i
APPROACH) PADA MATERI POKOK KALOR TERHADAP HASIL
BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs NU 09 GEMUH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Fisika
Oleh:
SITI ALIM ATUL FARIZAL NIM: 073611011
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bert anda t angan di baw ah ini:
Nam a : Siti Alimatul Farizal
NIM : 073611011
Jurusan/ Program St udi : Tadris Fisika
M enyat akan bahw a skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelit ian/ karya saya sendiri, kecuali bagian t ert ent u yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 05 Desember 2011
Saya yang menyatakan,
Siti Alimatul Farizal
PENGESAHAN
Naskah skripsi ini dengan:
Judul :Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan
Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Siti Alimatul farizal
NIM : 073611011
Jurusan : Tadris Fisika
Program Studi : S1
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Fisika.
Semarang, 14 Desember 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M. Pd. Andi Fadllan, S. Si., M. Sc.
NIP : 195202081976122001 NIP : 196507271992032002
Penguji I, Penguji II,
Wenty Dwi Yuniarti, S. Pd, M. Kom. Atik Rahmawati, S.Pd, M.Si
NIP : 197706222006042005 NIP : 197505162006042002
Pembimbing I,
Andi Fadllan, S. Si, M. Sc.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp/Fax (024) 7601295, 7615387
NOTA PEMBIMBING Semarang, 05 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamual’aikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul :Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan
Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Siti Alimatul Farizal
NIM : 073611011
Jurusan : Tadris Fisika
Program Studi : S1
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Andi Fadllan, S. Si., M. Sc.
NIP : 196507271992032002
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp/Fax (024) 7601295, 7615387
NOTA PEMBIMBING Semarang, 05 Desember 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamual’aikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul :Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan
Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama : Siti Alimatul Farizal
NIM : 073611011
Jurusan : Tadris Fisika
Program Studi : S1
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II
Drs. Wahyudi, M. Pd
ABSTRAK
Judul :Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan
Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penulis : Siti Alimatul Farizal
NIM : 073611011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran IPA Fisika
dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada materi
pokok Kalor efektif terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yang dilaksanakan di MTs NU 09 Gemuh Kendal. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal Semester 1 tahun pelajaran 2011/2012, yang terdiri kelas VII A dengan jumlah peserta didik 35, kelas VII B dengan jumlah peserta didik 35, dan VII C dengan jumlah peserta didik 34. Jadi jumlah keseluruhan
populasi 104 peserta didik. Pada penggunaan sempel menggunakan cluster
random sampling, diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach), dan VII B sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan berupa metode dokumentasi dan metode tes. Dari metode dokumentasi diperoleh data-data mengenai kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas uji coba. Tes diberikan setelah peserta didik kelas eksperimen diberi perlakuan dengan Pendekatan
Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) dan tes tersebuat juga di berikan
pada kelas kontrol. Sebelum tes tersebut diberikan, terlebih dahulu tes di uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda pada kelas uji coba.
Sebelum hasil penelitian dianalisis dengan uji-t pihak kanan, lebih dahulu tes tersebut diuji prasyarat dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar Fisika pada
materi pokok Kalor dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment
Approach) adalah 82,43 sedangkan rata-rata hasil belajar fisika dengan pembelajaran konvensional adalah 72,00. Dari uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji-t (uji pihak kanan) dihasilkan thitung sebesar 4,905. Setelah thitung
dikonsultasikan dengan ttabel dengan dk (n1n22)= 68 dan taraf signifikan (
) 5% = 2.000, diketahui bahwa thitung > ttabel, jadi Ha : μ1> μ2 diterima. Artinya,bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA fisika
dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada materi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
cahaya Ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam
memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran IPA Fisika dengan
Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok
Kalor terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh Kendal
Tahun Pelajaran 2011/2012” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tiada
hingga kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam proses
penyusunan sekripsi penulisan, terutama kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Dr. Suja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Andi Fadlan, S.Si., M.Sc. dan Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku Pembimbing I dan
Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
selalu memberikan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Wenty Dwi Yuniarti, S. Pd., M. Kom., selaku dosen wali yang memotivasi
dan memberi arahan selama kuliah.
5. Joko Budi Poernomo, M. Pd. dan para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah
yang telah membekali berbagai ilmu dan pengetahuan selama menempuh studi
di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
6. Bapak/Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN
7. Rochmat S., S. Pd. I, selaku kepala sekolah MTs NU 09 Gemuh Kendal yang
telah memberikan izin penelitian dan Arifatul Hidayah, S.Ag, selaku guru
mapel Fisika kelas VII yang telah membantu memberikan fasilitas dalam
berlangsungnya penelitian. Dan segenap Bapak-Ibu guru dan karyawan, serta
para peserta didik MTs NU 09 Gemuh Kendal.
8. Kedua orang t uaku, Ayahanda Joko Sutikno dan Ibunda Bariyat un, kakak adikku M bak Rizka, M bak Ret no, Nisa dan Ong yang aku sayangi dan senant iasa memberikan semangat dan m emperjuangkan segalanya demi suksesnya penulis menunt ut ilmu.
9. Sahabat -sahabat ku (Iin, Ani, Dek Olif, M imi, Yanto, Boel2, Uki, Yoga, Lit a) yang selalu mem berikan motivasi, sem angat dan selalu m enem aniku. Teman-t eman seperjuangan (Tadris Fisika angkaTeman-t an 2007) semoga persahabaTeman-t an yang t elah t erukir t et ap selalu ada.
10. Tem an-t eman kos Pondok Inna (Endah, Sika, M ahmudah, Upus, Ipeh, Dek Aizul, Dek Olip, Uud), yang m enjadi t em pat m encipt akan banyak kenangan.
Harapan dan doa penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak
dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT.
Pada akhirnya penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun
bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 05 Desember 2011
Peneliti,
Siti Alimatul Farizal
DAFTAR ISI
Halaman
HALAM AN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
NOTA PEM BIM BING ... iv
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Lat ar Belakang M asalah ... 1
B. Identifikasi M asalah ... 4
C. Pembat asan M asalah ... 4
D. Rum usan M asalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. M anfaat Penelitian ... 7
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 8
1. Belajar ... 8
2. Hasil Belajar ... 10
3. Pembelajaran Fisika ... 13
4. Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) ... 16
5. Materi Pokok Kalor ... 21
B. Kajian Penelitian yang Relevan... 30
C. Hipotesis Penelitian ... 31
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 33
C. Variabel Penelitian... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Metode Penelitian ... 37
F. Teknik Analisis Instrumen ... 38
G. Teknik Analisis Data ... 41
1. Analisis Data Tahap Awal ... 42
2. Analisis Data Tahap Akhir ... 44
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Dat a Hasil Penelitian. ... 46
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 46
2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 47
3. Analisis Uji Coba Instrumen ... 48
4. Data Nilai Tes Awal ... 50
5. Data Nilai Tes Akhir ... 53
B. Analisis Uji Hipotesis ... 55
1. Analisis Tahap Awal ... 55
2. Analisis Tahap Akhir ... 57
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 59
D. Keterbatasan Penelitian ... 62
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
C. Penutup... 65
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halam an
Tabel 1 : Data Uji Coba Validitas Butir Soal ... 49
Tabel 2 : Data Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 50
Tabel 3 : Data Daya Beda Butir Soal ... 50
Tabel 4 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Eksperimen ... 51
Tabel 5 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Awal Kelas Kontrol ... 52
Tabel 6 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Eksperimen ... 53
Tabel 7 : Daftar Distribusi Frekuensi dari Data Nilai Akhir Kelas Kontrol ... 54
Tabel 8 : Hasil Perhitungan Chi Kuadarat Nilai Awal ... 56
Tabel 9 : Daftar Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Awal ... 57
DAFTAR GAMBAR
Halam an
Gambar 1 : Bagan Alur Pendekatan Percobaan Awal (Starter
Experiment Approach) ... 19
Gambar 2 : Perubahan Wujud zat ... 24
Gambar 3 : Perpindahan Kalor secara Konduksi ... 27
Gambar 4 : Perpindahan Kalor secara Konveksi pada Zat Cair dan Gas ... 28
Gambar 5 : Perpindahan Kalor secara Radiasi ... 29
Gambar 6 : Histogram Awal Kelas Eksperimen ... 51
Gambar 7 : Histogram Awal Kelas Kontrol ... 52
Gambar 8 : Histogram Akhir Kelas Eksperimen ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Peserta Didik Kelas Uji Coba (VIII A)
Lampiran 2 : Kisi-kisi Soal Uji Coba
Lampiran 3 : Lembar Soal uji Coba
Lampiran 4 : Kunci Jawaban Soal Uji Coba
Lampiran 5 : Daftar Nilai Peserta Didik Kelas Uji Coba (VIII A)
Lampiran 6 : Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Beda Butir
Soal
Lampiran 7 : Perhitungan Validitas Butir Soal
Lampiran 8 : Perhitungan Reliabilitas Butir Soal
Lampiran 9 : Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal
Lampiran 10 : Perhitungan Daya Beda Butir Soal
Lampiran 11 : Uji Homogenitas Populasi
Lampiran 12 : Daftar Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 13 : Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test
Lampiran 14 : Lembar Soal Pre Test dan Post Test
Lampiran 15 : Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test
Lampiran 16 : Daftar Nilai Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 17 : Uji Normalitas Data Nilai Pre Test Kelas Eksperimen (VII A)
Lampiran 18 : Uji Normalitas Data Nilai Pre Test Kelas Kontrol (VII B)
Lampiran 19 : Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 20 : Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pre Test antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 21 : Penyelesaian Soal Uji Coba, Pre Test dan Post Test
Lampiran 22 : Silabus
Lampiran 23 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Lampiran 24 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
Lampiran 25 : Lembar Kerja Siswa
Lampiran 27 : Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 28 : Kriteria Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Lampiran 29 : Lembar Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Lampiran 30 : Daftar Nilai Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 31 : Uji Normalitas Data Nilai Post Test Kelas Eksperimen (VII A)
Lampiran 32 : Uji Normalitas Data Nilai Post Test Kelas Kontrol (VII B)
Lampiran 33 : Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 34 : Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Post Test antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 35 : Data Nilai Gain Kelas Eksperimen (VII A)
Lampiran 36 : Data Nilai Gain Kelas Kontrol (VII B)
Lampiran 37 : Data Nilai Afektif dan Psikomotorik Kelas Eksperimen
Lampiran 38 : Data Nilai Afektif dan Psikomotorik Kelas Kontrol
Lampiran 39 : Uji Lab. Matematika
Lampiran 40 : Piagam KKN
Lampiran 41 : Surat Keterangan Ko. Kurikuler
Lampiran 42 : Nilai Ko. Kurikuler
Lampiran 43 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 44 : Surat Izin Pra Riset
Lampiran 45 : Surat Izin Riset
Lampiran 46 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 46 : Peta MTs Nu 09 Gemuh
1 A. Latar Belakang
Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan
belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai
edukatif. Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik sebagai subjek dan
sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran
tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan
pembelajaran.1
Kewajiban menuntut ilmu merupakan kewajiban yang universal
artinya bersifat umum baik laki-laki, perempuan, tua, muda, kaya, miskin.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
ﺪﺣ
Telah diceritakan kepada kami oleh Hasyim bin Umar, diceritakan kepada kami oleh Hatsu bin Sulaiman, diceritakan kepada kami oleh Katsir bin sindzir, dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik berkata, Rosulullah SAW bersabda : “Menuntut ilmu itu kewajiban
oleh setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majjah).2
Interaksi dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai arti yang lebih
luas, tidak sekedar hubungan guru dengan peserta didik tetapi berupa interaksi
edukatif antara guru dengan peserta didik. Dalam hal ini bukan hanya
penyampaian pesan berupa mata pelajaran, melainkan penanaman sikap,
keterampilan dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar.
Penggunaan metode pembelajaran mempunyai peranan yang cukup
besar dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Penggunaanya tergantung dari
1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 38.
2
rumusan tujuan pembelajaran. Dalam mengajar, jarang ditemukan guru
menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam
metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan
belajar peserta didik. Dengan bergairahnya belajar, peserta didik mudah untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Karena bukan guru yang memaksakan peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi peserta didiklah yang
dengan sadar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar harus didukung oleh
kompetensi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Bahwa guru dianggap
sebagai profesi bilamana ia memiliki keterampilan teknik serta didukung oleh
sikap kepribadian yang mantap. Dengan demikian, berarti guru yang
profesional harus memiliki kompetensi berikut ini yaitu, kompetensi
profesional, kompetensi personal atau kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi pedagogik.3
Pembelajaran yang dilaksanakan di MTs NU 09 Gemuh, khususnya
pada materi kalor konsep yang diterima peserta didik belum sepenuhnya
dimengerti. Dalam penyampaiannya, guru masih menerapkan pembelajaran
yang bersifat konvensional yang pada tahap pelaksanaan pembelajaran
dimulai dari menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan
latihan soal. Sehingga pembelajaran cenderung didominasi oleh guru, peserta
didik kurang diberikan kesempatan untuk memikirkan dan menemukan
konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan konsep yang dipelajari peserta didik
cenderung tidak bertahan lama atau mudah hilang bahkan kadang-kadang
peserta didik tidak mengerti atau tidak memahami konsep yang sedang
dipelajari.
Berdasarkan observasi awal di MTs NU 09 Gemuh dan dokumen
peserta didik tentang hasil belajar peserta didik kelas VII, diperoleh data hasil
tes pada mata pelajaran fisika materi pokok besaran dan satuan, peserta didik
mendapat nilai rata-rata kelas 60,0. Nilai ini masih jauh di bawah nilai KKM
3
sekolah, dimana sekolah ini telah menetapkan untuk mata pelajaran fisika nilai
KKM-nya adalah 65,0. Dan berdasarkan wawancara dengan ibu Arifatul
Hidayah, S. Ag selaku guru fisika kelas VII, bahwa nilai peserta didik kelas
VII rendah disebabkan kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi
yang diajarkan. Diskusi kelompok atau diskusi kelas jarang dikembangkan,
hal ini menyebabkan interaksi dan komunikasi antar peserta didik kurang
berkembang sehingga tujuan pembelajaran fisika belum tercapai.
Untuk memotivasi peserta didik supaya meningkatkan hasil belajar
fisika khususnya materi kalor, maka sebagai seorang guru wajib mencari
solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas salah satunya
dengan cara menerapkan model pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi
menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar
yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.4 Oleh karena itu peneliti
memilih Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) sebagai
salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar. Dengan harapan melalui
Pendekatan Percobaan Awal tersebut dapat membantu kesulitan belajar
peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan. Di
samping itu dengan Pendekatan Percobaan Awal peserta didik dapat belajar
sambil bermain, sehingga peserta didik dapat berlatih menggunakan
kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah dan dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan pada permasalahan di atas, pembelajaran fisika di kelas
VII MTs NU 09 Gemuh perlu diupayakan proses kegiatan pembelajaran yang
dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep peserta didik. Kegiatan
pembelajaran harus memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk saling
bertukar pendapat, bekerja sama dengan teman, berinteraksi dengan guru dan
merespon pemikiran peserta didik lainnya, sehingga peserta didik dapat
memahami dan mengingat lebih lama konsep tersebut.
4
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
IPA FISIKA DENGAN PENDEKATAN PERCOBAAN AWAL (STARTER EXPERIMENT APPROACH) PADA MATERI POKOK KALOR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs NU 09 GEMUH TAHUN PELAJARAN 2011/2012”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Belum efektifnya proses pembelajaran di MTs NU 09 Gemuh Kendal
dikarenakan selama ini masih menggunakan model pembelajaran
konvensional TCL (Teacher Centered Learning).
2. Masih banyak peserta didik yang belum tuntas hasil belajar pada mata
pelajaran IPA fisika.
3. Dalam proses pembelajaran IPA fisika di MTs NU 09 Gemuh Kendal
belum pernah menerapkan Pendekatan Percobaan Awal (Starter
Experiment Approach).
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperoleh pengertian yang jelas agar tidak terjadi
kesalahfahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka terlebih dahulu
dibuat penegasan istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Efektivitas
Kata ‘efektivitas’ menurut E. Mulyasa, mempunyai pengertian
tepat sasaran, sesuai yang direncanakan, berdaya guna, atau mampu
mencapai tujuan secara optimal.5 Pengertian efektivitas pada penelitian ini
dimaksudkan pada efektivitas suatu pembelajaran, artinya pembelajaran
5
akan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk
kompetensi serta mengantarkan peserta didik mencapai tujuan secara
optimal.6 Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai
tujuannya , sedangkan efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu
tujuan.
2. Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)
Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)
merupakan pendekatan komprehensif untuk pengajaran IPA yang
mencakup berbagai strategi pembelajaran yang biasanya diterapkan
terpisah dan berorientasi terhadap ketrampilan proses. Dengan
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan perolehan,
peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan
konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut. Dalam proses
belajar dan mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar
siswa aktif.7 Disini guru masih mencari pengetahuan awal siswa yang
dominan untuk dijadikan topik pembahasan dikelas.
Pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Percobaan Awal
(Starter Experiment Approach) melatih siswa agar secara aktif dengan mengikuti tahapan pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.8 Disini guru memiliki peran
membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan
lancar. Guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.9
6 E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, hlm. 193.
7
Conny Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), hlm.18.
8
Suratno, “ Peningkatan Academic Skill Siswa Melalui Pembelajaran Biologi dengan
SEA (Starter Experiment Approach) di SMPN 2 Jember”, dalam
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/pendekatan starter-eksperimen-pse/. pdf, diakses pada tanggal 25 September 2011, 17:08.
9
3. Hasil Belajar
Menurut Winkel yang dikutip oleh Purwanto, hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya.10 Hasil belajar dalam penelitian ini meliputi tiga ranah yaitu
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif hasil belajar
yang dicapai adalah seberapa jauh siswa menguasai isi bahan
pembelajaran, sedangkan pada ranah psikomotorik meliputi keaktifan dan
kreatifitas siswa dalam pembelajaran. Dan ranah efektif meliputi sikap
siswa dalam pembelajaran yaitu pembelajaran menggunakan Pendekatan
Percobaan Awal ( Starter Experiment Approach ).
4. Materi Kalor
Kalor adalah salah satu materi yang dipelajari di MTs NU 09
Gemuh Kendal pada kelas VII semester II. Kalor yaitu perpindahan bentuk
energi karena adanya perbedaan suhu. Kalor bukan zat tetapi kalor adalah
suatu bentuk energi dan merupakan suatu besaran yang dilambangkan Q
dengan satuanjoule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal).11Materi
yang dipelajari dalam penelitian ini hanya pada sub materi pengertian
kalor, analisis kalor, perubahan wujud dan perpindahan kalor.
D. Rumusan Masalah
Masalah pokok dalam pendidikan adalah timbul ketidakaktifan dan
hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran fisika, maka penelitian ini
dilaksanakan dengan maksud menjawab permasalahan berikut:
“Apakah Pembelajaran IPA Fisika dengan Pendekatan Percobaan
Awal (Starter Experiment Approach) pada Materi Pokok Kalor Efektif dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs NU 09 Gemuh
Kendal Tahun Pelajaran 2011/2012?”
10
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 45.
11
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah pembelajaran IPA fisika dengan Pendekatan
Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) pada materi pokok kalor
efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs NU 09
Gemuh Kendal tahun pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan rasa percaya diri yaitu keberanian siswa
mengungkapkan ide, pertanyaan dan saran.
b. Menumbuhkan sikap kritis, kreatif, serta dapat berpikir logis.
2. Bagi Guru
a. Memperbaiki kinerja guru dan menambah gairah dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengajarkan materi pokok
kalor.
c. Guru lebih terampil dalam menggunakan metode mengajar yang
bervariasi.
3. Bagi Sekolah
a. Memiliki guru yang terampil dan berkompetensi dibidangnya sehingga
dapat meningkatkan kualitas sekolah.
b. Dapat meningkatkan proses belajar mengajar di MTs NU 09 Gemuh
Kendal.
c. Jika mutu pendidikan meningkat maka akan membawa nama baik MTs
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Belajar
Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu terhadap interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor.12 Sedangkan menurut Slameto, belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.13 Oleh kerenanya,
perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Begitu pentingnya belajar bagi manusia, sehingga Allah SWT
menempatkan perintah belajar pada tempat pertama kali, sebagaimana ayat
yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Q.S. Al-‘Alaq: 1-5).14
12
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), hlm. 13.
13
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 2.
14
Belajar merupakan salah satu cara manusia untuk memanfaatkan
akal, belajar juga merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada semua orang
tanpa mengenal batas usia dan berlangsung selama seumur hidup. Berikut
ini beberapa pengertian mengenai belajar:
a. Menurut Cronbach, yang dikutip Syaiful Bahri Djamarah
Learning is shown by change in behavior as a result of experience, yang artinya belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.15
b. Menurut James O. Whittaker, yang dikutip Wasty Soemanto
Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman.16
c. Menurut ahli psikologi
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan.17
d. Menurut Abdul Aziz dan Abdul Majid definisi belajar adalah
ﻥﺍ
“Belajar adalah suatu perubahan dalam pemikiran peserta didik yang
dihasilkan atas pengalaman terdahulu kemudian terjadi perubahan
yang baru”.18
15
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 40.
16
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,(Jakarta: PT Rineka Cipta , 1990), hlm. 99.
17
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 89.
18
Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses aktivitas mental
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan, sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek
pengetahuan, sikap maupun psikomotorik.
Belajar bagi manusia merupakan keharusan yang mesti dijalankan
karena dengan belajar ilmu pengetahuan dan jendela wawasan dunia dapat
terlihat. Hal ini sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW :
ﺎﻘﻓ
“Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka ia dikarunia kefahaman agama, dan sesungguhnya ilmu pengetahuan itu hanya
diperoleh dengan belajar.” (HR. Bukhori).19
Menurut Baharuddin dan Wahyuni dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri-ciri belajar sebagai berikut.20
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of
behavior);
b. Perubahan perilaku relative permanent;
c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat
potensional;
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; dan
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
2. Hasil Belajar
Menurut Dimyanti dan Mudjiono, hasil belajar adalah hasil dari
proses belajar yang berupa perubahan tingkah laku atau peningkatan
mental peserta didik berupa dampak pengajaran dan dampak pengiringan.
Dampak pengajaran yaitu hasil yang dapat diukur seperti tertulis dalam
19
Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Al-Bukhori, (Semarang: Thoha Putra, t.th.), hlm. 26
20
angka rapor atau angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan dibidang lain.21
Menurut Mulyono Abdurrahman hasil belajar dapat diartikan
sebagai kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melalui kegiatan
belajar.22
Sedangkan menurut Purwanto hasil belajar adalah perubahan
yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.23
Dalam sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs. Ar-Ra’du : 11).25
Macam-macam hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu
sebagai berikut:
a. Hasil belajar kognitif
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi
dalam kawasan kognisi. Hasil belajar kognitif tidak merupakan
kemampuan tunggal. Kemampuan yang menimbulkan perubahan
perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang.
Hasil belajar kognitif menurut Benjamin S. Bloom dibagi mulai dari
yang paling sederhana ke yang paling kompleks, yaitu:
21
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hlm.3-5.
22
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 37.
23
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 45.
24
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 43.
25
1) Mengingat, adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang.
2) Memahami, adalah mengkonstruksi makna dari materi
pembelajaran termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar
oleh guru.
3) Mengaplikasikan, adalah menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur dalam keadaan tertentu.
4) Menganalisis, adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian
dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.
5) Mengevaluasi, adalah membuat keputusan bedasarkan kriteria dan
standar.
6) Mencipta, adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk
yang orisinil.26
b. Hasil belajar afektif
Hasil belajar afektif dikemukakan oleh Krathwohl dan Bloom
dkk, yang dibagi menjadi lima tingkatan yaitu:27
1) Penerimaan (receiving), yang mencakup kepekaan tentang hal
tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
2) Partisipasi (responding), yang mencakup kerelaan, kesediaan
memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilain dan penetuan sikap (valuing), yang mencakup penerimaan
terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dam menentukan
sikap.
4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem
nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
26
Addison Wesley Longman, A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 100-102.
27
5) Internalisasi pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati
nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
c. Hasil belajar psikomotorik
Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dibagi menjadi
enam tingkatan yaitu :
1) Persepsi (perception), adalah kemampuan membedakan suatu
gejala dengan gejala lain.
2) Kesiapan (set), adalah kemampuan menempatkan diri untuk
memulai suatu gerakan.
3) Gerakan terbimbing (guided response), adalah kemampuan
melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan.
4) Gerakan terbiasa (mechanism), adalah kemampuan melakukan
gerakan tanpa ada model contoh.
5) Gerakan kompleks (adaptation), adalah kemampuan melakukan
serangkaian gerakan dengan cara , urutan dan irama yang tepat.
6) Kreativitas (origination), adalah kemampuan menciptakan
gerakan-gerakan baru yang yang tidak ada sebelumnya atau
mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi
gerakan yang orisinal.28
3. Pembelajaran Fisika
Dalam pembelajaran fisika di sebagian sekolah dasar, sekolah
menengah secara umum siswa memandang pelajaran fisika sebagai
pelajaran yang tidak menyenangkan, tidak menarik dan bahkan mungkin
membosankan. Dalam menanggulangi hal ini maka salah satu faktor yang
dapat dilakukan agar pembelajaran sains dapat menarik dan dapat
menghasilkan prestasi yang tinggi adalah dengan melibatkan siswa secara
aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa terlibat secara
28
aktif mengamati, mengoperasikan alat atau berlatih menggunakan objek
kongkrit sebagai bagian dari pembelajaran.
Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran berarti
guru sudah menggunakan cara yang berbeda dari kegiatan pembelajaran
yang masih bersifat tradisional sehingga pembelajaran fisika akan lebih
menarik dan siswa akan menjadi berminat terhadap sains fisika. Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu bentuk pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap sains fisika yaitu
dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran fisika bertujuan untuk memperbaiki gambaran model
dan teori tentang kejadian-kejadian alam, dan untuk mengembangkan
model-model baru sehingga hukum-hukum alam tersebut dapat dipahami
oleh manusia guna memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran fisika bertujuan untuk membantu
siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu
tingkah laku siswa bertambah lebih baik, baik dari segi kuantitas maupun
dari segi kualitas.
a. Teori Kognitif
Menurut teori kognitif pembelajaran adalah cara guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar
memahami apa yang dipelajari.29 Ada beberapa pandangan terhadap
teori kognitif, yaitu:
1) Teori Piaget menyatakan bahwa seorang anak menjadi tahu dan
memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Menurut teori ini peserta
didik harus membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi,
observasi, eksperimen, dan lain-lain. Implikasi dari teori Piaget
terhadap pembelajaran sains termasuk fisika adalah bahwa guru
29
harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada peserta
didik untuk berfikir dan menggunakan akalnya.
2) Dalam memandang proses belajar, teori Bruner menekankan
adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.
Dengan teorinya yang disebut free discovery learning. Ia
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.30 Implikasinya
terhadap pembelajaran fisika guru harus menerapkan
konsep-konsep pembelajaran fisika terhadap seluruh kegiatan
pembelajaran meliputi mengidentifikasi dan menempatkan
contoh-contoh (objek-objek atau peristiwa) ke dalam kelas pada materi
yang sedang diajarkan. Jika Piaget menyatakan bahwa
perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa
perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan
kognitif.
b. Teori Konstruktivistik
Menururt teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa
akan dapat menginterprestasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya
pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada
kebutuhan, latar belakang dan minatnya.31 Dengan kata lain, peserta
didik tidak dijadikan sebagai obyak pasif dengan beban hafalan
berbagai macam konsep dan rumus-rumus. Bahkan pendidikan sains
termasuk fisika menekankan pada pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi
dan memahami alam secara alamiah. Oleh karena itu guru perlu
30
C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, hlm.41
31
melaksanakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
aktif. Peserta didik akan lebih mudah menerima pelajaran jika materi
yang disampaikan bersifat nyata melalui pengalaman langsung karena
materi akan mudah diingat.
Dalam kondisi pembelajaran yang kondusif akan melibatkan
siswa secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat atau berlatih
menggunakan objek kongkrit disertai dengan diskusi diharapkan siswa
dapat bangkit sendiri untuk berfikir, untuk menganalisis data, untuk
menjelaskan ide, untuk bertanya, untuk berdiskusi dan untuk menulis
apa yang difikirkan sehingga memberi kesempatan siswa untuk
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
4. Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)
Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)
merupakan pendekatan komprehensif untuk pengajaran IPA yang
mencakup berbagai strategi pembelajaran yang biasanya diterapkan
terpisah dan berorientasi terhadap ketrampilan proses. Dengan
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan perolehan,
peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan
konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut. Dalam proses
belajar dan mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar
siswa aktif.32
Pembelajaran dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter
Experiment Approach) melatih siswa agar secara aktif dengan mengikuti tahapan pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.33 Disini guru memiliki peran membantu agar proses
pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
32
Conny Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta:PT Gramedia, 1990), hlm.18.
33
Suratno, “ Peningkatan Academic Skill Siswa Melalui Pembelajaran Biologi dengan
SEA (Starter Experiment Approach) di SMPN 2 Jember”, dalam
menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu
siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.34
Didalam Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment
Approach) setidaknya terdapat tiga unsur yang diperlukan untuk proses perubahan konsep (conceptual change), yaitu :
a. Identifikasi prakonsepsi siswa yang masih berupa miskonsepsi
b. Perbaikan miskonsepsi menjadi konsepsi ilmiah melalui percobaan
pengujian
c. Penerapan konsep dengan situasi yang dekat dengan kehidupan siswa.
Adapun desain percobaan dalam Pendekatan Percobaan Awal
(Starter Experiment Approach) merupakan langkah-langkah utuh dan berurutan. Tahapan-tahapan kegiatan belajar mengajar dalam Pendekatan
Percobaan Awal (Starter Experiment Approach) adalah sebagai berikut:35
a. Starter Experiment, bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu melalui fenomena fisika dan menghubungkan konsep yang akan
dipelajari dengan alam lingkungannya. Oleh karena itu Starter
Experiment Approach sedapat mungkin diambil langsung dari alam sekeliling yang sedang menggejala.
b. Pengamatan (observation), Pengamatan terhadap suatu objek
merupakan langkah pertama dari siklus IPA (science cycle).
Pengamatan kreatif ini perlu dilatih karena siswa dalam melakukan
pengamatan lebih sering melakukan pengamatan yang tanpa makna.
Pengamatan seperti ini kurang menguntungkan dan tidak
mencerminkan kreatifitas siswa. Oleh karena itu siswa dilatih
34
Ihat Hatimah, dkk., Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 27.
35
melakukan pengamatan kreatif terhadap gejala yang ditunjukkan oleh
Starter Experiment Approach.
c. Rumusan Masalah, yaitu membantu siswa merumuskan dugaan.
Berdasarkan pengamatan masalah dirumuskan sedemikian rupa agar
mengarah pada konsep yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
Masalah hendaknya dirumuskan dengan kata tanya yang bersifat
terbuka.
d. Dugaan Sementara, Siswa diminta mengajukan dugaan mereka
terhadap masalah yang telah dirumuskan, secara bebas. Perumusan
dugaan oleh siswa sangat membantu siswa untuk mengemukakan
prakonsepsinya. Benar tidaknya dugaan yang dikemukakan akan
dibuktikan sendiri melalui percobaan pengujian.
e. Percobaan Pengujian, Percobaan pengujian disusun untuk
membuktikan dugaan sementara dari masalah yang telah dirumuskan.
Dalam merancang percobaan pengujian guru perlu memberi
arahan-arahan agar percobaan yang dilakukan siswa tidak jauh menyimpang.
f. Penyusunan Konsep, Berdasarkan temuan-temuan yang ada siswa
secara bersama-sama diajak menyusun konsep. Dalam penyusunan
konsep siswa dibawa kearah situasi konflik antara apa yang mereka
fikirkan dengan apa yang telah mereka observasi. Selanjutnya melalui
diskusi, siswa dibawa kearah pemikiran yang benar dan meninggalkan
pemahamannya yang salah. Penyempurnaan susunan konsep dapat
dibantu oleh guru.
g. Menarik Kesimpulan, Setelah diskusi penyusunan konsep, guru
membimbing siswa untuk menarik suatu kesimpulan. Proses penarikan
kesimpulan tidak hanya berdasar apa yang telah diperoleh dari
pengamatan langsung tetapi juga melibatkan sumber informasi lain
seperti buku-buku fisika dan jurnal yang relevan dengan konsep yang
sedang di pelajari.
h. Penerapan konsep, Kemampuan siswa menerapkan konsep dalam
pembelajaran yang memberikan indikasi bahwa siswa telah memahami
konsep secara komprehensif.
Berikut ini bagan alur pembelajaran atau tahapan-tahapan kegiatan
belajar mengajar dalam Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment
Approach).
Gambar 1. Bagan alur Pendekatan Percobaan Awal
(Starter Experiment Approach)
Di dalam setiap pembelajaraan tidak ada satu pendekatan, strategi,
model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep dengan sempurna.
Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Demikian
pula pembelajaran dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter
Experiment Approach) tidak dapat mengatasi semua problema pembelajaran.
Starter Experiment
Pengamatan (Observation)
Rumusan Masalah
Percobaan Pengujian
Dugaan Sem ent ara
Penerapan Konsep Menarik Kesimpulan
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan pembelajaran
dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)
sebagai berikut:
a. Kelebihan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment Approach)
1) Dapat menarik minat siswa untuk mempelajari fisika
2) Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa
3) Membiasakan siswa berfikir dan bertindak ilmiah
4) Memperlihatkan adanya keterkaitan fisika dengan lingkungan
5) Menjadikan fisika sebagai pelajaran yang disenangi dan dinantikan
siswa, tidak lagi sebagai pelajaran yang menakutkan.
b. Kelemahan Pendekatan Percobaan Awal (Starter Experiment
Approach)
1) Membutuhkan waktu yang banyak apalagi jika sebagian siswa
tidak tertantang dengan pendekatan ini. Disinilah peran guru
sebagai motivator dituntut, sehingga siswa lebih giat belajar.
2) Kurang cocok dijalankan untuk konsep fisika yang baku atau
jarang ditemukan dilingkungan, seperti atom.36
Pada dasarnya pendekatan pembelajaran berkembang saat ini
menekankan pada bagaimana membelajarkan siswa secara maksimal
sehingga suasana belajar dikelas menjadi kondusif untuk siswa yang pada
akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar.37 Salah satu
pendekatan yang ada adalah Pendekatan Percobaan Awal (Starter
Eksperiment Approach) ialah bila kegiatan belajar bisa dilakukan dengan percobaan. Mempunyai ciri khusus yaitu Percobaan awal, yang dirancang
oleh guru yang bertujuan untuk menggugah peserta didik belajar,
membangkitkan rasa ingin tahu dan menghubungkan konsep yang
36
ht t p:/ / google/ st art er-experiment -approach-pendekat an.ht ml, diakses pada tanggal 25
dipelajari dengan alam lingkungan, pembelajaran dilakukan dengan
memperaktekan prinsip-prinsip metode ilmiah meliputi pengamatan,
dugaan, desain percobaan, eksperimen dan laporan hasil penelitian.
Berikut ini ciri-ciri pembelajaran dengan Pendekatan Percobaan
Awal (Starter Experiment Approach), sebagai berikut:38
a. Pembelajaran lebih mengacu pada sumber-sumber langsung yang
dapat diamati
b. Guru membuka dialog dengan siswa dan membantunya
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan prakonsepsinya
c. Fokus pembelajaran adalah menggali permasalahan siswa melalui
fenomena yang ada di lingkungan siswa
d. Pendapat siswa dijadikan sebagai jembatan untuk menemukan konsep
e. Menekankan proses berfikir
f. Guru bertindak sebagai pembimbing siswa
Pembelajaran dengan Pendekatan Percobaan Awal (Starter
Experiment Approach) melatih siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahapan pembelajaran. Dengan demikian siswa akan
menemukan sendiri konsep yang sesuai dengan hasil yang diperoleh
selama proses pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
5. Materi Pokok Kalor
A. Pengertian Kalor
Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan
menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan
menjadi panas. Jadi kalor merupakan suatu bentuk energi yang
38
Suratno, “ Peningkatan Academic Skill Siswa Melalui Pembelajaran Biologi dengan
SEA (Starter Experiment Approach) di SMPN 2 Jember”, dalam
berpindah dari benda satu ke benda yang lain.39 Jumlah energi kalor
yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah
sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat tersebut
Jika kalor merupakan suatu zat tentunya akan memiliki massa
dan ternyata benda yang dipanaskan massanya tidak bertambah. Kalor
bukan zat tetapi kalor adalah suatu bentuk energi dan merupakan suatu
besaran yang dilambangkan Q dengan satuan joule (J), sedang satuan lainnya adalah kalori (kal). Hubungan satuan joule dan kalori adalah:40
1 kalori = 4,2 joule
1joule = 0,24 kalori
B. Kalor dapat Mengubah Suhu Benda
Semua benda dapat melepas dan menerima kalor. Benda-benda
yang bersuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan cenderung
melepaskan kalor. Demikian juga sebaliknya benda-benda yang
bersuhu lebih rendah dari lingkungannya akan cenderung menerima
kalor untuk menstabilkan kondisi dengan lingkungan di sekitarnya.
Suhu zat akan berubah ketika zat tersebut melepas atau menerima
kalor. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kalor dapat
mengubah suhu suatu benda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kalor suatu zat antara lain
kalor jenis suatu zat dan kapasitas kalor. Kalor jenis suatu zat adalah
banyaknya kalor yang yang diperlukan oleh suatu zat bermassa 1 kg untuk menaikkan suhu 1˚C. Sebagai contoh, kalor jenis air 4.200 J/kg˚C, artinya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air
sebesar 1 ˚C adalah 4.200 J. Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan
alat kalorimeter.
39
Paul A. Tipler, Fisika Untuk Sain dan Teknik, (Jakarta : Erlangga, 1998), hlm. 597.
40
Kapasitas kalor didefinisikan sebagai jumlah kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 °C atau 1 K. Secara matematis
kapasitas kalor dirumuskan:41
=
∆
Keterangan:
Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (J)
C = Kapasitas kalor ( J/˚C Atau J/K)
∆T = Kenaikan suhu (°C atau K)
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau
menurunkan suhu suatu benda bergantung pada massa benda (m), kalor
jenis benda (c), dan perubahan suhu (ΔT ). Hubungan banyaknya kalor,
massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan suhu zat dapat dinyatakan
dalam persamaan:42
= . .∆
Keterangan:
Q = Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan (J)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat (J/kg°C) ΔT = Perubahan suhu (°C)
C. Kalor dapat Mengubah Wujud Zat
Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu
maksimum, maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini
juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus dan
mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat
digunakan untuk mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk
41
Bob Foster, Fisika SMU Kelas 1 Tengah Tahun Kedua, (Jakarta: Erlangga,2000), hlm.169.
42
menguap
membeku melebur mengkristal
menyublim
menguap mengembun
mengubah wujud zat. Kalor yang digunakan untuk merubah wujud zat
dinamakan kalor laten.43
Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor seperti pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2. Perubahan wujud zat
1. Menguap
Pada waktu menguap zat cair memerlukan kalor, kalor yang
diberikan pada zat cair akan mempercepat gerak
molekul-molekulnya sehingga banyak molekul zat air yang meninggalkan
zat cair itu menjadi uap. Penguapan zat cair dapat dipercepat
dengan cara:44
a. Memanaskan Zat Cair
Pemanasan pada zat cair dapat meningkatkan volume
ruang gerak zat cair sehingga ikatan-ikatan antara molekul zat
cair menjadi tidak kuat dan akan mengakibatkan semakin
mudahnya molekul zat cair tersebut melepaskan diri dari
kelompoknya yang terdeteksi sebagai penguapan. Contohnya
pakaian basah dijemur di tempat yang mendapat sinar matahari
lebih cepat kering dari pada dijemur di tempat yang teduh.
43
Bob Foster, Fisika SMU Kelas 1 Tengah Tahun Kedua, hlm.170.
44
Anni Winarsih, IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII, hlm.123-124.
Gas
b. Memperluas Permukaan Zat Cair
Peristiwa lepasnya molekul zat cair tidak dapat
berlangsung secara serentak akan tetapi bergiliran dimulai dari
permukaan zat cair yang punya kesempatan terbesar untuk
melakukan penguapan. Dengan demikian untuk mempercepat
penguapan kita juga bisa melakukannya dengan memperluas
permukaan zat cair tersebut. Contohnya air teh panas dalam
gelas akan lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan
atau piring.
c. Mengurangi Tekanan pada Permukaan Zat Cair
Pengurangan tekanan udara pada permukaan zat cair
berarti jarak antar partikel udara di atas zat cair tersebut
menjadi lebih renggang. Akibatnya molekul air lebih mudah
terlepas dari kelompoknya dan mengisi ruang kosong antara
partikel-partikel udara tersebut. Hal yang sering terjadi di
sekitar kita adalah jika kita memasak air di dataran tinggi akan
lebih cepat mendidih daripada ketika kita memasak di dataran
rendah.
d. Meniupkan Udara di Atas Zat Cair
Pada saat pakaian basah dijemur, proses pengeringan
tidak sepenuhnya dilakukan oleh panas sinar matahari, akan
tetapi juga dibantu oleh adanya angin yang meniup pakaian
sehingga angin tersebut membawa molekul-molekul air keluar
dari pakaian dan pakaian menjadi cepat kering.
2. Mendidih
Mendidih adalah peristiwa penguapan zat cair yang terjadi
di seluruh bagian zat cair tersebut. Peristiwa ini dapat dilihat
dengan munculnya gelembung-gelembung yang berisi uap air dan
bergerak dari bawah ke atas dalam zat cair. Zat cair yang mendidih
Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat cair
menjadi uap seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap (U).
Besarnya kalor uap dapat dirumuskan:45
= .
Keterangan
Q = Kalor yang diserap/dilepaskan (J)
m = Massa zat (kg)
U = Kalor uap (J/kg)
Jika uap didinginkan akan berubah bentuk menjadi zat cair,
yang disebut mengembun. Pada waktu mengembun zat melepaskan
kalor, banyaknya kalor yang dilepaskan pada waktu mengembun
sama dengan banyaknya kalor yang diperlukan waktu menguap
dan suhu di mana zat mulai mengembun sama dengan suhu di
mana zat mulai menguap.
3. Melebur
Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat
menjadi zat Cair. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk
mengubah satu satuan massa zat padat menjadi cair pada titik
leburnya disebut kalor lebur (L). Besarnya kalor lebur dapat dirumuskan sebagai berikut.46
= .
Keterangan
Q = Kalor yang diserap/dilepas (J)
m = Massa zat (kg)
L = Kalor lebur (J/kg)
45
Anni Winarsih, IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII, hlm.127.
46
Jika zat cair didinginkan akan membeku, pada saat
membeku zat melepaskan kalor. Banyaknya kalor yang dilepaskan
oleh satu satuan massa zat cair menjadi padat disebut kalor beku.
D. Perpindahan Kalor
Kalor dapat berpindah dari yang suhunya tinggi ke suhunya
rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,
dan radiasi.
1. Perpindahan Kalor secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara
tanpa disertai perpindahan partikel zat. Dengan kata lain kalor
berpindah dari molekul ke molekul lain dalam batang besi.
Molekul-molekul pada ujung besi yang dipanaskan akan bergetar
lebih cepat karena menerima kalor. Getaran ini mengakibatkan
molekul disampingnya ikut bergetar dan menggetarkan molekul di
sampingnya sampai ke ujung batang besi.
Tidak semua benda dapat dilewati kalor. Benda-benda yang
dapat dilewati kalor dengan baik disebut penghantar kalor atau
konduktor. Contohnya yaitu besi, aluminium, tembaga, dan emas.
Sebaliknya benda-benda yang sulit dilewati kalor disebut
penghambat kalor atau isolator. Contohnya yaitu kayu, kapas,
plastik, kertas dan lain sebagainya. 47
47 Paul A. Tipler, Fisika Untuk Sain dan Teknik, hlm. 606.
2. Perpindahan Kalor secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya
perbedaan massa jenis dalam zat tersebut. Perpindahan kalor yang
diikuti oleh perpindahan partikel-partikel zatnya disebut konveksi
atau aliran.48
Contoh konveksi yaitu ketika memasak air dalam panci
yang dipanaskan, pemanasan sebenarnya hanya terjadi pada bagian
air yang bersentuhan dengan dinding panci, bagian air yang
dipanaskan memuai sehingga massa jenisnya lebih kecil dari pada
massa massa jenis air yang masih dingin di atasnya. Oleh karena
itu, air yang panas ini naik sedangkan air yang dingin turun
menggantikan tempat yang kosong di bawahnya sehingga air
menjadi panas semua.
Kegiatan tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan
prinsip terjadinya angin darat dan angin laut.
a. Angin Darat
Angin darat terjadi pada malam hari dan berhembus
dari darat ke laut. Hal ini terjadi karena pada malam hari udara
di atas laut lebih panas dari udara di atas darat, sehingga udara
48
Douglas C. Giancoli, Fisika, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm 504.
di atas laut naik diganti udara di atas darat. Maka terjadilah
aliran udara dari darat ke laut. Angin darat dimanfaatkan oleh
para nelayan menuju ke laut untuk menangkap ikan.
b. Angin Laut
Angin laut terjadi pada siang hari dan berhembus dari
laut ke darat. Hal ini terjadi karena pada siang hari udara di atas
darat lebih panas dari udara di atas laut, sehingga udara di atas
darat naik diganti udara di atas laut. Maka terjadilah aliran
udara dari laut ke darat. Pemanfaatan konveksi antara lain:
pada sistem pendinginan mobil (radiator), pembuatan cerobong
asap, dan lemari es.
3. Perpindahan Kalor secara Radiasi
Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara disebut
radiasi.49 Contoh perpindahan kalor secara radiasi yaitu di malam
hari yang dingin ketika menyalakan api unggun. Saat berada di
dekat api unggun badan terasa hangat karena adanya perpindahan
kalor dari api unggun ke tubuh kita secara radiasi.
Dari peristiwa api unggun dapat disimpulkan bahwa:
a. Dalam peristiwa radiasi, kalor berpindah dalam bentuk cahaya,
karena cahaya dapat merambat dalam ruang hampa, maka kalor
juga dapat merambat dalam ruang hampa;
b. Radiasi kalor dapat dihalangi dengan memberikan tabir, agar
menghalangi cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya.50
49
Douglas C. Giancoli, Fisika, hlm. 507.
50
Gambar 5. Perpindahan kalor secara radiasi
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Peneliti menyadari bahwa secara substansial penelitian ini tidaklah
baru lagi, terbukti dengan telah adanya penelitian-penelitian sejenis yang telah
membahas masalah tersebut. Dengan demikian penelitian ini bersifat
meneruskan penelitian-penelitian yang sudah ada, untuk itu peneliti mencoba
mengenali informasi dari buku-buku dan hasil penelitian yang berhubungan
untuk dijadikan sebagai sumber acuan dalam penelitian ini.
Pertama, penelitian yang disusun oleh Endah Susilowati pada tahun
2010, mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang, dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Percobaan awal (Starter
Experiment Approach) Pada Pokok Bahasan Alat Optik Terhadap Hasil Pembelajaran Fisika Kelas VIII SMP Negeri 4 Pati Tahun Ajaran 2009/2010”.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung= 3,698 > ttabel = 2,045 maka Ho
ditolak. Sehingga hasil belajar peserta didik pada materi pokok kalor
menggunakan Starter Experiment Approach adalah efektif dibandingkan
dengan pembelajaran dengan metode konvensional. Selain meningkatkan hasil
belajar peserta didik, pembelajaran menggunakan Pendekatan Percobaan Awal
(Starter Experiment Approach) juga dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam bertanya, menjelaskan, dan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu
masalah.51
51