• Tidak ada hasil yang ditemukan

T FIS 1202038 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T FIS 1202038 Chapter3"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

36

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini, menggunakan metode pre experiment. Metode ini dipilih

karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin melihat dampak dari penerapan

model pembelajaran ADI terhadap peningkatan kemampuan berargumentasi, dan

penalaran ilmiah siswa. Desain penelitian yang digunakan yaitu one group

pretest-posttest. Desain ini hanya menggunakan satu kelompok eksperimen tanpa

ada kelompok pembanding. Sampel penelitian dipilih secara random. Pola one

group pretest-posttest design ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Kelas Eksperimen O1 O2 O3 X O1 O2 O3

Gambar 3.1

Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

(Fraenkel dan Wallen, 2007)

Keterangan:

X = Perlakuan berupa model pembelajaran ADI

O1 = Pretest-posttest untuk mengukur kemampuan berargumentasi

O2 = Pretest-posttest untuk mengukur kemampuan penalaran ilmiah

O3 = Pretest-posttest untuk mengukur kemampuan kognitif

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI

(2)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Majalengka semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 4 kelas.

Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA

sebanyak 1 kelas yang dipilih secara cluster random sampling karena populasi

tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok

individu atau cluster (Sugiyono, 2012).

C. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

ini, peneliti membuat seperangkat instrumen penelitian. Instrumen-instrumen

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Tes ini terdiri

dari tes kemampuan kognitif dan kemampuan berargumentasi siswa. Tes

dimaksudkan untuk mengukur peningkatan kemampuan kognitif dan kemampuan

berargumentasi siswa pada materi suhu dan kalor yang diberikan.

Bentuk tes yang digunakan pada pretest dan posttest ini adalah tes pilihan

ganda dengan 5 (lima) pilihan untuk mengukur peningkatan kemampuan kognitif,

tes penalaran ilmiah dari Lawson dalam bentuk pilihan ganda, dan tes uraian

dengan rubrik penilaian untuk mengukur peningkatan kemampuan

berargumentasi. Untuk pretest dan posttetst digunakan soal yang sama dengan

pertimbangan bahwa peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan

kemampuan berargumentasi siswa benar-benar sebagai efek pemberian perlakuan

dan bukan karena pengaruh intsrumen yang diberikan. Adapun butir-butir soal

dalam tes kemampuan kognitif meliputi aspek mengingat (remember/C1),

memahami (understand/C2), mengaplikasikan (apply/C3), dan menganalisis

(analyze/C4). Tes penalaran ilmiah meliputi aspek berpikir proporsional

(proportional thinking), berpikir proporsional lanjut (advanced proportional

(3)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

variables), berpikir probabilistik (probabilistic thinking), berpikir probabilistik

lanjut (advanced probabilistic thinking), berpikir korelasional (correlational

thinking), berpikir hipotetik-deduktif (hypothetic-deductive thinking), dan

penalaran hipotetik-deduktif (hypothetic-deductive reasoning). Sedangkan

butir-butir soal dalam tes kemampuan berargumentasi meliputi kemampuan dalam

mengajukan klaim, data, pembenaran, dukungan, dan sanggahan. Kisi-kisi soal tes

kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi disajikan

pada Lampiran B.1 , Lampiran B.2, dan Lampiran B.3.

2. Instrumen Non-Tes

Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi aktivitas guru dan siswa, dan angket tanggapan siswa. Lembar observasi

aktivitas guru dan siswa digunakan untuk melihat sejauhmana keterlaksanaan

model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) oleh guru dan siswa.

Observasi ini tidak dilakukan oleh guru melainkan oleh observer. Sedangkan

angket tanggapan siswa digunakan sebagai data penguat yang dapat mendukung

data yang diperoleh menggunakan instrumen tes. Format observasi aktivitas guru

dan siswa, serta angket tanggapan siswa, terdapat dalam Lampiran C.1, C.2, dan

C.3.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam

penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melakukan

observasi aktivitas guru dan siswa, memberikan angket tanggapan siswa, serta

memberikan instrumen tes kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan

kemampuan berargumentasi siswa.

1. Observasi

Observasi dilakukan pada dua objek yaitu guru dan siswa yang dilakukan

(4)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterlaksanaan model pembelajaran Argument-Driven Inquiry (ADI) oleh guru

dan siswa. Observasi ini dibuat dalam bentuk cheklist () dan disediakan kolom

keterangan. Jadi dalam pengisiannya, observer memberikan tanda cheklist ()

sesuai dengan kriteria penilaian pada kolom yang telah disediakan dan menuliskan

komentar pada kolom keterangan apabila ada hal-hal yang perlu dituliskan.

Format lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta kriteria penilaiannya

dapat dilihat pada Lampiran C.3.

2. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalm penelitian ini dalam bentuk tes pilihan

ganda dan uraian. Tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur kemampuan

kognitif dan penalaran lmiah. Sedangkan tes uraian menggunakan rubrik penilaian

digunakan untuk mengukur kemampuan berargumentasi. Tes kemampuan kognitif

siswa yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan taksonomi Bloom

yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) yang dibatasi pada

Aspek mengingat (remember/C1), memahami (understand/C2), menerapkan

(apply/C3), dan menganalisis (analyze/C4). Tes penalaran ilmiah digunakan

Classroom Test of Scientific Reasoning edisi revisi (2000) oleh Lawson yang

mengukur kemampuan berpikir proporsional (proportional thinking), berpikir

proporsional lanjut (advanced proportional thinking), mengidentifikasi dan

mengontrol variabel (identification and control of variables), berpikir

probabilistik (probabilistic thinking), berpikir probabilistik lanjut (advanced

probabilistic thinking), berpikir korelasional (correlational thinking), berpikir

hipotetik-deduktif (hypothetic-deductive thinking), dan penalaran

hipotetik-deduktif (hypothetic-deductive reasoning). Sedangkan tes kemampuan

berargumentasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kemampuan

mengajukan klaim, data, pembenaran, dukungan, dan sanggahan.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian

(5)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi yang dibahas (kecuali

tes penalaran ilmiah)

2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

3) Meminta pertimbangan (judgement) terhadap instrumen penelitian yang

telah dibuat kepada dosen ahli untuk mengukur validitas instrumen yang

digunakan.

4) Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa untuk mengukur

tingkat kemudahan, daya pembeda, dan relabilitas instrumen.

5) Setelah instrumen yang diujicobakan diolah dengan dihitung tingkat

kemudahan, daya pembeda, dan reliabilitasnya maka instrumen itu dapat

digunakan untuk melakukan pretest dan posttest jika skor daya pembeda

minimal 0,21 (minimal kriteria cukup) dan skor reliabilitasnya minimal 0,40

(minimal kriteria cukup)

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga

tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

1) Menentukan masalah yang dikaji. Untuk menentukan masalah yang dikaji,

peneliti melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi, yaitu

mengamati kegiatan pembelajaran fisika di dalam kelas..

2) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai

permasalahan yang dikaji.

3) Melakukan studi kurikulum mengenai materi ajar yang dibahas dalam

penelitian untuk mengetahui kompetensi dasar yang dicapai.

4) Menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan Skenario

Pembelajaran yang mengacu pada tahapan model pembelajaran

Argument-Driven Inquiry (ADI)

(6)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Meminta pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada dosen ahli

untuk mengukur validitas instrumen.

7) Melakukan uji coba instrumen penelitian untuk mengukur tingkat kemudahan,

daya pembeda, dan reliabilitas instrumen.

8) Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian dan kemudian menentukan

soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan kognitif,

penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa sebelum diberi

perlakuan (treatment).

2) Memberikan perlakuan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

Argument-Driven Inquiry (ADI), pada pembelajaran fisika materi Fluida Statis

dengan adanya observer selama pembelajaran.

3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur kemampuan kognitif,

penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa setelah diberi

perlakuan.

4) Membagikan angket tanggapan kepada beberapa siswa.

3. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Mengolah data hasil pretest dan posttest serta menganalisis instrumen tes

lainnya.

2) Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum diberi

perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah

terdapat peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan

berargumentasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran

(7)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan

data.

4) Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan dilukiskan pada

Gambar 3.2.

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Studi Kurikulum

Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian

Rumusan Masalah

Solusi Permasalahan

Judgement/Validasi Ahli Instrumen Penelitian Pembuatan Instrumen Penelitian

Studi Litelatur Studi Pendahuluan

Perbaikan

Penerapan model pembelajaran

Argument-Driven Inquiry

(ADI)

Pretest

Posttest

(8)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap Akhir

Gambar 3.2

Diagram Alur Proses Penelitian

F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian. Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data

harus teruji kelayakannya dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan

tingkat kemudahan soal.

1. Analisis validitas instrumen uji coba

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data

dari variabel yang diteliti secara tepat. Melanjutkan hal tersebut, Sugiono

menyatakan bahwa validitas dapat dianalisis dengan meminta pendapat dari ahli

(judgement expert), baik itu untuk menganalisis validitas isi maupun validitas

konstruk (Sugiyono, 2012).

Pengujian validitas konstruk dan isi dilakukan dengan melihat kesesuaian

antara konstruk dan isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan

(meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar), indikator kemampuan

kognitif, kemampuan penalaran ilmiah, serta indikator kemampuan

berargumentasi.

Pengolahan Data

Kesimpulan

Hierarki kegiatan

(9)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Analisis reliabilitas instrumen uji coba

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh

mana tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg (konsisten)

walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Ajeg atau konsisten tidak

harus selalu sama, tetapi mengikuti perubahan secara konsisten. Jika keadaan

siswa A mula-mula berada lebih rendah dibandingkan dengan siswa B, maka jika

diadakan pengukuran berulang, siswa A juga berada lebih rendah dari siswa B.

Itulah yang dikatakan ajeg atau konsisten, yaitu sama dalam memposisikan siswa

di antara anggota kelompok yang lain. Besarnya kekonsistenan itulah

menunjukkan tingginya reliabilitas instrumen tes.

Berdasarkan definisi reliabilitas di atas, metode yang digunakan dalam

menentukan reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini adalah metode tes

berulang (test-retest method). Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diukur

dengan tes berulang dilakukan dengan mencobakan instrumen tes dua kali pada

responden. Jadi dalam hal ini instrumen tesnya sama, respondennya sama, tetapi

waktunya berbeda. Reliabilitas diukur dengan mengkorelasikan antara uji coba

yang pertama dengan yang berikutnya. Berikut persamaan yang digunakan untuk

menentukan nilai reliabilitas instrumen tes:



rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Nilai rxy dihitung dengan bantuan piranti lunak ANATES. Untuk

menginterpretasikan nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan, digunakan kriteria

reliabilitas instrumen tes seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

(10)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2006)

3. Analisis Tingkat Kemudahan Butir Soal

Tingkat kemudahan suatu butir soal merupakan proporsi dari keseluruhan

siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik adalah soal

yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar sehingga tingkat kemudahan butir

soal dapat didefinisikan sebagai bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya

suatu soal (Arikunto, 2006). Analisis tingkat kemudahan dimaksudkan untuk

mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kemudahan

dapat ditulis rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006)

a) Untuk soal pilihan ganda

P B JS

 ... (3.2)

(Arikunto, 2006)

Keterangan:

P = tingkat kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes (32 siswa)

b) Untuk soal uraian

SI S

P ... (3.3)

(Arikunto, 2006)

Keterangan:

P = tingkat kemudahan

(11)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SI = jumlah skor ideal

Nilai P dihitung dengan bantuan piranti lunak ANATES dan selanjutnya,

nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel

3.2.

Tabel 3.2

Interpretasi Tingkat Kemudahan Butir Soal

Nilai P Kriteria

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

(Arikunto, 2006)

4. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. (Arikunto, 2006).

Untuk menentukan nilai daya pembeda maka digunakan rumus sebagai

berikut:

a) Untuk soal pilihan ganda

J B B DPAB

... (3.4)

(Arikunto, 2006)

Keterangan:

(12)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar (9 siswa)

BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar (9 siswa)

J = banyaknya peserta pada kelompok atas atau bawah (18 siswa)

b) Untuk soal uraian

SI S S DPAB

... (3.5)

(Arikunto, 2006)

Keterangan:

DP = daya pembeda butir soal

SA = jumlah skor kelompok atas

SB = jumlah skor kelompok bawah

SI = jumlah skor ideal kelompok atas atau bawah

Nilai DP dihitung dengan menggunakan bantuan piranti lunak ANATES.

Nilai DP yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Nilai DP Kriteria

Negatif Soal Dibuang

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,0 Baik Sekali

(Arikunto, 2006)

G. Hasil Judgement dan Uji Coba Instrumen Tes

(13)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesimpulan bahwa dari 25 butir soal kemampuan kognitif, 24 butir soal

kemampuan penalaran ilmiah, dan 9 butir soal kemampuan berargumentasi yang

di-judgement, seluruhnya sudah memenuhi validitas isi dan validitas konstruk

sehingga dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Tetapi ada beberapa hal

terkait redaksi yang perlu diperbaiki.

Adapun hasil uji coba instrumen tes kemampuan kognitif, kemampaun

penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi dilakukan kepada siswa di

sekolah yang sama tetapi berbeda tingkatan kelas. Dalam hal ini uji coba

diberikan pada kelas XII yang sudah mendapatkan materi pelajaran yang

diujicobakan (fluida statis). Untuk mengingatkan kembali siswa terkait materi

pelajaran yang pernah mereka pelajari di kelas XI, maka satu hari sebelum

pemberian tes uji coba, peneliti me-review pembelajaran mengenai materi fluida

statis. Data hasil uji coba kemudian dianalisis meliputi uji daya pembeda, tingkat

kemudahan, dan reliabilitas seperti yang dibahas sebelumnya.

Hasil analisis terhadap uji coba instrumen tes kemampuan kognitif yang

telah dilakukan, dirangkum pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif

No

Soal

Tingkat Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0.78 mudah 0.22 cukup dipakai

2 0.68 sedang 0.33 cukup dipakai

3 0.53 sedang 0.55 baik dipakai

4 0.59 sedang 0.22 cukup dipakai

5 0.65 sedang 0.11 jelek tidak dipakai

(14)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No

Soal

Tingkat Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

7 0.65 sedang 0.22 cukup dipakai

8 0.71 mudah 0.44 baik dipakai

9 0.28 sukar 0.22 cukup dipakai

10 0.53 sedang 0.22 cukup dipakai

11 0.28 sukar 0.33 cukup dipakai

12 0.62 sedang 0.22 cukup dipakai

13 0.75 mudah 0.22 cukup dipakai

14 0.53 sedang -0.11 soal dibuang tidak dipakai

15 0.59 sedang -0.22 soal dibuang tidak dipakai

16 0.56 sedang 0.33 cukup dipakai

17 0.62 sedang 0.22 cukup dipakai

18 0.53 sedang 0.11 jelek tidak dipakai

19 0.31 sedang 0.33 cukup dipakai

20 0.28 sukar 0.55 baik dipakai

21 0.50 sedang 0.55 baik dipakai

22 0.28 sukar 0.22 cukup dipakai

23 0.56 sedang 0.44 baik dipakai

24 0.53 sedang 0.55 baik dipakai

25 0.53 sedang 0.44 baik dipakai

Reliabilitas Soal (rXY) 0.63 Tinggi

Berdasarkan Tabel di atas, hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat

kemudahan dari 25 soal yang diujicobakan dengan kategori mudah sebesar 16%

atau sebanyak 4 butir soal, kategori sedang sebesar 68% atau sebanyak 17 butir

soal, dan kategori sukar sebesar 16% atau sebanyak 4 butir soal. Daya pembeda

dari 25 soal yang diujicobakan dengan kategori soal dibuang sebesar 12% atau

(15)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kategori cukup sebesar 52% atau sebanyak 13 butir soal, kategori baik sebesar

28% atau sebanyak 7 butir soal.

Setelah menganalisis hasil uji coba soal tersebut maka soal yang

digunakan peneliti berjumlah 20 butir soal dari 25 butir soal yang dibuat, dengan

membuang butir soal dengan kategori soal dibuang dan kategori jelek. Selain itu

dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa reliabititas tes yang terdiri dari 20

butir soal dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi yaitu 0,63. Berikut komposisi

soal setelah ujicoba soal yang digunakan sebagai instrumen tes penelitian

kemampuan kognitif.

Tabel 3.5

Komposisi Instrumen Tes Kemampuan Kognitif yang Digunakan

Level Kemampuan Kognitif Jumlah Soal No Soal

C1 4 1, 2, 8, 13

C2 7 4,7,12,16,17,21,24

C3 5 3,10,19,23,25

C4 4 9,11,20,22

Jumlah soal 20 soal

Hasil analisis terhadap uji coba instrumen tes penalaran ilmiah yang telah

dilakukan, dirangkum pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah

No

Soal

Tingkat Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0.47 mudah 0.22 cukup dipakai

(16)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No

Soal

Tingkat Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

3 0.44 sedang 0.33 cukup dipakai

4 0.41 sedang 0.67 baik dipakai

5 0.47 sedang 0.33 cukup dipakai

6 0.41 sedang 0.33 baik dipakai

7 0.38 sedang 0.33 cukup dipakai

8 0.38 mudah 0.44 baik dipakai

9 0.44 sedang 0.22 cukup dipakai

10 0.31 sedang 0.22 cukup dipakai

11 0.28 sukar 0.33 cukup dipakai

12 0.47 sedang 0.56 baik dipakai

13 0.41 sedang 0.33 cukup dipakai

14 0.34 sedang 0.44 baik dipakai

15 0.47 sedang 0.67 baik dipakai

16 0.41 sedang 0.33 cukup dipakai

17 0.28 sukar 0.33 cukup dipakai

18 0.28 sukar 0.44 baik dipakai

19 0.28 sukar 0.22 cukup dipakai

20 0.28 sukar 0.44 baik dipakai

21 0.38 sedang 0.22 cukup dipakai

22 0.34 sedang 0.33 cukup dipakai

23 0.34 sedang 0.44 baik dipakai

24 0.34 sedang 0.33 cukup dipakai

Reliabilitas Soal (rXY) 0.55 Cukup

Berdasarkan Tabel di atas, hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat

kemudahan dari 24 soal yang diujicobakan dengan kategori sedang sebesar 79%

(17)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

soal. Daya pembeda dari 24 soal yang diujicobakan dengan kategori soal dibuang

dan kategori jelek tidak ada, kategori cukup sebesar 63% atau sebanyak 15 butir

soal, kategori baik sebesar 37% atau sebanyak 9 butir soal.

Setelah menganalisis hasil uji coba soal tersebut maka soal yang

digunakan peneliti berjumlah 24 seluruhya digunakan. Selain itu dari tabel

tersebut diperoleh informasi bahwa reliabititas tes yang terdiri dari 24 butir soal

dinyatakan reliabel dengan kriteria cukup yaitu 0,55. Berikut komposisi soal

setelah ujicoba soal yang digunakan sebagai instrumen tes penelitian kemampuan

penalaran ilmiah.

Tabel 3.7

Komposisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Ilmiah

Aspek Penalaran Ilmiah Jumlah

Soal No Soal

Berpikir proporsional 2 5, 6

Berpikir proporsional lanjut 2 7, 8

Mengidentifikasi dan mengontrol variabel 6 1, 2, 3, 4, 9, 10 Mengidentifikasi, mengontrol variabel, dan

berpikir probabilistik 4 11, 12, 13, 14

Berpikir probabilistik 2 15, 16

Berpikir probabilistik lanjut 2 17, 18

Berpikir korelasional 2 19, 20

Berpikir hipotetik-deduktif 2 21, 22

Penalaran hipotetik-deduktif 2 23, 24

Jumlah soal 24 soal

Hasil analisis terhadap uji coba instrumen tes Kemampuan

berargumentasiyang telah dilakukan, dirangkum pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

(18)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No

Soal

Tingkat Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0.47 sedang 0.28 cukup dipakai

2 0.44 sedang 0.37 cukup dipakai

3 0.45 sedang 0.31 cukup dipakai

4 0.47 sedang 0.28 cukup dipakai

5 0.48 sedang 0.22 cukup dipakai

6 0.44 sedang 0.33 cukup dipakai

7 0.47 sedang 0.21 cukup dipakai

8 0.44 sedang 0.39 cukup dipakai

9 0.46 sedang 0.39 cukup dipakai

Berdasarkan Tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat

komposisi kemudahan dari sembilan soal yang diujicobakan, seluruhnya memiliki

kategori sedang. Daya pembeda dari sembilan soal yang diujicobakan, seluruhnya

memiliki kategori cukup.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data jenis tes dan

non-tes.

1) Data nilai tes yaitu nilai tes kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan

kemampuan berargumentasi

2) Data nilai non-tes yang terdiri dari data hasil wawancara dengan guru mata

pelajaran fisika, data observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fisika

sebelum diterapkan perlakuan, data wawancara dengan siswa setelah

diterapkan perlakuan, angket tanggapan siswa dan data keterlaksanaan model

pembelajaran berupa data hasil observasi.

Dari data-data tersebut, data wawancara guru mata pelajaran fisika dan

observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fisika digunakan untuk

(19)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fisika sehingga data-data tersebut digunakan untuk merumuskan masalah pada

tahap studi pendahuluan. Data nilai tes hasil belajar kognitif, penalaran ilmiah,

dan kemampuan berargumentasi digunakan untuk mengukur peningkatan hasil

belajar kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan berargumentasi siswa, serta

untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berargumentasi, penalaran ilmiah

dengan kemampuan kognitif. Data wawancara siswa dan angket tanggapan siswa

setelah diterapkan perlakuan digunakan untuk mendapatkan data penunjang yang

mendukung data instrumen tes. Data keterlaksanaan model pembelajaran

diperoleh dari data hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada proses

pembelajaran.

1. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap

pertemuan, maka diperlukan pengolahan data yang menampilkan data dalam

bentuk persentase. Adapun langkah-langkah untuk mengolah data tersebut sebagai

berikut:

1) Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang diisi oleh observer pada

format observasi keterlaksanaan pembelajaran.

2) Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

rumus berikut :

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran

Argument-Driven Inquiry (ADI) yang dilakukan oleh guru dan siswa, diinterpretasikan pada

(20)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.9

Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana

0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

25 ≤ KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

75 ≤ KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

Keterangan: KM = Keterlaksanaan model pembelajaran

2. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif, Penalaran Ilmiah, dan

Kemampuan Berargumentasi Siswa

Untuk melihat efektifitas model pembelajaran Argument-Driven Inquiry

(ADI) terhadap peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan

kemampuan berargumentasi siswa maka dilakukan analisis gain yang

dinormalisasi dari skor pretest dan posttest kemampuan kognitif, penalaran

ilmiah, dan kemampuan berargumentasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan

antara lain:

1) Memberi skor pada hasil pretest dan posttest

Langkah pertama yang dilakukan sebelum pengolahan data adalah

memberikan skor pada semua jawaban pretest dan posttest. Untuk tes

kemampuan kognitif dan penalaran ilmiah, jawaban benar diberi nilai satu dan

jawaban salah atau tidak dijawab diberi nilai nol. Sedangkan untuk tes

kemampuan berargumentasi, penilaian didasarkan pada rubrik penilaian yang

(21)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= ………3.5

(Arikunto, 2006)

Keterangan :

S = skor yang diperoleh

R= skor masing-masing soal

2) Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain)

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang

diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh (Hake,

1999: 1), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

pre

3) Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan

kemampuan berargumentasi siswa pada materi ajar fluida statis digunakan

data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan

persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu sebagai berikut.

(22)

Muhtar Amin, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah diperoleh kriteria nilai rata-rata gain yang ternormalisasi dari kelas

eksperimen dan kelompok kontrol, maka selanjutnya dibandingkan untuk

melihat peningkatan kemampuan kognitif, penalaran ilmiah, dan kemampuan

berargumentasi siswa.

4) Menginterpretasikan skor rata-rata gain yang dinormalisasi dengan

menggunakan Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Interpretasi Skor Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Kriteria

<g> ≥ 0,7 Tinggi 0,7 > <g>≥ 0,3 Sedang

<g>< 0,3 Rendah

Gambar

Gambar 3.2.
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.6
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Calon Penyedia Jasa Konsultansi yang LULUS daftar pendek berdasarkan Pembuktian Kualifikasi sebanyak 5 (lima) perusahaan, antara lain :. Jumlah Calon Penyedia Jasa

Jumlah Calon Penyedia Jasa Konsultansi yang LULUS daftar pendek berdasarkan Pembuktian Kualifikasi sebanyak 5 (lima) perusahaan, antara lain :. Jumlah Calon Penyedia Jasa

Analisis pengaruh indeks harga saham syariah di Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan Malaysia, dan variabel makroekonomi nasional terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dilihat

NAMA PERUSAHAAN ALAMAT NPWP Nilai Teknis1. ARCHI VI L ENGI

Track (jalur) yang masuk ke dalam langit-langit dapat mengurangi akumulasi debu. Track yang tergantung atau suatu fixture/armatur yang terpasang terpusat, harus mempunyai

dalam praktek dokter gigi maka tingkat kecemasan pasien dapat dikurangi sehingga. timbul perasaan tenang dan rileks, dan dapat mengurangi

Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA.. Daniel SJ, Harfst SA, Wilder RS, Francis B,

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas yang. menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas