STUDI AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN LARVA IKAN KUWE,
Gnathanodon speciosus YANG DIPELIHARA
DENGAN JENIS PAKAN AWAL BERBEDA
T it iek Asliant i dan Af if ah
Balai Besar Penelit ian dan Pengem bangan Budidaya Laut
Jl. Br. Gondol Kec. Gerokgak Kab. Buleleng, Kot ak Pos 140, Singaraja- Bali 81101 E- m ail: tiaspriyono@yahoo.com
(Naskah diterima: 31 Oktober 2011; Disetujui publikasi: 16 Maret 2012)
ABST RAK
Upaya kontinuitas produksi benih ikan kuwe, Gnathanodon speciosus telah dilakukan nam un sintasan yang diperoleh belum stabil. Jenis dan ukuran pakan pada larva stadia awal seringkali m enjadi penyebab utam a kegagalan produksi benih. Aktivitas enzim p encer naan d i k et ahui sang at t er k ai t d eng an j eni s p ak an yang d i k onsum si l ar va sehingga berdam pak terhadap pertum buhan dan sintasannya. Enzim protease, am ilase, dan lipase m erupakan indikat or biologis yang dapat m enunjukkan kesesuaian jenis pak an yang dik onsum si larva m elalui k em am puannya unt uk m encerna. Penelit ian bertujuan untuk m engetahui aktivitas enzim pencernaan larva ikan kuwe yang diberi r ansum pak an awal ber beda yait u rot if er , gonad k er ang, dan k uning t elur ayam . Penelit ian d ilak uk an d engan m enggunak an r ancangan acak lengk ap 3 p er lak uan dengan 3 ulangan. Hasil penelit ian m enunjuk k an bahwa ak t ivit as enzim prot ease, am i l ase, d an l i p ase p ad a k et i g a p er l ak uan m em p unyai k or el asi p osi t i f t er had ap pertum buhan. Aktivitas enzim pencernaan cenderung m eningkat pada saat larva m ulai m enerim a pakan eksogen (D- 2), kem udian m enurun pada D- 3–D- 7 selanjutnya relatif st ab i l h i n g g a ak h i r p en el i t i an (D- 3 0 ). Pak an aw al k u n i n g t el u r m en g h asi l k an pertum buhan (TL = 13,3± 1,77 m m ) dan sintasan benih (55,42%) paling tinggi daripada rotifer (TL = 10,6± 1,51 m m ; SR 52,42%) m aupun gonad kerang (TL = 12,7± 2,67 m m ; 52,45%). Hasil penelitian diharapkan dapat m eningkatkan produksi benih sebagai pasok yang kont inu dalam m endukung pengem bangan budidaya.
KATA KUNCI: ak t ivit as enz im pencer naan, ik an k uw e, lar va, pak an aw al
ABST RACT : Study of the digestive enzyme activity of Gnathanodon speciosus lar vae f ed b y d if f er ent init ial f eed s. By: T it iek Asliant i and Af i f ah
when larvae started on exogenous feed (D-2), becomes down on D-3–D-7 and there were stabilized while the research was terminated on D-30. Egg yolk emulsion feed gave the highest growth (TL = 13.3±1.77 mm) and survival rate (55.42%) than rotifer (TL = 10.6±1.51 mm; 52.42%) or trochopore (TL = 12.7±2.67 mm; 52.45%). Result of the experiment could be supported continuity seed production as supplies for aquaculture development.
KEYWORD S: digest enz ym e act ivit y, golden t r evally, init ial f eed, lar vae
PENDAHULUAN
Ik an k u we d ar i j en i s Go l d en t r eval l y, Gnathanodon speciosus (Forsskal) t erm asuk j eni s i k an k ar ang yang r el at i f m ud ah d i -budidayakan (Kordi, 2005) dan m em punyai pangsa pasar cukup t inggi sehingga sangat prospektif dalam mendukung pengembangan budidaya laut (Perist iwadi, 2006). Ikan kuwe selain diminati untuk konsumsi juga berpotensi seb ag ai i k an h i as t er u t am a p ad a u k u r an yuwana (5- 10 cm ) yang dikenal dengan nam a Pidana kuning at au Simbha kuning (Had i, 2009). Gerak renang yang lincah dengan warna cerah kuning keem asan sert a t erdapat lebih dari 10 garis hitam yang melingkar vertikal pada badan (Shobo, 1991) menambah nilai estetika tersendiri sehingga harga jualnya m eningkat. Up aya p r o d u k si m assal b en i h secar a t erkont rol t elah dilakukan m elalui berbagai penelit ian yang m engarah pada peningkat an sint asan guna m endukung kont inuit as pasok benih (Set iadhar m a et al., 2 0 0 8 ). Nam un, kegagalan produksi benih masih sering dialami t erut am a disebabkan t idak sesuainya jenis p ak an p ad a st ad i a awal sehi ng g a t i ng k at kem at ian cukup t inggi (Hadi, 2009). Pakan merupakan unsur utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan benih. Fungsi pakan pada ik an sangat t er k ait dengan ak t ivit as enz im p encer naan yang d ip engar uhi oleh ukuran (f isiologis), um ur, dan organ spesif ik ikan selam a f ase pert um buhan, sert a m usim (Hepher, 1988). Peningkat an akt ivit as enzim pencernaan ak an sej alan dengan pert um -b u h an l ar va. Dem i k i an h al n ya p er -b ed aan k u al i t as p ak an y an g d i b er i k an sel am a p em el i h ar aan ak an m em b er i k an ek sp r esi akt ivit as enzim at ik yang berbeda pula.
Aktivitas enzimatik pada sistem pencernaan larva ikan stadia awal um um nya m asih sangat sed er hana, d i d ug a sang at t er k ai t d eng an kemampuan larva untuk mencerna pakan yang dikonsumsinya (Suryanti, 2002). Dikatakan pula bahwa enzim prot ease, am ilase, dan lipase m erupakan indikat or biologis unt uk m
enge-tahui kemampuan larva dalam mencerna pakan yang diterim anya. Stadia awal larva ikan kuwe pada saat m ulai m ener im a r ansum pak an eksogen merupakan masa kritis yang seringkali m enyebabkan kem at ian m assal (Afifah et al., 2010). Kesesuaian jenis, ukuran, dan kan-dungan nut risi pakan awal perlu diket ahui dalam hubungannya dengan akt ivit as enzim pencernaan yang akan berdam pak t erhadap pert um buhan dan sint asannya.
st adia awal yang m erupak an st adia k rit is. Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung p en i n g k at an p r o d u k si b en i h i k an k u w e sehingga usaha budidaya pembesaran hingga ukuran konsumsi dapat berkesinambungan. BAHAN DAN METODE
Penelit ian dilakukan di hat cheri ikan laut Balai Besar Penelit ian d an Pengem b angan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol, Bali dengan menggunakan 9 buah wadah berupa bak fiber berbent uk silinder berkapasit as 1 m3. Set iap wadah diisi air laut (33- 34 ppt) sebanyak 600 L dan telur ikan kuwe dengan kepadatan 10.000 b u t i r / b ak . Lar va yan g m en et as set el ah dihit ung daya t et asnya (hatching rate), m ulai D- 2 –D- 10 dipelihara dengan pemberian pakan awal berbeda yang merupakan perlakuan yakni (A) rot if er, (B) gonad kerang, dan (C) kuning t elur. Set iap perlakuan diulang 3 kali. Jum lah pak an yang diberik an disesuaik an dengan perkembangan larva, selanjutnya pakan buatan kom ersial (powder ukuran 200- 300 µm ) dan nauplii Artemia d i b er i k an h i n g g a l ar va m encapai st adia yuwana (D- 30). Prosedur pemberian pakan dijelaskan dalam Diagram 1, sedangkan pengaruh perbedaan jenis pakan awal t er had ap p er t um b uhan d an sint asan benih dapat diket ahui m elalui analisis sidik ragam . Pengam at an pert um buhan panjang t ot al dan bobot badan dilakukan set iap hari selam a 10 hari (hingga D- 10), selanjut nya setiap 5 hari yaitu pada D- 15, D- 20, D- 25, dan D- 30 (saat dilakukan panen). Pengam bilan sam pel dari m asing- m asing perlak uan
di-l ak u k an secar a acak seb an yak 1 0 ek o r , sedangkan sintasan benih dihitung pada akhir penelitian (D- 30).
Unt uk m enget ahui akt ivit as enzim pen-cernaan larva (prot ease, am ilase, dan lipase) d ar i m asi n g - m asi n g p er l ak u an d i l ak u k an p en g am b i l an sam p el p ad a k o n d i si su h u 0oC- 4oC sebanyak 0,5- 1 g at au ± 1.000 ekor pada larva D- 1–D- 10, dan 100- 500 ekor pada larva D- 15, D- 20, D- 25, dan D- 30. Analisis enzim d ilak uk an d i Lab or at or ium Nut r isi BBPPBL Go n d o l d en g an m en g g u n ak an m et o d e Bergmeyer & Grassl (1983) dan menggunakan al at sp ek t r o f o t o m et er d en g an p an j an g gelombang 340- 560 nm. Pengukuran aktivitas enzim diawali dengan m engekst raksi sam pel dengan cara m enghaluskan (digerus) unt uk mendapatkan substratnya.
Ak t i vi t as en z i m p r o t ease d i t en t u k an dengan m engukur kem am puan enzim dalam m enghidrolisis prot ein sehingga dihasilkan tirosin yang dibebaskan. Pengukuran dilakukan dengan m enggunakan subst rat kasein dan tirosin sebagai standar dengan menggunakan alat spektrofotom eter (Suryanti, 2002).
Aktivitas enzim am ilase diketahui dengan car a m eng uk ur k em am p uan enz i m unt uk menghidrolisis larutan pati hingga dibebaskan gula pereduksi. Gula pereduksi yang dihasilkan diukur dengan m et ode Shaf f er Hart m an dan automatic analysis Bochringer Mannheim -am ilase PNP (Suryanti, 2002).
Ak t i vi t as en z i m l i p ase d i u k u r d en g an m enggunakan subst rat t riolein. Asam lem ak
Diagram 1. Skema prosedur pemberian pakan masing- masing perlakuan selama pemeliharaan larva ikan kuwe hingga m encapai fase yuwana (D30)
Diagram 1. Schematic representation feeding management of each treatment while golden trevally larval reared up to juvenile stage (D30)
0-1 2-10 11-15 16-20 21-25 26-30
Nannochloropsis (sel (cell)/ mL)
Perlakuan (Treatment):
A. Rotifer (ind./ mL) 5-10
B. Gonad kerang (Trochopor) (g) 3
C. Kuning telur (Egg yolk emulsion) (g) 3
Pakan buat an (Artificial feed) (g) 1 1.5-2
Nauplii Artemia (Artemia nauplii) (ind./ mL) 0.5-1 1.5 2
Peng elo laan p akan Feed in g m a n a g em en t
Ro t if er 15-18 Ro t if er 20-25
Ro t if er 15-18 Ro t if er 20-25
Umur larva ( hari) Da y a f t er h a t ch in g (d a y)
1-2 x 106
yang dibebask an ak an m em bent uk gar am asam lem ak yang m engendap, selanjut nya garam t ersebut diukur secara t urbidim et rik pada panjang gelom bang 340 nm (Suryant i, 2002). Aktivitas enzim protease, am ilase, dan lipase m asing- m asing dinyat akan dalam unit akt ivit as enzim / m L sam pel/ m enit (Affandi et al., 1994).
Sebagai dat a dukung t erhadap akt ivit as enzim pada larva, dilakukan pula pengamatan k u al i t as ai r sel am a p em el i h ar aan h i n g g a penelitian berakhir.
HASIL DAN BAHASAN
Diagr am hasil analisis m asing- m asing aktivitas enzim pencernaan (protease, amilase, dan lipase) dari set iap perlakuan disajikan pada Gambar 1.
Dari Gam bar 1, dapat diket ahui bahwa akt ivit as enzim prot ease, am ilase, dan lipase pada sem ua perlak uan m enunj uk k an pola akt ivit as yang relat if sam a yait u m eningkat pada D- 2, kem udian m enurun pada D- 3–D- 7 dan cenderung st abil hingga D- 30. Hal ini m enunjukkan bahwa enzim pencernaan larva m ulai ak t if seir ing dengan m ulainya lar va m ener im a p ak an exogenus. Meningk at nya akt ivit as enzim prot ease, am ilase, dan lipase p ad a D - 2 m en u n j u k k an b ah w a p r o ses m et abolism e pakan pada organ pencernaan larva m engandung asam am ino, zat pat i, dan lem ak yang selanjutnya akan dihidrolisis oleh enzim pr ot ease, am ilase, dan lipase yang m enghasilkan energi bebas, sehingga larva memperoleh energi dari hasil katabolisme asam amino fosfolipid. Meningkatnya aktivitas enzim pencernaan oleh adanya subst rat m akanan yang d ik onsum si oleh lar va (yait u r ot if er , gonad kerang, dan kuning telur) m em berikan k ont ribusi sebagai enzim ek sogenus yang m em icu perkem bangan larva karena aktivitas en z i m - en z i m t er seb u t san g at b er k ai t an dengan perkem bangan alat pencernaan yang su d ah m u l ai sem p u r n a d an su d ah d ap at dibedakan ant ara usus, saluran pencernaan (pylorus), dan lambung. Dengan bertambahnya u m u r l ar va, m ak a al at p en cer n aan ak an b er k em b an g s eh i n g g a m em p en g ar u h i produk si enzim pencernaan k arena enzim t ersebut diproduksi oleh kelenjar pankreas, lambung, dan dinding usus (Kapoor et al., 1975 dalam Suryant i, 2002).
Berdasarkan persamaan regresi, hubungan antara aktivitas masing- masing enzim dan umur
larva, t erlihat bahwa akt ivit as enzim prot ease (Gambar 2) pada ketiga perlakuan menunjukkan pola polinom ial relat if sam a, dengan nilai R berturut- turut adalah (A) R2= 0,2049; (B) R2= 0,16; dan (C) R2= 0,2086. Hal ini menunjukkan bahwa persent ase hubungan ant ara akt ivit as enzim p r ot ease d eng an um ur l ar va p ad a sem ua perlakuan berkisar antara 16,0%- 20,8%.
Dem i k i an h al n ya d en g an p er sam aan r eg r esi, hub ung an ant ar a ak t ivit as enz im am ilase dan um ur larva (Gam bar 3), m eng-hasilkan nilai R berturut- turut (A) R2= 0,2294; (B) R2= 0,2008; dan (C) R2= 0,2023 sehingga persent ase hubungan ant ara akt ivit as enzim am ilase dengan um ur larva berkisar ant ara 20,00%- 22,94%.
Sedangkan persam aan regresi hubungan ant ara akt ivit as enzim lipase dan um ur larva (Gambar 4), menghasilkan persamaan dengan n i l ai R b er t u r u t - t u r u t (A) R2= 0 ,7 5 3 4 ; (B) R2= 0,9062; dan (C) R2= 0,6608 yang m enun-jukkan bahwa persent ase hubungan berkisar antara 66,08%- 90,62%.
Gambar 1. Diagram akt ivit as enzim pencernaan (prot ease, am ilase, dan lipase) larva ikan kuwe dari set iap perlakuan pakan awal (rotifer, gonad kerang, dan kuning telur) selama penelitian Figure 1. Schematic of digest enzymes activity (protease, amylase, and
lipase) of each treatment with different initial feed (rotifer, trochopor, and egg yolk emulsion) while experiment
Um ur larva (hari) Day after hatching (days)
U Day after hatching (days)
U Day after hatching (days)
berbeda dan t erlihat lem ak pada kuning t elur jauh lebih t inggi (63,49%) daripada rot if er (17,28%) ataupun gonad kerang (13,43%).
Adapun ak t ivit as enzim yang m enurun pada D- 3–D- 7 diduga bahwa larva berada pada f ase perk em bangan organ spesif ik sepert i p er t u m b u h an si r i p p u n g g u n g , si r i p d ad a
ataupun perkembangan kesempurnaan tulang belakang. Sesuai dengan pendapat Asm anik et al. (2007) bahwa salah sat u f akt or yang m em pengaruhi pert um buhan dan perkem -bangan t ulang belakang ikan kuwe adalah k an d u n g an n u t r i si p ak an yan g d i b er i k an selama masa pemeliharaan. Dikatakan pula oleh Gambar 2. Diagram korelasi antara aktivitas enzim protease dan umur larva
ikan kuwe dari masing- masing perlakuan
Figure 2. Correlation between protease enzyme activity and age of golden trevally larvae of each treatment
Um ur larva (hari) Day after hatching (days)
U
Poly. (C: Egg yolk emulsion) Poly. (A: Rotifer) Poly. (B: Trochopore)
A: y = 0.0011x2 – 0.0292x + 0.3529
Gambar 3. Diagram korelasi antara aktivitas enzim amilase dan umur larva ikan kuwe dari masing- masing perlakuan pakan awal
Figure 3. Correlation between amylase enzyme activity and age of golden trevally larvae of each treatment
Um ur larva (hari) Day after hatching (days)
U
Poly. (C: Egg yolk emulsion) Poly. (A: Rotifer) Poly. (B: Trochopore)
Tabel 1. Ukuran pakan awal dan komposisi nutrien hasil analisis proksimat serta asam lemak dalam pemeliharaan larva ikan kuwe, golden trevally
Table 1. Size of initial feed and nutrient composition of proximate and fatty acid analyzed on golden trevally larval reared
A B C
Ro t if er Rot if er ( ind ./ mL)
Go nad kerang T r och opor
( g )
Kuning t elur Eg g yolk em ulsion ( g )
Ukuran (Size) (µm) 140-200 62.84 73.44 48.44 >500 Protein (Protein) (%) 66.31 42.24 29.93 48.00 54.48 Lemak (Lipid) (%) 17.28 13.43 63.49 28.00 16.78 Serat (Fiber) (%) 6.29 6.42 0.57 1.00 3.80 Abu (Ash) (%) 5.13 10.86 5.50 7.00 8.10
EPA (%) 7.700 10.403 - - 2.433
DHA (%) 0.121 4.858 - - 0.042
Total -3 HUFA 10.988 16.608 - 16.825 2.676
Paramet er Pa r a m et er s
Perlakuan (T r ea t m en t s)
Pakan b uat an Ar t if icia l
f eed ( g )
n a uplii Ar t em ia Ar t em ia n a uplii ( ind ./ mL)
ω
Kit ajim a et al. (1994) dalam Asliant i (2005) yang m enyat akan bahwa kekurangan nut risi p ad a r o t i f er a d an nauplii Artemia ak an m en g ak i b at k an p er t u m b u h an g el em b u n g renang yang rendah dan berdam pak pada m en i n g k at n ya lordosis (k el ai n an t u l an g belakang) pada larva ikan red sea bream.
Berdasarkan pengam at an pert um buhan panjang, bobot, dan korelasinya terhadap umur larva pada perlakuan C (kuning telur) (Gambar 5), menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang dan bobot badan m em punyai korelasi yang posit if dengan pert am bahan um ur larva yang d i n y at ak an d en g an p er sam aan r eg r esi Gambar 4. Diagram korelasi antara aktivitas enzim lipase dan um ur larva
ikan kuwe dari masing- masing perlakuan pakan awal
Figure 4. Correlation between lipase enzyme activity and age of golden trevally larvae of each treatment
Um ur larva (hari) Day after hatching (days)
U
n
it
(
m
L
/
m
e
n
it
)
Unit (mL/minute)
Telur Eggs 3.00
0
Lipase
D2 D4 D6 D8 D1 0 D2 0 D3 0
2.50 2.00 1.50 1.00 0.50
Poly. (C: Egg yolk emulsion) Poly. (A: Rotifer) Poly. (B: Trochopore)
A: y = 0.0136x2 – 0.3414x + 2.5417 R2 = 0.7534
B: y = 0.008x2 – 0.2757x + 2.4527 R2 = 0.9062
polinomial berturut- turut untuk panjang badan adalah Y = 0,0814x2 - 0,4866x + 3,0681 (R2= 0,9711) dan untuk bobot badan adalah Y = 0,135x2 - 1,2452x + 2,2669 (R2= 0,9446). Hal ini m enunjukkan bahwa persent ase korelasi an t ar a p an j an g b ad an d an b o b o t b ad an perlakuan C t erhadap um ur larva m asing-m asing adalah sebesar 97,11% dan 94,46%.
Dar i h asi l p en g am at an p er t u m b u h an (panjang t ot al) pada akhir penelit ian (D- 30) m enunjukkan bahwa larva yang diberi pakan
aw al k u n i n g t el u r t er l i h at l eb i h t i n g g i (13,3± 1,77 mm) daripada rotifer (10,6± 1,51 mm) ataupun gonad kerang (12,7± 2,67 mm), namun secara statistik tidak berbeda nyata (P> 0,05). Demikian juga sintasan yang dihasilkan pakan awal kuning t elur m enunjukkan nilai lebih t i n g g i (5 5 ,4 2 %) d ar i p ad a r ot i f er (5 2 ,4 2 %) maupun gonad kerang (52,45%) (Tabel 2).
Hasi l p en g am at an k u al i t as ai r sel am a pem eliharaan larva disajikan pada Tabel 3. Dalam hal ini kualitas air pemeliharaan terlihat Um ur larva (hari)
Day after hatching (days)
P
a
n
ja
n
g
t
o
ta
l
Total length
(m
m
)
1 1 5
0
y = 0.0814x2 – 0.4866x + 3.0681 R2 = 0.9711
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0
A B C Poly. (C)
1 2
9
6
3
Gambar 5. Diagram korelasi hubungan panjang dan bobot badan dengan umur larva ikan kuwe pada perlakuan C (kuning telur)
Figure 5. Diagram of correlation between total length and body weight with age of golden trevally larvae of treatment C (egg yolk emulsion)
B
o
b
o
t
b
a
d
a
n
Body weight
(g
)
1 6
-2
y = 0.135x2 – 1.2452x + 2.2669 R2 = 0.9446
Um ur larva (hari) Day after hatching (days)
A B C Poly. (C)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0
m asih t erj aga dan cuk up m enduk ung k e-hidupan larva hingga akhir penelit ian (D- 30). Pem bersihan dasar wadah m elalui alat sipon dan pergant ian air sebesar 25%- 50% secara b er t ah ap y an g d i l ak u k an m u l ai D - 1 0 nam p ak nya cuk up m end uk ung k ehid up an larva. Kondisi kualit as air yang m endukung p ad a g i l i r an n ya d ap at m em p er b ai k i p er -t um buhan dan m eningka-t kan sin-t asan larva h i n g g a d i h asi l k an b en i h d en g an k i sar an
sint asan sebesar 52,42%- 55,42%. Dari hasil penelitian ini nampaknya sintasan benih dapat d i p er b ai k i d an d i t i n g k at k an d i b an d i n g p en el i t i an yan g p er n ah d i l ak u k an o l eh Set iadharm a et al. (2008) yang m enghasilkan sintasan ± 14%.
Selam a pem elihar aan lar va ik an k uwe, suhu air b er var iasi ant ar a 2 6oC- 2 8oC d an salinit as ant ara 35- 36 ppt . Sebagai bahan p er b and ing an d engan ik an k uwe (Caranx sexfasciatus), yang dipelihara Palinggi et al. (2 0 0 2 ), bahwa suhu air selam a penelit ian berkisar ant ara 28oC- 29oC dan salinit as 29 ppt. Dengan dem ikian dapat diketahui bahwa i k an k u we (Gnathanodon speciosus) p ad a p enelit ian ini m asih t oler an d engan suhu sekitar 26oC dan salinitas ± 35 ppt.
Derajat keasam an air (pH) berkisar 8,11-8 ,2 5 . Ki sar an t er seb u t m asi h l ayak b ag i pert um buhan ikan. Dalam Boyd (1990) di-nyatakan bahwa pH yang baik untuk kehidupan ikan berkisar 6,5- 9,0.
Kadar amoniak dan nitrit selama penelitian m asing- m asing berkisar 0,108- 0,418 m g/ L dan 0,027- 0,503 mg/ L. Upaya untuk menjaga agar kondisi kualit as air t et ap opt im al yait u d en g an car a m el ak u k an p en yi p o n an d an pergantian air setiap 2 hari sebanyak 25%- 50% yang dim ulai dari D- 10. Pescod (1973) dalam Set iawat i et al. (2005) m enyat ak an bahwa
Ket erangan (Note):
Nilai dalam kolom yang diikut i dengan huruf sam a m enunjukkan t idak berbeda nyat a Values in column followed by the same superscript are not significantly different (P>0.05)
Tabel 2. Hasil pengam at an pert um buhan (panjang dan bobot badan) pada akhir penelitian (D- 30) serta nilai sintasan dari masing- masing perlakuan Table 2. Observation of growth (total length and body weight) at the end
experi-ment (D-30) and survival rate of each treatexperi-ment
A B C
Ro t if er Rot if er
Go nad kerang T r ocoph or e
Kuning t elur Eg g yolk em ulsion
Panjang total
Total length (mm) 10.6±1.51
a 12.7±2.67a 13.3±1.37a
Bobot badan
Body weight (g) 14.49 15.29 13.31
Sintasan
Survival rate (%) 52.42 52.45 55.42
Paramet er Pa r a m et er s
Perlakuan ( T r ea t m en t s)
Tabel 3. Data kualitas air selama pemeliharaan larva ikan kuwe
Table 3. Value of water quality during larval reared of golden trevally
Paramet er Pa r a m et er s
Kisaran nilai Ra n g e of va lue
Suhu
Temperature (oC) 26-28
Salinitas
Salinity (ppt) 35-36
pH 8.11-8.25
NH3 (mg/ L) 0.108-0.418 NO2 (mg/ L) 0.027-0.503 NO3 (mg/ L) 0.065-0.73
kandungan amoniak sebaiknya tidak melebihi 1 mg/ L untuk perairan tropik. Sedangkan nitrit m erupakan produk perant ara dalam oksidasi am oniak dan dapat m enyebabkan t idak ber-f ungsinya haem oglobin (Hb) dalam t ransber-f er oksigen karena bent ukan m et ahem oglobin (HbNO2). Kandungan nitrit, nitrat, amoniak, dan f osf at d al am p enel i t i an i ni t er l i hat m asi h r el evan d an m en d u k u n g k eh i d u p an l ar va sehingga sintasan benih yang dihasilkan pada akhir penelit ian (D- 30) cukup t inggi berkisar 52,42%- 55,42%.
KESIMPULAN
z Ak t ivit as enz im p encer naan (p r ot ease, am ilase, dan lipase) dari ket iga perlakuan pakan awal m enghasilkan korelasi posit if terhadap pertumbuhan larva ikan kuwe.
z Kuning t elur d ap at d igunak an seb agai pakan awal sebelum larva m am pu m eng-konsumsi rotifer dan menghasilkan sintasan tertinggi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terim a kasih yang am at sangat disam -paikan kepada Sdr. Akhmad Gufron Arif, Wiwin Adiwinata, dan Katimin selaku teknisi litkayasa b id ang lar va rearing; Sd r . Dar sud i selak u t eknisi lit kayasa bidang nut risi, juga Sdri. Ni Put u Ayu Kenak dan Ni Kadek Ariani selaku teknisi litkayasa bidang kualitas air atas peran sert a dan part isipasinya dalam m em bant u pelaksanaan penelit ian ini hingga selesai. DAFTAR ACUAN
Afifah, Asliant i, T., & Hadi, C.S. 2010. Pola pem angsaan dan pertum buhan larva ikan kuwe (Gnathanodon speciosus) berdasar-k an j en i s p aberdasar-k an awal yan g d i b er i berdasar-k an . Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akua-kultur 2010 Buku 2. Puslit bang Perikanan Budidaya, hlm. 633- 638.
Affandi, R., Mokoginta, I., & Suprayudi, A. 1994. Perkem bangan enzim pencernaan benih i k an g u r am e, Osphronemus goramy, Lacap ed e. J. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, II(2): 63- 71.
Aslianti, T. 2005. Evaluasi kualitas benih kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus produksi beberapa hat chery di Bali berdasark an pengamatan pertumbuhan tulang belakang. Fakultas Teknologi Kelautan dan Perikanan. Un i ver si t as Han g Tu ah Su r ab aya. J. Perikanan, I(2): 56- 62.
Asliant i, T., Suwirya, K., & Asm anik. 2008. Teknologi pemeliharaan larva kerapu sunu (Plectropomus leopardus) secara m assal. Puriskan Budidaya. Badan Riset Kelaut an dan Perikanan. J. Ris. Akuakultur, 3(1): 1- 11. Asmanik, Aslianti, T., & Setiadharma, T. 2007. Pengamatan awal perkembangan dan per-tumbuhan tulang belakang larva ikan kuwe, Golden t revally (Gnathanodon speciosus, Forsskal). Buku Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan Tahun 2007, hlm. 456- 460. Bergmeyer, H.V. & Grassl, M.G.1983. Determi-n at i o Determi-n w i t h g l u co se o x i d i z e aDetermi-n d perox idese: Methods of enzym atic analy-sis. 2nd edition. verlag chemie weinhem, p. 1,205- 1,202.
Boyd, C.E. 1990. Wat er qualit y in ponds for aquacult ure. Aburn Universit y. Alabam a USA, 482 pp.
Hadi, C.S. 2009. Pengaruh perbedaan jenis pakan awal terhadap sifat biologi larva ikan kuwe (Gnathanodon speciosus). Skripsi. M ah asi sw a Fak . Per t an i an , Ju r u san Per i k an an Un i ver si t as Gad j ah Mad a. Yogyakarta, 89 hlm.
Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cam-bridge Universit y Press, Cam Cam-bridge, New York, 388 pp.
Kordi, K.M.G.H. 2005. Budidaya ikan laut di Karam ba Jaring Apung. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta, hlm. 33- 40.
Palinggi, N.N., Rachmansyah, & Usman. 2002. Pengaruh Pem berian Sum ber Lem ak Ber-beda dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Kuwe, Caranx sexfasciatus. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. J. Pen. Perik. Indo-nesia, (8)3: 25- 29.
Perist iwadi. 2006. Ikan- ikan laut ekonom is penting di Indonesia. Petunjuk identifikasi. LIPI. Jakarta, hlm. 93- 94.
Set iadharm a, T., Syahidah, D., Alit , A.A.K., & Priyono, A. 2008. Pengkayaan pakan alami j en i s r o t i f er a t er h ad ap p en i n g k at an keragaman benih ikan kuwe (Gnathanodon speciosus Forsskal). Prosiding Teknologi Perikanan Budidaya 2008. Pu r i sk an Budidaya, hlm. 289- 293.
Ber-kelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelaut an dan Perikanan, hlm . 142- 149.
Shobo, M. 1991. Aquaculture in Tropical Areas. (Eds.) Shokita, S., Kakazu, K., Tomori, A., & Tom a, T. English edition prepared by:
Yam aguchi, M. Midor i Shobo Co., Lt d. Tokyo, p. 146- 149.