• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA FISIKA DENGAN PENDEKATAN PERCOBAAN AWAL (STARTER EXPERIMENT APPROACH) PADA MATERI POKOK KALOR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs NU 09 GEMUH TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA FISIKA DENGAN PENDEKATAN PERCOBAAN AWAL (STARTER EXPERIMENT APPROACH) PADA MATERI POKOK KALOR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs NU 09 GEMUH TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

i

APPROACH) PADA MATERI POKOK KALOR TERHADAP HASIL

BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs NU 09 GEMUH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Fisika

Oleh:

SITI ALIM ATUL FARIZAL NIM: 073611011

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bert anda t angan di baw ah ini:

Nam a : Siti Alimatul Farizal

NIM : 073611011

Jurusan/ Program St udi : Tadris Fisika

M enyat akan bahw a skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelit ian/ karya saya sendiri, kecuali bagian t ert ent u yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 05 Desember 2011

Saya yang menyatakan,

Siti Alimatul Farizal

(3)

PENGESAHAN

Naskah skripsi ini dengan:

Judul :Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan

Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama : Siti Alimatul farizal

NIM : 073611011

Jurusan : Tadris Fisika

Program Studi : S1

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Fisika.

Semarang, 14 Desember 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua,

Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M. Pd. Andi Fadllan, S. Si., M. Sc.

NIP : 195202081976122001 NIP : 196507271992032002

Penguji I, Penguji II,

Wenty Dwi Yuniarti, S. Pd, M. Kom. Atik Rahmawati, S.Pd, M.Si

NIP : 197706222006042005 NIP : 197505162006042002

Pembimbing I,

Andi Fadllan, S. Si, M. Sc.

(4)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp/Fax (024) 7601295, 7615387

NOTA PEMBIMBING Semarang, 05 Desember 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamual’aikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan :

Judul :Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan

Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama : Siti Alimatul Farizal

NIM : 073611011

Jurusan : Tadris Fisika

Program Studi : S1

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I

Andi Fadllan, S. Si., M. Sc.

NIP : 196507271992032002

(5)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp/Fax (024) 7601295, 7615387

NOTA PEMBIMBING Semarang, 05 Desember 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamual’aikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan :

Judul :Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan

Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama : Siti Alimatul Farizal

NIM : 073611011

Jurusan : Tadris Fisika

Program Studi : S1

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing II

Drs. Wahyudi, M. Pd

(6)

ABSTRAK

Judul :Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan

Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penulis : Siti Alimatul Farizal

NIM : 073611011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran IPA Fisika

dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada materi

pokok Kalor efektif terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yang dilaksanakan di MTs NU 09 Gemuh Kendal. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Semester 1 tahun pelajaran 2011/2012, yang terdiri kelas VII A dengan jumlah peserta didik 35, kelas VII B dengan jumlah peserta didik 35, dan VII C dengan jumlah peserta didik 34. Jadi jumlah keseluruhan

populasi 104 peserta didik. Pada penggunaan sempel menggunakan cluster

random sampling, diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach), dan VII B sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan berupa metode dokumentasi dan metode tes. Dari metode dokumentasi diperoleh data-data mengenai kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas uji coba. Tes diberikan setelah peserta didik kelas eksperimen diberi perlakuan dengan Pendekatan

Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) dan tes tersebuat juga di berikan

pada kelas kontrol. Sebelum tes tersebut diberikan, terlebih dahulu tes di uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda pada kelas uji coba.

Sebelum hasil penelitian dianalisis dengan uji-t pihak kanan, lebih dahulu tes tersebut diuji prasyarat dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar Fisika pada

materi pokok Kalor dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment

Approach) adalah 82,43 sedangkan rata-rata hasil belajar fisika dengan pembelajaran konvensional adalah 72,00. Dari uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji-t (uji pihak kanan) dihasilkan thitung sebesar 4,905. Setelah thitung

dikonsultasikan dengan ttabel dengan dk (n1n22)= 68 dan taraf signifikan (

) 5% = 2.000, diketahui bahwa thitung > ttabel, jadi Ha : μ1> μ2 diterima. Artinya,

bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA fisika

dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada materi

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Shalawat serta salam

semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa

cahaya Ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam

memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan

Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok

Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal

Tahun Pelajaran 2011/2012” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tiada

hingga kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam proses

penyusunan sekripsi penulisan, terutama kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Dr. Suja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Andi Fadlan, S.Si., M.Sc. dan Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku Pembimbing I dan

Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

selalu memberikan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Wenty Dwi Yuniarti, S. Pd., M. Kom., selaku dosen wali yang memotivasi

dan memberi arahan selama kuliah.

5. Joko Budi Poernomo, M. Pd. dan para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah

yang telah membekali berbagai ilmu dan pengetahuan selama menempuh studi

di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

6. Bapak/Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN

(8)

7. Rochmat S., S. Pd. I, selaku kepala sekolah MTs NU 09 Gemuh Kendal yang

telah memberikan izin penelitian dan Arifatul Hidayah, S.Ag, selaku guru

mapel Fisika kelas VII yang telah membantu memberikan fasilitas dalam

berlangsungnya penelitian. Dan segenap Bapak-Ibu guru dan karyawan, serta

para peserta didik MTs NU 09 Gemuh Kendal.

8. Kedua orang t uaku, Ayahanda Joko Sutikno dan Ibunda Bariyat un, kakak adikku M bak Rizka, M bak Ret no, Nisa dan Ong yang aku sayangi dan senant iasa memberikan semangat dan m emperjuangkan segalanya demi suksesnya penulis menunt ut ilmu.

9. Sahabat -sahabat ku (Iin, Ani, Dek Olif, M imi, Yanto, Boel2, Uki, Yoga, Lit a) yang selalu mem berikan motivasi, sem angat dan selalu m enem aniku. Teman-t eman seperjuangan (Tadris Fisika angkaTeman-t an 2007) semoga persahabaTeman-t an yang t elah t erukir t et ap selalu ada.

10. Tem an-t eman kos Pondok Inna (Endah, Sika, M ahmudah, Upus, Ipeh, Dek Aizul, Dek Olip, Uud), yang m enjadi t em pat m encipt akan banyak kenangan.

Harapan dan doa penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak

dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT.

Pada akhirnya penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini belum

mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun

bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 05 Desember 2011

Peneliti,

Siti Alimatul Farizal

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAM AN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

NOTA PEM BIM BING ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Lat ar Belakang M asalah ... 1

B. Identifikasi M asalah ... 4

C. Pembat asan M asalah ... 4

D. Rum usan M asalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. M anfaat Penelitian ... 7

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 8

1. Belajar ... 8

2. Hasil Belajar ... 10

3. Pembelajaran Fisika ... 13

4. Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) ... 16

5. Materi Pokok Kalor ... 21

B. Kajian Penelitian yang Relevan... 30

C. Hipotesis Penelitian ... 31

(10)

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 33

C. Variabel Penelitian... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Metode Penelitian ... 37

F. Teknik Analisis Instrumen ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 41

1. Analisis Data Tahap Awal ... 42

2. Analisis Data Tahap Akhir ... 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Dat a Hasil Penelitian. ... 46

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 46

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 47

3. Analisis Uji Coba Instrumen ... 48

4. Data Nilai Tes Awal ... 50

5. Data Nilai Tes Akhir ... 53

B. Analisis Uji Hipotesis ... 55

1. Analisis Tahap Awal ... 55

2. Analisis Tahap Akhir ... 57

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 59

D. Keterbatasan Penelitian ... 62

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

C. Penutup... 65

DAFTAR KEPUSTAKAAN

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Halam an

Tabel 1 : Data Uji Coba Validitas Butir Soal ... 49

Tabel 2 : Data Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 50

Tabel 3 : Data Daya Beda Butir Soal ... 50

Tabel 4 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Eksperimen ... 51

Tabel 5 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Kontrol ... 52

Tabel 6 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Eksperimen ... 53

Tabel 7 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Kontrol ... 54

Tabel 8 : Hasil Perhitungan Chi Kuadarat Nilai Awal ... 56

Tabel 9 : Daftar Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Awal ... 57

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halam an

Gambar 1 : Bagan Alur Pendekatan Percobaan Awal (Starter

Experiment Approach) ... 19

Gambar 2 : Perubahan Wujud zat ... 24

Gambar 3 : Perpindahan Kalor secara Konduksi ... 27

Gambar 4 : Perpindahan Kalor secara Konveksi pada Zat Cair dan Gas ... 28

Gambar 5 : Perpindahan Kalor secara Radiasi ... 29

Gambar 6 : Histogram Awal Kelas Eksperimen ... 51

Gambar 7 : Histogram Awal Kelas Kontrol ... 52

Gambar 8 : Histogram Akhir Kelas Eksperimen ... 54

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Peserta Didik Kelas Uji Coba (VIII A)

Lampiran 2 : Kisi-kisi Soal Uji Coba

Lampiran 3 : Lembar Soal uji Coba

Lampiran 4 : Kunci Jawaban Soal Uji Coba

Lampiran 5 : Daftar Nilai Peserta Didik Kelas Uji Coba (VIII A)

Lampiran 6 : Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Beda Butir

Soal

Lampiran 7 : Perhitungan Validitas Butir Soal

Lampiran 8 : Perhitungan Reliabilitas Butir Soal

Lampiran 9 : Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal

Lampiran 10 : Perhitungan Daya Beda Butir Soal

Lampiran 11 : Uji Homogenitas Populasi

Lampiran 12 : Daftar Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 13 : Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test

Lampiran 14 : Lembar Soal Pre Test dan Post Test

Lampiran 15 : Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test

Lampiran 16 : Daftar Nilai Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 17 : Uji Normalitas Data Nilai Pre Test Kelas Eksperimen (VII A)

Lampiran 18 : Uji Normalitas Data Nilai Pre Test Kelas Kontrol (VII B)

Lampiran 19 : Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 20 : Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pre Test antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 21 : Penyelesaian Soal Uji Coba, Pre Test dan Post Test

Lampiran 22 : Silabus

Lampiran 23 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen

Lampiran 24 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol

Lampiran 25 : Lembar Kerja Siswa

(14)

Lampiran 27 : Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 28 : Kriteria Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Lampiran 29 : Lembar Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Lampiran 30 : Daftar Nilai Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 31 : Uji Normalitas Data Nilai Post Test Kelas Eksperimen (VII A)

Lampiran 32 : Uji Normalitas Data Nilai Post Test Kelas Kontrol (VII B)

Lampiran 33 : Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 34 : Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Post Test antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 35 : Data Nilai Gain Kelas Eksperimen (VII A)

Lampiran 36 : Data Nilai Gain Kelas Kontrol (VII B)

Lampiran 37 : Data Nilai Afektif dan Psikomotorik Kelas Eksperimen

Lampiran 38 : Data Nilai Afektif dan Psikomotorik Kelas Kontrol

Lampiran 39 : Uji Lab. Matematika

Lampiran 40 : Piagam KKN

Lampiran 41 : Surat Keterangan Ko. Kurikuler

Lampiran 42 : Nilai Ko. Kurikuler

Lampiran 43 : Surat Penunjukan Pembimbing

Lampiran 44 : Surat Izin Pra Riset

Lampiran 45 : Surat Izin Riset

Lampiran 46 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 46 : Peta MTs Nu 09 Gemuh

(15)

1 A. Latar Belakang

Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan

belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai

edukatif. Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik sebagai subjek dan

sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran

tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan

pembelajaran.1

Kewajiban menuntut ilmu merupakan kewajiban yang universal

artinya bersifat umum baik laki-laki, perempuan, tua, muda, kaya, miskin.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

ﺪﺣ

Telah diceritakan kepada kami oleh Hasyim bin Umar, diceritakan kepada kami oleh Hatsu bin Sulaiman, diceritakan kepada kami oleh Katsir bin sindzir, dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik berkata, Rosulullah SAW bersabda : “Menuntut ilmu itu kewajiban

oleh setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majjah).2

Interaksi dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai arti yang lebih

luas, tidak sekedar hubungan guru dengan peserta didik tetapi berupa interaksi

edukatif antara guru dengan peserta didik. Dalam hal ini bukan hanya

penyampaian pesan berupa mata pelajaran, melainkan penanaman sikap,

keterampilan dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar.

Penggunaan metode pembelajaran mempunyai peranan yang cukup

besar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Penggunaanya tergantung dari

1

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 38.

2

(16)

rumusan tujuan pembelajaran. Dalam mengajar, jarang ditemukan guru

menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam

metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan

belajar peserta didik. Dengan bergairahnya belajar, peserta didik mudah untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Karena bukan guru yang memaksakan peserta

didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi peserta didiklah yang

dengan sadar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar harus didukung oleh

kompetensi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Bahwa guru dianggap

sebagai profesi bilamana ia memiliki keterampilan teknik serta didukung oleh

sikap kepribadian yang mantap. Dengan demikian, berarti guru yang

profesional harus memiliki kompetensi berikut ini yaitu, kompetensi

profesional, kompetensi personal atau kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi pedagogik.3

Pembelajaran yang dilaksanakan di MTs NU 09 Gemuh, khususnya

pada materi kalor konsep yang diterima peserta didik belum sepenuhnya

dimengerti. Dalam penyampaiannya, guru masih menerapkan pembelajaran

yang bersifat konvensional yang pada tahap pelaksanaan pembelajaran

dimulai dari menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan

latihan soal. Sehingga pembelajaran cenderung didominasi oleh guru, peserta

didik kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan menemukan

konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan konsep yang dipelajari peserta didik

cenderung tidak bertahan lama atau mudah hilang bahkan kadang-kadang

peserta didik tidak mengerti atau tidak memahami konsep yang sedang

dipelajari.

Berdasarkan observasi awal di MTs NU 09 Gemuh dan dokumen

peserta didik tentang hasil belajar peserta didik kelas VII, diperoleh data hasil

tes pada mata pelajaran fisika materi pokok besaran dan satuan, peserta didik

mendapat nilai rata-rata kelas 60,0. Nilai ini masih jauh di bawah nilai KKM

3

(17)

sekolah, dimana sekolah ini telah menetapkan untuk mata pelajaran fisika nilai

KKM-nya adalah 65,0. Dan berdasarkan wawancara dengan ibu Arifatul

Hidayah, S. Ag selaku guru fisika kelas VII, bahwa nilai peserta didik kelas

VII rendah disebabkan kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi

yang diajarkan. Diskusi kelompok atau diskusi kelas jarang dikembangkan,

hal ini menyebabkan interaksi dan komunikasi antar peserta didik kurang

berkembang sehingga tujuan pembelajaran fisika belum tercapai.

Untuk memotivasi peserta didik supaya meningkatkan hasil belajar

fisika khususnya materi kalor, maka sebagai seorang guru wajib mencari

solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas salah satunya

dengan cara menerapkan model pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan. Motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi

menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar

yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.4 Oleh karena itu peneliti

memilih Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) sebagai

salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar. Dengan harapan melalui

Pendekatan Percobaan Awal tersebut dapat membantu kesulitan belajar

peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan. Di

samping itu dengan Pendekatan Percobaan Awal peserta didik dapat belajar

sambil bermain, sehingga peserta didik dapat berlatih menggunakan

kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah dan dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan pada permasalahan di atas, pembelajaran fisika di kelas

VII MTs NU 09 Gemuh perlu diupayakan proses kegiatan pembelajaran yang

dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep peserta didik. Kegiatan

pembelajaran harus memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk saling

bertukar pendapat, bekerja sama dengan teman, berinteraksi dengan guru dan

merespon pemikiran peserta didik lainnya, sehingga peserta didik dapat

memahami dan mengingat lebih lama konsep tersebut.

4

(18)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

IPA FISIKA DENGAN PENDEKATAN PERCOBAAN AWAL (STARTER EXPERIMENT APPROACH) PADA MATERI POKOK KALOR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs NU 09 GEMUH TAHUN PELAJARAN 2011/2012”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa

permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Belum efektifnya proses pembelajaran di MTs NU 09 Gemuh Kendal

dikarenakan selama ini masih menggunakan model pembelajaran

konvensional TCL (Teacher Centered Learning).

2. Masih banyak peserta didik yang belum tuntas hasil belajar pada mata

pelajaran IPA fisika.

3. Dalam proses pembelajaran IPA fisika di MTs NU 09 Gemuh Kendal

belum pernah menerapkan Pendekatan Percobaan Awal (Starter

Experiment Approach).

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperoleh pengertian yang jelas agar tidak terjadi

kesalahfahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka terlebih dahulu

dibuat penegasan istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini,

sebagai berikut:

1. Efektivitas

Kata ‘efektivitas’ menurut E. Mulyasa, mempunyai pengertian

tepat sasaran, sesuai yang direncanakan, berdaya guna, atau mampu

mencapai tujuan secara optimal.5 Pengertian efektivitas pada penelitian ini

dimaksudkan pada efektivitas suatu pembelajaran, artinya pembelajaran

5

(19)

akan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk

kompetensi serta mengantarkan peserta didik mencapai tujuan secara

optimal.6 Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai

tujuannya , sedangkan efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu

tujuan.

2. Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)

Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)

merupakan pendekatan komprehensif untuk pengajaran IPA yang

mencakup berbagai strategi pembelajaran yang biasanya diterapkan

terpisah dan berorientasi terhadap ketrampilan proses. Dengan

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan perolehan,

peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan

konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut. Dalam proses

belajar dan mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar

siswa aktif.7 Disini guru masih mencari pengetahuan awal siswa yang

dominan untuk dijadikan topik pembahasan dikelas.

Pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Percobaan Awal

(Starter Experiment Approach) melatih siswa agar secara aktif dengan mengikuti tahapan pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran.8 Disini guru memiliki peran

membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan

lancar. Guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,

melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.9

6 E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, hlm. 193.

7

Conny Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), hlm.18.

8

Suratno, “ Peningkatan Academic Skill Siswa Melalui Pembelajaran Biologi dengan

SEA (Starter Experiment Approach) di SMPN 2 Jember”, dalam

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/pendekatan starter-eksperimen-pse/. pdf, diakses pada tanggal 25 September 2011, 17:08.

9

(20)

3. Hasil Belajar

Menurut Winkel yang dikutip oleh Purwanto, hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya.10 Hasil belajar dalam penelitian ini meliputi tiga ranah yaitu

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif hasil belajar

yang dicapai adalah seberapa jauh siswa menguasai isi bahan

pembelajaran, sedangkan pada ranah psikomotorik meliputi keaktifan dan

kreatifitas siswa dalam pembelajaran. Dan ranah efektif meliputi sikap

siswa dalam pembelajaran yaitu pembelajaran menggunakan Pendekatan

Percobaan Awal ( Starter Experiment Approach ).

4. Materi Kalor

Kalor adalah salah satu materi yang dipelajari di MTs NU 09

Gemuh Kendal pada kelas VII semester II. Kalor yaitu perpindahan bentuk

energi karena adanya perbedaan suhu. Kalor bukan zat tetapi kalor adalah

suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q

dengan satuanjoule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal).11Materi

yang dipelajari dalam penelitian ini hanya pada sub materi pengertian

kalor, analisis kalor, perubahan wujud dan perpindahan kalor.

D. Rumusan Masalah

Masalah pokok dalam pendidikan adalah timbul ketidakaktifan dan

hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran fisika, maka penelitian ini

dilaksanakan dengan maksud menjawab permasalahan berikut:

“Apakah Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan Percobaan

Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor Efektif dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh

Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012?”

10

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 45.

11

(21)

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah pembelajaran IPA fisika dengan Pendekatan

Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada materi pokok kalor

efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs NU 09

Gemuh Kendal tahun pelajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peserta Didik

a. Meningkatkan rasa percaya diri yaitu keberanian siswa

mengungkapkan ide, pertanyaan dan saran.

b. Menumbuhkan sikap kritis, kreatif, serta dapat berpikir logis.

2. Bagi Guru

a. Memperbaiki kinerja guru dan menambah gairah dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengajarkan materi pokok

kalor.

c. Guru lebih terampil dalam menggunakan metode mengajar yang

bervariasi.

3. Bagi Sekolah

a. Memiliki guru yang terampil dan berkompetensi dibidangnya sehingga

dapat meningkatkan kualitas sekolah.

b. Dapat meningkatkan proses belajar mengajar di MTs NU 09 Gemuh

Kendal.

c. Jika mutu pendidikan meningkat maka akan membawa nama baik MTs

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori 1. Belajar

Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu terhadap interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotor.12 Sedangkan menurut Slameto, belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.13 Oleh kerenanya,

perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang

mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Begitu pentingnya belajar bagi manusia, sehingga Allah SWT

menempatkan perintah belajar pada tempat pertama kali, sebagaimana ayat

yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Q.S. Al-‘Alaq: 1-5).14

12

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), hlm. 13.

13

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 2.

14

(23)

Belajar merupakan salah satu cara manusia untuk memanfaatkan

akal, belajar juga merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada semua orang

tanpa mengenal batas usia dan berlangsung selama seumur hidup. Berikut

ini beberapa pengertian mengenai belajar:

a. Menurut Cronbach, yang dikutip Syaiful Bahri Djamarah

Learning is shown by change in behavior as a result of experience, yang artinya belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.15

b. Menurut James O. Whittaker, yang dikutip Wasty Soemanto

Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman.16

c. Menurut ahli psikologi

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang

pendidikan.17

d. Menurut Abdul Aziz dan Abdul Majid definisi belajar adalah

ﻥﺍ

“Belajar adalah suatu perubahan dalam pemikiran peserta didik yang

dihasilkan atas pengalaman terdahulu kemudian terjadi perubahan

yang baru”.18

15

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 40.

16

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,(Jakarta: PT Rineka Cipta , 1990), hlm. 99.

17

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 89.

18

(24)

Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses aktivitas mental

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan, sehingga menghasilkan

perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek

pengetahuan, sikap maupun psikomotorik.

Belajar bagi manusia merupakan keharusan yang mesti dijalankan

karena dengan belajar ilmu pengetahuan dan jendela wawasan dunia dapat

terlihat. Hal ini sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW :

ﺎﻘﻓ

“Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka ia dikarunia kefahaman agama, dan sesungguhnya ilmu pengetahuan itu hanya

diperoleh dengan belajar.” (HR. Bukhori).19

Menurut Baharuddin dan Wahyuni dapat disimpulkan adanya

beberapa ciri-ciri belajar sebagai berikut.20

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of

behavior);

b. Perubahan perilaku relative permanent;

c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses

belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat

potensional;

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; dan

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

2. Hasil Belajar

Menurut Dimyanti dan Mudjiono, hasil belajar adalah hasil dari

proses belajar yang berupa perubahan tingkah laku atau peningkatan

mental peserta didik berupa dampak pengajaran dan dampak pengiringan.

Dampak pengajaran yaitu hasil yang dapat diukur seperti tertulis dalam

19

Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Al-Bukhori, (Semarang: Thoha Putra, t.th.), hlm. 26

20

(25)

angka rapor atau angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan

pengetahuan dan kemampuan dibidang lain.21

Menurut Mulyono Abdurrahman hasil belajar dapat diartikan

sebagai kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melalui kegiatan

belajar.22

Sedangkan menurut Purwanto hasil belajar adalah perubahan

yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.23

Dalam sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs. Ar-Ra’du : 11).25

Macam-macam hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu

sebagai berikut:

a. Hasil belajar kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi

dalam kawasan kognisi. Hasil belajar kognitif tidak merupakan

kemampuan tunggal. Kemampuan yang menimbulkan perubahan

perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang.

Hasil belajar kognitif menurut Benjamin S. Bloom dibagi mulai dari

yang paling sederhana ke yang paling kompleks, yaitu:

21

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm.3-5.

22

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 37.

23

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 45.

24

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 43.

25

(26)

1) Mengingat, adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

memori jangka panjang.

2) Memahami, adalah mengkonstruksi makna dari materi

pembelajaran termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar

oleh guru.

3) Mengaplikasikan, adalah menerapkan atau menggunakan suatu

prosedur dalam keadaan tertentu.

4) Menganalisis, adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian

dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.

5) Mengevaluasi, adalah membuat keputusan bedasarkan kriteria dan

standar.

6) Mencipta, adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk

sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk

yang orisinil.26

b. Hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif dikemukakan oleh Krathwohl dan Bloom

dkk, yang dibagi menjadi lima tingkatan yaitu:27

1) Penerimaan (receiving), yang mencakup kepekaan tentang hal

tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

2) Partisipasi (responding), yang mencakup kerelaan, kesediaan

memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penilain dan penetuan sikap (valuing), yang mencakup penerimaan

terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dam menentukan

sikap.

4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem

nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

26

Addison Wesley Longman, A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 100-102.

27

(27)

5) Internalisasi pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati

nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

c. Hasil belajar psikomotorik

Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dibagi menjadi

enam tingkatan yaitu :

1) Persepsi (perception), adalah kemampuan membedakan suatu

gejala dengan gejala lain.

2) Kesiapan (set), adalah kemampuan menempatkan diri untuk

memulai suatu gerakan.

3) Gerakan terbimbing (guided response), adalah kemampuan

melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan.

4) Gerakan terbiasa (mechanism), adalah kemampuan melakukan

gerakan tanpa ada model contoh.

5) Gerakan kompleks (adaptation), adalah kemampuan melakukan

serangkaian gerakan dengan cara , urutan dan irama yang tepat.

6) Kreativitas (origination), adalah kemampuan menciptakan

gerakan-gerakan baru yang yang tidak ada sebelumnya atau

mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi

gerakan yang orisinal.28

3. Pembelajaran Fisika

Dalam pembelajaran fisika di sebagian sekolah dasar, sekolah

menengah secara umum siswa memandang pelajaran fisika sebagai

pelajaran yang tidak menyenangkan, tidak menarik dan bahkan mungkin

membosankan. Dalam menanggulangi hal ini maka salah satu faktor yang

dapat dilakukan agar pembelajaran sains dapat menarik dan dapat

menghasilkan prestasi yang tinggi adalah dengan melibatkan siswa secara

aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa terlibat secara

28

(28)

aktif mengamati, mengoperasikan alat atau berlatih menggunakan objek

kongkrit sebagai bagian dari pembelajaran.

Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran berarti

guru sudah menggunakan cara yang berbeda dari kegiatan pembelajaran

yang masih bersifat tradisional sehingga pembelajaran fisika akan lebih

menarik dan siswa akan menjadi berminat terhadap sains fisika. Dari

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu bentuk pembelajaran

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap sains fisika yaitu

dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran fisika bertujuan untuk memperbaiki gambaran model

dan teori tentang kejadian-kejadian alam, dan untuk mengembangkan

model-model baru sehingga hukum-hukum alam tersebut dapat dipahami

oleh manusia guna memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran fisika bertujuan untuk membantu

siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu

tingkah laku siswa bertambah lebih baik, baik dari segi kuantitas maupun

dari segi kualitas.

a. Teori Kognitif

Menurut teori kognitif pembelajaran adalah cara guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar

memahami apa yang dipelajari.29 Ada beberapa pandangan terhadap

teori kognitif, yaitu:

1) Teori Piaget menyatakan bahwa seorang anak menjadi tahu dan

memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan

beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Menurut teori ini peserta

didik harus membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi,

observasi, eksperimen, dan lain-lain. Implikasi dari teori Piaget

terhadap pembelajaran sains termasuk fisika adalah bahwa guru

29

(29)

harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada peserta

didik untuk berfikir dan menggunakan akalnya.

2) Dalam memandang proses belajar, teori Bruner menekankan

adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.

Dengan teorinya yang disebut free discovery learning. Ia

mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan

kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui

contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.30 Implikasinya

terhadap pembelajaran fisika guru harus menerapkan

konsep-konsep pembelajaran fisika terhadap seluruh kegiatan

pembelajaran meliputi mengidentifikasi dan menempatkan

contoh-contoh (objek-objek atau peristiwa) ke dalam kelas pada materi

yang sedang diajarkan. Jika Piaget menyatakan bahwa

perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap

perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa

perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan

kognitif.

b. Teori Konstruktivistik

Menururt teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa

akan dapat menginterprestasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya

pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada

kebutuhan, latar belakang dan minatnya.31 Dengan kata lain, peserta

didik tidak dijadikan sebagai obyak pasif dengan beban hafalan

berbagai macam konsep dan rumus-rumus. Bahkan pendidikan sains

termasuk fisika menekankan pada pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi

dan memahami alam secara alamiah. Oleh karena itu guru perlu

30

C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, hlm.41

31

(30)

melaksanakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara

aktif. Peserta didik akan lebih mudah menerima pelajaran jika materi

yang disampaikan bersifat nyata melalui pengalaman langsung karena

materi akan mudah diingat.

Dalam kondisi pembelajaran yang kondusif akan melibatkan

siswa secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat atau berlatih

menggunakan objek kongkrit disertai dengan diskusi diharapkan siswa

dapat bangkit sendiri untuk berfikir, untuk menganalisis data, untuk

menjelaskan ide, untuk bertanya, untuk berdiskusi dan untuk menulis

apa yang difikirkan sehingga memberi kesempatan siswa untuk

mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.

4. Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)

Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)

merupakan pendekatan komprehensif untuk pengajaran IPA yang

mencakup berbagai strategi pembelajaran yang biasanya diterapkan

terpisah dan berorientasi terhadap ketrampilan proses. Dengan

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan perolehan,

peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan

konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut. Dalam proses

belajar dan mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar

siswa aktif.32

Pembelajaran dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter

Experiment Approach) melatih siswa agar secara aktif dengan mengikuti tahapan pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran.33 Disini guru memiliki peran membantu agar proses

pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak

32

Conny Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta:PT Gramedia, 1990), hlm.18.

33

Suratno, “ Peningkatan Academic Skill Siswa Melalui Pembelajaran Biologi dengan

SEA (Starter Experiment Approach) di SMPN 2 Jember”, dalam

(31)

menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu

siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.34

Didalam Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment

Approach) setidaknya terdapat tiga unsur yang diperlukan untuk proses perubahan konsep (conceptual change), yaitu :

a. Identifikasi prakonsepsi siswa yang masih berupa miskonsepsi

b. Perbaikan miskonsepsi menjadi konsepsi ilmiah melalui percobaan

pengujian

c. Penerapan konsep dengan situasi yang dekat dengan kehidupan siswa.

Adapun desain percobaan dalam Pendekatan Percobaan Awal

(Starter Experiment Approach) merupakan langkah-langkah utuh dan berurutan. Tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar dalam Pendekatan

Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) adalah sebagai berikut:35

a. Starter Experiment, bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu melalui fenomena fisika dan menghubungkan konsep yang akan

dipelajari dengan alam lingkungannya. Oleh karena itu Starter

Experiment Approach sedapat mungkin diambil langsung dari alam sekeliling yang sedang menggejala.

b. Pengamatan (observation), Pengamatan terhadap suatu objek

merupakan langkah pertama dari siklus IPA (science cycle).

Pengamatan kreatif ini perlu dilatih karena siswa dalam melakukan

pengamatan lebih sering melakukan pengamatan yang tanpa makna.

Pengamatan seperti ini kurang menguntungkan dan tidak

mencerminkan kreatifitas siswa. Oleh karena itu siswa dilatih

34

Ihat Hatimah, dkk., Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 27.

35

(32)

melakukan pengamatan kreatif terhadap gejala yang ditunjukkan oleh

Starter Experiment Approach.

c. Rumusan Masalah, yaitu membantu siswa merumuskan dugaan.

Berdasarkan pengamatan masalah dirumuskan sedemikian rupa agar

mengarah pada konsep yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.

Masalah hendaknya dirumuskan dengan kata tanya yang bersifat

terbuka.

d. Dugaan Sementara, Siswa diminta mengajukan dugaan mereka

terhadap masalah yang telah dirumuskan, secara bebas. Perumusan

dugaan oleh siswa sangat membantu siswa untuk mengemukakan

prakonsepsinya. Benar tidaknya dugaan yang dikemukakan akan

dibuktikan sendiri melalui percobaan pengujian.

e. Percobaan Pengujian, Percobaan pengujian disusun untuk

membuktikan dugaan sementara dari masalah yang telah dirumuskan.

Dalam merancang percobaan pengujian guru perlu memberi

arahan-arahan agar percobaan yang dilakukan siswa tidak jauh menyimpang.

f. Penyusunan Konsep, Berdasarkan temuan-temuan yang ada siswa

secara bersama-sama diajak menyusun konsep. Dalam penyusunan

konsep siswa dibawa kearah situasi konflik antara apa yang mereka

fikirkan dengan apa yang telah mereka observasi. Selanjutnya melalui

diskusi, siswa dibawa kearah pemikiran yang benar dan meninggalkan

pemahamannya yang salah. Penyempurnaan susunan konsep dapat

dibantu oleh guru.

g. Menarik Kesimpulan, Setelah diskusi penyusunan konsep, guru

membimbing siswa untuk menarik suatu kesimpulan. Proses penarikan

kesimpulan tidak hanya berdasar apa yang telah diperoleh dari

pengamatan langsung tetapi juga melibatkan sumber informasi lain

seperti buku-buku fisika dan jurnal yang relevan dengan konsep yang

sedang di pelajari.

h. Penerapan konsep, Kemampuan siswa menerapkan konsep dalam

(33)

pembelajaran yang memberikan indikasi bahwa siswa telah memahami

konsep secara komprehensif.

Berikut ini bagan alur pembelajaran atau tahapan-tahapan kegiatan

belajar mengajar dalam Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment

Approach).

Gambar 1. Bagan alur Pendekatan Percobaan Awal

(Starter Experiment Approach)

Di dalam setiap pembelajaraan tidak ada satu pendekatan, strategi,

model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep dengan sempurna.

Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Demikian

pula pembelajaran dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter

Experiment Approach) tidak dapat mengatasi semua problema pembelajaran.

Starter Experiment

Pengamatan (Observation)

Rumusan Masalah

Percobaan Pengujian

Dugaan Sem ent ara

Penerapan Konsep Menarik Kesimpulan

(34)

Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan pembelajaran

dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)

sebagai berikut:

a. Kelebihan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)

1) Dapat menarik minat siswa untuk mempelajari fisika

2) Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa

3) Membiasakan siswa berfikir dan bertindak ilmiah

4) Memperlihatkan adanya keterkaitan fisika dengan lingkungan

5) Menjadikan fisika sebagai pelajaran yang disenangi dan dinantikan

siswa, tidak lagi sebagai pelajaran yang menakutkan.

b. Kelemahan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment

Approach)

1) Membutuhkan waktu yang banyak apalagi jika sebagian siswa

tidak tertantang dengan pendekatan ini. Disinilah peran guru

sebagai motivator dituntut, sehingga siswa lebih giat belajar.

2) Kurang cocok dijalankan untuk konsep fisika yang baku atau

jarang ditemukan dilingkungan, seperti atom.36

Pada dasarnya pendekatan pembelajaran berkembang saat ini

menekankan pada bagaimana membelajarkan siswa secara maksimal

sehingga suasana belajar dikelas menjadi kondusif untuk siswa yang pada

akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar.37 Salah satu

pendekatan yang ada adalah Pendekatan Percobaan Awal (Starter

Eksperiment Approach) ialah bila kegiatan belajar bisa dilakukan dengan percobaan. Mempunyai ciri khusus yaitu Percobaan awal, yang dirancang

oleh guru yang bertujuan untuk menggugah peserta didik belajar,

membangkitkan rasa ingin tahu dan menghubungkan konsep yang

36

ht t p:/ / google/ st art er-experiment -approach-pendekat an.ht ml, diakses pada tanggal 25

(35)

dipelajari dengan alam lingkungan, pembelajaran dilakukan dengan

memperaktekan prinsip-prinsip metode ilmiah meliputi pengamatan,

dugaan, desain percobaan, eksperimen dan laporan hasil penelitian.

Berikut ini ciri-ciri pembelajaran dengan Pendekatan Percobaan

Awal (Starter Experiment Approach), sebagai berikut:38

a. Pembelajaran lebih mengacu pada sumber-sumber langsung yang

dapat diamati

b. Guru membuka dialog dengan siswa dan membantunya

mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan prakonsepsinya

c. Fokus pembelajaran adalah menggali permasalahan siswa melalui

fenomena yang ada di lingkungan siswa

d. Pendapat siswa dijadikan sebagai jembatan untuk menemukan konsep

e. Menekankan proses berfikir

f. Guru bertindak sebagai pembimbing siswa

Pembelajaran dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter

Experiment Approach) melatih siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahapan pembelajaran. Dengan demikian siswa akan

menemukan sendiri konsep yang sesuai dengan hasil yang diperoleh

selama proses pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran.

5. Materi Pokok Kalor

A. Pengertian Kalor

Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan

menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

menjadi panas. Jadi kalor merupakan suatu bentuk energi yang

38

Suratno, “ Peningkatan Academic Skill Siswa Melalui Pembelajaran Biologi dengan

SEA (Starter Experiment Approach) di SMPN 2 Jember”, dalam

(36)

berpindah dari benda satu ke benda yang lain.39 Jumlah energi kalor

yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah

sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat tersebut

Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa

dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor

bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu

besaran yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah:40

1 kalori = 4,2 joule

1joule = 0,24 kalori

B. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda

Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda

yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung

melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang

bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima

kalor untuk menstabilkan kondisi dengan lingkungan di sekitarnya.

Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut melepas atau menerima

kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat

mengubah suhu suatu benda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kalor suatu zat antara lain

kalor jenis suatu zat dan kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat adalah

banyaknya kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat bermassa 1 kg untuk menaikkan suhu 1˚C. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200 J/kg˚C, artinya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air

sebesar 1 ˚C adalah 4.200 J. Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan

alat kalorimeter.

39

Paul A. Tipler, Fisika Untuk Sain dan Teknik, (Jakarta : Erlangga, 1998), hlm. 597.

40

(37)

Kapasitas kalor didefinisikan sebagai jumlah kalor yang

diperlukan untuk menaikkan suhu 1 °C atau 1 K. Secara matematis

kapasitas kalor dirumuskan:41

=

Keterangan:

Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (J)

C = Kapasitas kalor ( J/˚C Atau J/K)

∆T = Kenaikan suhu (°C atau K)

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau

menurunkan suhu suatu benda bergantung pada massa benda (m), kalor

jenis benda (c), dan perubahan suhu (ΔT ). Hubungan banyaknya kalor,

massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan suhu zat dapat dinyatakan

dalam persamaan:42

= . .∆

Keterangan:

Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (J)

m = Massa zat (kg)

c = Kalor jenis zat (J/kg°C) ΔT = Perubahan suhu (°C)

C. Kalor dapat Mengubah Wujud Zat

Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu

maksimum, maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini

juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus dan

mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat

digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk

41

Bob Foster, Fisika SMU Kelas 1 Tengah Tahun Kedua, (Jakarta: Erlangga,2000), hlm.169.

42

(38)

menguap

membeku melebur mengkristal

menyublim

menguap mengembun

mengubah wujud zat. Kalor yang digunakan untuk merubah wujud zat

dinamakan kalor laten.43

Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor seperti pada

gambar di bawah ini.

Gambar 2. Perubahan wujud zat

1. Menguap

Pada waktu menguap zat cair memerlukan kalor, kalor yang

diberikan pada zat cair akan mempercepat gerak

molekul-molekulnya sehingga banyak molekul zat air yang meninggalkan

zat cair itu menjadi uap. Penguapan zat cair dapat dipercepat

dengan cara:44

a. Memanaskan Zat Cair

Pemanasan pada zat cair dapat meningkatkan volume

ruang gerak zat cair sehingga ikatan-ikatan antara molekul zat

cair menjadi tidak kuat dan akan mengakibatkan semakin

mudahnya molekul zat cair tersebut melepaskan diri dari

kelompoknya yang terdeteksi sebagai penguapan. Contohnya

pakaian basah dijemur di tempat yang mendapat sinar matahari

lebih cepat kering dari pada dijemur di tempat yang teduh.

43

Bob Foster, Fisika SMU Kelas 1 Tengah Tahun Kedua, hlm.170.

44

Anni Winarsih, IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII, hlm.123-124.

Gas

(39)

b. Memperluas Permukaan Zat Cair

Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat

berlangsung secara serentak akan tetapi bergiliran dimulai dari

permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar untuk

melakukan penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat

penguapan kita juga bisa melakukannya dengan memperluas

permukaan zat cair tersebut. Contohnya air teh panas dalam

gelas akan lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan

atau piring.

c. Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair

Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair

berarti jarak antar partikel udara di atas zat cair tersebut

menjadi lebih renggang. Akibatnya molekul air lebih mudah

terlepas dari kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara

partikel-partikel udara tersebut. Hal yang sering terjadi di

sekitar kita adalah jika kita memasak air di dataran tinggi akan

lebih cepat mendidih daripada ketika kita memasak di dataran

rendah.

d. Meniupkan Udara di Atas Zat Cair

Pada saat pakaian basah dijemur, proses pengeringan

tidak sepenuhnya dilakukan oleh panas sinar matahari, akan

tetapi juga dibantu oleh adanya angin yang meniup pakaian

sehingga angin tersebut membawa molekul-molekul air keluar

dari pakaian dan pakaian menjadi cepat kering.

2. Mendidih

Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi

di seluruh bagian zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat

dengan munculnya gelembung-gelembung yang berisi uap air dan

bergerak dari bawah ke atas dalam zat cair. Zat cair yang mendidih

(40)

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair

menjadi uap seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U).

Besarnya kalor uap dapat dirumuskan:45

= .

Keterangan

Q = Kalor yang diserap/dilepaskan (J)

m = Massa zat (kg)

U = Kalor uap (J/kg)

Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair,

yang disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan

kalor, banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun

sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap

dan suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di

mana zat mulai menguap.

3. Melebur

Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat

menjadi zat Cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk

mengubah satu satuan massa zat padat menjadi cair pada titik

leburnya disebut kalor lebur (L). Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut.46

= .

Keterangan

Q = Kalor yang diserap/dilepas (J)

m = Massa zat (kg)

L = Kalor lebur (J/kg)

45

Anni Winarsih, IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII, hlm.127.

46

(41)

Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat

membeku zat melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan

oleh satu satuan massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku.

D. Perpindahan Kalor

Kalor dapat berpindah dari yang suhunya tinggi ke suhunya

rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,

dan radiasi.

1. Perpindahan Kalor secara Konduksi

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara

tanpa disertai perpindahan partikel zat. Dengan kata lain kalor

berpindah dari molekul ke molekul lain dalam batang besi.

Molekul-molekul pada ujung besi yang dipanaskan akan bergetar

lebih cepat karena menerima kalor. Getaran ini mengakibatkan

molekul disampingnya ikut bergetar dan menggetarkan molekul di

sampingnya sampai ke ujung batang besi.

Tidak semua benda dapat dilewati kalor. Benda-benda yang

dapat dilewati kalor dengan baik disebut penghantar kalor atau

konduktor. Contohnya yaitu besi, aluminium, tembaga, dan emas.

Sebaliknya benda-benda yang sulit dilewati kalor disebut

penghambat kalor atau isolator. Contohnya yaitu kayu, kapas,

plastik, kertas dan lain sebagainya. 47

47 Paul A. Tipler, Fisika Untuk Sain dan Teknik, hlm. 606.

(42)

2. Perpindahan Kalor secara Konveksi

Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya

perbedaan massa jenis dalam zat tersebut. Perpindahan kalor yang

diikuti oleh perpindahan partikel-partikel zatnya disebut konveksi

atau aliran.48

Contoh konveksi yaitu ketika memasak air dalam panci

yang dipanaskan, pemanasan sebenarnya hanya terjadi pada bagian

air yang bersentuhan dengan dinding panci, bagian air yang

dipanaskan memuai sehingga massa jenisnya lebih kecil dari pada

massa massa jenis air yang masih dingin di atasnya. Oleh karena

itu, air yang panas ini naik sedangkan air yang dingin turun

menggantikan tempat yang kosong di bawahnya sehingga air

menjadi panas semua.

Kegiatan tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan

prinsip terjadinya angin darat dan angin laut.

a. Angin Darat

Angin darat terjadi pada malam hari dan berhembus

dari darat ke laut. Hal ini terjadi karena pada malam hari udara

di atas laut lebih panas dari udara di atas darat, sehingga udara

48

Douglas C. Giancoli, Fisika, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm 504.

(43)

di atas laut naik diganti udara di atas darat. Maka terjadilah

aliran udara dari darat ke laut. Angin darat dimanfaatkan oleh

para nelayan menuju ke laut untuk menangkap ikan.

b. Angin Laut

Angin laut terjadi pada siang hari dan berhembus dari

laut ke darat. Hal ini terjadi karena pada siang hari udara di atas

darat lebih panas dari udara di atas laut, sehingga udara di atas

darat naik diganti udara di atas laut. Maka terjadilah aliran

udara dari laut ke darat. Pemanfaatan konveksi antara lain:

pada sistem pendinginan mobil (radiator), pembuatan cerobong

asap, dan lemari es.

3. Perpindahan Kalor secara Radiasi

Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara disebut

radiasi.49 Contoh perpindahan kalor secara radiasi yaitu di malam

hari yang dingin ketika menyalakan api unggun. Saat berada di

dekat api unggun badan terasa hangat karena adanya perpindahan

kalor dari api unggun ke tubuh kita secara radiasi.

Dari peristiwa api unggun dapat disimpulkan bahwa:

a. Dalam peristiwa radiasi, kalor berpindah dalam bentuk cahaya,

karena cahaya dapat merambat dalam ruang hampa, maka kalor

juga dapat merambat dalam ruang hampa;

b. Radiasi kalor dapat dihalangi dengan memberikan tabir, agar

menghalangi cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya.50

49

Douglas C. Giancoli, Fisika, hlm. 507.

50

(44)

Gambar 5. Perpindahan kalor secara radiasi

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Peneliti menyadari bahwa secara substansial penelitian ini tidaklah

baru lagi, terbukti dengan telah adanya penelitian-penelitian sejenis yang telah

membahas masalah tersebut. Dengan demikian penelitian ini bersifat

meneruskan penelitian-penelitian yang sudah ada, untuk itu peneliti mencoba

mengenali informasi dari buku-buku dan hasil penelitian yang berhubungan

untuk dijadikan sebagai sumber acuan dalam penelitian ini.

Pertama, penelitian yang disusun oleh Endah Susilowati pada tahun

2010, mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang, dengan judul

“Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Percobaan awal (Starter

Experiment Approach) Pada Pokok Bahasan Alat Optik Terhadap Hasil Pembelajaran Fisika Kelas VIII SMP Negeri 4 Pati Tahun Ajaran 2009/2010”.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung= 3,698 > ttabel = 2,045 maka Ho

ditolak. Sehingga hasil belajar peserta didik pada materi pokok kalor

menggunakan Starter Experiment Approach adalah efektif dibandingkan

dengan pembelajaran dengan metode konvensional. Selain meningkatkan hasil

belajar peserta didik, pembelajaran menggunakan Pendekatan Percobaan Awal

(Starter Experiment Approach) juga dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam bertanya, menjelaskan, dan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu

masalah.51

51

Gambar

gambar di bawah ini.
Gambar 4. Perpindahan kalor secara konveksi                      pada zat cair dan gas
Tabel 2. Data tingkat kesukaran butir soal
Tabel 3. Data daya beda butir soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Postur kerja pekerja pembuatan batu bata sendiri dominan memiliki risiko tinggi saat diukur menggunakan metode OWAS karena postur kerja pada pembuatan batu bata ini

(2) Dukungan pelaksanaan operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi dukungan pengadaan petugas, penyediaan data, serta sarana dan prasarana penunjang untuk

Dalam menggunakan bahan dari suatu sumber ( misalnya instrument, bagan, gambar dan tabel) , penulis wajib meminta ijin kepada pemilik bahan tersebut. Permintaan ijin

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru kimia SMAN 1 Batulayar di peroleh bahwa hasil belajar kimia siswa kelas X terutama pada materi pokok

Spesifikasi material baja yang digunakan tergantung pada komposisi kimiawi, kekuatan material, dan toleransi pipa dalam industri dan manufaktur.. Beberapa material

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode iterasi variasional untuk menyelesaikan persamaan gelombang air dangkal dan elastik.. Solusi iterasi dari

Adapun metode induksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal yang bersifat

Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit serta menghancurkan zat-zat