• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jilid-13 Depernas 24-Bab-108

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jilid-13 Depernas 24-Bab-108"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 108. BAHAN MAKANAN ZAT TEPUNG (KARBOHIDRAT) Gambaran keadaan sekarang (tahun 1958) menurut

djenis dan nilai uangnja § 1195. a. B e r a s

(angka-angka dikutip dari Lampiran Djawaban Sdr. Manteri Inti Produksi atas pertanjaan Depernas).

DJUMLAH PADI P r o p i n s i Panen

X 1000 ha.

Produksi padi

ke-ring x 1000 ton

Rata-rata qt/ha.

Nilai dalam Rp.

Djawa Barat 1.648 3.461 21,00 10.14L300.000 Kotapradja

Dja-karta Raya 21 36 17,66 —

Djawa Tengah 1.324 2.730 20,60 7.917.000.000 D.I. Jogjakarta 118 222 18,95 643.800.000 Djawa Timur 1.278 3.128 24,46 9.071.200.000 DJAWA MADURA 4.389 9.577 21,82 27.773.000.000

Atjeh 162 431 26,46 1.249.900.000

Sumatera Utara 349 849 24,36 2.462.100.000 Sumatera Barat 165 506 30,57 1.467.400.000

Djambi 60 162 27,24 . 362.500.000

Riau 66 125 18,95 469.800.000

Sumatera Selatan 346 833 24,10 2.415.700.000

SUMATERA 1.148 2.906 25,31 8.427.400,000

Kalimantan Barat 235 318 13,55 922.200.000

Kalimantan Tengah 86 75 8,80 217.500.000

Kalimantan Selatan 192 353 18,37 1.023.700.000

Kalimantan Timur 51 77 15,17 223.300.000

KALIMANTAN 564 823 15,61 2.386.700.000

SULAWESI 377 848 22,52 2.459.200.000

NUSA TENGGARA 435 952 21,87 2.760.800.000

MALUKU 3 2 7,05 5.800.000

(2)

Kesimpulan-.kesimpulan mengenai produksi beras.

Perbandingan antara padi kering dan beras adalah: 2 : 1

1.

Produksi rata-rata tiap Ha di Djawa/Madura untuk padi sawah

dan padi ladang lebih rendah daripada produksi diluar Djawa, jaitu :

Djawa/Madura Luar Djawa

— padi sawah kering : 22,47 qt/ha.

26,16 qt/ha.

— padi ladang kering : 11,71 qt/ha

13,08 qt/ha

2.

Luas panen padi sawah, produksi padi (kering) dan produksi

beras.

Djawa/Madura Luar Djawa Indonesia

— Luas panen : 4.124.000 ha 1.705.000 ha 5.829.000 ha

— Produksi padi

kering : 9.266.000 ton 4.458.000 ton 13.724.000 ton

— Produksi beras : 4.633.000 ton 2.229.000 ton 6.862.000 ton 3.

Luas panen padi ladang, produksi padi (kering) dan produksi beras.

Djawa/Madura Luar Djawa Indonesia

— Luas panen : 2.265.000 ha 827.000 ha 1.088.000 ha

— Produksi padi

kering : 311.000 ton 1.074.500 ton 1.385.500 ton

— Produksi beras :

155.500 ton 537.250 ton 692.750 ton

4. Luas panen padi sawah dan padi ladang, produksi padi (kering) dan produksi beras diseluruh Indonesia.

— Luas panen padi sawah dan padi ladang : 5.829.000 + 1.088.000 = 6.917.000 ton

— produksi padi (kering) :

13.724.000 + 1.385.500 = 15.109.500 ton

— produksi beras (1958) :

6.862.000 + 692.750 = 7.554750 ton Pada tahun 1959 produksi = 8.097.000 ton.

5. Pemakaian beras per kapita tiap tahun dan tiap hari, berdasarkan produksi ini.

Berdasarkan produksi beras diseluruh Indonesia dalam tahun 1958 sebanjak 7.554.750 ton dan djumlah penduduk sebesar 87.760.000, maka pemakaian beras per kapita/tahun adalah hanja 7.554.750.000 Kg.: 87.760.000 = 85.97 Kg., dibulatkan 86 Kg. Ini berarti, bahwa pemakaian per kapita/hari adalah 86.000 gram : 365 = 236 gram.

§ 1.196. b. Produksi Djagung dan nilai produksinja dalam tahun 1958 Produksi djagung (Angka-angka dikutip dari ,,Djawaban Sdr. Menteri Intl Produksi atas pertanjaan-pertanjaan Depernas.

(3)
(4)

LUAS PANEN DAN PRODUKSI DJAGUNG SERTA NILAI PRODUKSI TII. 1958

D J A G U N G

Propinsi Panen

X 1000 ha

Produksi pipilan kering x 1000 ton

Rata2 qt/ha

Nilai dl. Rp.

1 2 3 4 5

Djawa Barat 87 87 9,97 349.600.000

Kotapradja

Dja-Karta 0,5 0,5 11,16 ———

Djawa Tengah 713 768 10,77 2.918.400.000

D. I. Jogja 32 26 8,21 98.800.000

Djawa Timur 1.274 1.103 8,66 4.191.400.000

DJAWA MADURA 2.106,5 1.984,5 9,42 7.558.200.000

A t j e h 2 1,1 5,91 4.180.000

Sum. Utara 16,7 16,8 10,08 63.840.000

Sum. Barat 3 2,8 9,00 10.640.000

R i a u 4,6 3,7 8,00 14.060.000

D j a m b i 1,7 1,6 8,98 6.080.000

Sum. Selatan 23,3 24,8 10,63 94.240.000

SUMATERA 2.51,3 50,8 9,89 193.040.000

Kai. Barat 13,4 11 8,14 41.800.000

„ Tengah 2 1,7 8,09 6.460.000

Selatan 2,7 2,2 8,05 8.360.000

„ Timur 3,6 3,3 9,23 12.540.000

KALIMANTAN 21,7 18,2 8,30 69.160.000

SULAWESI 206,5 162,2 8,00 616.360.000

MALUKU 7 5,9 8,44 22.420.000

IRIAN BARAT 0,6 0,7 11,47 2.660.000

NUSA TENGGARA 343,1 393,2 11,46 1.494.160.000

(5)

Kesimpulan-kesimpulan mengenai ,produksi djagung.

1. Produksi rata-rata tiap ha di Djawa/Madura untuk djagung (9,42 qt/ha pipilan kering) lebih rendah daripada produksi diluar Djawa (10,06 qt/ha pipilan keying).

2. Luas panen djagung di Djawa/Madura (2.106.500.000 ha) lebih tinggi daripada luas panen diluar Djawa (630.200 ha).

3. Produksi djagung (pipilan kering) di Djawa/Madura adalah 1.984.500 ton dan diluar Djawa 633.000 ton.

di Indonesia 2.617.500 ton.

4. Pemakaian djagung rata-rata per kapita tiap tahun dan tiap hari berdasarkan produksi ini. Berdasarkan produksi djagung dise-luruh Indonesia dalam tahun 1958 sebanjak 2.617.500 ton dan djumlah penduduk sebesar 87.760.000, maka pemakaian djagung per kapita/tahun adalah ; 2.617.500.000 Kg. : 87.760.000 — 29,71 Kg = 29710 gram : 365 = 81,3 gram, dibulatkan = 81 gram.

§ 1197. c. Produksi Ketela pohon dan nilai produksinja dalam ta hun 1958

(Angka-angka dikutip dari Departemen Pertanian : Produksi/nilai produksi ketela pohon).

DAFTAR : PRODUKSI/NILAI PRODUKSI KETELA POHON DALAM TAHUN 1958.

Propinsi Luas (ha) Hasil ubi Nilai dalam

basah (ton) Rp.

3 4

Djawa Barat 239.000 2.047.000 1.719.480.000 Djawa Tengah 385.000 2.883.000 2.421.720.000 D.I. Jogjakarta 46.000 211.000 177.240.000 Djawa Timur 405.000 2.899.000 2.435.160.000 DJAWA/MADURA 1.075.000. 8.040.000 6.753.600.000

A t j e h 1.300 40.300 33.852.000

Sum. Utara 12.800 136.000 114.240.000

Sum. Barat 3.900 124.700 104.748.000

R i a u 1.600 47.500 39.900.000

D j a m b i 2.500 14.800 12.432.000

Sum. Selatan 34.700 547.400 459.816.000

(6)

1 2 3 4

Kalimantan Barat

“ Tengah

“ Selatan

“ Timur

28.600 13.000 4.100 6.000

278.700 169.000 31.200 47.700

234.108.000 141.960.000 26.208.000 40.068.000

KALIMANTAN 51.700 526.600 442.344.000

SULAWESI 47.000 270.000 226.800.000

NUSA TENGGARA 80.300 979.000 822.360.000

MA L U K U 4.500 45.000 37.800.000

IRIAN BARAT 160 1.600 1.344.000

INDONESIA 1.315.500 10.972.900 9.217.236.000

Kesimpulan-kesimpulan mengenai produksi ketela pohon.

1 Produksi rata-rata tiap ha di Djawa/Madura untuk ketela pohon (k.l. 75 qt/ha ubi basah), lebih rendah daripada produksi diluar Djawa (k.l. 11,56 qt/ha ubi basah).

2. Luas panen ketela pohon di Djawa/Madura (1.075.000 ha), lebih tinggi daripada diluar Djawa (240.000 ha).

3. Produksi ketela pohon (ubi basah) di Djawa/Madura ada 8.040.000 ton dan diluar Djawa 2.732.900 ton.

Di Indonesia 10.872.000 ton.

4. Pemakaian ketela pohon rata-rata per kapita tiap tahun dan tiap hari berdasarkan produksi ini. Berdasarkan produksi ketela po-hon ini diseluruh Indonesia dalam tahun 1958 'sebanjak 10.872.000 ton dan djumlah penduduk sebesar 87.760. 000, maka pemakaian ketela pohon per kapita/tahun adalah 10.872.000.000 : 87.760.000 = 123,88 Kg. dan perkapita/hari = 339 gram.

§ 1198. d. Produksi ketela rambat dan nilai produksinja dalam tahun 1958

(7)

DAFTAR : PRODUKSI/NILAI PRODUKSI KETELA RAMBAT DALAM TAHUN 1958.

Propinsi Luas (ha) : Ubi basah ton

Nilai dalam Rp.

Djawa Barat 112.000 592.000 556.480.000

Djawa Tengah 101.000 592.000 556.480.000

D.I. Jogjakarta 5.000 28.000 26.320.000

Djawa Timur 85.000 534.000 501.960.000

DJAWA/MADURA 303.000 1.746.000 1.611.240.000

A .t j e h 1.000 10.100 9.494.000

Sumatera Utara 22.600 224.300 210.8421000

Sumatera Barat 2.800 37.300 35.062.000

R i a u 600 3.300 3.102.000

D j a m b i 1.000 4.900 4.606.000

Sumatera Selatan 9.000 51.000 47.940.000

SUMATERA 37.000 330.900 311.046.000

Kalimantan Barat 2.500 19.700 18.518.000

“ 900 3.500 3.290.000

“ 1.700 9.600 9.024.000

“ Timur

1.400 8.600 47.940.000

KALIMANTAN 6.500 41.400 38.916.000

SULAWESI 15.000 75.000 70.500.000

NUSA TENGGARA 65.700 595.000 559.300.000

MA L U K U 2.600 20.600 19.364.000

INDONESIA 429.800 1.062.900 2.640.366.000

Kesimpulan kesimpulan mengenai produksi ketela rambat :

1. Produksi rata-rata 16 ha d1 Djawa dan Madura untuk ketela ram-bat (kurang lebih 57,6 qt/ha), ada lebih rendah daripada produksi diluar Djawa (84 qt/ha ubi basah).

2. Luas panen ketela rambat di Djawa/Madura (303.000 ha), lebih tinggi daripada luar Djawa (126.800 ha).

3. Produksi ketela rambat di Djawa/Madura ada 1.746.000 ton diluar Djawa ada 1062.900 ton. Di Indonesia ada 2.808.900 ton.

(8)

§ 1199. Rekapitulasi mengenai Konsumsi bahan-bahan makanan zat tepung berdasarkan produksi sekarang :

Beras, djagung, ketela pohon, ketela rambat, dalam tahun 1958 : a. Produksi beras dalam tahun 1958 memberi makanan rata-rata per

kapita/hari sebanjak 236 gram dan per kapita/tahun sebanjak 86 kg.

b. Produksi djagung dalam tahun 1958 memberi makanan rata-rata per kapita/hari sebanjak 81 gram, dan per kapita/tahun sebanjak 30 kg.

c. Produksi ketela pohon dalam tahun 1958 memberi makanan rata-rata per kapita/hari sebanjak 340 gram, dan per kapita/tahun 124 kg.

d. Produksi ketela rambat dalam tahun 1958 memberi makanan rata-rata per kapita/hari sebanjak 88 gram dan per kapita/tahun 32 kg. e. Dari bahan-bahan makanan zat tepung ini dapat dianggap sebagai

bahan.bahan makanan pokok : Beras dan djagung.

Bahan-bahan makanan 1ainnja seperti ketela pohon dan ketela rambat dapat dipandang sebagai bahan makanan tambahan sadja. Beras dan djagung mengandung protein nabati jang bermutu, se-dangkan ketela pohon dan ketela rambat tidak dan hanja diang-gap sebagai penambah hidrat arang dalam makanan.

§ 1200. Kegiatan oleh sektor Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah/ Swasta dalam bidang produksi Kahan Makanan Nabati Usaha-usaha dalam bidang produksi Bahan Makanan Nabati ada-lah melulu dari pihak Pemerintah Pusat. Dalam hal ini Pemerintah d.aerah memegang peranan sebagai pembantu.

Usaha Pemerintah Pusat dalam bidang ini nieliputi beras, dja-gung, ketela pohon dan ketela rambat, tetapi jang diutamakan adalah beras. Tudjuan Pemerintah Pusat dengan Usaha-Usaha itu adalah un-tuk mentjapai selfsupporting mengenai beras dalam tahun 1962, djadi direntjanakan dalam tahun 1962 supaja produksi beras dalam negeri sudah dapat mentjukUpi seluruh kebutuhan dan tidak

perlu

lagi meng-impor Beras.

Usaha Penerintah ini terbagi dalam : Usaha djangka pendek.

Usaha djangka pandjang.

§ 1201. Usaha djangka pendek

Jang diutamakan adalah usaha djangka pendek ini, oleh karena selfsupporting akan beras harus ditjapai dalam waktu sesingkatsing -katnja (dalam tahun 1962). Usaha ini diselenggarakan dengan djalan : Intensifikasi tanaman path (memperbaiki jang sudah ada): jang dilak

(9)

a. Intensipikasi.

1. Gerakan Intensifikasi masal. 2. Sentra padi.

b. Perluasan areal dengan rehabilitasi, penjempurnaan, perluasan pengairan jang ada/sedang dikerdjakan.

§ 1202. Ad I. Intensipikasi

a. Gerakan intensipikasi Masal.

meliputi wilajah Indonesia seluruhnja, dilakukan serentak dan dibiajai setjara tambahan.

Tudjuan pokok adalah :

—memperbaiki saluran-saluran pengairan desa, djuga dengan meng-gunakan pompa-pompa air ;

—memperluas pemakaian bibit-bibit unggul ;

—menambah pemakaian pupuk ;

—pemberantasan hama/penjakit dengan mengusahakan alat-alat dan obat-obat.

—menjelenggarakan perlombaan-perlombaan.

Usaha Intensifikasi Masal ini diselenggarakan oleh Djawatan Per-tanian.

b. Sentra Patti.

Sentra padi sebagai organisasi intensipikasi selandjutnja.

Tugasnja : terutama menjediakan kredit terpimpin (supervised credit), artinja pemberian kredit jang disertai bimbingan cultuurtech-nis.

Kredit ini berupa uang (untuk bekerdja) dan

alat-alat/bahan-ba-han untuk keperluan mempertinggi produksi, seperti bibit unggul, pu-puk, obat-obatan, alat-alat pemberantas hama dan alat-alat pertanian. Kemudian rakjat tani, sesudah panen, mengembalikan kredit itu in natura (dengan padi) berdasarkan harga pemerintah.

Dengan djalan ini Pemerintah dapat menguasai sebagian dari pro-duksi padi. Djadi Sentra Padi ikut mendjamin pemasukan padi pada Pemerintah ; menampung penggilingan-penggilingan padi, sehingga penggilingan-penggilingan padi ini mendjadi pusat/pangkalan usaha Sentra padi, pusat pengumpulan/penjimpanan padi pusat penggilingan padi mendjadi beras, pusat penjimpanan beras dan pusat/pangkalan penjaluran beras jang dikuasai Pemerintah/kepada consumen.

§ 1203. Anggaran jang tersedia dalam sektor Pemerintah

(10)

A N G G A R A N B E L A N D J A

UNTUK MENAIKKAN PRODUKSI DENGAN DJALAN INTENSIFIKASI (PC DAN IM) Pengeluaran.

No. O b j e k 1959/1960(Rupiah) 1960/1961(Rupiah) 1961/1962(Rupiah) K e t e r a n g a n

I. Sentra Padi :

1. Belanja Pegawai 10.000.000 28.000.000 84.000.000

2. Belanja Barang 78.716.000 547.450.000 3.142.000.000 termasuk kredit untuk petani 3. Belanja Modal 32.267.000 94.750.000 83.300.000

4. Training kader 1.320.000 3.960.000 6.000.000 termasuk training kader penggi-Djumlah I 122.503.500 674.160.000 3.315.300.000 lingan padi.

II. Intensifikasi umum :

1. Bibit padi unggul 12.800.000 240.000.000 400.000.000 mempunjai tegenpost 2. Obat-obatan untuk

pem-berantasan hama/penjakit 17.325.000 26.900.000 28.600.000 3. Pompa tekan tinggi 9.000.000 9.000.000 2.400.000 4. Perbaikan irigasi desa 30.000.000 25.000.000 20.000.000 5. Pompa air untuk irigasi 8.500.000 17.000.000 42.500.000

6. Pupuk buatan 97.650.000 435.000.000 306.000.000 mempunjai tegenpost 7. Pembibitan tanaman

pupuk hidjau 2.000.000 5.000.000 5.000.000

8. Alat-alat pertanian 12.000.000 15.000.000 33.000.000 mempunjai tegenpost 9. Penjalur/instruksi 10.000.000 6.000.000 6.000.000 pertjetakan folder dan buku2 instruksi 10. Perlombaan/gerakan 10.000.000 10.000.000 10.000.000

(11)

I C H T I S A R TA R G E T

Dari Rentjana Departemen Pertanian Sentra Padi Intensifikasi Masal.

Objek Unit 1959/1960 1960/1961 1961/1962 Keterangan

a. Penduduk Djiwa 90.330.000 91.956.000 93.611.000

b. Konsumsi beras per kapita setahun Kg. 100 100 100

c. Kebutuhan akan beras ton 9.033.000 9.196.000 9.361.000

d. Padisentra (P.S.) 1) 1)

dimaksud-kan untuk

meng-1. Djumlah sentra Buah 42 125 500 intergrasikan

2. Luas wilajah Ha 100.000 500.000 3.000.000 seluruh PP

de-3. Bibit unggul ton 5.000 25.000 150.000 ngan PS

4. Pupuk ton 10.000 50.000 300.000

5. Hasil padi (pengembalian kredit) ton 60.000 300.000 1.800.000 6. Tambahan hasil beras diwilajah PS

dibandingkan dengan tahun 1958/1959

ton 45.000 225.000

2) 1.350.000

2) 6 km padi

ke-ring giling dari tiap ha.

e. Penggilingan padi (PP). 3) 3) djumlah PP

jang ada menurut

(12)

ICHTISAR TARGET

Dari Rentjana Departemen Pertanian Sentra Padi

dan Intensifikasi Masal.

Objek Unit 1959/1960 1960/1961 1961/1962 Keterangan

f. Intensifikasi Masal (IM) : 1. Areal terluas jang diprojektor 2. Bibit unggul

3 . P u p u k

4. Obat-obatan pemberantasan/hama/ penjakit:

— fosfor pasta, aldrin belerang  e n d r i n

5. Alat-alat pertanian :  pompa tekanan tinggi

—pompa air

—patjul

6. Hasil tambahan beras diwilajah IM dibandingkan dengan tahun 1958/1959

g. Beras jang harus dikuasai Pemerintah h. Produksi beras sawah seluruhnja i. Kekarangan beras (c — h) - impor j. beras jang dikuasai PS/PP (d. 5) k. Diperlukan pembelian beras dalam

(13)

§ 1204. Tenaga jang tersedia dan tenaga jang dibutuhkan pads Dja-watan pertanian rakjat

Mengenai instansi-instansi lain jang bersangkutan tidak diperoleh bahan.

Kebutuhan tenaga pada Djawatan Pertanian Rakjat 1959.

7. Administrasi (B.B.A.) — 9 9

8. Biologi (umum) 2 3 1

9. Perpustakaan — 3 3

10. Instrumen dan las 1 1

11. Seni Lukis — 1 1

(14)

1205. Keterangan Tentang Varietas-varietas Path Baru (Pengalaman pertjobaan)

Jang dimaksudkan dengan varietas-varietas dan djenis-djenis padi baru adalah djenis-djenis padi baru tjiptaan Jajasan „Lembaga Penjeli-dikan Keilmiahan Pertanian” di Klaten. Jajasan itu sekarang sudah mempunjai beberapa varietas padi baru jang mempunjai sipat-sipat turun-temurun jang .baik. Kalau disini disebut varietas baru seperti ini, dengan sendirinja varietas ini sudah „zaadvast”, djadi sipat-sipat turun-temurun itu tidak akan berubah lagi.

Diantara varietas padi baru itu adalah Padi Gendjah Harum (Wangi). Padi itu disebut Gendjah Harum karena 2 sifatnja turuntemurun jang baik, jaitu umurnja pendek (gendjah) artinja dari pe -naburan benih sampai panen 125 hari. Harum, baunja dan rasanja enak. Selain itu nasinja tidak keras (,,pulen") dan gurih, (tidak „sepo"). Djuga dalam keadaan sudah dingin nasinja tidak mendjadi keras. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kwalitet beras Gendjah Harum, adalah tinggi dan djustru kwalitet jang demikian inilah jang digemari dan jang ditjari orang.

Sifat turun-temurun jang lain jang baik adalah : produksi jang tinggi. Menurut pengalaman Jajasan Padi Gendjah Harum, jang di-tanam tidak memakai pupuk ditanah jang sedang kesuburannnja di

-daerah Jogjakarta dan di Klaten, hasilnja adalah 7 0 qt/ha padi basah atau 3/4 x 7 0 qt — 5 2 , 5 qt padi kering. Di Jogjakarta Padi Gendjah

Harum jang ditanam oleh dinas Pertanian Rakjat dengan pemupukan ZA dan DS, menghasilkan 97,5 qt/ha padi basah atau 3/4 X 97,5 =

7 3 , 1 2 5 qt padi kering.

Djadi Padi Gendjah Harum memiliki reaksi jang besar terhadap pemupukan. Sifat-sifat turun-temurun Padi Gendjah Harum jang lain adalah : gabahnja tidak mudah rontok dan tangkai untaiannja adalah kuat, sehingga padinja tidak mudah roboh. Padi G.H. djuga tahan terhadap kekurangan air.

Umur jang pendek itu (125 hari) mempunjai arti ekonomi jang besar, karena membuka kemungkinan untuk menanam padi 2 Xdalam 1 tahun dan palawidja (misalnja kedelai) 1 X .Dengan demikian pro-duktivitas tanah mendjadi lebih besar.

Disamping itu musim patjeklik tidak akan ada lagi, sebab se sudah panen padi rendengan (padi musim penghudjan) rakjat dapat menanam kedelai dan sehabis panen kedelai dapat menanam padi lagi. lagi.

Selain itu Padi G.H. akan mendorong rakjat untuk mengadakan Cultuur schema jang teratur dengan sukarela. Cultuur schema jang teratur ini (padi — kedelai — padi) mempunjai pengaruh jang balk terhadap tanah, sebab kedelai adalah sedjenis pupuk hidjau.

(15)

-annja), hingga hama selalu mendapat makanan tjukup dan terus hidup. Selain hama dapat hidup terus, penanaman padi terus-menerus itu, dengan tidak memberi ,;istirahat" kepada tanah, dapat menim-bulkan penjakit seperti mentek dan mengurangi kesuburan tanahnja.

§ 1200. Ad II. Perluasan areal irigasi dengan projek-projek sedang dan ketjil

Projek-projek ini adalah :

— penjelesaian seluruh-seluruh detail di 3 projek di Sumatera Se-latan.

— pembuatan 2 darn barn di 2 suneai di Sumatera Selatan

— penjelesaian saluran-saluran detail di 2 tempat di Djawa ;

— pembuatan dam barn di 1 tempat di Djawa ;

— penjelesaian pembuatan darn barn serta bangunan-bangunan peng-airan di 1 tempat di Djawa ;

— menjelesaikan pembuatan waduk di 1 tempat di Djawa.

Dari projek-projek irigasi djangka pendek ini akan didapatkan tambahan areal sawah :

dalam tahun 1960 — luas 10.200 ha. dalam tahun 1961 — luas 53.500 ha. dalam tahun 1962 — luas 17.500 ha. dalam tahun 1963 — luas 12.600 ha.

dalam tahun 1964 — luas 5.000 ha. Djumlah besar ada 98.800 ha.

Dalam tahun 1962 akan ada tambahan areal sawah seluas 60.000 ha., jaitu dengan selesainja seksi pengairan pertama dari projek Djati -luhur.

Dengan demikian, maka dalam djangka waktu pendek akan ada tambahan areal seluas 98.800 + 60.000 — 158.800 ha.

Sesudah seluruh projek Djatiluhur selesai, maka dalam tahun 1965 ada tambahan areal sawah lagi seluas 180.000 ha., djadi semuanja ada 338.800 ha. Perluasan irigasi dapat diperintji lagi dalam rehabilitasi, pelandjutan penjempurnaan dsb., jang djuga dapat dilihat dalam polo projek.

§ 1207. Usaha djangka pandjang

a. Kanalisasi tanah pasang-surut di Kalimantan dan Sumatera. b. Waduk Djatiluhur (Tjitarum).

(16)

ad. 1 . Kanalisasi tanah pasang-surut.

Tudjuannja ialah membuka persawahan baru didaerah rawa de-ngan menggali saluran-saluran jang menghubungkan daerah ini dede-ngan sungai besar, jang keadaan pengairannja dipengaruhi oleh pasang surut Taut. Dengan demikian, permukaan air dalam saluran-saluran itu ikut serta naik turun dan zatzat asam jang terkandung dalam rawa -rawa itu dapat dikeluarkan. Setelah 2 tahun lamanja tanah-tanah itu dapat ditanami padi.

Pekerdjaan ini sudah dimulai pada awal tahun 1958 di Kalimantan. Menurut rentjana ini akan digali saluran induk di Kalimantan an

-tara Bandjarmasin dan Pontianak sepandjang 760 km,

di

Sumatera antara Palembang dan Tandjung Balai sepandjang 840 km.

Pada tiap 5 km saluran induk, dikanan-kirinja akan digali saluran

-saluran sekunder jang pandjangnja masing-masing 25 km. Dikanan-kiri saluran-saluran sekunder ini akan digali saluran tertiair jang meng-hubungkan saluran-saluran sekunder itu dengan tanah-tanah jang akan didjadikan sawah baru. Dengan tjara ini maka pada tiap km saluran induk akan dapat dibuka masing-masing 12.500 ha. dikanan dan kiri saluran induk itu.

Kalau seluruh projek pasang-surut selesai, maka ini berarti bahwa: di Kalimantan diperoleh tambahan sawah seluas 3.800.000 ha. di Sumatera diperoleh tambahan sawah seluas 4.200.000 ha. Djumlah besar : 8.000.000 ha. ad. 2. Waduk Djatiluhur.

Sesudah waduk selesai akan diperoleh tambahan pengairan sawah seluas 240.000 ha. Sawah ini tadinja hanja dapat ditanami 1 kali da -lam satu tahun. Sesudah waduk ini serta saluran-salurannja selesai, akan dapat ditanami 2 kali dalam satu tahun. Selain untuk pengairan, waduk ini digunakan djuga untuk pembangkitan tenaga hydrolistrik sebesar 150.000 KW.

ad. 3. Pembukaan tanah kening.

Jang dimaksud adalah pembukaan ladang-ladang alang-alang jang terdapat di Sumatera Timur, Sumatera Selatan dan Kalimantan Se--latan, untuk ditanami.

Disini akan didirikan projek-projek beras (pall ladang) setjara mekanis.

Selain padi ladang, akan ditanami pula palawidja serta pupuk hi-djau dan akan diusahakan djuga peternakan untuk menghasilkan susu, daging dan telur.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA IV

Identifikasi Potensi Kenaikan Muka Air Laut Serta Dampaknya Terhadap Rencana Struktur dan Pola Ruang Kawasan Pesisir Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.

Data yang disajikan dalam penerbitan ini mencakup data industri pengolahan keadaan tahun 2008 meliputi : daftar nama dan alamat perusahaan, jumlah perusahaan dan

Indikator yang ditetapkan oleh sekolah untuk mengawasi dampak dari tercapainya keluaran kegiatan (misal: Dokumen KTSP menjadi sesuai SNP sebagai dampak dari hasil pelatihan

Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang- orang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Setiap peserta didik telah memiliki keterampilan proses ilmiah dengan kriteria Cukup Baik

[r]

Pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan