BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kanker adalah sel yang telah kehilangan kendali dan mekanisme normalnya
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak wajar, liar kerap kali menyebar jauh
ke sel jaringan lain serta merusaknya (Junaidi, 2008). Penyakit kanker dapat
menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur dan
jenis kelamin (Supriyanto, 2010).
Angka kematian penderita kanker diperkirakan terus meningkat, terutama
akibat penduduk yang lanjut usia, peningkatan pengunaan tembakau, konsumsi
makanan dan gaya hidup yang tidak sehat (Baradero, 2008). Pada tahun 2012,
sekitar 8, 2 juta kematian disebabkan oleh kanker (Kementerian Kesehatan RI,
2015). Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab
terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. (Kementerian Kesehatan RI,
2015). World Heath Organization (2012 dalam Yayasan Kanker Indonesia, 2012)
menyatakan bahwa kejadian kanker di dunia setiap tahun akan bertambah sekitar
7 juta orang, dan dua pertiga diantaranya berada di negara-negara yang sedang
berkembang. Sebanyak 26 juta orang diperkirakan akan menderita kanker dan 17
juta meninggal karena kanker pada tahun 2030 jika tidak dikendalikan.
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di
Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang
(Riskesdas, 2013). Beberapa kanker dengan prevalensi tinggi di Indonesia adalah
kanker endokrin, kanker jaringan lunak, kanker kolon, dan kanker hati (Oemiati,et
al., 2011). Sumatera Utara menempati urutan ke-20 dari seluruh provinsi di
Indonesia dengan persentase sebesar 1% atau sekitar 13.391 orang (Riskesdas,
2013).
Adapun keluhan yang sering muncul pada pada penderita kanker stadium
lanjut yaitu nyeri. Nyeri pada kanker biasanya bersifat kronis atau menahun dan
dapat berlangsung sampai kematian (Junaidi, 2008). Sebenarnya, nyeri adalah
gejala kanker yang muncul paling akhir. Nyeri tidak dirasakan pada tahap awal
karena kanker masih terlokalisasi. Sekitar 5-10% pasien tumor padat dapat
merasakan nyeri yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Lebih dari 90%
pasien mengalami nyeri jika kanker sudah berkembang dan bermetastasis
(Baradero, 2008). Insiden dan beratnya nyeri akan dipengaruhi oleh lokasi kanker,
jenis kanker, tahap (stadium) kanker, dan adanya metastasis.
Nyeri adalah salah satu akibat dari kanker yang sangat ditakuti pasien, dan
alasan paling umum untuk mencari layanan kesehatan (Baradero, 2008). IASP
(International Association for the Study of Pain) mendefinisikan nyeri sebagai
suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry,
2009). Menurut Curton (1983 dalam Prasetyo, 2010) nyeri merupakan respon
yang timbul saat jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan seseorang
Kontrol nyeri adalah tindakan pribadi yang dilakukan untuk menghilangkan
nyeri (Johnson, Maas, Moorhead, & Swanson, 2016). Untuk mengontrol nyeri
dibutuhkan menejemen nyeri yang efektif. Menurut Potter & Perry (2009) klien
memiliki cara yang efektif dalam mengontrol nyeri dengan mengubah posisi
seperti: berjalan, mengayun, menggosok, makan, meditasi, berdoa, memberikan
sensasi hangat atau dingin pada lokasi nyeri. Manajemen nyeri dengan terapi
komplementer seperti teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, distraksi, stimulasi
kutaneus, akupresur, dan hypnosis telah berkontribusi terhadap peningkatan
kemampuan untuk mengatasi nyeri serta memberikan kepuasan terhadap
pengurangan dan pengontrolan nyeri (Black, 2014).
Jihan (2009) dalam penelitiannya membuktikan bahwa dengan terapi
relaksasi dan distraksi efektif untuk mengontrol nyeri. National Cancer Institute
(2014) menyatakan hal yang biasa pasien sampaikan kepada petugas kesehatan di
rumah sakit saat nyeri bertambah berat yaitu menaikkan dosis obat agar nyeri
hilang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kontrol nyeri
dengan intensitas nyeri. Hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri
merupakan hubungan dua arah yaitu : pasien dengan kontrol nyeri yang baik
biasanya memiliki kemampuan untuk mencari cara atau metode sehingga dapat
menurunkan intensitas nyeri. Sedangkan pasien dengan kontrol nyeri rendah
menunjukkan intensitas nyeri yang berat. Sementara itu, pasien dengan intensitas
nyeri yang berat biasanya lebih memiliki kemampuan untuk mencari cara atau
yang ringan dan sedang kurang memiliki kemampuan untuk mencari cara atau
metode untuk mengurangi nyerinya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP
H. Adam Malik Medan.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada
penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3 Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana kontrol nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik
Medan?
2. Bagaimana intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam
Malik Medan ?
3. Bagaimana hubungan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada
penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi hubungan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kontrol nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam
Malik Medan
b. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H.
Adam Malik Medan
c. Mengidentifikasi hubungan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri
pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan
1.5 Manfaat Penelitian
a. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan tambahan pengetahuan
bagi mahasiswa dalam proses belajar dan bahan dasar terkait pembelajaran
tentang kontrol nyeri yang dapat mempengaruhi intensitas nyeri pada
penderita kanker.
b. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan tambahan pengetahuan
bagi perawat dalam pemberian intervensi keperawatan terkait dengan
kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker dan
memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian dan manajemen nyeri.
c. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini menjadi data awal dan diharapkan akan dipergunakan
untuk penelitian selanjutnya, mengenai hubungan antara kontrol nyeri