• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penurunan Kecemasan Melalui Terapi Musik pada Siswa Kelas X Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga Sebelum Menghadapi Ujian Kenaikan Kelas T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penurunan Kecemasan Melalui Terapi Musik pada Siswa Kelas X Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga Sebelum Menghadapi Ujian Kenaikan Kelas T1 BAB IV"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek yang diambil pada penelitian ini adalah siswi kelas X jurusan Pemasaran pada SMK Negeri 1 Salatiga tahun pelajaran 2016-2017. Subjek penelitian yang diambil adalah 7 siswi yang dari hasil pengukuran memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Sebanyak 7 siswi tersebut kemudian diberi perlakuan berupa treatment terapi musik.

4.2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi empat tahap yaitu: tahap pre-test, perlakuan, post test dan analisis data. Keempat bagian pelaksaan diterapkan pada tanggal 19 April hingga 13 Mei 2017 di SMK Negeri 1 Kota Salatiga.

4.2.1. Pre-Test

(2)

Tabel 4.1

Hasil Pre Test Kecemasan Siswa Kelas X Pemasaran (PM) SMK Negeri 1 Salatiga sebelum Menghadapi Ujian Kenaikan

Kelas

No. Rentang Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 36 – 71 Rendah 2 5

2. 72 – 107 Sedang 27 78 3. 108 – 144 Tinggi 7 17

Jumlah 36 100

Hasil Angket Inventori

Minimal 74

Maksimal 117

Rata-Rata 91,167

Std. Deviasi 11,597

Sumber: Data Pra Observasi 2017 (diolah)

(3)

Tabel 4.2 Subjek Penelitian

No. Nama Skor Tingkat Kecemasan Keterangan

1. GS 108 3 Tinggi

2. PMN 112 3 Tinggi

3. NSQ 110 3 Tinggi

4. WA 118 3 Tinggi

5. AM 112 3 Tinggi

6. NK 114 3 Tinggi

7. SM 117 3 Tinggi

Sumber: Hasil Pre-Test Penelitian 2017 (diolah)

Berdasarkan tabel 4.2 7 siswi yang memiliki tingkat kecemasan tinggi kemudian akan diberikan perlakuan treatment berupa terapi musik.

4.2.2. Perlakuan (Treatment)

Tahap treatment dilakukan kepada 7 siswi yang memiliki tingkat kecemasan tinggi pada tanggal 26 April hingga 13 Mei 2017. Tahap Treatment terapi musik dilaksanakan pada enam tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Pertemuan 1

(4)

a. Tahap Pembentukan

Pada tahap pembentukan peneliti memberikan ucapan selamat datang, kemudian berdoa bersama siswi menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Peneliti memberikan pemahaman tentang konseling kelompok serta tujuan yang hendak dicapai. Peneliti juga memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan treatment musik kepada para siswi. Tahap pembentukan ini bertujuan agar subjek penelitian tidak memiliki beban, kecurigaan dan tetap rileks dalam menjalani tahapan treatment sehingga diharapkan hasil dapat maksimal. b. Tahap Peralihan

Peneliti menjelaskan secara detail tahapan kegiatan yang akan dijalani oleh para siswi. Peneliti bertanya jawab kepada para peserta masing-masing, memperoleh masukan agar pada tahapan kegiatan yang akan dijalani dapat berlangsung dengan lancar. Pada tahap ini peneliti benar-benar memastikan bahwa para peserta telah siap mengikuti treatment.

c. Tahap Kegiatan

(5)

dengan pemrograman pikiran agar aktivitas dan pikiran siswi memasuki gelombang Theta pada frekuensi 4 – 8 Hz. Pada kondisi ini peneliti memberikan afirmasi dan sugesti untuk menurunkan kecemasan siswi.

Setelah sesi pemrograman pikiran peneliti melanjutkan treatment dengan terapi musik Anxiety Reduction jenis Isochronic tones. Ketika audio anxiety reduction dijalankan, peserta hanya diam dalam kondisi duduk dan sambil menutup mata. Melalui terapi musik siswi dialihkan pikirannya dari kecemasan menjelang ujian, peserta juga dialihkan pikirannya pada hal-hal yang lebih menyenangkan. Pada tujuan relaksasi peneliti menghimbau kepada peserta untuk bernafas rileks agar denyut jantung menurun. Pada akhir musik siswi harus dibuat pada kondisi nyaman yaitu kondisi yang diharapkan seperti ketika menghadapi ujian.

d. Observasi Kegiatan

(6)

pelayanan treatment yang dilakukan oleh peneliti. Suasana kegiatan juga berjalan dengan baik meskipun peserta belum memahami keseluruhan langkah-langkah kegiatan.

e. Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi peneliti memantau pengetahuan dan pemahaman peserta tentang manfaat treatment yang diberikan. Tahap evaluasi juga digunakan untuk mengetahui hasil yang didapatkan peserta secara kualitatif. Peneliti juga menganalisis kekurangan selama pertemuan pertama diterapkan. Pada pertemuan pertama kegiatan masih berjalan kurang lancar karena peserta belum memahami benar langkah-langkah kegiatan.

2. Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 28 April 2017 di aula SMK Negeri 1 Salatiga. Materi pada pertemuan kedua peneliti mulai memandu siswi dalam pelaksanaan terapi musik. a. Tahap Pembentukan

(7)

Tahap pembentukan ini bertujuan agar subjek penelitian tidak memiliki beban, kecurigaan dan tetap rileks dalam menjalani tahapan treatment sehingga diharapkan hasil dapat maksimal. b. Tahap Peralihan

Peneliti menjelaskan secara detail tahapan kegiatan yang akan dijalani oleh para siswi. Peneliti bertanya jawab kepada para peserta masing-masing, memperoleh masukan agar pada tahapan kegiatan yang akan dijalani dapat berlangsung dengan lancar. Peserta dapat memberikan masukan tentang kekurangan pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap ini peneliti benar-benar memastikan bahwa para peserta telah siap mengikuti treatment.

c. Tahap Kegiatan

Pada awal kegiatan peserta diajak mendengarkan musik anxiety reduction berjenis theta state induction dari tubuh dan pikiran rileks menjadi dominan dalam kondisi hypnotis, meditasi mendalam dan hampir tertidur. Tahap ini disebut dengan pemrograman pikiran agar aktivitas dan pikiran siswi memasuki gelombang Theta pada frekuensi 4 – 8 Hz. Pada kondisi ini peneliti memberikan afirmasi dan sugesti untuk menurunkan kecemasan siswi.

(8)

Isochronic tones. Ketika audio anxiety reduction dijalankan, peserta hanya diam dalam kondisi duduk dan sambil menutup mata. Melalui terapi musik siswi dialihkan pikirannya dari kecemasan menjelang ujian, peserta juga dialihkan pikirannya pada hal-hal yang lebih menyenangkan hal ini disebut dengan persepsi distraksi. Pada tujuan relaksasi peneliti menghimbau kepada peserta untuk bernafas rileks agar denyut jantung menurun. Pada akhir musik siswi harus dibuat pada kondisi nyaman yaitu kondisi yang diharapkan seperti ketika menghadapi ujian.

d. Observasi Kegiatan

Observasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui antusiasme peserta selama mengikuti kegiatan. Pertemuan kedua diikuti oleh seluruh siswi yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. peserta memberikan respon yang baik terhadap pelayanan treatment yang dilakukan oleh peneliti. Suasana kegiatan juga berjalan dengan baik, secara keseluruhan aktivitas pada pertemuan kedua berjalan lancar. e. Tahap Evaluasi

(9)

menganalisis kekurangan selama pertemuan pertama diterapkan. Pada pertemuan kedua aktivitas treatment belum berjalan maksimal dikarenakan peserta masih dalam tahap penyesuaian.

3. Pertemuan 3

Pertemuan 3 dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2017 di aula SMK Negeri 1 Salatiga. Materi pada pertemuan ketiga peneliti fokus pada evaluasi kecemasan yang dialami oleh masing-masing siswi dalam pelaksanaan terapi musik.

a. Tahap Pembentukan

Pada tahap pembentukan peneliti memberikan ucapan selamat datang, kemudian berdoa bersama siswi menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Peneliti memberikan pemahaman tentang konseling kelompok serta tujuan yang hendak dicapai. Peneliti juga memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan treatment musik kepada para siswi. Tahap pembentukan ini bertujuan agar subjek penelitian tidak memiliki beban, kecurigaan dan tetap rileks dalam menjalani tahapan treatment sehingga diharapkan hasil dapat maksimal. b. Tahap Peralihan

(10)

agar pada tahapan kegiatan yang akan dijalani dapat berlangsung dengan lancar. Peserta dapat memberikan masukan tentang kekurangan pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap ini peneliti benar-benar memastikan bahwa para peserta telah siap mengikuti treatment.

c. Tahap Kegiatan

Pada awal kegiatan peserta diajak mendengarkan musik anxiety reduction berjenis theta state induction dari tubuh dan pikiran rileks menjadi dominan dalam kondisi hypnotis, meditasi mendalam dan hampir tertidur. Tahap ini disebut dengan pemrograman pikiran agar aktivitas dan pikiran siswi memasuki gelombang Theta pada frekuensi 4 – 8 Hz. Pada kondisi ini peneliti memberikan afirmasi dan sugesti untuk menurunkan kecemasan siswi.

(11)

menurun. Pada akhir musik siswi harus dibuat pada kondisi nyaman yaitu kondisi yang diharapkan seperti ketika menghadapi ujian.

d. Observasi Kegiatan

Observasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui antusiasme peserta selama mengikuti kegiatan. Pertemuan ketiga diikuti oleh seluruh siswi yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Aktivitas peserta juga baik dengan menunjukkan antusias yang sangat tinggi dan peserta datang tepat pada waktunya serta peserta memberikan respon yang baik terhadap pelayanan treatment yang dilakukan oleh peneliti. Suasana kegiatan juga berjalan dengan baik.

e. Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi peneliti memantau pengetahuan dan pemahaman peserta tentang manfaat treatment yang diberikan. Tahap evaluasi juga digunakan untuk mengetahui hasil yang didapatkan peserta secara kualitatif. Peneliti juga menganalisis kekurangan selama pertemuan kedua diterapkan. Pada pertemuan ketiga kegiatan berjalan lancar, peserta sudah memahami benar langkah-langkah kegiatan.

4. Pertemuan 4

(12)

peneliti mulai memantapkan siswi dalam pelaksanaan terapi musik.

a. Tahap Pembentukan

Pada tahap pembentukan peneliti memberikan ucapan selamat datang, kemudian berdoa bersama siswi menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Peneliti memberikan pemahaman tentang konseling kelompok serta tujuan yang hendak dicapai. Peneliti juga memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan treatment musik kepada para siswi. Tahap pembentukan ini bertujuan agar subjek penelitian tidak memiliki beban, kecurigaan dan tetap rileks dalam menjalani tahapan treatment sehingga diharapkan hasil dapat maksimal. b. Tahap Peralihan

(13)

c. Tahap Kegiatan

Pada awal kegiatan peserta diajak mendengarkan musik anxiety reduction berjenis theta state induction dari tubuh dan pikiran rileks menjadi dominan dalam kondisi hypnotis, meditasi mendalam dan hampir tertidur. Tahap ini disebut dengan pemrograman pikiran agar aktivitas dan pikiran siswi memasuki gelombang Theta pada frekuensi 4 – 8 Hz. Pada kondisi ini peneliti memberikan afirmasi dan sugesti untuk menurunkan kecemasan siswi.

Setelah sesi pemrograman pikiran peneliti melanjutkan treatment dengan terapi musik Anxiety Reduction jenis Isochronic tones. Ketika audio anxiety reduction dijalankan, peserta hanya diam dalam kondisi duduk dan sambil menutup mata. Melalui terapi musik siswi dialihkan pikirannya dari kecemasan menjelang ujian, peserta juga dialihkan pikirannya pada hal-hal yang lebih menyenangkan hal ini disebut dengan persepsi distraksi. Pada tujuan relaksasi peneliti menghimbau kepada peserta untuk bernafas rileks agar denyut jantung menurun. Pada akhir musik siswi harus dibuat pada kondisi nyaman yaitu kondisi yang diharapkan seperti ketika menghadapi ujian.

(14)

Observasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui antusiasme peserta selama mengikuti kegiatan. Pertemuan keempat diikuti oleh seluruh siswi yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Aktivitas peserta juga sangat baik dengan datang tepat pada waktunya serta peserta memberikan respon yang baik terhadap pelayanan treatment yang dilakukan oleh peneliti. Suasana kegiatan juga berjalan dengan baik walaupun ada beberapa peserta sudah mulai bosan, secara keseluruhan kegitan layanan berjalan dengan lancar walaupun dalam kondisi hujan.

e. Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi peneliti memantau pengetahuan dan pemahaman peserta tentang manfaat treatment yang diberikan. Tahap evaluasi juga digunakan untuk mengetahui hasil yang didapatkan peserta secara kualitatif. Peneliti juga menganalisis kekurangan selama pertemuan ketiga diterapkan. Pada pertemuan keempat antusiasme peserta sedikit berkurang, hal ini dikarenakan tingkat intensitas pertemuan yang mulai sering sehingga siswi mulai merasa bosan, namun peneliti mulai mengambil langkah perbaikan dengan mengganti beberapa instrumen treatment musik.

(15)

Pertemuan 5 dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017 di aula SMK Negeri 1 Salatiga. Materi pada pertemuan ketiga peneliti mulai fokus pada tujuan pencapaian treatment musik. a. Tahap Pembentukan

Pada tahap pembentukan peneliti memberikan ucapan selamat datang, kemudian berdoa bersama siswi menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Peneliti memberikan pemahaman tentang konseling kelompok serta tujuan yang hendak dicapai. Peneliti juga memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan treatment musik kepada para siswi. Tahap pembentukan ini bertujuan agar subjek penelitian tidak memiliki beban, kecurigaan dan tetap rileks dalam menjalani tahapan treatment sehingga diharapkan hasil dapat maksimal. b. Tahap Peralihan

Peneliti menjelaskan secara detail tahapan kegiatan yang akan dijalani oleh para siswi. Peneliti bertanya jawab kepada para peserta masing-masing, memperoleh masukan agar pada tahapan kegiatan yang akan dijalani dapat berlangsung dengan lancar. Peserta dapat memberikan masukan tentang kekurangan pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap ini peneliti benar-benar memastikan bahwa para peserta telah siap mengikuti treatment.

(16)

Pada awal kegiatan peserta diajak mendengarkan musik anxiety reduction berjenis theta state induction dari tubuh dan pikiran rileks menjadi dominan dalam kondisi hypnotis, meditasi mendalam dan hampir tertidur. Tahap ini disebut dengan pemrograman pikiran agar aktivitas dan pikiran siswi memasuki gelombang Theta pada frekuensi 4 – 8 Hz. Pada kondisi ini peneliti memberikan afirmasi dan sugesti untuk menurunkan kecemasan siswi.

Setelah sesi pemrograman pikiran peneliti melanjutkan treatment dengan terapi musik Anxiety Reduction jenis Isochronic tones. Ketika audio anxiety reduction dijalankan, peserta hanya diam dalam kondisi duduk dan sambil menutup mata. Melalui terapi musik siswi dialihkan pikirannya dari kecemasan menjelang ujian, peserta juga dialihkan pikirannya pada hal-hal yang lebih menyenangkan hal ini disebut dengan persepsi distraksi. Pada tujuan relaksasi peneliti menghimbau kepada peserta untuk bernafas rileks agar denyut jantung menurun. Pada akhir musik siswi harus dibuat pada kondisi nyaman yaitu kondisi yang diharapkan seperti ketika menghadapi ujian.

d. Observasi Kegiatan

(17)

kelima diikuti oleh seluruh siswi yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Aktivitas peserta juga sangat baik, siswi mulai terlihat nyaman dan berkembang. Suasana kegiatan juga berjalan dengan baik, secara keseluruhan kegitan layanan berjalan dengan lancar.

e. Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi peneliti memantau pengetahuan dan pemahaman peserta tentang manfaat treatment yang diberikan. Tahap evaluasi juga digunakan untuk mengetahui hasil yang didapatkan peserta secara kualitatif. Peneliti juga menganalisis kekurangan selama pertemuan keempat diterapkan. Pada pertemuan kelima partisipasi peserta sedikit menurun hal ini dikarenakan banyak peserta yang datang terlambat.

6. Pertemuan 6

Pertemuan 6 dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2017 di aula SMK Negeri 1 Salatiga. Materi pada pertemuan ketiga peneliti memaksimalkan treatment musik agar hasil yang dicapai pada post test dapat maksimal.

a. Tahap Pembentukan

(18)

pemahaman tentang konseling kelompok serta tujuan yang hendak dicapai. Peneliti juga memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan treatment musik kepada para siswi. Tahap pembentukan ini bertujuan agar subjek penelitian tidak memiliki beban, kecurigaan dan tetap rileks dalam menjalani tahapan treatment sehingga diharapkan hasil dapat maksimal. b. Tahap Peralihan

Peneliti menjelaskan secara detail tahapan kegiatan yang akan dijalani oleh para siswi. Peneliti bertanya jawab kepada para peserta masing-masing, memperoleh masukan agar pada tahapan kegiatan yang akan dijalani dapat berlangsung dengan lancar. Peserta dapat memberikan masukan tentang kekurangan pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap ini peneliti benar-benar memastikan bahwa para peserta telah siap mengikuti treatment.

c. Tahap Kegiatan

(19)

kondisi ini peneliti memberikan afirmasi dan sugesti untuk menurunkan kecemasan siswi.

Setelah sesi pemrograman pikiran peneliti melanjutkan treatment dengan terapi musik Anxiety Reduction jenis Isochronic tones. Ketika audio anxiety reduction dijalankan, peserta hanya diam dalam kondisi duduk dan sambil menutup mata. Melalui terapi musik siswi dialihkan pikirannya dari kecemasan menjelang ujian, peserta juga dialihkan pikirannya pada hal-hal yang lebih menyenangkan hal ini disebut dengan persepsi distraksi. Pada tujuan relaksasi peneliti menghimbau kepada peserta untuk bernafas rileks agar denyut jantung menurun. Pada akhir musik siswi harus dibuat pada kondisi nyaman yaitu kondisi yang diharapkan seperti ketika menghadapi ujian.

d. Observasi Kegiatan

(20)

e. Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi peneliti memantau pengetahuan dan pemahaman peserta tentang manfaat treatment yang diberikan. Tahap evaluasi juga digunakan untuk mengetahui hasil yang didapatkan peserta secara kualitatif. Peneliti juga menganalisis kekurangan selama pertemuan kelima diterapkan. Pada pertemuan terakhir dapat dikatakan peserta telah menjalani kegiatan dengan lengkap dan maksimal, sehingga telah siap mengikuti post test.

4.2.3. Post Test

Kegiatan post test dilaksanakan setelah perlakuan treatment layanan diberikan kepada seluruh peserta yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Post test dilaksanakan pada 13 Mei 2017 dengan 36 item pernyataan hasil post test siswi dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Post TestInventory Kecemasan Siswa Kelas X Pemasaran (PM) SMK Negeri 1 Salatiga sebelum Menghadapi Ujian

Kenaikan Kelas

No. Nama Skor Tingkat Kecemasan Keterangan

1. GS 70 1 Rendah

(21)

3. NSQ 92 2 Sedang

4. WA 65 1 Rendah

5. AM 84 2 Sedang

6. NK 69 1 Rendah

7. SM 93 2 Sedang

Sumber: Post Test Evaluasi Akhir 2017 (diolah)

Post test adalah evaluasi akhir berbentuk data kuantitatif. Hasi post test kemudian dianalisis dan dikaitkan dengan hipotesis penelitian yang telah disusun sebelumnya. Dari hasil post test dapat diketahui apakah bentuk layanan perlakuan treatment yang diberikan kepada siswi efektif dalam menurunkan kecemasan atau tidak.

4.2.4. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif, uji komparatif hasil penelitian dan Uji Wilcoxon Signed Ranks Test. 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis data statistik univariat yaitu mean, median, modus, standar deviasi dan varians. Tujuannya untuk mengetahui gambaran hasil data sebaran sampel siswi yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Pada penelitian ini digunakan skala nominal, hasil analisis desrkriptif univariat post test dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

(22)

Statistics

Std. Deviation 5,490 12,024

Variance 30,143 144,571

Minimum 100 65

a. Multiple modes exist. The smallest value is

shown

Berdasarkan analisis deskriptif pada tabel 4.4 nilai rata-rata (mean) siswi pada pre test > post test, yaitu (109,14 > 77,29) hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat kecemasan rata-rata berkurang dari level tinggi ke level sedang. Variasi dari nilai rata-rata (means) atau disebut dengan standar deviasi nilai pre test > post test, yaitu (110 > 70) keragaman variasi data berkurang dari tingkat tinggi ke tingkat rendah.

2. Uji Komparatif

(23)

Tabel 4.5

Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test

No

Sumber: Data Primer 2017 (diolah)

(24)

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa sebaran nilai post test lebih kecil dibandingkan nilai pre test. Hal ini dapat dikatakan bahwa setelah melalui serangkaian perlakuan (treatment) maka tingkat kecemasan siswi menurun.

3. Wilcoxon Signed Ranks Test

Uji Wilcoxon digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan hasil pengamatan berpasangan dari data pre test dan data post test. Wilcoxonsigned Ranks test ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau ratio, namun datanya tidak mengikuti distribusi normal. Rumus yang digunakan adalah:

(25)

Ranks

Asymp. Sig. (2-tailed) ,018

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dengan tingkat signifikansi

α

= 0,05 didapatkan nilai Asymp. Sig.

sebesar 0,018 sehingga nilai uji < nilai

α

.

Pada penelitian ini menghasilkan

perbedaan signifikan antara nilai pre test dengan nilai post test siswi.

4.3. Hasil Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

(26)

penelitian ini diterima yaitu penggunaan terapi musik dapat menurunkan kecemasan menghadapi ujian kenaikan kelas pada siswa kelas X Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga.

4.3.Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 3 siswi berhasil menurunkan tingkat kecemasan terhadap ujian semester ke level sedang dan 4 siswi berhasil menurunkan tingkat kecemasan terhadap ujian semester ke level rendah. Hasil ini didukung dengan metode kuantitatif deskriptif bahwa dari keseluruhan evaluasi akhir didapatkan selisih hasil post test dan hasil pre stest yaitu: rata-rata sebesar 31,85 selish median sebesar 40, selisih standar deviasi sebesar 6,534 dan selisih variasi sebesar 114,428. Pada data univariat terlihat bahwa terjadi perbedaan hasil antara pre test dan post test.

Berdasarkan asumsi deskriptif dilanjutkan dengan metode analisis uji hipotesis yaitu uji non parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test. Dari analisis data yang telah dilakukan didapatkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Peserta terapi musik di SMK Negeri 1 Salatiga dapat dikatakan telah dapat diturunkan tingkat kecemasannya. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian bahwa melalui terapi musik dapat menurunkan kecemasan siswi di SMK Negeri 1 Salatiga dalam menghadapi ujian semester.

(27)

yang ditemukan pada siswi Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga adalah kecemasan tentang ujian semester, jika kecemasan tersebut tidak dapat diatasi maka dikhawatirkan dapat mengganggu konsentrasi siswi ketika ujian berlangsung. Berdasarkan atas hal itu peneliti kemudian menyusn Rencana Pelaksanaan Layanan menggunakan metode terapi musik audio anxiety reduction melalui enam pertemuan. Tujuan terapi musik menurut Djohan (2006) adalah bahwa terapi musik dapat digunakan untuk memperbaiki, memelihara dan mengembangkan fisik serta kesehatan emosi. Siswi Pemasaran SMK Negeri 1 Salatiga yang telah diberikan treatment terapi musik secara signifikan telah menurun tingkat kecemasannya.

Gambar

Post TestTabel 4.3  Inventory Kecemasan Siswa Kelas X Pemasaran
Analisis Deskriptif PenelitianTabel 4.4
Perbandingan Hasil Tabel 4.5 Pre Test dan Post Test
Tabel 4.6 Uji Wilcoxon

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa layanan bimbingan karier perlu diberikan kepada peserta didik agar memperoleh pemahaman tentang karier, sehingga peserta didik dapat memahami