• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Ba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Ba"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Perkembangan sosioemosional pada bayi merupakan bagian dari perkembangan manusia sejak ia lahir hingga meninggal. Perkembangan sosioemosional merupakan luapan perasaan seorang bayi pada keadaan lingkungan sekitar, baik keluarga, lingkungan masyarakat dan yang lebih luas pencangkupannya. Perkembangan sosioemosional bayi sangat penting untuk dipelajari karena kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan emosi bayi dan faktor penyebabnya.

Sebagai calon pendidik kita harus mengetahui beberapa aspek tentang perkembangan anak diantaranya perkembangan sosioemosional anak dimulai dari tahap usia bayi seperti perkembangan sosioemosional yang dialami pada bayi. Dengan kita memahami perkembangan tersebut kita akan lebih mudah dalam mengenali emosi bayi. Mengetahui perkembangan peserta didik merupakan salah satu kebanggaan tersendiri bagi seorang pendidik. Seorang pendidik yang mengetahui perkembangan peserta didik pasti lebih mudah dalam menentukan pendekatan maupun metode yang akan digunakan dalam membentuk tingkah laku atau kepribadian peserta didik.

Dalam makalah ini akan saya bahas tentang Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Bayi.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian dari Perkembangan sosial emosional pada bayi?

b. Bagaimana pendapat para ahli mengenai pengertian sosial emosional pada bayi?

c. Bagaimana pola dan variasi perkembangan emosi pada masa bayi?

d. Bagaimana perkembangan kecerdasan sosioemosional pada bayi?

e. Bagaimana fase perkembangan sosioemosional pada masa bayi?

f. Apa saja jenis-jenis emosi pada bayi?

(2)

3. Manfaat

a. Mengetahui perkembangan sosial emosional pada bayi b. Mengetahui pola perkembangan sosial emosional pada bayi c. Mengetahui perkembangan kecerdasan emosional pada bayi d. Mengetahui jenis emosi pda bayi

e. Mengetahui perkembangan sosial pada bayi

4. Tujuan

a. Agar pembaca memahami perkembangan sosial emosional pada bayi. b. Agar pembaca memahami pola perkembangan sosial emosional pada bayi. c. Agar pembaca Mengetahui perkembangan kecerdasan emosional pada bayi.

d. Agar pembaca memahami fase-fase dan jenis-jenis perkembangan sosioemosional pada bayi.

(3)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional

Perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, hingga masyarakat luas. Sementara perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika bayi berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, perkembangan social emosional adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa perkembangan social emosional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, membahas perkembangan emosi harus bersinggungan dengan perkembangan sosial bayi. Demikian pula sebaliknya, membahas perkembangan social harus melibatkan emosional. Sebab, keduanya terintegrasi dalam bingkai kejiwaan yang utuh.1

2. Pendapat Para Ahli

Emosi yang berasal dari bahasa latin Lovere, berarti menggerakkan atau bergerak, dari asal kata tersebut emosi dapat diartian sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat berupa persamaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut dan rasa sedih (Goleman, 1995).2

a) Menurut Lawrence E. Shapiro, emosi adalah kondisi kejiwaan manusia. Kerena sifatnya psikis atau kejiwaan, maka emosi hanya dapat dikaji melalui letupan-letupan emosional atau gejala-gejala dan fenomena-fenomena, seperti kondisi sedih, gembira, gelisah, benci, dan lain sebagainya. Namun, kondisi masing-masing anak berbeda-beda. Bayi akan mengekspresikan kesedihannya dengan cara menangis, tapi ada yang berpendapat bahwa menangis justru mencerminkan sikap cengeng. Begitu pula dengan kondisi social emosional lainya.3

1 Suyadi, Belajar Pendidikan Anak Usia Dini(Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2010). Hal. 108

2 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

Kencana, 2011)hal.16.

(4)

b) Lewis & Haviland Jones, 2000 emosi dapat diartikan sebagai aktifitas badaniah secara eksternal atau reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap peristiwa atau suatu kondisi mental tertentu.4

c) Lazarus, 1991 emosi adalah suatu keadaan yang kompleks pada diri organisme yang meliputi perubahan secara badaniah dalam bernapas, detak jantung, perubahan kelenjar, dan kondisi mental, seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan yang kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk perilaku.5

3. Pola Dan Variasi Perkembangan Emosi Pada Bayi

Pola emosi yang lazim pada masa bayi adalah sebagai berikut :

a. Kemarahan

Perangsang yang membangkitkan kemarahan bayi adalah campur tangan terhadap gerakan-gerakan mencoba menghalangi keinginannya. Tanggapan marah mengambil bentuk menjerit, meronta-ronta, menendang kaki, mengibaskan tangan, dan memukul apa saja yang ada didekatnya. Pada tahun kedua bayi dapat juga melonjak-lonjak, guling-guling, meronta-ronta dan menahan nafas.

b. Ketakutan

Perangasang yang dapat membangkitkan ketakutan bayi adalah adalah suara keras, orang, barang, dan situasi asing, ruangan gelap, tempat tinggi. Pada usia 8 bulan sampai 1 tahun, bayi akan menangis terhadap benda, situasi, atau orang yang asing. Tanggapan rasa takut pada masa bayi terdiri dari upaya menjauhan diri dari perangsang yang menakutkan dengan merengek, menangis dan menahan nafas.

c. Rasa ingin tahu

Bayi mudah mengungkapkan rasa ingin tahunya terutama melalui ekspresi wajah menegangkan otot muka, membuka mulut, dan menjulurkan lidah. Kemudian, bayi akan menangkap barang yang membangkitkan rasa ingin tahunya tersebut. Memegang, membolak balik dan melempar.

4 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

Kencana, 2011).hal.16.

5 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

(5)

d. Kegembiraan

Pada usia 8 minggu bayi akan tersenyum dalam tidur pulas jika merasa kenyang, hangat dan nyaman. Pada bulan kedua dan ketiga, bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda, menggelitik, dan memperhatikannya. Mereka mengungkapkan rasa senang atau kegembiraanya dengan tersenyum serta menggerakkan lengan dan kakinya.

e. Afeksi

Setiap orang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya, atau memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Umumnya bayi mengungkapkan afeksinya dengan memeluk, menepuk dan mencium barang atau orang yang dicintainya. Pada usia 1-3 tahun, emosi bayi bisa dipengaruhi maka anak dapat turut menyayangi, mengasihi ataupun membenci sesuatu.

Masih mengutip Hurlock, secara umum pola perkembangan emosi bayi meliputi 9 aspek, yaitu :

a. Rasa takut, yaitu perasaan yang khas pada bayi. Hampir setiap fase usia. Seorang anak mengalami ketakutan dengan kadar yang berbeda-beda. rangsangan yang umumnya menimbulkan rasa takut pada bayi adalah suara yang terlalu keras, binatang menemyeramkan, kamar gelap, tempat yang tinggi, dan kesendirian.

b. Rasa malu, yaitu ketakutan yang dilandasi dengan menarik diri dan hubungan orang lain yang tidak dikenal. Rasa malu ini selalu disebabkan oleh sesama manusia, bukan benda atau binatang dan hal-hal lainnya. Rasa malu baru akan dimiliki bayi pada usia diatas 6 bulan. Alasanya, pada usia ini bayi telah mengenal orang yang sering dilihat dan orang yang asing sama sekali. Namun jika bayi tersebut selalu berhubungan dengan orang banyak, maka rasa malu tersebut akan hilang dengan sendirinya. Sebab, ia tahu bahwa sering kali orang asing baginya bisa jadi teman bermain yang asyik.

c. Rasa khawatir, yaitu khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Khawatir tidak langsung ditimbulkan rangsangan dalam lingkungan, tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Perasaan ini timbul karena membayangkan situasi yang berbahaya yang mungkin akan meningkat. Reaksi yang ditimbulkan adalah ekspresi melalui wajah yang tampak khawatir.

(6)

prasangka tidak berdaya atau pesimis. Reaksi yang ditimbukan adalah murung, dan lain sebagainya.

e. Rasa marah, yaitu penolakan yang kuat terhadap apa yang tidak ia sukai. Umumnya situasi yang menimbulkan kemarahan meliputi berbagai macam batasan, keinginan dan menghalangi gerak anak.

f. Rasa cemburu, yaitu perasaan ketika anak kehilangan kasih sayang, seperti terbaginya kasih sayang ibunya kepada saudaranya, ayahnya kepada orang lain.

g. Rasa duka cita, yaitu suatu kesengsaraan emosional (trauma psikis) yaitu hilangnya sesuatu yang ia cintai. Dalam bentuknya yang lebih ringan, hilangnya nikmat yang terhadap hal-hal yang ada di depannya dan lain sebagainya.

h. Rasa ingin tahu yaitu setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Mereka menaruh minat terhadap segala sesuatu dilingkungan mereka, termasuk diri mereka sendiri.

i. Rasa kegembiraan dan kesenangan, yaitu emosi keriangan atau rasa bahagia. Di kalangan bayi, emosi kegembiraan ini berasal dari fisik yag sehat, situasi yang ganjil, persamaan yang mengasyikan, dan lain-lain. Reaksi yang diekspresikan adalah tersenyum, mendengkut, mengoceh, merangkak, berjalan, atau bahkan berlari.6

Pola perkembangan emosi pada bayi dapat diramalkan (Hurlock, 1978. 210). Secara umum perkembangan emosi pada bayi yaitu :

Pada masa bayi keterangsangan umum bayi sudah dapat dibedakan menjadi reaksi yang sederhana dan mengesankan tentang kesenangan dan ketidaksenangan. Reaksi tidak menyenangkan diwujudkan dengan bentuk menangis dan aktivitas lain. Sebaliknya, reaksi menyenangkan. Bentuk-bentuk emosi seperti gembira, marah, takut, dan bahagia adalah ekspresi khas yang ada pada masa bayi. Seiring bertambahnya usia anak, reaksi emosi cenderung dapat dibedakan, bila arah anak akan cenderung melempar barang atau menegejangkan tubuh. Adapun reaksi menyenangkan biasnya ditampakkan anak melalui kegiatan tersenyum, atau reaksi sepontan yang lain. Dengan bertambahnya kemampuan bahasa anak, maka anak akan cenderung mampu mengungkapkan perasaan anak sesuai dengan tingkat perkembangan usaha anak.7

6 Suyadi, Belajar Pendidikan Anak Usia Dini(Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2010). Hal. 112

7 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

(7)

Adapun menurut Desmita (2005 : 116), menjelaskan pola perkembangan emosi anak dimulai sejak anak berada dalam kandungan (prenatal). Dan setelah lahir pola perkembangan emosi disertai dengan :

a) Perkembangan temperamen

Perkembangan merupakan salah satu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Secara sederhana temperamen dapat diartikan sebagai perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta peraturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relati stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman. Konsistensi tempramen ini dibentuk oleh faktor keturunan, kematangan, dan pengalaman terutama pola pengasuhan orang tua.

b) Perkembangan Kedekatan (Attachment)

Menurut Herbet (dalam Desmita. 2005: 120) attachment diartikan sebagai ikatan antar dua individu atau lebih, sifatnya adalah hubungan psikologis yang didiskriminatif dan spesifik, serta mengikat seseorang dengan orang lain dalam rentang waktu dan ruang tertentu. Adapun Seifrt dan Hoflnung (dalam Desmita 2005: 122) menjelaskan attachment sebagai hubungan timbale balik yang sama kuat antara ibu dan anak, walaupun satu sama lain berbeda dalam memenuhi kebutuhan kedekatan fisik dan emosionalnya. Attachement ata kedekatan muncul karena adanya hubungan fisik antara anak dan orang tua atau anggota keluarga. Rasa kedekatan ini terbagi dua yaitu : rasa kedekatan ini terbagi menjadi dua yaitu : kedekatan yang aman (secure attachment) dan ketertarikan yang tidak aman (insecure attachment).8

c) Perkembangan Rasa Percaya (trust)

Pada perkembangan anak mengalami rsa percaya dan rasa tidak percaya. Rasa percaya akan cenderung memnculkan rasa man dan percaya diri pada anak. Begitupun rasa tidak percaya akan berakibat pada rasa tidak tidak aman dan ketidakpercayaan diri pada anak.

d) Perkembangan Otonomi

Menurut otonomi (dalam Desmita 2005: 125), merujuk perkembangan otonomi sebagai kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang dapat memerintah, mengasai, dan membentuk dirinya sendiri. adapun menurut

8 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

(8)

Erikson (dalam Desmita, 2005: 126), otonomi atau kemandirian merupakan tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi berkembang sesuai dengan perkembangan kemampuan mental dan motorik anak.9

Adapun variasi emosional pada masing-masing bayi berbeda-beda, perbedaan ini dipengaruhi oleh bebrapa hal diantaranya :

a. Keadaan fisik bayi. Anak yang sehat yang cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.

b. Reaksi sosial terhadap perilaku emosional. Reaksi sosial yang tidak menyenangkan akan mengakibatkan reaksi emosi anak jarang tampak dan terwujud dibandingkan dengan apabia reaksi sosial yang diterima anak menyenangkan.

c. Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan dengan jenis kelamin sejenis mengakibatkan semakin seringnya pelampiasan emosi dan lebih kuat.

d. Jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga besar cenderung berpotensi besar menimbulkan emosi dibandingkan keluarga kecil.

e. Cara mendidik anak. Cara mendidik otoriter mendorong rasa cemas dan takut. Adapun cara mendidik permisif (serba boleh) dan demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang.

f. Status sosial-ekonomi keluarga. Anak dengan status sosial ekonomi yang rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dibandingkan dengan anak yang memilih keluarga dengan status sosial ekonomi yang tinggi.10

4. Perkembangan Kecerdasan Sosioemosional Bayi

Perkembangan emosional bayi itu terbina sejak ia masih berupa janin dalam kandungan ibunya. Yaitu berlangsung melalui unithas kehidupan psikis diantara ibu dan janinnya. Penghayatan psikis dan semua emosi ibu itu “manular”, ikut dialami oleh calon bayinya. Jika ibu yang bersangkutan mengalami gangguan emosional yang sangat kuat, dan ia menolak keras kehamilannya, banyak kemungkinannya ibu tersebut akan mengalami keguguran kandungan ; karena bayi itu juga tak mau hidup, sebab ditolak oleh ibunya.11

9 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

Kencana, 2011)hal.26

10 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

Kencana, 2011)hal.25.

(9)

Ada dua ciri khusus dari emosi masa bayi :

a) Emosi bayi disertai oleh reaksi perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang menimbulkannya, terutama dalam hal marah dan takut.

b) Emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan pada periode-periode lain. Ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan intelektual pada bayi sehingga mereka mudah dan cepat bereaksi terhadap rangsangan yang pada waktu lalu membangkitkan reaksi emosional.

Perkembangan emosional pada masa bayi pada awalnya tampil sederhana. Bayi yang berbeda akan memberikan respons yang tidak sama pada rangsangan yang datang dan bergantung pada pengalaman sebelumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi respons emosional pada bayi yang tidak saja bergantung pada kondisi fisik dan mentalnya saat rangsangan itu terjadi, namun juga seberapa berhasilnya rangsangan tersebut memenuhi kebutuhan dirinya. 12

Perkembangan sosial pada masa bayi memegang peran penting untuk menentukan hubungan sosialnya pada masa mendatang serta pola perilaku pada orang lain. Rumah merupakan pusat bayi dibesarkan dan untuk itu dirumah pulalah fondasi hubungan sosial tersebut terbentuk. Beberapa penelitian sosial menunjukkan betapa pentingnya fondasi sosial ini terbentuk pada masa bayi.

Perkembangan emosional pada bayi pada dasarnya dipengaruhi oleh pengalaman hidup. Namun, pendidikan emosi dapat dimulai sejak dari awal kehidupan yang berupa respon ibu (orang tua) ketika bayinya lapar. Jika bayi lapar dan ibu segera memberikan ASI dengan kasih sayang, bayi akan tertidur dengan kedamaian setelah dirinya kenyang. Bayi percaya bahwa ibunya akan memperhatikan kebutuhannya dan selalu siap jika dibutuhkan. Namun jika bayi lapar dan ibunya memberikan ASI dengan perasaan marah dan jiwa yang tidak stabil, bayi pun akan merasakan ketegangan ibunya. Bayi akan menggeliat kaku, dan akan berhenti menyusu. Bayi yang menghadapi kondisi ibunya seperti itu akan beranggapan bahwa orang lain tidak dapat diandalkan, tidak ada orang yang peduli akan kebutuhannya. Kondisi seperti ini akan membahayakan perkembangan kecerdasan emosionalnya.

(10)

Kebutuhan bayi dan lahirnya emosi masih sangat tergantung pada perkembangan lingkungan sekitar. Artinya perkembangan kecerdasan emosional sangat ditentukan lingkungannya. Ketergantungan bayi pada lingkungannya akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia bayi. Lambat laun, bayi memiliki keinginan untuk melakukan segalanya secara mandiri.

Perkembangan kecerdasan emosional bayi pada usia 0-1 bulan ditentukan oleh pola makan dan tidurnya. Bayi dapat menentukan kebutuhan makannya sendiri. jika kebutuhan makannya telah terpenuhi, maka bayi akan tertidur. Sebaliknya jika bayi kebutuhan makannya kurang, bayi akan susah tidur dan menangis. Kondisi ini sangat beralasan karena makan merupakan puncak pemenuhan kebutuhan emosional bayi. Pada dasarnya, bayi sudah memiliki kemampuan untk berpikir. Kemampuan berpikir telah dimiliki bayi pada usia 3 bulan, bayi yang menangis karena lapar dan tertidur karena kenyang merupakan bukti bahwa bayi telah memiliki pola untuk berpikir. Seperti yang terjadi pada orang dewasa, bermimpi dapat dialami oleh bayi. Bayi sering bermimpi sedang makan, ditnjukkan dengan gerakan bibir yang sedang menyusu. Selain itu bayi memiliki kemampuan untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya. 13

Perkembangan emosi pada bayi awalanya nampak sederhana, yang berbeda akan memberikan respon yang tidak sama pada rangsangan yang datang dan bergantung pada pengalaman sebelumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi emosional pada bayi yang tidak saja bergantung pada kondisi fisik dan mentalnya saat rangsangan itu terjadi , namun juga seberapa berhasilnya rangsangan tersebut memenuhi kebutuhan dirinya. Perkembangan emosional pada masa bayi sangat penting perannya untuk menentukan hubungan sosialnya pada mendatang serta pola perilaku pada orang lain. Rumah merupakan pusat tempat dibesarkan dan untuk itu di rumah pulalah fondasi sosial tersebut terbentuk.

Mengapa emosi anak bisa berbeda-beda? menurut Hawari, sebagaimana dikutip Mahmudi, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh sikap, cara, dan kepribadian orang tua dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik anaknya. Dalam perspektif lain, perbedaan tersebut lebih dikarenakan faktor genetis, lingkungan dan diasuh oleh orang tua yang berlatar belakang pendidikan atau keilmuan yang berbeda. Faktor-faktor inilah yang berpengaruh pada pembentukan emosional yang berbeda-beda pada bayi.

(11)

Walaupun demikian, masih ada titik persamaan diantara sekian perbedaan emosi tersebut. Persamaan itu adalah terangsangnya emosional setiap bayi jika diberikan stimulus. Oleh karena itu, dalam rangka mencerdaskan emosi, pemberian stimulus melalui permainan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sosial emosional bayi. Menurut Hurlock, gejala emosional pertama yang muncul adalah keterangsangan yang umum terhadap stimulus atau rangsangan yang kuat, reaksi emosional ini memang belum Nampak jelas sebagai reaksi emosi pada umumnya, tetapi hanya memberi kesan sederhana berupa kesenangan atau ketidaksenangan. Reaksi emosional yang tidak menyenangkan biasanya diekspresikan dengan cara menangis, bersuara keras, dan lain sebagainya. Reaksi ini akan mudah muncul ketika bayi dibiarkan memakai popok basah atau menempelkan sesuatu yang dingin atau panas pada kulitnya.

Sedangkan emosi yang menyenangkan tampak jelas ketika sedang menyusu ibunya, tertawa dan berceloteh. Reaksi serupa juga mudah muncul jika bayi diayun-ayun atau digendong dan diberi sentuhan hangat. Mendekati usia 1 tahun emosional bayi semakin nampak jelas, bahkan mirip seperti emosi orang dewasa, yakni marah takut dan bahagia. Biasnaya bayi mengungkapkan emosinya, yaitu dengan ungkapan emosi mereka. Ungkapan emosi yaitu bentuk prabicara yang paling eektif, karena tidak ada yang lebih ekspresif daripada isyarat-isyarat wajah yang oleh bayi digunakan untuk mengatakan keadaan emosinya kepada orang lain. Alasan mengapa ungkapan emosi merupakan bentuk prabicara yang bermanfaat adalah :

a. Karena bayi belum mempelajari pengendalian emosi, maka mudahlah orang lain untuk mengetahui emosi apa yang mereka alami melalui ungkapan-ungkapan wajah dan badan. b. Bayi lebih mudah mengerti orang lain melalui ungkapan wajah daripada melalui

kata-kata.

Setelah memberikan berbagai stimulasi untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional sebagaimana disebutkan diatas, diharapkan bayi dapat menunjukkan kemampuan sosial emosional secara genius. 14

Tabel Perkembangan Sosial-Emosional Bayi

(12)

NO Usia Indikator Capaian Perkembangan Sosial Emosional

1. 0-4 bulan 1. Menangis sebagai ungkapan rasa takut, sakit, tidak senang, dan hal-hal buruk lainnya.

2. Senyum ketika disentuh atau dipegang

3. Merespon ketika bermain sederhana

2. 4-8 bulan 1. Merespon nama panggilan, terutama nama sendiri 2. Menangis ketika ditempat yang gelap, sendirian. 3. Merespon dengan tertawa, menangis, dan menjerit. 4. Menangis ketika stress.

3 .

8-12 bulan 1. Menirukan gerak-gerik orang dewasa

2. Senang bercermin

3. Selalu ingin di dekat orang dewasa, terutama orang tuanya

5. Fase Perkembangan Sosioemosional Pada Bayi

Menurut Yusuf (2005), perkembangan emosi terbagi menadi lima fase yaitu antara lain :

a. Fase Bayi (0-2 tahun)

Masa bayi 0-2 tahun terbagi menadi 3 kategori : 1) Usia 0-8 mingguu

Kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi. Emosi anak sangat bertalian dengan perasaan indrawi (fisik), dengan kualitas perasaan, senang dan tidak senang. Misal : anak tertidur pulas atau senyum bila ia merasa kenyang, hangat dan nyaman, serta menangis karena lapar, haus, kedinginan atau sakit.

2) Usia 8 minggu-1 tahun

Pada masa ini perasaan psikis sudah mulai berkembang anak merasa senang atau tersenyum bila melihat mainan yang tergantung di depan matanya. Tidak merasa senang terhadap benda asing atau orang asing (menangis apabila dipangku oleh orang yang tidak dikenalnya). Pada masa ini perasaan anak mengalami diferensial (penguraian), yaitu dari perasaan senang jasmaniah menjasi tidak senang, marah, takut, jengkel, dan terkejut.

3) Usia 1-3 tahun

(13)

bahasa dan emosi. Pada fase ini anak bersifat labil (mudah berubah) dan mdah bersulut (mudah terpengaruh tetapi tidak lama).15

Gejala-gejala perkembangan emosi pada usia ini, yaitu sebagai berikut : a) Emosinya sudah mulai terarah pada sesuatu (orang, benda atau makhluk lain). b) Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada usia 2 tahun maka

anak dapat menyatakan perasaanya dengan menggunakan bahasa. c) Sifat-sifat perasaan anak pada fase ini :

a. Labil, artinya mudah kembali berubah (sebentar menangis, kemudian tertawa). b. Mudah bersulut (dipengaruhi) tetapi tidak bertahan lama dan sifatnya

dangkal.16

Dari berbagai uraian tentang pola dan variasi perkembangan emosi pada bayi dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi pada bayi dapat diramalkan proses perkembangannya, adapun variasi perkembangan emosi pada masing-masing anak berbeda-beda tergantung pada faktor yang mempengaruhi. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya :

a) Keadaan fisik anak.

b) Reaksi sosial terhadap perilaku emosional. c) Kondisi lingkungan.

d) Jumlah anggota keluarga. e) Cara mendidik anak.

f) Status sosial-emosional keluarga.17

Pada usia ini perkembangan rasa sosial lebih jelas lagi karena dapat dinyatakan dengan bahasa, seperti mengajak, menyatakan simpati dan antipasti, rasa tidak setuju, menolak atau menentang dan sebagainya. Karena emosi anak kemungkinan dapat dipengaruhi maka anak dapat turut menyayangi, mengasihi ataupun membenci sesuatu. Hal ini merupak benih untuk timbulnya rasa sayang, benci atau simpati terhadap sesuatu (seseorang).

15 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

Kencana, 2011)hal.27.

16 Syamsu Yusuf L.N. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006).hal. 157

17 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

(14)

6. Jenis-Jenis Emosional Pada bayi

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ekspresi dan pola sistem saraf otonom, Lazarus (1991) mengkatagorikan emosi menjadi dua kategori, yaitu emosi primer atau dasar (basic) dan skunder (derived). Emosi primer merupakan emosi yang ada pada spesies mamalia, sedangkan emosi sekunder merupakan kombinasi dari beberapa emosi primer.

Terdapat beberapa perbedaan antar ahli emosi dalam mengatagorikan emosi primer. Mengacu pada pendapar darwin, karakteristik yang biasa terdapat pada emosi primer : pertama, emosi primer berakar dari evolusi warisan, yang telah dimiliki sejak awal masa bayi dan muncul dengan cepat dan otomatis dalam interaksinya dengan lingkungan. Kedua, emosi primer memiliki karakteristik sebagai ekspresi wajah yang universal dan dapat dikenali pada berbagai budaya yang berbeda. Kryiga, emosi primer berkaitan dengan sistem sirkuit saraf di otak dan berkorelasi dengan aktivitas sistem otonom, namun Lazarus (1991) memberi empat perbedaan utama dalam menyimpulkan emosi-emosi yanag masuk dalam kategori emosi primer, yaitu :

a) Emosi primer merupakan emosi asli dan elemen dari fisiologis.

b) Emosi primer ditemukan secara konsisten pada berbagai budaya dan beberapa spesies binatang.

c) Emosi primer ada sejak lahir atau pada tahun pertama kehidupan.

d) Emosi primer merupakan dorongann dan ekspresi yang lebih ditunjukkan sebagai tgas penyesuaian yang paling penting dalam mempertahankan diri dari bahaya, reproduksi, orientasi dan eksplorasi (atau disebut sebagai universalitas biologi).18

7. Perkembangan Sosial Pada Bayi

Sebagian psikolog beranggapan bahwa perkembangan sosial itu dimulai sejak anak lahir di dunia, terbukti seorang bayi yang menangis, adalah dalam rangka mengadakan kontak/hubungan dengan orang lain. Atau anak tampak mengadakan aktifitas meraba, tersenyum, bila memperoleh rangsangan dan teguran dari luar. 19

Perkembangan ini akan terus berlanjut sesuai dengan pengalamannya, sehingga ia siap untuk bergaul dengan yang lain secara baik dan wajar. Perkembangan sosial yang dini memainkan peranan yang sangat penting dalam penentuan hubungan sosial dimasa depan dan

18 Riana Mashar.Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.(Bandung:

Kencana, 2011)hal.29.

(15)

pola perilaku terhadap orang lain. Karena kehidupan bayi berpusat disekitar rumah, maka rumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya kelak. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap sosial atau antisocial merupakan sikap bawaan. “pengalaman interaksi sosial didalam keluarga turt menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain. Apabila interaksi sosialnya didalam keluarga tidak lancar, maka besar kemungkinannya bahwa interaksi sosialnya didalam dengan masyarakat juga berlangsung tidak lancar. (Ahmadi, 2002).

Mengapa dasar-dasar sosial yang disini sangat penting adalah bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap kalau anak-anak menjadi lebih besar. Anak yang pada saat bayi sering menangis, cenderung agresif dan menunjukkan perilaku-perilaku yang mencari perhatian. Sebaliknya, bayi yang raah dan lebih bahagia biasanya penyesuaian sosialnya lebih baik apabila telah menjadi besar nanti.

Beberapa respon sosial bayi pada orang dewasa dapat disebutkan sebagai berikut : 1) Pada usia 2-3 bulan bayi sudah dapat membedakan antara orang dan bukan orang, serta

orang-orang manakah yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya. Ia akan meraasa puas jika bersama orang lain dan merasa tidak puas jika ditinggal sendirian naun bayi belum menunjukkan keberpihakan pada seseorang.

2) Pada usia 4-5 bulan bayi mau digendong oleh siapa saja yang mengangkatnya serta mampu bereaksi secara berbeda terhadap suara yang keras maupun ramah serta senyuman maupun sungutan.

3) Pada usia 6-7 bulan bayi dapat membedakan antara temannya dan orang asing dengan memberikan senyuman atau menunjukkan ketakutannya. Bayi mulai memasuki usia mal-malu (shy age). Ia mulai terikat secara emosional dengan ibunya dan menunjukkan ketidakramahannya pada orang lain. Sedangkan dengan bayi lain ia mampu memberikan senyuman dan menunjukkan minatnya melalui jeritan yang diberikan.

4) Pada usia 8-9 bulan bayi berusaha untuk berbicara, bergerak-gerik dan melakukan gerakan sederhana pada orang lain. Antara usia 9-13 bulan reaksinya terhadap bayi lain adalah mencontoh gerak-gerik maupun suara, serta menunjukkan kemarahannya jika mainannya dirampas oleh teman lainnya, meskipun ia sendiri mulai menunjukkan kebersamaan dengan orang lain.

5) Pada usia 12 bulan bayi telah bereaksi dengan perkataan “tidak atau jangan”.

(16)

maupun penolakan fisiknya. Sedangkan pada bayi lain terlihat reaksi bahwa ia sudah mulai mengurangi rebutan mainan dengan bayi lain dan mau membagi serta menunjukkan keinginannya untuk bermain bersama.

7) Pada usia 22-24 bulan bayi mulai bekerja sama dengan sejumlah kegiatan rutin seperti mandi, memakai pakaian, serta makan. Ia juga lebih menunjukkan minat untuk bermain bersama bayi lainnya dan menggunakan permainan untuk memantapkan hubungannya tersebut.20

Arnold Gessell, mengungkapkan hasil penelitiannya dalam masalah ini antara lain:

a) Usia 2 bulan : tersenyum memandang orang lain.

b) Usia 3 bulan : tersenyum kembali, mengeluarkan berbagai suara sebagai jawaban atau rangsangan dari luar.

c) Usia 4 bulan : menangis, menolak sebgai tanda tidak setuju terhadap orang mengadakan hubungan.

d) Usia 5 bulan : mengikuti dengan gerakan mata/ terhadap gerakan orang yang sedang lalu lalang.

e) Usia 6 bulan : mengadakan reaksi terhadap orang yang marah atau orang yang ramah. f) Usia 7 bulan : mulai aktif mengadakan hubungan, ia mencoba mengadakan aksi baik

dalam bentuk gerakan atau suara-suara.

g) Usia 8 bulan : dapat bermain, sembunyi-sembunyi (ciluk-ba), ia dapat memanggil ; mama, papa, dik, dan lain-lain.

h) Usia 10 bulan : mencoba menarik perhatian orang dewasa.

i) Usia 1 tahun : mulai mengerti akan isyarat-isyarat yang sederhana, contoh : bey-bey dengan melambaikan tangan atau menunjuk dengan jari satu dan lain-lain.21

Beberapa isyarat umum yang biasa digunakan pada masa bayi dapat kita lihat pada tabel berikut :

Isyarat Artinya

Mengeluarkan makanan dari mulut Kenyang atau tidak lapar

Mencebik (pout) Tidak senang

Mendorong puting susu dari mulut dengan lidah Sudah kenyang atau tidak lapar Mendorong benda jauh-jauh Tidak menginginkan

Menjangkau benda Ingin memilikinya

20 Reni Akbar dan Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak(Mengenal Sifat, Bakat dan Kemampuan Anak).(Jakarta: PT Grasindo 2001).hal 19-20

(17)

Menjangkau seseorang Ingin ditimang/digendong Mengecap bibir atau mengeluarkan lidah Lapar

Tersenyum dan mengacungkan tangan Ingin digendong

Bersin berlebihan Basah dan dingin

Bergeliat dan bergetar Dingin

Menggeliat, meronta dan berpakaian selama mandi Tidak suka adanya pembatasan kegiatan Molehkan kepala dari puting susu Kenyang atau tidak lapar

(18)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan.

Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak meruapakan masa dasar. Masa bayi disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan mental bayi ini jadi fondasi kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Karena itu perannya sangat vital dan penting. Lagi pula, pada periode ini berlangsung proses pertumbuhan yang sangat cepat sekali.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dijadikan saran-saran sebagai berikut :

1. Orang tua hendaknya memperhatikan pola makan dan kebutuhan nutrisi bayinya agar si bayi dapat berkembang dengan baik dan normal.

2. Orang tua hendaknya mengetahi dan memahami perkembangan emosional bayinya, sehingga dapat menerapkan dan memastikan bahwa anaknya telah menyelesaikan semua perkembangan sesuai dengan rentang usia pada setiap fase perkembangannya.

3. Orang ta hendaknya mengasuh anaknya sendiri dan tidak diserahkan pada pengsuh atau orang lain, terutama pada masa perkembangan bayinya sampai masa awal masa kanak-kanak.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, Bakat dan

Kemampuan Anak). Jakarta: PT Grasindo.

Hurlock, Elizabeth. Edisi Kelima. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. 1986. Psikologi Anak. Bandung. PT Alumni.

Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.Bandung: Kencana

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta. PT Pustaka Insani Madani

Widyastuti, Anis dan Retno Widyani. 2000. Panduan Perkembangan Anak 0-1 Tahun. Jakarta: Swadaya Nusantara

Referensi

Dokumen terkait

Diagram 4.2 Urutan Aktifitas Re-staging unit Gas Turbine Compressor C-1A dan C- 2A, Pelaksanaan di Lokasi B1 Compressor, Bravo station, PHE ONWJ Total waktu kegiatan selama

Selain menggunakan lembar wawancara yang juga sudah dilakukan sebelumnya, peneliti juga menggunaan dokumentasi untuk melengkapi data implementasi nilai- nilai PPK

Perhitungan Nilai Waktu untuk ruas Jalan Hayam Wuruk yang dimaksud dalam tulisan ini, berdasarkan data dan hasil analisa dari segmen jalan yang telah ditentukan berupa

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa variasi mengajar guru dalam proses pembelajaran merupakan suatu jenis perubahan dalam kemampuan guru untuk

POSKESDES adalah suatu upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (ukbm) yang melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang

Jika peraturan daerah telah diubah lebih dari satu, pasal I memuat, selain mengikuti ketentuan pada nomor 154 pada huruf , juga tahun dan nomor dari peraturan daerah perubahan yang

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Penagihan Pajak setiap tahun ada fluktuasi dan cenderung turun. Sedangkan pada tahun 2017 Penagihan

Total pendapatan bersih Perseroan lebih dari Rp 190 miliar PERJALANAN PERSEROAN Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia