• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan 2.1.1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Konsep dasar pendidikan merupakan suatu proses belajar. Hal ini berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat, dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

(2)

Menurut Green(1972) dalam Mubarak (2007) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Artinya perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam individu atau masyarakat itu sendiri. Pendidikan kesehatan merupakan istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan.

MenurutStuart (1968) dalam Ali (2010) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan adalah komponen dari program kesehatan dan program kedokteran yang terencana guna menimbulkan perilaku, individu, kelompok dan masyarakat dengan melakukan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

2.1.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

World Health Organisation/WHO (1945) dalam Maulana (2009)

menyatakan bahwasecara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Akan tetapi, perilaku mencakup hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar sehingga menurut Maulana (2009) rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat oleh sebab itu, pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari–hari.

(3)

3. Mendorong penggunaan dan pengembangan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Mubarak (2007) menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu :

1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar. 3. Menurut Ida Bagus dan Tjitarsa (1992) dalam Mubarak (2007)

menjelaskan bahwa tujuan pendidikan kesehatan yakni untuk memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang – Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 dalam Mubarak (2007) yakni: meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan maupun program kesehatan lainnya.

2.1.3. Media Pendidikan Kesehatan

(4)

pengajar atau pembicara akan mudah diterima apabila diberikan dengan metode dan media yang benar dan baik.

Adapun tujuan media dan jenis–jenis media untuk pendidikan kesehatan menurut pendapat para ahli dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tujuan penggunaan media

Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa tujuan penggunaan media antara lain adalah untuk menimbulkan minat sasaran pendidikan, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman, merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan, membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan, mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

(5)

2. Jenis - jenis media untuk penyampaian pendidikan kesehatan

Menurut Kholid (2014) aplikasi media merupakan bagian penting dalam sebuah pendidikan kesehatan karena media dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat. Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar bergantung pada tiga faktor yaitu: faktor isi pesan, cara menjelaskan pesan, dan karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Bukan berarti semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajarnya. Apabila bahan pengajaran telah dikemas dengan tepat serta serta disajikan pada audience yang tepat maka media pembelajaran akan tepat.

Notoatmodjo (2007) membagi media sebagai alat bantu pendidikan menjadi 3 jenis yaitu alat bantu lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids), alat bantu lihat-dengar (audio visual aids). Alat bantu lihat (visual aids) berguna dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan alat-alat yang tidak diproyeksikan, misalnya 2 dimensi (gambar, peta, bagan), 3 dimensi (bola dunia, boneka). Sedangkan alat-alat bantu dengar (audio aids) berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/ pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids), seperti televisi dan video. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal

(6)

telah diterima oleh manusia sehingga apa yang diterima akan lebih lama disimpan didalam ingatan.

Notoatmodjo (2007) membagi media sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan menjadi 3 jenis yaitu:

a. Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain: booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar, leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi, flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan, flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau infomasi berkaitan dengan gambar tersebut, rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

(7)

kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat (Notoadmodjo, 2007).

b. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain televisi, radio, video, slide, dan film strip.

Media elektronik memiliki beberapa kelebihan yaitu sudah dikenal masyarakat, mengikut sertakan semua panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif besar, dan sebagai alat diskusi serta dapat diulang-ulang. Walaupun demikian media elektronik juga memiliki kelemahan yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya dan perlu terampil dalam pengoperasian.

c. Media Papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum seperti bus dan taksi.

2.1.4.Metode dan Teknik Pendidikan Kesehatan

(8)

menyampaikan pesan–pesan kesehatan atau mentranformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat. Berdasarkan sasarannya, metode dan tehnik promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Metode pendidikankesehatan individual

Metode ini digunakan apabila antara promotor dan sasaran dapat berkomunikasi tatap wajah (face to face) maupun melalui sarana komunikasi lainnya, misalnya telepon, cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan dan klien dapat saling berdialog, saling merespon dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi klien petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan individual ini yang sering digunakan adalah councelling.

2. Metode pendidikan kesehatan kelompok

Teknik dan metode pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan kelompok ini digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok dibedakan menjadi dua yakni kelompok kecil dan kelompok besar. Disebut kelompok kecil jika kelompok sasaran terdiri antara 6 – 15 orang, sedangkan kelompok besar bila sasaran diatas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode promosi kesehatan kelompok juga dibedakan menjadi 2 yaitu:

(9)

perlu dibantu dengan alat bantu atau media, misalnya: lembar balik (flip chart), alat peraga, slide dan sebagainya.

b. Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok besar, misalnya: metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti dengan tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat bantu misalnya: overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.

3. Metode pendidikan kesehatan massa

Apabila sasaran pendidikan kesehatan adalah masal atau publik, metode penyampaiannya memang paling sulit, karena sasaran publik sangat bervariasi, baik dilihat dari kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya. Masing–masing kelompok sasaran yang sangat bervariasi tersebut berpengaruh terhadap cara merespons, cara mempersiapkan dan pemahaman terhadap pesan–pesan

kesehatan. Kita harus merancang dan memberikan pesan–pesan kesehatan kepada massa tersebut dengan metode, teknik, dan isi yang sama. Notoatmodjo (2010) menyatakan metode dan teknik promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah:

a. Ceramah umum (Public speaking), misalnya dilapangan terbuka dan tempat–tempat umum.

(10)

c. Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, selebaran, poster, dan sebagainya.

d. Penggunaan media diluar ruang, misalnya: billboard, spanduk, umbul – umbul, dan sebagainya.

2.1.5.Strategi Penyampaian Pendidikan Kesehatan

Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan, termasuk juga didalamnya komponen-komponen materi pendidikan kesehatan (Purba, 2013).

Penyampaian pendidikan kesehatan pada remaja, dapat dilakukan dengan menggunakan metode penyampaian pesan yang sederhana dan menggunakan alat bantu sebagaimana dijelaskan menurut Nurhidayah (2010) metode penyampaian pesan sebaiknya sederhana, menarik dan mudah dipahami agar peserta benar-benar memahami pesan yang disampaikan, adapun metode penyampaian pesan tersebut adalah dengan menggunakan metode ceramah. Dalam melaksanakan proses pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah, penyampaian materi bersifat teoritis dan dilanjutkan dengan menggunakan alat bantu seperti gambar, slide atau film.

2.2. Konsep Narkoba 2.2.1.DefinisiNarkoba

(11)

maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oralatau diminum, dihirup, maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan serta prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (Adiksi) fisik dan psikologis.

2.2.2.Jenis–Jenis Narkoba

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan, adapun kegunaannya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal medis dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular pada masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu: Narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya (Fitri, 2014).

1. Narkotika

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bukan tumbuh-tumbuhan baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009). Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan yaitu:

a. Narkotika Golongan I

(12)

adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

1. Ganja

Nama lain dari ganja adalah mariyuana, cannabis, hashis, gelek dan sebagianya. Mariyuana adalah suatu bahan berbentuk bubuk (powder) kering berwarna putih kehijauan dan abu-abu yang dari ekstrak bunga dan daun tanaman cannabis sativa. Bahan kimia aktif dalam mariyuana adalah delta-9-tetrahydrocanabinol (THC) yang dapat memengaruhi suasana hati manusia dan memengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya dan akan merangsang reaksi sel saraf sehingga menyebabkan penderita berkeinginan untuk menggunakan obat tersebut secara terus menerus. Penggunaana dilakukan dengan cara menghisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat dihisap dengan menggunakan pipa rokok.

Penggunaan ganja dosis rendah hanya berpengaruh pada rasa nyaman, euphoria (merasa santai), tetapi gejala ini sulit dideteksi. Pada dosis yang lebih

(13)

2. Heroin/Putau

Heroin adalah salah satu diantara narkotika yang paling banyak disalahgunakan para penagih di Indonesia akhir-akhir ini dan sangat adiktif. Heroin bertindak memengaruhi otak sehingga menghasilkan efek menyenangkan dan menghilangkan rasa nyeri, nama popular heroin di Indonesia adalah putaw. Penggunaan heroin umumnya secara injeksi intravena (mainling), intra muskular dihisap dengan pipa, dicampur dengan ganja atau rokok, asapnya diinhalasi dengan pipet atau serbuknya langsung dihirup melalui hidung. Efek yang dialami setelah diinjeksi para penagih akan mengalami ephoria disertai panas pada kulit, mulut kering, anggota badan terasa berat, fungsi mental turun karena depresi SSP (sistem saraf pusat), bicara lambat dan kaku, pupil mata mengecil, kelopak mata menciut atau mata sayup, gangguan pengelihatan, muntah dan sembelit/perut terasa mulas (Hawari, 2012).

Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, namun dengan dosis tertentu heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker stadium lanjut karena efek analgesik (menghilangkan rasa nyeri) dan mempunyai sifat nyaman, merasa santai (euphoria) yang baik (BNN, 2009)

(14)

a. Pada sisitem syaraf pusat dapat menyebabkan hilangnya memori dan ketidak mampuan membedakan yang penting dengan yang tidak, gangguan penghayatan akan waktu dan ruang, dan dapat menyebabkan kerusakan otak. b. Pada sistem pernafasan dapat meningkatkan resiko penyakit paru kronis

(bronkitis, kanker) lebih besar dari pada perokok.

c. Pada sisitem reproduksi dapat mengakibatkan berkurangnya kadar hormone testosteron dan jumlah spermatozoa sehinga dapat mengurangi kesuburan pada laki–laki. Sedangkan pada perempuan dapat terjadi gangguan haid, resiko ketidak suburan, dan menyebabkan gangguan syaraf pada bayi dari ibu pemakai ganja.

3. Kokain

(15)

a. Tubuh gemetar, sakit kepala, dan mual.

b. Kemampuan tubuh untuk menangkal infeksi menurun, dan berat badan menurun karena selera makan berkurang, ketergantungan.

c. Paranoid (perasaan seolah–olah dianiaya atau memliki kekuasaan)

Menurut Martono (2006) Pengaruh kokain pada sistem tubuh manusia adalah : a) Pada sistem syaraf dapat merangsang fungsi otak, dan dapat menyebabkan

amnesia, sakit jiwa, dan kerusakan tetap pada otak dan sistem syaraf.

b) Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan pernafasan terganggu, berhenti, dan dapat menyebabkan batuk.

c) Pada sistim jantung dan pembuluh darah, dapat mengakibatkan jantung berdebar–debar, kerja jantung meningkat dan lebih cepat, sehingga dapat terjadi serangan jantung dan kematian.

d) Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, bayi lahir prematur, dan bayi lahir mati. Bayi yang dilahirkan menjadi ketergantungan terhadap kokain dan menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh setelah anak bersekolah, ia sulit belajar dan ada gangguan perilaku. b. Narkotika Golongan II

Menurut Martono (2006)narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.

c. Narkotika golongan III

(16)

batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit (analgesik), walaupun zat ini cukup populer, tetapi mempunyai sifat–sifat yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, oleh karena itu penggunaan kodein harus diawasi.

2. Psikotropika

Menurut Martono (2006) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa. Adapun jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :

a. Golongan I

Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).

b. Golongan II

Psikotropika berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: amfetamin dan metilfenidat atau ritalin).

c. Golongan III

(17)

d. Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam).

Menurut Martono (2006) psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain : a. Ekstasy

Ekstasy dikemas dalam bentuk tablet dan ada juga yang berbentuk kapsul. Penggunaanya dilakukan dengan cara menelan. Efeknya terhadap tubuh adalah, berkeringat, mulut kering, rasa haus meningkat, rahang kaku, tekanan darah meningkat, detak jantung cepat, dan suhu tubuh meningkat, mata berair, kelebihan tenaga, dan kehilangan nafsu makan. Efek psikologinya adalah, pengguna merasa santai, gembira, hangat, bertenaga, dan menggambarkan perasaan saling mengerti diantara mereka. Setelah mencapai puncak 2-4 jam pemakai akan mengalami depresi dan kelesuan pada otak.

b. Shabu-shabu

(18)

Pengaruh segera setelah pemakaian shabu–shabu adalah menyebabkan perasaan gembira, mudah tersinggung, dan cemas, meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan, selera makan berkurang, mulut kering, berkeringat, dan bicara cepat, sakit kepala, penglihatan buram, dan pusing, pupilmelebar. Pengaruh jangka panjang pemakaian sabu-sabu adalah gelisah, mudah curiga (paranoid), dorongan untuk melakukan bunuh diri, kurang gizi, halusinasi (penglihatan atau pendengaran semu), agresif, dapat melakukan tindakan kekerasan, hilanganakal sehat dan ketergantungan dan gejala putus zat menjadi murung dan letih. Adapun pengaruh pada sistem tubuh manusia adalah: a. Pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak,

sehingga terjadi stroke.

b. Pada sistem jantung dan pembuluh darah, dapat menyebabkan nyeri dada, dan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.

c. Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan tertekannya sistem pernafasan sehingga kesadaran menghilang, dan meninggal.

d. Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur, cacat, mati dalam kandungan, atau meninggal setelah lahir.

3. Zat adiktif lainnya

(19)

a. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol) hasil fermentasi/peragian karbohidrat seperti sari buah anggur, nira, madu, gula, sari buah (anggur) dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Alkohol sering disebut dengan booze atau drink.Alkohol juga merupakan suatu zat yang apabila dikonsumsi akan

menyebabkan ketergantungan, dan apabila dikonsumsi dalam jumlah besar akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan fisik, gejala pengguna alkohol ditandai dengan wajah merah, gangguan koordinasi motorik, jalan tidak stabil, bicara tidak jelas, perubahan alam perasaan, mudah tersinggung, gangguan dalam memusatkan pikiran dan perhatian. Gejala putus alkohol mual muntah, rasa letih, lemah, berkeringat, jantung berdebar lebih cepat, tekanan darah meningkat, depresi.

b. Inhalen

(20)

dan sendi, selain itu dapat menyebabkan nyeri dada, kematian secara mendadak karena hambatan pada sistem pernafasan akibat kelebihan dosis.

c. Rokok

Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti: nikotin, karbon monoksida, karbondioksida, arsenik, zat air belerang, berbagai amonial, didalam rokok juga mengandung dua puluh racun mematikan dengan 4000 macam zat kimia, beberapa zat kimia didalam rokok diantaranya adalah zat karsinogenik atau penyebab kanker ganas dan sisahnya adalah racun tikus, hydrogen sianida, bahan bakar roket (metanol), bahan bakar korek api (butan), racun serangga (arsen), racun kenalpot (karbon monoksida), pembersih kulit (thylamin).

2.2.3.Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Menurut Makoro (2003) dalam Fitri (2014) bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi bagi pemakainya dan dapat pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang, adapun bahaya tersebut yaitu:

1. Secara fisik:

a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

(21)

d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.

f. Akan berakibat fatal apabila terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. over dosis dapat menyebabkan kematian.

g. Dampak kesehatan reproduksi pada remaja laki-laki dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan seks, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis dan gangguan sperma.

h. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan terjadi penurunan dorongan seks, gangguan pada hormon estrogen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran.

i. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

2. Secara Psikis:

a. Lamban saatkerja, ceroboh pada saat kerja, sering gelisah.

(22)

c. Emosional, dapat melakukan hal–hal negatif diluar dugaan. d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.

e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. 3. Secara Sosial:

a. Gangguan mental (sakit jiwa), anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.

b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga. c. Pendidikan terganggu masa depan suram.

2.2.4.Faktor-faktor Penyebab Penggunaan Narkoba

(23)

menyebabkan anak mengunakan narkoba. Selain faktor keluarga, faktor lingkungan lainnya adalah teman sebaya, dimana teman sebaya merupakan faktor resiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja.

Sedangkan menurut Partodiharjo (2008) menjelaskan bahwa faktor penyebab remaja memakai narkoba dapat dibedakan menjadi tiga kelompok juga yaitu: faktor yang pertama adalah faktor internal yakni rasa ingin tau, rasa setia kawan, rasa kecewa, frustasi dan kesal, faktor yang kedua adalah faktor keluarga yang tidak harmonis dimana anak merasa kurang dihargai, kurang mendapat kepercayaan dan selalu dianggap salah, sehingga anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dalam keluarga, dan faktor yang ketiga adalah karena pengaruh orang lain seperti dipaksa oleh teman atau seseorang yang mengancam akan mencelakainya.

2.2.5.Upaya Penanggulangan Narkoba

Ada lima bentuk penanggulangan masalah narkoba menurut Partodiharjo (2008) yang dikutip oleh Kumala (2012) yaitu :

1. Promotif (Pembinaan)

Ditujukan kepada masyarakat yang belum mengunakan narkoba, prinsipnya adalah meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba dengan pelaku program adalah lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah. 2. Preventif (Program Pencegahan)

(24)

mengunakannya. Selain dilakukan oleh pemerintah, program ini juga sangat efektif bila dibantu oleh lembaga profesional seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat. Bentuk kegiatan preventif yang dilakukan bisa berupa kampanye anti penyalahgunaan narkoba dengan memberikan informasi satu arah tanpa tanya jawab, hanya memberikan garis besarnya, pemberian informasi dapat disampaikan oleh toma (tokoh masyarakat), ulama, seniman, pejabat bukan tenaga profesional. pemberian informasi juga dapat dilakukan dengan mengunakan poster, brosur atau baliho. Dengan misi melawan penyalahgunaan narkoba tanpa penjelasan

yang mendalam atau ilmiah tentang narkoba juga dapat dilakukan dengan cara:

a) Penyuluhan tentang seluk beluk narkoba.

b) Pendidikan dan penyuluhan terhadap kelompok sebaya.

c) Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba di masyarakat.

3. Kuratif (Pengobatan)

Ditujukan kepada para penguna narkoba, tujuannya adalah untuk mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit, sebagai akibat dari pemakai narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian narkoba. Tidak sembarangan orang boleh mengobati narkoba,pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba secara khusus. Bentuk kegiatan kuratif yaitu: a. Penghentian pemakaian narkoba.

(25)

c. Penggobatan terhadap organ tubuh akibat penggunaan narkoba. 4. Rehabilitatif

Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalanin program kuratif. Tujuanya agar orang tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakai narkoba, Pemakai narkoba dapat mengalami gejala seperti:

a) Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan lain-lain).

b) Kerusakan mental, perubahan karakter ke arah negatif. c) Penyakit-penyakit ikutan.

5. Represif

Program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instasi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong narkoba.

2.2.6. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja

Menurut Atum (2006) pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah:

1. Pencegahan penyalahgunaan narkoba dirumah (keluarga)

(26)

maslahnya, untuk dapat mencegah hal–hal yang tidak di inginkan, sampaikan pesan dengan jelas tentang hal–hal yang merugikan bagi dirinya seperti memberi pengetahuan atau penjelasan tentang bahaya penyalahgunaan obat–obatan, memberi contoh yang baik untuk anak dengan tidak menyalahgunakan obat– obatan, orang tua juga harus mengawasi kegiatan anak dan membimbing anak dalam hal mencari teman atau bergaul sebaiknya dengan teman yang baik agar tidak menjerumuskan dirinya dalam hal–hal yang merugikan atau merusah perilakunya.

2. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah

(27)

2.3. Konsep Pengetahuan 2.3.1.Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek), Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul, Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.3.2. Tingkat Pengetahuan

Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2010) yaitu:

a. Tahu (know)

(28)

spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Menerapkan (application)

Menerapkan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya/nyata). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasinyata. d. Analisis (analysis)

(29)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah seseorang dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Faktor internal: a. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau kegiatan yang tinggi terhadap sesuatu, dengan adanya pengetahuan yang tinggi dengan didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin orang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan.

b. Pengalaman

(30)

pengalaman sendiri maupun pengalaman dari orang lain. Pengalaman yang sudah di peroleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

c. Usia

Semakin bertmbahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

d. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

2. Faktor Eksternal: a. Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk menuju kedewasaan. Pendidikan dapat memberikan wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.

b. Ekonomi

(31)

c. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, yang dapat diartikan sebagai pemberitahuan kepada seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru untuk terbentuknya sikap terhadap hal baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika orang tersebut mendapat informasi yang cukup baik dari berbagai sumber seperti radio, televisi, majalah, koran, buku dan lain–lain, maka hal tersebut akan dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut.

d. Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal negatif tergantung dari lingkungannya. Didalam lingkungan inilah seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara berfikir orang tersebut.

2.4.Konsep Remaja 2.4.1.Definisi Remaja

(32)

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia/Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak–kanak kedewasa muda.

2.4.2.Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Menurut Santrock (2003) dalam Darwanto (2014) karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja mencakup perubahan tansisi biologis, kongnitif, dan sosial. Secara lengkap, perubahan-perubahan itu akan di paparkan sebagi berikut:

1. Transisi Biologis

Perubahan pisik yang terlihat jelas pada masa pubertas, yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik yang terjadi, yang paling besar pengaruhnya pada perkembangan kejiwaan remaja adah pertumbuhan tubu (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, juga mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (di tandai haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda sexual skunder yang tumbuh.

2. Transisi Kongnitf

(33)

3. Transisi Sosial

Pada masa remaja terjadi transisi sosial, dimana remaja mengalami perubahan dalam hubungan dengan manusia lain, baik secara emosional, kepribadian, maupun peran mereka dalam konteks sosial.

2.4.3.Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Bobak (2005) dalam Septiana (2014) menyatakan bahwa anak– anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas perkembangan remaja terdiri dari: menerima citra tubuh, menerima identitas seksual, mengembangkan sistem nilai personal, membuat persiapan untuk hidup mandiri, menjadi mandiri/bebas dari orang tua, mengembangkan mengambil keputusan, mengembangkan identitas seorang yang dewasa.

Menurut Bobak (2005) dalam Septiana (2014) menjelaskan periode masa remaja dibagi kedalam tiga tahap yaitu:

1. Remaja tahap awal (usia 10–14 tahun)

Remaja tahap awal hanya memiliki pemahaman yang samar tentang dirinya. Mereka belum mampu mengaitkan antara perilaku mereka dengan konsekuensi dari perilaku tersebut.

2. Remaja tahap menengah

(34)

kali mereka melakukan trial dan error tanpa memperhitungkan konsekuensinya.

3. Remaja tahap akhir (usia 17–20 tahun)

Remaja tahap akhir mampu memahami dirinya dengan baik dan dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang didapat ke dalam hidupnya.

Menurut Asmani (2012) bahwa kaum remaja merupakan golongan yang sering menghadapi banyak kesulitan, antara lain:

1. Emosi yang Masih labil

Remaja cendrung memiliki kondisi kejiwaan yang belum stabil. Di satu waktu, mungkin dia terlihat pendiam, cembrut, dan seperti ingin mengasingkan diri.Tetapi, pada saat yang lain, dia bisa tiba-tiba menjadi luar biasa riang, berseri-beseri, dan percaya diri.

2. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi

Keinginan tahu tentang hal- hal yang berkenan dengan seksualitas merupakan rasa yang umum dialami oleh sebagian besar remaja.

3. Mudah Jenuh

Kejenuhan pada suatu kondisi atau situasi di lingkungan tertentu adalah hal yang wajar terjadi pada remaja, karna dia selalu ingin tahu hal-hal yang baru yang selalu menarik minatnya. Jika menemui hal- hal ini yang sama setiap harinya, maka remaja akan meras cepat jenuh.

4. Antisosial

(35)

belakang remaja. Biasanya penyebab yang paling mendasar adalah adanya pengaruh buruk lingkungan, pola asuh yang salah dari orang tua misalnya mendidik anak terlalu keras dan terlalu lunak.

5. Penyalah Gunaan Obat-Obat terlarang

Pergaulan bebas dan tak terarah sangat berpotensi penyebab remaja terjerumus pada hal-hal negatif, diantaranya penggunaan obat-obat terlarang atau narkoba. Hal ini sangat berbahaya kerena narkoba dapat membuat penggunanya mengalami ketergantungan, bahkan over dosis. 6. Gangguan Jiwa Psikosis

Referensi

Dokumen terkait

4 Kepala terlihat jelas sepalotoraks sepalotoraks terlihat jelas sepalotoraks Berdasarkan tabel di atas, ciri-ciri yang menentukan Nephila maculata(laba-laba) dikelompokkan ke

 Dalam hal sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 pada Satker/Bendahara Pengeluaran masih terdapat UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan namun tahun anggaran

This development born computer that connect to the internet those make the source of information and telecomunication like website. Making website of studying animal anatomy

[r]

[r]

Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional untuk menilai hubungan antara karakteristik individu, tingkat depresi, status kesehatan,

Consultants : ( I) Ora. Zakiyah Tasnim, MA. Bambang Suharjito, M.Ed. Jt was to know whether the test constructed follows the characteristics of a good test or not. The

Dari hasil penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti/penulis diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan yang lebih mendalam bagi mahasiswa-mahasiswa atau