• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pancasila Sebagai Sistem Etika (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pancasila Sebagai Sistem Etika (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Disusun Oleh:

1. Sintiya Mukholif (A1L014023) 2. Bilan Nuramadhan (A1L014052) 3. Devia Puspitasari Gi. (A1L014109) 4. Mochamad Sofyan (A1L014139) 5. Dini Rahmawati (A1L014165) 6. Ahmad Fairus (A1L014219)

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSTAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia, terutama oleh anak muda. Sehingga mengakibatkan hilangnya karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Menanggapi itu semua, perlu diperkenalkannya pancasila sebagai nilai etika. Karena pada dasarnya pancasila

merupakan suatu nilai yang didalamnya terkandung pemikiran – pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komperhensif (menyeluruh). Seperti yang kita ketahui, sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila lainnya. Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri.

Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di dunia, bahwa cita-cita Pancasila untuk membangun Indonesia dari berbagai aspek. Selain sebagai sebuah ideologi. Pancasila juga memperhatikan nilai, norma, etika, moral bangsa Indonesia.

Etika tidak lah cukup didefinisikan atau digeneralisir dari masalah keramahan dan kesantunan saja. Masih banyak lagi permasalahan yang berkaitan dengan etika. Cakupan etika sangat lah luas. Pancasila sebagai sistem etika, maka nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai wujud etika sesungguhnya.

Dengan demikian dapat dipahami, bahwa Pancasila memiliki peranan penting bagi bangsa ini dalam pembangunan bangsa dan pembangunan jiwa bangsa ini.

1.2Rumusan Masalah

(3)

1.2.3 Bagaimana hubungan antara nilai, norma dan moral?

1.2.4 Bagaimana aplikasi nilai, norma dan moral dalam kehidupan sehari-hari?

1.3Tujuan

1.3.1 Mengetahui arti etika, nilai, norma dan moral. 1.3.2 Mengetahui hakekat Pancasila sebagai sistem etika. 1.3.3 Mengetahui hubungan antara nilai, norma, dan moral.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Etika, Nilai, Norma, dan Moral

2.1.1. Pengertian Etika

Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani yaitu”ethos” yang artinya watak kesusilaan atau adat. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.

Etika termasuk ke dalam kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinp yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung di dalamnya. Sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebaga individu maupun makhluk sosial. Etika khusus dibagi menjadi dua macam, yaitu etika individual dan etika sosial. Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan kepercayaan agama yang dianutnnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap Tuhannya. Sedangkan etika sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam hubungannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan negara.

Etika berkaitan dengan berbagai masalah. Dalam kajian etika dikenal tiga teori/aliran besar, yaitu:

(5)

Etika deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau rkan buruk berdasarkan apakahtindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika

deontologi tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut, baik atau buruk. b. Etika Teleologi

Panangan etika teleology berkebalikan dengan etika deontology, yaitu bahwa baik buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu. Etika teologi digolongkan menjadi dua, yaitu egoisme etis dan utilitaranisme. Egoisme etis memandang bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang berakibat baik untuk pelakunya. Utilitarianisme menilai bahwa baik buruknnya suatu perbuatan tergantung bagaimana akibatnya terhadap banyak orang.

c. Etika Keutamaan

Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga mendasarkan pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hokum moral universal, tetapi pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Karakter moral ini dibangun dengan cara meneladani perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh para tokoh besar.

2.1.2. Pengertian Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan lainnya yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suat benda yang menyebabkan menariik minat seseorang atau kelompok. Jadi, pada hakikatnya nilai itu adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lain.

(6)

Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dengan sama tingginya. Menurut tingggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokan kedalam empat tingkatan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakan dan tidak menegakan, yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.

2. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting bagi kehidupan misalnya kesehatan, kesegaran jasmani dan kesejahteraan umum. 3. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama

sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.

4. Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci.

Walter G.Evert menggolongkan nilai-nilai kedalam delapan keolompok yaitu:

1. Nilai ekonomis: ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli.

2. Nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan badan.

3. Nilai hibburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.

4. Nilai sosial: berasal mula dari keutuhan kepribadian dan social yang diinginkan. 5. Nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan social yang diinginkan. 6. Nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.

7. Nilai inteektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran. 8. Nilai keagamaan

Nototnegoro membagi nilai kedalam tiga macam yaitu:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang bergna bagi kehidupan jasmani atau material ragawi manusia.

(7)

3. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai iini dapat dibedakan menjadi:

a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.

b) Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (esthetis, govel, rasa) manusia.

c) Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsure kehendak (will,wolle,karsa) manusia.

d) Nilai religius, merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religious ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.Notonegoro berpendapat bahwa Pancasila tergolong nilai-nilai kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian mengakui adanya nilai material dan nilai vital.

Kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya, nilai dapat dikelompokan ke dalam tiga macam, yaitu:

a) Nilai dasar, yaitu nilai yang bersifat tetap tidak berubah sepanjang masa, abstrak, umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat. Dalam sistem ketatanegaraan nilai dasar tercantum dalam hukum dasar tertulis, pembukaan dan Batang Tubuh yang memuat kaidah yang hakiki antara lain cita-cita, tujuan nasional, tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar juga disebut sebagai sumber norma yang dijabarkan atau direalisasikan dalam suatu kehidupan yang bersifat praksis.

b) Nilai instrumental, yaitu penjabaran dari nilai dasar, yang merupakan arahan kinerja untuk waktu dan kondisi, mempunyai sifat dinamis konstekstual dan mengikuti perkembangan zaman. Nilai di tuangkan dalam bentuk norma. Nilai ini tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang menindak lanjuti UUD, misal UU dan peraturan pelaksanaan termasuk konvensi. Kongkritnya diperlukan strategi dan kebijaksanaan. Nilai instrumental merupakan suatu eksplitasi dari nilai dasar.

(8)

kemasyarakatan, warganegara perseorangan. Dalam kenyataan sehari-hari nilai prakis terkandung dalam cara bagaimana kita melaksanakan nilai-nilai pancasila.

2.1.3. Pengertian Norma

Norma adalah perwuujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, moral, religi dan social. Norma merupakan suat kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam

perwujudannya norma agama, nomrma filsafat, norma kesusilaan, norma hokum dan norma sosial serta norma hukum. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adnya sanksi.

Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain:

1. Norma agama, adalah ketentuan hidup yang bersumber pada agama.

2. Norma kesusilaan, adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani, moral, atau filsafat hidup.

3. Norma hukum, adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan bersumber pada UU suatu negara tertentu.

4. Norma sosial, adalah ketentuan hidupyang berlaku dalam hubungan antara manusia dalam masyarakat.

2.1.4. Pengertian Moral

(9)

1. Prinsip sikap baik, bahwa manusia jangan sampai berbuat sesuatu yang merugikan orang lain.

2. Prinsip keadilan, yaitu perlakuan yang sama dalam situasi yang sama dan menghormati semua hak orang.

3. Prinsip hormat terhadap diri sendiri, agar manusia selalu memperlakukan diri sendiri sebagi sesuatu yang sangat bernilai.

2.2Pancasila Sebagai sistem Etika

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila memegang banyak peranan penting, salah satunya adalah Pancasila sebagai sistem etika. Pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab di dunia. Pembentukan etika bukanlah hal yang mudah karena berasal dari tingkah laku dan hati nurani.

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuaan, kerakyatan dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan

mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun.

Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Nilai yang pertama adalah ketuhanan. Nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nila yang bersifat mutlak. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila idak bertentanngan dengan nilai, kaidah dan hukum Tuhan.

(10)

makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hokum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia disbanding dengan makhluk lain.

Nilai yang ketiga adalah persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Nilai yang keempat adalah kerakyatan. Dalam kaitannya dengan kerakyatan, terkandung nilai lain yang sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Perbuatan belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah/kebijaksanaan.Nilai yang kelima adalah keadilan. Nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks social. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan

masyarakat banyak.

Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi system etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun juga realistis dan aplikatif. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai yang melingkkupi realitas kemanusiaan dimanapun, kapanpun dan merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain. Misalnya, nilai ketuhanan akan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. Nilai kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan, tolong menolong, penghargaan, penghormtan, kerjasama, dan lain-lain. Nilai persatuan menghasilkan nilai cinnta tanah air, pengorbanan dan lai-lain. Nilai keadilan menghasilkan nilai kepedulian, kesejahteraan ekonomi, kemajuan bersama dan lain-lain.

2.3Hubungan Nilai, Norma dan Moral

Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki

(11)

secara konkrit. Maka wujud yang lebih konkrit dari nilai tersebut adalah suatu norma.

Selanjutnya nilai dan norma saling berkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Makna moral yang terkandung falam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunnya.. oleh karena itu, norma dijadikan sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia.

Hubungan antara moral dan etika memiliki hubungan yang sangat erat dan kadangkala kedua hal tersebut disamakan begitu saja. Namun sesunggunhnya kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Moral merupakan suatu ajaran-ajaran, patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika adalah suatu cabang ilm filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral tersebut.

2.4Aplikasi Nilai, Norma dan Moral dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu berhadapan dengan nilai dan juga moral. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.

Nilai, norma dan moral penting untuk digunakan sebagai panduan ataupun dasar dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Contoh dari penggunaan nilai, norma dan moral yaitu ketika kita dihadapkan pada situasi dimana pada saat kita jalan, kita menemukan dompet yang berisi sejumlah uang dan kartu identitasnya. Disinilah moral kita akan terlihat. Bila moral kita baik pasti kita akan memberikan dompet itu kepada pihak yang berwajib atau pun mengembalikannya langsung kepada pemiliknya.

Berikut adalah beberapa norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

(12)

2. Norma agama, adalah norma yang mengatur kehidupan manusia yang berasal dari peraturan kitab suci melalui wahyu yang diturunkan nabi berdasarkan agama dan kepercayaannya masing-masing. Contohnya, membayar zakat tepat pada waktunya bagi agama Islam, menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh agama yang dianutnya.

3. Norma hukum, adalah norma yang mengatur kehidupan social kemasyarakatan yang berasal dari undang-undang yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menciptakan kondisi negara yang damai, tertib, aman,

(13)

BAB III

KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari, etika, nilai dan moral saling berkaitan. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Nilai adalah kemampuan lainnya yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Norma adalah perwuujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya, moral, religi dan social. Moral adalah ajaran tentang hal yang abik dan buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuaan, kerakyatan dan keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Pancasila sebagai system etika memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Kohleberg, Lawrence, 1995, Tahap-tahap perkembangan Moral, Kanisius, Yogyakarta.

(14)

Pendidikan Pancasila, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Proses pemilihan supplier yang tidak tepat akan berdampak pada penjualan dari perusahaan karena berhubungan dengan proses produksi dan juga produk yang akan dijual nantinya1. Banyak

Hal yang diajukan oleh peneliti adalah berupa saran-saran dan keterbatasan yang ada,demi untuk perbaikan dimasa yang akan datang.Penelitian ini adalah penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Berapa persentase kerasionalan penggunaan antibiotik yang meliputi tepat indikasi,

Sampel makrofauna bentikdikoleksi pada tiga kawasan pantai dengan kondisi tipe substrat berbeda yang ada di Taman Nasional Bali Barat, yaitu pasir halus (Pantai

Solusi terbaiknya adalah disimpan pada toko buah dan sayuran yang menyediakan sistem pendinginan yang komplit seperti yang ada di mall-mall kota besar, sedangkan

Menurut Hartono (1997, 25-27) ciri-ciri orang yang percaya diri adalah 1) Mampu mengungkapkan perasaan diri, dalam arti seseorang melaksanakan haknya untuk menyatakan apa

Sistem ini dapat digunakan untuk menyeleksi calon pembimbing haji berdasarkan hasil score yang diperoleh dari penghitungan dengan menggunakan model AHP yang hasilnya calon pembimbing

Hasil uji hipotesis menunjukkan taraf nyata α = 0,05 diperoleh P-value = 0,002 atau tolak Ho, artinya hasil belajar matematika Peserta Didik yang