• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Berbantuan Akses Internet Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas IX Semester I Tahun Pelajaran 20132014 T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Berbantuan Akses Internet Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas IX Semester I Tahun Pelajaran 20132014 T1 Full text"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN AKSES INTERNET TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER I TAHUN PELAJARAN

2013/2014

Artikel Ilmiah

Diajukan guna memenuhi tugas akhir

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Peneliti :

Lidwina Nenci Puspita (702010102)

Krismiyati, S.Pd., M.A

Program Studi Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN AKSES INTERNET TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER I TAHUN PELAJARAN

2013/2014

1)

Lidwina Nenci Puspita 2)Krismiyati, S.Pd., M.A. Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : 1)[email protected])[email protected]

Abstract

The purpose of this study was to know the influence of student learning achievment using internet in cooperative learning model Think pair share on ICT subjects. The use of conventional learning models, unattractive learning process, and the absence of learning media affect the ICT grade which is below the average set by the school. Based on the factors and problems existed under the observation and interviews conducted by teachers and students, then conducted research with the influence of Internet use in cooperative learning model Think pair share. This research was conducted by using experimental methods pretest-posttest design with control group design. The population in this study were students of class IX. Hypothesis testing using the Independent Sample T-Test. Posttest results of hypothesis testing with the t test is P (0.000) < (0.05), so that H1 is accepted. Hypothesis test results showed that the effect use of the Internet in the learning model Think pair share is higher than the conventional methods of ICT on learning achievment of students of class IX SMP N 8 Salatiga.

Keyword :Cooperative, Think pair share, Internet, Learning Achievment.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hasil belajar siswa terhadap pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share pada mata pelajaran TIK. Penggunaan model pembelajaran konvensional, pembelajaran yang kurang menarik dan tidak adanya media pembelajaran membuat nilai TIK dibawah rata-rata yang ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan faktor dan permasalahan yang ada menurut observasi dan wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa, maka dilakukan penelitian dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental dengan desain Pretest-Post-test Control Group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX. Pengujian hipotesis dengan menggunakan

Independent Sample T-Test. Hasil uji hipotesis Post-test dengan uji t adalah P (0,000) < (0,05), sehingga H1 diterima. Hasil uji hipotesis penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional terhadap hasil belajar TIK siswa kelas IX SMP N 8 Salatiga.

Kata kunci : Kooperatif, Think pair share, Internet, Hasil Belajar.

1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(8)

2 1. Pendahuluan

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, khususnya Teknologi Informasi saat ini sudah berkembang dengan pesat dan merambah ke segala bidang, termasuk di dunia pendidikan. Penerapan yang paling umum dilakukan adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk membuat materi pengajaran, penyampaian bahan ajar maupun komunikasi dengan siswa. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada tahap awal lebih terkonsentrasi pada penggunaan teknologi informasi sebagai media pendukung pembelajaran di kelas. Guru sebagai pengelola pembelajaran harus mengemas pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan memiliki makna, jika pembelajaran yang dikemas guru dapat dinikmati oleh siswa dan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Mengajar adalah menata lingkungan agar pembelajaran termotivasi dalam menggali makna serta menghargai

ketidakseragaman” [1].

Di beberapa sekolah, khususnya di Laboratorium TIK SMP 8 sudah terpasang akses internet WiFi, tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Guru menyampaikan materi pelajaran dan evaluasi masih secara konvensional dan membuat siswa pasif di dalam kelas sehingga siswa lebih tertarik untuk membuka situs media sosial seperti facebook, twitter, dll, daripada mendengarkan guru menerangkan materi. Di akhir pelajaran guru melakukan evaluasi tetapi tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada kenyataannya, kondisi ini hanya membuat siswa menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut saat menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/ diaplikasikan pada situasi baru. Sehingga hasil belajar siswa pun relatif rendah.

Hal semacam ini membuat hasil belajar siswa SMP 8 Salatiga menurun, pada mata pelajaran TIK dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75 dan jumlah siswa perkelas sebanyak 32 siswa dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM 35% dan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM 65%. Oleh karena itu diperlukan inovasi belajar yang menyenangkan dan model pembelajaran yang aktif dalam dunia pendidikan, agar tercapainya tujuan utama pembelajaran. Menghadapi tantangan semacam ini, maka guru sebagai salah satu sumber pengetahuan peserta didik perlu berpikir secara kreatif mendesain dan menerapkan model-model pembelajaran yang belum dan pernah ada diterapkan dan berhasil.

(9)

3

kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward [2].

Model pembelajaran TPS ini merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi itu. Oleh karena hal itu TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama

lain” [3]. Hal ini efektif baik untuk guru maupun siswa untuk mengetahui

ide-ide dari pasangan, dan kegiatansharing ini dilanjutkan sampai semua pasangan mendapat giliran mempresentasikan hasil diskusinya. Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh pengaruh penerapan model pembelajaran ini terhadap hasil belajar TIK. Agar lebih fokus, maka peneliti memilih judul penelitian ini yaitu: pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan akses internet terhadap hasil belajar TIK siswa SMP N 8 Salatiga kelas IX semester I tahun pelajaran 2013/2014.

2. Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu dilakukan oleh Yusuf tentang upaya peningkatkan prestasi belajar PKn melalui metode pembelajaran Think pair share (TPS). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan menggunakan

Think pair share mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai

Post-test kelompok eksperimen lebih tinggi dengan perhitungan dan terlihat bahwa terhitung 9,330>1,675. Berdasarkan data dan analisisnya maka ada peningkatan yang bermakna dalam prestasi belajar mata pelajaran PKn pada kelompok eksperimen jika menggunakan metode TPS. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan metode TPS, hasil belajar dan minat belajar siswa semakin meningkat [4].

Penelitian lain dilakukan oleh Ulfa tentang pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif Think pair share terhadap hasil belajar IPS terpadu. Hasil analisis ditunjukan dari nilai rata-rata kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,77 dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,65. Dari hasil pengamatan di kelas yang diajar dengan metode TPS memberdayakan kemampuan berpikir siswa, melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan [5].

(10)

4

lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti yakin bahwa pada penelitian ini juga akan berhasil meningkatkan hasil belajar TIK siswa.

Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah “model yang mengajak siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok”. Pada hakikanya cooperative learning sama denga kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru mengatakan tidak ada suatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif learning karena meraka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran kooperatif learning dalam bentuk belajar kelompok [6].

Dari pendapat para ahli di atas, dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara bersama–sama dalam kelompok kecil yaitu terdiri dari 4 atau 6 orang, sehingga siswa mampu menyumbangkan pendapatnya dalam pembelajaran yang dibahas dalam kelompok tersebut untuk mendapatkan pencapaian hasil belajar yang telah di bahas.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair share

Model pembelajaran Think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berbasis pembelajaran diskusi kelas. Think pair share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak peneliti di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara koooperatif. Think pair share merupakan “suatu cara yang efektif

untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas” [7].

Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam

Think pair share “dapat memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk

berfikir, untuk merespon dan saling membantu”. Pembelajaran dengan Think pair share ini akan memberikan variasi tersendiri dalam lingkungan belajar siswa [2]. Think pair share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir,

menjawab, dan saling membantu satu sama lain” [3]. Dengan Think pair

share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam kelompoknya. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa-siswa tertentu saja yang menjawab.

Strategi yang memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau

berpikir‟ pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi

(11)

5

bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain; (2) mengoptimalkan partisipasi siswa; (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain. Kemampuan yang umumnya dibutuhkan dalam strategi ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan paraphrasing.

Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Think pair share adalah siswa diberikan kesempatan untuk berpikir secara individu bagaimana memecahkan masalah yang diberikan guru, setelah itu siswa berdiskusi secara berpasangan sehingga siswa dapat berbagi ide dengan teman pasangannya, kemudian siswa secara berpasangan berbagi ide kepada seluruh teman di kelas tentang apa yang mereka diskusikan.

Hasil Belajar

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman

(proses) belajar mengajar, dan hasil belajar” [9]. Hasil belajar adalah

kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya [10]. Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau kelompok. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau

ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan

dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

Hasil belajar bisa diartikan menjadi sebuah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas dalam jangka waktu tertentu, biasanya prestasi disekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi siswa tersebut telah menguasi materi pelajaran yang telah disampaikan. Baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya [11]. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya [12].

Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan atau peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap berupa kemampuan yang dicapai siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas.

Internet

Internet adalah “salah satu bentuk media komunikasi dan informasi

yang interaktif”. Wujud internet adalah jaringan komputer yang terhubung

(12)

6

perkembangan dunia. Melihat begitu banyaknya kapasitas serta layanan yang luas, sungguh dapat menjangkau daerah pelosok yang ada didunia ini [13].

Internet adalah suatu interkoneksi sebuah jaringan komputer yang dapat

memberikan layanan informasi secara lengkap”. Dan, terbukti bahwa internet

dilihat sebagai media maya yang dapat menjadi rekan bisnis. Politik, sampai hiburan, semuanya tersaji lengkap di dalam media ini. Internet adalah jaringan satelit komunikasi yang fungsinya sangat beragam dan tentu merupakan

pendukung internet diseluruh dunia”.

Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa internet adalah seluruh jaringan yang terhubung/terkoneksi satu sama lain yang dapat memberikan informasi secara lengkap serta dapat menjadi alat komunikasi bagi orang-orang diseluruh dunia.

3. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental (Experimental Research). Penelitian eksperimen pada kelas yang akan diberi perlakuan (Treatmen) atau disebut kelompok eksperimen (Experimental Group) dan kelas kelompok pembanding yang disebut kelompok kontrol (Control Group). Bentuk desain penelitian ini adalah pretest Post-test control group design. Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada

R : Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara random. O1 : Pretest untuk kelompok eksperimen

O2 : Post-test untuk kelompok eksperimen O3 : Pretest untuk kelompok kontrol O4 : Post-test untuk kelompok kontrol

X : Perlakuan (treatment) untuk kelompok eksperimen yaitu pada kelas IXE SMPN 8 Salatiga yaitu pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share.

Untuk melihat pengaruh perlakuan adalah (O2– O1) – (O4– O3)

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas IX di SMPN 8 Salatiga. Sampel yang digunakan adalah IXE dan IXB yang berjumlah 55 orang.

(13)

7

mengajar yaitu cara konvensional. (3)Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan dalam instrumen pretest dan Post-test. (4)Mengujicobakan instrumen pretest

pada kelas uji coba yaitu kelas IXG SMP Negeri 8 Salatiga. (5) Menganalisis data hasil pretest untuk menguji apakah instrumen valid dan reliabel. (6) Memberikan pretest pada kelas IXE dan IXB SMP Negeri 8 Salatiga. (7) Menganalisis hasil pretest yang dilakukan pada kelas IXE dan IXB SMP Negeri 8 Salatiga untuk mengetahui bahwa kedua kelas tidak ada perbedaan yang signifikan. (8) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pengaruh pemanfaatan intenet dalam model pembelajaran kooperatif tipe

Think pair share di kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga, untuk kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga dengan pembelajaran yang dilakukan guru seperti biasa (tanpa menggunakan model pembelajaran). (9) Melaksanakan posttest pada kelas IXE dan kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga. (10) Hitung perbedaan antara hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok ( pretest-posttest kelompok eksperimen kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga), ( pretest-posttest kelompok kontrol kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga). (11) Bandingkan perbedaan tersebut untuk menentukan apakah pengaruh pemanfaatan internet dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Think pair share itu berpengaruh yang lebih besar pada kelompok eksperimen yaitu kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga. Jadi (pretest-posttest kelompok eksperimen kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga), (pretest-posttest kelompok kontrol kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga) dalam menghitung dan menganalisis data dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 (Statistical Product and Service Solution ). (12) Interpretasi hasil penghitungan data.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran model kooperatif tipe TPS(Think-Pair-Share) adalah sebagai berikut:

Prosedur model think pair share

Guru Siswa

Langkah pertama yaitu Think (berpikir)

1. Guru mengajukan masalah yang dikaitkan dengan pelajaran

2. Guru memberi waktu untuk berfikir sendiri jawabannya. 3. Guru memberikan Lembar

Kerja Siswa (LKS).

1. Siswa menyimak dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. 2. Siswa mendengarkan penjelasan

masalah yang diberikan guru.

3. Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Langkah kedua yaitu Pair (berpasangan)

1. Guru meminta siswa

berpasangan 1 orang dengan 1 orang yang heterogen.

2. Guru meminta siswa 4-5 menit mendiskuskan apa yang yang diperoleh.

1. Siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang dibentuk guru. 2. Siswa berinteraksi selama waktu

(14)

8

Langkah ketiga yaitu Share (Berbagi)

1. Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi hasil diskusinya.

2. Guru memberi kesempatan siswa untuk menuliskan ide-idenya.

1. Siswa secara bergantian maju kedepan kelas membacakan hasil diskusi dengan waktu 1 menit. 2. Siswa menulis hasil diskusi dengan

bahasanya sendiri (bahasa baku).

Selain eksperimen, adapun langkah-langkah pembelajaran untuk kelas kontrol yang diterapkan dengan model pembelajaran secara konvensional, adalah sebagai berikut: (1) Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa dari materi pelajaran yang disampaikan. (2) Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa. (3) Guru bersama siswa membahas latihan soal. (4) Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah.

Instrumen dalam penelitian ini yaitu perbandingan hasil belajar dengan menggunakan treatment yang berbeda dan wawancara guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain : Metode test adalah serentetan pertanyaan latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Nilai siswa (tes) pretest dan posttest

bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Instrumen tes ini disusun bersama guru mata pelajaran TIK dengan kisi-kisi seperti gambar dibawah ini.

Tabel 2. Indikator Soal Tes

No Indikator No soal

1 Menyebutkan pengertian internet dengan tepat

2,3,7,9,10,

2 Menyebutkan pengertian intranet dengan benar

11,12,13

3 Menceritakan sejarah perkembangan internet dengan cermat dalam internet dengan jelas dan teliti Menjelaskan manfaat internet dengan benar

Menjelaskan dampak negatif internet dengan benar

1,4,9,22,25

6,3,8,14

15,21,23,24

(15)

9

Tabel 3. Observasi aktivitas belajar siswa

No. Indikator

Memperhatikan pada saat teman mempresentasikan hasil diskusi

2 Lisan Bertanya pada teman atau guru tentang materi yang belum dipahami Mampu mengemukakan pendapat atau merespon pertanyaan dalam diskusi kelompok

3 Mendengarkan Mendengarkan guru saat

memberikan penjelasan

5 Metric Mampu menyelesaikan Tugas

Mampu mempresentasikan hasil diskusi secara serius

6 Emosional Bersemangat dan menaruh minat selama kegiatan pembelajaran

Kriteria presentase aktivitas siswa adalah sebagai berikut [16] :

(1) Kurang baik : persentase aktivitas peserta didik < 25%

(2) Cukup baik : 25% ≤ persentase aktivitas peserta didik < 50% (3) Baik : 50% ≤ persentase aktivitas peserta didik < 75% (4) Sangat baik : persentase aktivitas peserta didik ≥ 75%

�� � ℎ �

� � �� × 100%

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa, hasil tes TIK sebelumnya dan foto saat kegiatan pembelajaran. Nilai tes (pretest dan posttest), yang selanjutnya akan digunakan sebagai analisis dalam penelitian.

(16)

10

dilakukan untuk mengetahui apakah data masing-masing kelompok memiliki varian yang sama atau berbeda. (5) melakukan uji T kesamaan dan perbedaan dua rata-rata denganstatistik Independent sampel T-Test. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada persamaan atau perbedaan antara rata-rata nilai pretest dan Post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. (6) pengujian hipotesis.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tahap pertama sebelum melakukan tindakan yaitu melakukan observasi pada saat proses kegiatan mengajar berlangsung dengan wawancara kepada guru di SMPN 8 Salatiga. Wawancara tersebut menunjukan yaitu bahwa cara penyampaian materi yang digunakan masih dilakukan secara konvensional, oleh sebab itu penggunaan metode konvensional menyebabkan motivasi dan kemauan siswa rendah sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi pasif dan tidak berperan aktif dalam pembelajaran dan menyebabkan pemahaman siswa terhadap materi kurang dan hasil belajar siswa juga menjadi tidak memenuhi standar KKM. Proses pembelajaran dimulai dengan memberikan soal pretest pada semua kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Melalui hasil pretest tersebut kemudian ditentukan kelas yang akan menjadi kelas eksperimen dan kontrol.

Hasil nilai rata-rata pretest yaitu 70.00 untuk kelas IXB dan 69.00 untuk kelas IXE, sehingga dapat di tentukan bahwa yang menjadi kelas eksperimen yaitu kelas IXE sedangkan kelas kontrol yaitu IXB, dan masing-masing kelas berjumlah 27 siswa pada kelas kontrol dan 28 siswa pada kelas eksperimen. Setelah menentukan pembagian kelas, kegiatan pembelajaran dimulai dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share dan metode konvensional pada kelas kontrol. Pemberian perlakuan (treatment) akan diberikan selama dua kali pertemuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Proses pembelajaran dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share dimulai dengan memberikan pretest

pada kelas eksperimen (XIE). Langkah pertama yang dilakukan saat pembelajaran adalah mengenalkan siswa akan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share. Pengenalan ini berupa : (1) Pengenalan model pembelajaran kooperatif Tipe Think pair share, (2) Pengenalan Internet dan bagaimana cara memanfaatkan internet dengan benar untuk menggali informasi.

(17)

11

dengan model pembelajaran Think pair share. Urutan selanjutnya siswa dijelaskan tentang bagaimana memanfaatkan dengan benar.

Pengenalan tentang pemanfaatan internet dijelaskan supaya siswa dapat memanfaatkan internet dengan benar, sehingga mempermudah proses pembelajaran. Langkah dalam memanfaatkan internet yaitu : (1) Siswa diberi pengenalan tentang pengertian internet, (2) siswa diberi pengenalan tentang sejarah internet, (3) Siswa diberi pengenalan tentang fungsi-fungsi layanan dalam internet, (4) Siswa diberi pengenalan tentang manfaat internet, (5) Siswa diberi pengenalan dampak negatif internet.

Gambar 1. Perlakuan pertama pada kelas eksperimen

Penelitian selanjutnya guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan doa, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran/presensi siswa. Kemudian guru apersepsi dengan menanyakan pembahasan materi minggu lalu dan membahas materi yang belum dipahami siswa. Setelah itu tahap-tahap pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share dipertemuan kedua adalah : (1) Guru memberi topik permasalahan yang akan diselesaikan siswa. (2) Pada tahap Think siswa berpikir secara mandiri untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru selama 5-10 menit. (3) Siswa dapat mencari dan menjawab topik permasalahan yang diberikan guru dengan berbantuan media internet. (4) Kemudian guru membagi siswa kedalam 14 kelompok. (5) Pembagian kelompok dilakukan oleh guru supaya kelompok yang dihasilkan heterogen. (6) Kelompok dibagi secara berpasangan. (7) Tahapan berikutnya Pair dimana siswa sudah berada dalam kelompok pasangannya dan menyelesaikan topik permasalahan yang telah diberikan guru dengan berdiskusi dengan kelompok pasangannya selama 10-15 menit. (8) Siswa secara berpasanagan dapat mencari dan menjawab topik permasalahan yang diberikan guru dengan berbantuan media internet. (9) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan topik masalah yang telah diberikan, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk bertanya. (10) Kemudian tahap selanjutnya Share dimana guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi didepan kelas dengan kelompok berpasangan-pasangan keseluruhan kelas.

(18)

12

internet dan sesudah menggunakan model pembelajaran Think pair share

berbantuan internet. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa sebagian besar untuk awal-awal merasa kesulitan pada saat berdiskusi kelompok secara berpasangan, pada saat akan menjelaskan pada teman karena belum terbiasa menggunakan model pembelajaran Think pair share tetapi siswa lama-kelamaan menjadi terbiasa dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share. Siswa menjadi lebih antusias untuk memecahkan masalah bersama teman satu kelompok pasangannya yang sudah dibentuk oleh guru kelas.

Siswa menjadi lebih aktif mengajukan pertanyaan kepada guru maupun kepada teman yang berbeda kelompok. Pada saat proses pembelajaran berlangsung tidak ada siswa yang gaduh atau sibuk sendiri karena siswa mempunyai tugas yang dibebankan untuk segera diselesaikan saat itu juga. Pembelajaran Think pair share membuat mental siswa menjadi lebih baik karena adanya sesi menjelaskan pada siswa lain didepan kelas.

Tugas guru dalam pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif Think pair share hanya mengawasi agar setiap kelompok benar-benar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan guru sekaligus memberikan pengarahan apabila ada kelompok siswa yang bertanya. Guru memberikan pertanyaan seputar diskusi yang dilakukan pada kelompok. Setelah akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan tentang materi pembelajaran yang sudah dipelajari oleh siswa.

Gambar 2. Perlakuan kedua pada kelas Eksperimen

Hasil wawancara mengenai respon guru dan respon siswa terhadap pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe

Thik Pair Share terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK : Guru menyatakan bahwa pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share membantu dalam memberikan pelajaran dikelas, karena dengan melakukan pemanfaatan dalam model pembelajaran

(19)

13

pembelajaran. Peranan guru dalam pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share hanya sebagai fasilitator sehinggga akan meringankan tugas guru. Siswa menyatakan bahwa pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share ini membuat siswa merasa belajar dengan terarah dan konsentrasi penuh pada pembelajaran. Siswa senang dengan adanya pemanfaatan internet dalam kegiatan pembelajaran.

Guru menyatakan bahwa penyampaian materi dalam pembelajaran lebih kreatif dan membuat siswa lebih fokus memperhatikan materi yang sedang disampaikan guru. Siswa lebih antusias dan merasa tertantang karena selain harus mempelajari materi yang diberikan oleh guru, siswa juga harus mempresentasikan hasil dari permasalahan yang telah diberikan. Siswa lebih mengerti tentang materi yang diberikan dikarenakan didalam kegiatan pembelajaran siswa diberi topik permasalahan yang harus dipecahkan secara mandiri dan kelompok berpasangan. Siswa merasa tertantang untuk memahami materi karena didalam kegiatan pembelajaran diadakan sesi presentasi.

Guru melihat hasil belajar siswa, hasil belajar dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional. Meskipun pada kelas dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share

terdapat 3 siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) tetapi KKM sudah sangat bagus. Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran karena nilai yang didapat lebih bagus karena siswa merasa mampu menjawab topik permasalahan yang diberikan guru.

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil wawancara antara guru dan siswa bahwa pengaruh pemanfaatan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share pada mata pelajaran TIK yaitu mendapat respon positif dari guru kelas karena membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar siswa lebih baik karena kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

Hasil observasi aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.

(20)

14

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan hasil tiap indikator yang diperoleh pada kedua kelas, bahwa pada kelas eksperimen aktivitas siswa lebih tinggi dari kelas kontrol. Pada indikator 1 ditunjukkan angka pada kelas eksperimen sebesar 95%, artinya aktivitas siswa dapat dikategorikan sudah siap mengikuti proses pembelajaran. Namun pada kelas kontrol indikator pada nomor 1, aktivitas siswa belum memenuhi standar dalam melakukan proses pembelajaran. Penilaian demikian juga berlaku pada seluruh indikator yang ada pada lembar observasi tresebut sesuai dengan hasil yang diperoleh pada tiap indikator.

Keseluruhan jumlah pada kelas eksperimen dikategori berkriteria sangat baik, hal ini ditunjukan dengan persentase sebesar 91.16%. pada kelas kontrol dikategorikan berkriteria cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil persentase sebesar 60.50%. skor psersentase yang diperoleh dihitung dengan menggunakan bantuan aplikasi pengolah angka. Perbedaan persentase lembar observasi siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tersebut menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan metode konvensional terhadap hasil belajar TIK siswa kelas IX semester 1. Artinya pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share tersebut dapat menjadikan aktivitas belajar siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Sebelum melakukan pretest dan Post-test pada kelas eksperimen dan kontrol pada penelitian ini dilakukan uji validitas soal terlebih dahulu. Validitas adalah menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur pa yang seharusnya diukur. Uji coba instrumen dilakukan di kelas IXF. Terlihat bahwa ada 16 item soal tes valid dengan harga korelasi (r) menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,218 sampai 0,773 dan terdapat tiga kriteria validitas yaitu validitas rendah, validitas cukup validitas tinggi. Kriteria validitas rendah berjumlah 5 yaitu nomor 6, 10, 19, 23 dan 24. Kriteria validitas cukup berjumlah 7 yaitu nomor 1, 2, 4, 7, 11, 13 dan 21. Sedangkan kriteria validitas tinggi berjumlah 4 yaitu 8, 9, 12 dan 14. Dari 16 soal yang valid maka soal ini dipergunakan untuk Post-test.. berdasarkan hasil dari r hitung yang dibandingkan dengan r tabel pada tiap butir soal, maka butir soal yang valid adalah jika thitung > rtabel, yaitu pada butir soal nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 19, 21, 23 dan 24, Sedangkan soal yang tidak valid adalah 3, 5, 15, 16, 17, 18, 20, 22 dan 25.

(21)

15

Setelah didapatkan soal-soal yang valid kemudian dilakukan pretest

dan Post-test kepada kelas kontrol dan eksperimen. Nilai- nilai dari pretest

dan Post-test yang telah didapatkan, sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan mendeskripsikan mengenai nilai rata-rata siswa, nilai minimum, dan maksimum dari data pretest dan Post-test. Deskripsi data pretest guna untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum siswa menerima pembelajaran dan mengukur kemampuan awal siswa. Data pretest yang diperoleh dari tes tertulis berupa tes pilihan ganda sebanyak 16 soal. Sedangkan deskriptif data Post-test digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan proses pembelajaran yang diberikan perlakuan maupun tidak diberikan perlakukan. Soal yang diberikan sama dengan soal pada saat pretest. Berdasarkan hasil penghitungan data, didapati statistik Deskripsi data pretest dan post-test kelas eksperimen dan kontrol adalah sebagai berikut:

Grafik 1

Rat-rata Nilai Pretest dan Posttest kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Eksperimen Kontrol Peningkatan

Pretest 68.89 69.33 0.44

Postest 82.79 72.81 9.98

Peningkatan 13.9 3.48

Berdasarkan grafik 1 terlihat bahwa perbedaan rata-rata nilai pretest

kelas eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda, yakni pada kelas eksperimen 68,89 dan pada kelas kontrol 69,33. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kedua kelas tersebut memiliki kecenderungan kelas yang sama. Kemudian pada postest terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan , yakni pada kelas eksperimen 82,79 dan pada kelas kontrol 72,81.

Setelah mendeskripsikan data pretest dan P ost-test, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukan pengujian hipotesis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan eksperimen. Pengujian ini dilakukan dengan statistik Kolmogorof-Smirnov dengan bantuan program aplikasi penghitungan. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Normalitas Pretest

Kelas Z Sig. (P) α Kesimpulan

Kontrol 818 0.516 0.05 Normal

Eksperimen 1.245 0.090 Normal

(22)

16

Kolmogorov-Smirnov 0,05. Variabel pertama atau kelompok eksperimen nilai Sig. Kolmogorov-Smirnov adalah 0,090 sedangkan untuk variabel kedua atau kelompok kontrol nilai Sig. Kolmogorov-Smirnov adalah 0,516. Nilai alpha 0,05, kelas kontrol pada kolom sig. 0.516 < 0.05 sedangkan kelas eksperimen pada kolom sig. 0.090 > 0.05. Sehingga hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki distribusi normal karena nilai P lebih

besar dari nilai α.

Setelah diketahui bahwa skor pretest berdistribusi normal, selajutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki tingkat varians data yang sama sehingga dapat dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil uji homogenitas tes awal (pre-test) kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Test of Homogeneity of Variances

Nilai dikategorikan homogen, sedangkan jika nilai signifikan < 0.050 maka nilai tersebut dikategorikan tidak homogen. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai df1 sebesar 4,dan nilai df2 sebesar 22 dengan sig. 0,383 > 0,050 maka dapat disimpulkan kedua varian memiliki varian yang sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen. Sehingga data hasil belajar siswa eksperimen dan kontrol dapat memiliki varience yang sama atau homogen.

Dengan melihat data normalitas yang berdistribusi normal dan data homogenitas yang diketahui homogen, sehingga untuk pengujian kesamaan rata-rata nilai pretest dari kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent Sample T-Test. Jika signifikansi < 0,05 dari nilai alpha yang ditentukan maka H1 diterima,

sedangkan jika signifikansi > 0,05 maka H0 ditolak. Pengujian hipotesis

dilakukan kepada siswa untuk melihat persamaan kemampuan awal siswa antara yang meggunakan perlakuan dan yang menggunakan konvensional terhadap rata-rata nilai pretest pada masing-masing kelas. Pengujian hipotesis di uji melalui uji indenpenden sampel T-test dengan mengunakan taraf signifikansi 5%. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Independent sample t-test Pretest

Keterangan Kelas Mean df Sig(P) α

(23)

17

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai signifikan 0.876 < 0.05, maka terdapat persamaan antara kelas kontrol dan eksperimen setelah dilakukan pretest-Post-test.

Seluruh analisis data pretest sudah dilakukan, maka selanjutnya analisi data Post-test. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas data hasil tes akhir posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dan diujikan dengan one-sample kolmogrof-smirnov test. Hasil uji posttest

tersebut terdapat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Normalitas Post-test

berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas yang terdapat pada tabel 4.15 bahwa pada kelas kontrol nilai sig. nernilai 0.072, dan pada kelas eksperimen nilai sig. bernilai 0.107. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal.

Setelah didapatkan bahwa data Post-test berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui kedua kelompok memiliki tingkat varians data yang sama, yang selanjutnya akan menjadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis homogenitas menggunakan uji Levene’s dengan program aplikasi data statistik hasil uji homogenitas data posttest terdapat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9. Test of Homogeneity of Variances

Nilai memiliki varians yang sama (homogen).

Dengan melihat data Post-test normalitas yang berdistribusi normal dan data homogenitas yang diketahui homogen, sehingga untuk menguji perbedaan dua rata-rata nilai Post-test dari kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent Sample T-Test. Pada uji T (Independent Samples T Test) H1 akan diterima

(24)

18

dan digunakan untuk menguji perbedaan nilai rata-rata pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengaan taraf signifikan 5%.

Rumusan hipotesis yang akan diuji pada pembahasan dalam kasus ini yaitu :

H1 : Pengaruh pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Think pair share lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa daripada menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran TIK di kelas XI SMPN 8 Salatiga.

H0 : Pengaruh pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Think pair share tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK di kelas XI SMPN 8 Salatiga.

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika sig Fhitung > 0.05 maka H0 diterima, H1 ditolak

Jika sig Fhitung < 0.05 maka H0 ditolak, H1 diterima

Hasil perhitungan data uji T dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Independent sample t-test Posttest

Keterangan Kelas Mean df Sig(P) α

Post-test Eksperimen 82.79 53 0.000 0.05 Kontrol 72.81

Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai signifikan adalah 0.000 < 0.05, maka H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan nilai posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, artinya pada kedua kelas ini mempunyai kemampuan yang berbeda. Hal ini membuktikan bahwa Pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa daripada menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran TIK di kelas XI SMPN 8 Salatiga.

Hasil analisis data penelitian yang dibuktikan melalui analisis uji statistic dengan bantuan software SPSS 16.0 menunjukan bahwa kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama (homogen). Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretest kedua kelas dan dibuktikan dengan hasil uji t dengan perbandingan nilai signifikansi 0,000 < 0,005, maka dapat dinyatakan berpengaruh signifikan dan hipotess dalam penelitian ini diterima untuk melihat persamaan rata-rata. Hasilnya menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini wajar karena kedua kelas tersebut belum mendapatkan perlakuan dan materi belajar.

(25)

19

posttest terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen, awalnya mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru dan siswa memerlukan waktu untuk penyesuaian. Tetapi hambatan-hambatan yang terjadi perlahan dapat dikurangi. Aktifitas di dalam kelas yang bervariatif dapat menambah semangat, motivasi, karakter berbagi, membantu dalam memecahkan masalah dan dapat menciptakan lingkungan belajar positif, sehingga pelajaran menjadi lebih interaktif dan efektif. Seluruh uraian yang telah dijabarkan menunjukan bahwa secara umum pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share

memberikan pengaruh yang berarti dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran TIK siswa kelas IX SMPN 8 Salatiga.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share dapat diambil kesimpulan : 1) Berdasarkan hasil uji t dengan perbandingan nilai signifikansi 0,000< 0,005, maka dapat dinyatakan berpengaruh signifikan dan hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMPN 8 Salatiga pada materi TIK. 2) Hasil belajar meningkat dengan nilai posttest

(26)

20 6. Daftar Pustaka

[1] Yuwana, S.Y. 2004. Pembelajaran yang efektif. Jurnal.

[2] Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

[3] Ibrahim, dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA - University Press.

[4] Yusuf. 1993. Upaya peningkatkan prestasi belajar PKn melalui metode pembelajaran Think pair share (TPS) bagi siswa kelas VIIC SMP N Abdi Surakarta”.

[5] Ulfa. I.M. 2010. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif Think pair share terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII di

SMP N 2 Lawang”

[6] Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa. Media.

[7] Arends, 1997. Classroom Intructional Management. Dalam Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

[8] Huda, Miftahul. 2013. Model-model P engajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[9] Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[10] Sudjana, 2011. P enilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Rosdakarya. Hlm 22.

[11] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

[12] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 02

[13] Krisianto, Andy. 2014. Internet Untuk Pemula. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm.01

[14] Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

[15] Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rhineka Cipta.

Gambar

Tabel 1. Pretest-Post-test Control Group design
Tabel 2. Indikator Soal Tes
Tabel 3. Observasi aktivitas belajar siswa
Gambar 1. Perlakuan pertama pada kelas eksperimen Penelitian selanjutnya guru mengawali pembelajaran dengan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adanya gugus asam yang terikat pada atom C nomor 6 pada alginate, karagenan maupun agrose akan menghalangi terbentuknya ester sehingga perlu dideaktivasi dengan cara

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

Sementara, berdasarkan hasil analisis penggunaan register bidang teknik bangunan yang dilihat dari segi pemakaiannya dari 54 data yang ditemukan, ada beberapa ragam bahasa

[r]

Finally, whereas after Rogoff (1985a) the literature has put a lot of emphasis on the politics of Central Bank independence, our results document fairly consistent empirical

Hal ini ditunjukkan oleh koefisien kontingensi hubungan lokasi tempat tinggal dengan karakteristik perjalanan lebih besar daripada koefisien kontingensi hubungan

Setelah mendapatkan hasil dari beberapa uji di atas, penulis dapat memberikan argumentasi bahwa alur transmisi moneter melalui jalur harga aset syariah (yang

Tidak hanya gedung-gedung perkantoran saja, rumah sakit, hotel, bahkan ruko- ruko juga perlu instalasi listrik demi kenyamanan penghuninya khususnya adalah pasien-pasien yang