paling dapat diandalkan, maka ayatayat yang membicarakan termaterma seperti insan, basyar, nafs, aql, ruh, qalb dapat dijadikan rujukan. Dengan patokan, sejauh mana metodologi itu dapat mengejar makna dan esensi, bukan hanya gejala.
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia, sehingga ontologia bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat; dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan. Suriasumantri menyimpilkan bahwa ontologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang hakikat dari objek ilmu dengan manusia sebagai pencari ilmu. Dengan demikian, ontologi adalah ilmu tentang teori keberadaan, dari istilah ontologi ditujukan pada pembahasan tentang objek kajian ilmu. (Ja’far, 2016:105).
Berbeda dari saintis Barat sekuler, para filsuf Muslim dari sufi berpendapat bahwa ada hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut Ibn ‘Arabi (w. 1240), alam diciptakan Allah Swt. Melalui proses tajalli (penampakan diri)Nya pada alam empiris yang majemuk. Tajalli Allah Swt. Mengambil dua bentuk: Tajalli dzati dalam bentuk penciptaan potensi; dan tajalli syuhudi dalam bentuk penampakan diri dalam citra alam semesta. (Ja’far, 2016:106)
C. Integrasi dalam Ranah Epistemologi
Secara epistemologi, metodologi Psikologi Islam merupakan jalan untuk mencari kebenaran perihal dimaknai sebagai studi tentang manfaat akhir dari segala sesuatu.ja’far,2016,109,110) Suriasumantri menyimpulkan bahwa aksiologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang kegunaan dan penggunaan ilmu. Jadi, aksiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu, tujuan pencarian dan pengembangan ilmu.(ja’far,2016,110)
Menurut Maksudin (2003).Sains dan agama nondikotomik sarat muatan nilai yang merupakan bagian nilai tak terpisahkan di dalam kajian aksiologi sains dan agama itu sendiri. Keberadaan nilainilai tersembunyi di balik fenomena empirik. Pendapat Max Scheler esensi nilai dalam perspektif fenomenologis mencakup :
Kata “integrasi” berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
.Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasidan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu:
a. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
kemasyarakatan.Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya(Amin Abdullah:2014)
B. Urgensi Integrasi Sains dan Islam 1. Konsepsi Islam Tentang Sains
Agama dalam arti luas adalah wahyu dari Allah yang mengatur hubungan timbal balik antara manusia dan penciptanya, manusia dengan sesama dan lingkungan hidup yang bersifat fisik, sosial maupun budaya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk etika, moral, akhlak, kebijaksanaan dan dapat pula menjadi teologi ilmu .Allah SWT berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 109:
Yang artinya:
Katakanlah: “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
2. Urgensi Integrasi Sains Dan Islam.
Dalam pelaksanaan pendidikan memiliki dua misi utama yaitu pembinaan daya intelektual dan pembinaan daya moral, Mensinergikan sains dan Islam (Agama) merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan keharusan, karena dengan mengabaikan nilai-nilai Agama dalam perkembangan sains dan tekhnologi akan melahirkan dampak negatif yang luar biasa, tidak hanya pada orde sosial-kemanusiaan, tetapi juga pada orde alam semesta ini.
Sebenarnya pembinaan intelektual dan moral dapat dikembalikan pada hakikat ilmu pengetahuan yaitu;
(1) ontologi ilmu pengetahuan yang menekankan pada kemampuan spiritual,
(2) epistemologi ilmu pengetahuan yang menjamin pembinaan kemampuan intelektual, dan
(3) etika ilmu pengetahuan yang lebih menjamin pada pembinaan kemampuan moral.
Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk menghilangkan anggapan antara Agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa Agama (Islam) bukan Agama yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Agama yang terbuka dan wahyu (al-qur’an) merupakan sumber atau inspirasi dari semua ilmu. ( Amin Abdullah:2004).
C. Metode Formulasi Integrasi Sains Dan Islam
Untuk terwujudnya model Integrasi sains dan Islam dalam lembaga pendidikan Islam, perlu diadakan tahapan-tahapan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan Kitab Suci Sebagai Basis atau Sumber Utama Ilmu
Memposisikan kitab suci (Al-Qur'an, Injil, Weda, Taurat dan Zabur) sebagai basis atau sumber utama Ilmu masing-masing yang bersangkutan, maka kedepan dapat diharapkan akan lahir pribadi-pribadi dalam masyarakat yang memiliki kekokohan dalam pemahaman, penghayatan dan pengamalan Agamanya sekaligus juga professional dalam bidang ilmu modern yang ditekuninya.
Alquran dan hadis dalam pengembangan ilmu diposisikan sebagai sumber ayat-ayat qauliyyah sedangkan hasil observasi, eksperimen dan penalaran-penalaran yang logis diletakkan sebagai sumber ayat-ayat kauniyyah. Dengan memposisikan Alquran dan hadis sebagai sumber ilmu, maka dapat ditelusuri semua cabang ilmu mempunyai dasar yang bersifat konsep di dalamnya
2. Memperluas Batas Materi Kajian Islam & Menghindari Dikotomi Ilmu
Sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri bahwa semua lembaga pendidikan Islam, baik di tingkat ibtidaiyah hingga sampai ke pergurtuan tinggi, juga yang terjadi di podok pesantren, ketika orang menyebut pelajaran Agama, maka yang muncul adalah pelajaran tauhid, pelajaran fiqih, pelajaran akhlak, dan tasawuf, pelajaran Alquran dan hadis, pelajaran tarikh dan bahasa arab. Demikian pula jika kita meninjau ke perguruan tinggi Agama Islam, maka yang datang dalam pikiran kita adalah adanya Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyyah, Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan Fakultas Adab.
3. Menumbuhkan Pribadi Yang Berkarakter Ulul Albab.
makna lughawi maupun kandungan kesan dan pesan makna yang terdapat didalamnnya.
Dalam Q.S. Ali Imran ayat 189-191 Allah menjelaskana tentang tanda-tanda kemurnian berpikir orang yang dikategorikanUlul Albab tersebut.
Yang artinya:
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka".
Untuk menumbuhkan dari beberapa karakteristik Ulul Albabsebagaimana yang dikemukakan di muka, ada beberapa hal yang bisa kita dilakukan untuk mewujudkannya yakni:
Pertama, umat Islam harus mampu memanfaatkan sarana
tekhnologi yang kian terjangkau hingga ke pedesaan sebagai alat perjuangan (jihad)-nya. Artinya, sarana tekhnologi perlu dijadikan sebagai alat perjuangan umat Islam dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dan bukan sebaliknya sebagai penghalang bagi kreativitas berfikir dan berbuat bagi perubahan untuk kemajuan. Dengan demikian umat Islam tidak hanya dapat mengucapkan masya Allahketika terkagum dengan temuan IPTEK, atau mengucapkan astaghfirullah ketika temuan IPTEK membuat malapetaka.
Kedua,umat Islam harus secara terus menerus meningkatkan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas IPTEK dan IMTAK secara bersamaan, atau peningkatan diri kearah kekokohan spiritual, moral dan intelektual.
Ketiga, proses modernisasi adalah sesuatu yang meniscayakan bagi perombakan sistem pendidikan Islam, mulai dari paradigma, konsep, kerangka kerja, dan evaluasi(Amin Abdullah:2004).
Ontologi adalah reori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Bedanya realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan : apakah sesungguhnya hakikat dari realitas yang ada ini; apakah realitas yang ada ini sesuatu realita materi saja; adakah sesuatu di balik realita itu; apakah realita ini monoisme, dualisme, atau pluralisme. Menurut Bramel, interprestasi tentang suatu realita itu dapat bervariasi.
Di dalam pendidikan,pandangan ontologi secara praktis, akan menjadi masalah yang utama. Membimbing anak untuk memahami realita dunia dan membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita itu merupakan stimulus untuk menyelami kebenaran itu. Dengan sendirinya potensi berpikir kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran itu telah dibina. Di sini kewajiban pendidik adalah untuk membina daya pikir yang tinggi dan kritis(Drs.H. Muhammad Adib, MA)
2. Epistemologi
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui benda-benda. Contoh beberapa pernyataan yang menggunakan kata “tahu” yang berdeda sumber maupun validitasnya:
a. Tentu saja saya tahu ia sakit, karena saya melihatnya; b. Percayalah, saya tahu apa yang saya bicarakan;
c. Kami tahu mobilnya baru, karena baru kemarin kami menaikinya.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai. Ada 3 bagian yang membedakan di dalam aksiologi, yakni moral conduct, esthetic conduct,dan socio-political life. Nilai dan implikasi aksiologi dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak(Drs.H. Muhammad Adib, MA).
KESIMPULAN
Sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri bahwa semua lembaga pendidikan Islam, baik di tingkat ibtidaiyah hingga sampai ke pergurtuan tinggi, juga yang terjadi di podok pesantren, ketika orang menyebut pelajaran Agama, maka yang muncul adalah pelajaran tauhid, pelajaran fiqih, pelajaran akhlak, dan tasawuf, pelajaran Alquran dan hadis, pelajaran tarikh dan bahasa arab.
RELEVANSI
Menuntut ilmu adalah hal yang mulia, dan seorang yang berilmu melakukan hal-hal yang bermanfaat sesuai dengan ajaran tasawuf di bidang sains, menghubungkan ilmu dengan agama yang menjadikan ilmu
yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, menggunakan ilmu-ilmu yang sejalan dengan ajaran Allah swt.
PEMAHAMAN
(2) .Epistemologi ilmu pengetahuan yang menjamin pembinaan kemampuan intelektual, dan
(3). Aksiologi adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai
Salam ilmu computer Semoga ilmunya bermamfaat