BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak lepas dari pengaruh global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan ini menuntut adanya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan mengadakan perbaikan dalam proses pembelajaran.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses pembelajaran. Pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki kualitas kurikulum di Indonesia, sehingga pada saat ini telah mewajibkan sekolah dasar maupun sekolah menengah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan usaha yang terpadu antara (1) rekontruksi kompetensi lulusan, (2) kesesuaian dan kecukupan, kedalaman dan keluasan materi, (3) revolusi pembelajaran dan, (4) reformasi penilaian (Kemdikbud.2013). Salah satu penyempurnaan pola pikir dari Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran peserta didik aktif mencari semakin diperkuat oleh model pembelajaran dengan pendekatan sains) (Depdiknas.2013).
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan belajar peserta didik secara mandiri, sehingga pengetahuan yang dikuasai adalah hasil belajar yang dilakukannya sendiri. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran hendaknya
menciptakan dan menumbuhkan rasa dari tidak tahu menjadi mau tahu, sehingga Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah untuk digunakan dalam proses pembelajaran
(Atsnan.2013).
minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah, sehingga terlihat siswa tidak pernah siap untuk menerima materi pelajaran dalam setiap pertemuan.
Kurikulum 2013 menitik beratkan adanya aktivitas belajar yang didesain pada ranah sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses kegiatan belajar mengajar, guru cenderung menggunakan metode ceramah, tanpa pemberian pengalaman langsung kepada siswa, akibatnya siswa cenderung terlihat pasif, karena hanya didominasi oleh kegiatan membaca, mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Dalam berinteraksi dengan siswa, guru hanya menerapkan teknik bertanya seperti umumnya yang terdiri dalam pembelajaran. Namun hanya beberapa siswa yang merespon
pertanyaan guru. Siswa juga tidak bertanya terkait materi yang dipelajari, padahal dalam menjawab tugas atau soal yang diberikan, masih ada beberapa siswa yang dibantu oleh guru dalam menyelesaikannya. Hal tersebut menyebabkan aktivitas belajar peserta didik masih rendah, sehingga hasil belajar peserta didik juga rendah (belum tercapainya efektivitas pembelajaran) (Pratiwi,dkk (2014).
Untuk menerapkan pendekatan ilmiah pada setiap proses pembelajaran dibutuhkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pendekatan ilmiah. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, dan memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan mereka mencapai hasil belajar yang lebih baik (Aunurrahman.2012).
Dalam upaya membentuk karakter dan peningkatan hasil belajar siswa, seorang guru dituntut untuk mampu mengembangkan model pembelajaran yang merupakan hasil integrasi antara strategi pengajaran dengan media pengajaran. Model pembelajaran memuat komponen sistem pembelajaran dan unsur kegiatan yang dilakukan baik oleh guru dan siswa, yang menekankan pada keaktifan belajar siswa melalui guru yang aktif pula (Hakim, 2008). Guru harus berusaha menanamkan dan menumbuhkan Kreativitas anak didik. Setiap orang memiliki Kreativitas dan Kreativitas itu dapat dikembangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Munandar dalam Trianto (2007), yang memberikan alasan bahwa Kreativitas anak perlu dikembangkan karena dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
hidupnya. Semua unsur-unsur yang mampu menyebabkan terjadinya belajar harus dapat dirancang sedemikiansehingga tujuan utama pembelajaran tercapai.
Untuk mengimplementasikan pendekatan ilmiah pada penyampaian materi larutan elektrolit dan non elektrolit dapat digunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan media animasi komputer. Ada tiga ciri utama pembelajaran berbasis masalah; (1) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik.Dalam pembelajaran berbasis masalah,menuntut peserta didik secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat atau menghafal
materi pelajaran; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa masalah pembelajaran tidak akanterjadi; (3) pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah (Arifin.1995)
Pembelajaran berbasis masalah berdampak positif pada presatasi akademik dan sikap peserta didik pada pembelajaran science ( Akinoglu dan Ozkardes. 2007). Kelebihan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan interaksi sosial dan prestasi belajar peserta didik (Ratna 2013). Adanya efektivitas dalam suatu pembelajaran dapat diketahui apabila semua indikator kompetensi dapat tercapai berdasarkan target pembelajaran baik proses pembelajaran maupun hasil belajar peserta didik.
Tosun, C. (2013) menemukan bahwa model Problem-Based Learning lebih efektif dalam mengembangkan pengetahuan metakognitif siswa dengan latar belakang sains yang lemah daripada siswa dengan latar belakang sains yang kuat. Selain itu juga ditemukan bahwa Problem-Based Learning dapat meningkatkan sikap positif siswa yang dengan latar belakang sains lemah terhadap kimia. Sulaiman,F. (2013) menunjukkan bahwa siswa tertarik dengan model Problem-Based Learning, siswa merasa bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang efektif. Mereka merasa bahwa pemahaman mereka mengenai materi yang diajarkan meningkat sebagai hasil dari model Problem-Based Learning. Penerapanan pembelajaran berbasis masalah Pratiwi,dkk (2014) menunjukkan
adanya interaksi antar guru dan peserta didik melalui pengelolaan yang baik pada proses pembelajaran, menyebabkan waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah berlangsung sesuai target yang ditetapkan. Adanya keterlaksanaan sintak pembelajaran berbasis masalah
Voggel-wallcut, J.J., (2010) menemukan bahwa penggunaan media animasi lebih efektif dalam proses penyerapan pengetahuan, Marbach-Ad, G. (2008) juga menemukan bahwa dengan menggunakan media animasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan pencapaian atau hasil belajar jika dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Thatcher, J.D. (2006) menemukan bahwa mahasiswa yang diajar dengan mengguna kan media animasi memiliki skor hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan buku teks. Pangabean dan Silaban (2015) telah meneliti tentang “Pengaruh Penggunaan Media Animasi Komputer Terhadap Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia”Dari hasil penelitiannya diperoleh Media animasi komputer dapat mempengaruhi hasil belajar siswa untuk semua sekolah. Hal tersebut
terjadi karena media animasi komputer dapat membuat siswa menjadi tertarik dan semakin fokus dalam mengikuti prosesbelajar mengajar. Sehingga, siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hasil ini menunjukkan bahwa menggunakan media animasi komputer merupakan alat yang efektif juga untuk meningkatkan pemahaman konsep serta memunculkan minat dalam proses pembelajaran..
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang dikemukakan di atas maka peneliti terarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Dengan Media Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pendekatan pembelajaran yang digunakan guru sudah layak dalam kegiatan pembelajaran?
2. Apakah media Animasi Komputer mendukung kegiatan pembelajaran kimia di kelas? 3. Apakah penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)) dengan media
Animasi komputer dapat meningkatkan kreativitas hasil belajar kimia siswa?
1.3.Batasan Masalah
Peneliti memberi batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini di fokuskan pada aspek studi Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Media Animasi Komputer untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas siswa
2. Model pengajaran yang digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
3. Media pembelajaran yang digunakan adalah media animasi Komputer.
4. Karakter yang diamati yaitu Kreativitas siswa.
5. Materi pembelajaran adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
6. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Simanindo yang berada di Kec.Simanindo, Kab.Samosir.
1.4.Rumusan Masalah
Untuk memberikan arahan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian maka dibuat perumusan masalah yaitu : “Bagaimana hasil belajar dan kreativitas siswa SMA kelas X sebelum dan sesudah penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media Animasi Komputer pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar dan kreativitas siswa SMA kelas X sebelum dan sesudah penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media Animasi Komputer pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
1.6.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengatasi masalah hasil belajar.
2. Bagi siswa, model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media Animasi Komputer dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
3. Bagi guru, model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat dijadikan sebagai model pembelajaran alternatif dalam mengajarkan larutan elektrolit dan non elektrolit.
1.7.Defenisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dalam memahami suatuvariabel yang ada dalam penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi operasional untuk mengklarifikasi hal tersebut. Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi PBL adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berpikir, berkomunikasi mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa ada masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran (Suyanti, 2010).
2. Animasi animasi merupakan satu bentuk presentasi bergambar yang paling menarik, yang berupa simulasi gambar bergerak yang menggambarkan perpindahan atau pergerakan suatu
objek (Mayer dan Moreno,2002)
3. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan pengetahuan (kognitif) yakni pengetahuan siswa tentang materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit yang dapat diidentifikasi menggunakan hasil belajar berupa soal essay test.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Lazim.2013). Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa (Lazim.2013). .
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. berpusat pada siswa.
2. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. dapat mengembangkan karakter siswa.
1. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6. untuk mengembangkan karakter siswa.
Inovasi pembelajaran sain adalah suatu pendekatan pengajaran meliputi strategi, metode dan prinsip pengajaran yang dipergunakan dalam pembelajaran bidang sain. Pembelajaran bidang sain memiliki kelebihan dalam tigas aspek, yaitu 1) pembelajaran pemecahan masalah, 2) pembelajaran berdasarkan pengalaman, dan 3) pembelajaran berbasis individu dan kerjasama. Pembelajaran berbasis masalah dilakukan untuk menuntun siswa melakukan penyelidikan melalui permasalahan bermakna yang diajukan oleh guru dalam pembelajaran. Pembelajaran ini akan membawa siswa pada situasi nyata sehingga dapat menuntun siswa membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pembelajaran mandiri (Situmorang, 2004).
2.2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan peserta didik, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal. Pemilihan model pembelajaran dapat memacu peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah adalah Model Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning ( Hamalik, 2008 ).
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
yang nyata, masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membatu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan pembelajaran yang otonom dan mandiri ( Amir, 2009 ).
Terdapat lima fase dalam sintaks PBM (Ibid, 2008) yaitu : dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah
Tahapan Guru
Tahap 1 : Orientasi siswa terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan kepada masalah logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
Tahap 2: Mengorganisir siswa untuk belajar
Guru membantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubung dengan masalah tersebut.
Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
Guru mendorong untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan kelompok penjelasan dan pemecahan masalahnya.
Tahap 4: Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya-karya
Guru membantu siswa merencanakan dan meyiapkan yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu siswa berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5: Menganalisis dan Mengevaluasi proses
Karakteristik yang dikemukakan oleh Tan, bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah : a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara ill-structured.
c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk ( multiple perspective). Solusinya menuntut pembelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau lintasan ilmu dibidang lainnya.
d. Masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
e. Masalah membuat pembelajar merasa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran
diranah pembelajaran yang baru.
f. Sangat mengutamakan pembelajaran mandiri ( self directed learning).
g. Memanfaatkan sumber yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting. (Amir, 2009). Sebagai suatu pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan, seperti :
1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
2) Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5) Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6) Dapat memperilhatkan kepada siswa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, Sejarah, dan lainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7) Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru.
10) Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir (Sanjaya, 2009).
2.3. Media Pembelajaran
Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan dikarenakan banyak faktor yang
berpengaruh, salah satunya adalah dipengaruhi oleh media (Ruhimat, dkk., 2011). Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Arsyad, 2010).
Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari sumber kepada penerima yang bertujuan meransang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh maka media pembelajaran dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi (Situmorang,dkk.2001)
Dalam proses pemeblajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan
2.4. Media Animasi Komputer
Terkait dengan media pembelajaran, ada beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam
proses pengajaran, yaitu; (1) media grafis meliputi; gambar, foto, grafik, bagan, poster, kartun, komik
dan lain-lain; (2) media tiga dimensi dalam bentuk model meliputi; model padat, model penampang,
model susun, model kerja dan lain-lain; (3) media proyeksi meliputi; slide, film strips, film,
penggunaan Over Head Projector dan lain-lain, serta (4) media lingkungan (Sudjana dan Rivai,
2002). Dengan demikian metode pengajaran yang menggunakan media animasi termasuk dalam
media proyeksi. Selain itu, Lee & Owens (2004) menyebutkan ada empat kelompok media untuk
pembelajaran, yaitu: (1) visual; (2) auditory; (3) olfaktory, dan (4) tactile or kinesthetic. Sementara
Branch dalam Sukiyasa dan Sukoco (2013 ) menyebutkan tiga, yakni auditory, visual dan
kinesthetic. Penyampaian materi pelajaran melalui media visual peserta didik dapat menggunakan
indera penglihatan, meliputi: video, grafik, animasi, dan teks tertulis (pada layar komputer, papan
tulis, wallchart, transparansi, buku, poster).
Berkaitan dengan media animasi, Mayer dan Moreno (2002) mengemukakan bahwa animasi
merupakan satu bentuk presentasi bergambar yang paling menarik, yang berupa simulasi gambar
bergerak yang menggambarkan perpindahan atau pergerakan suatu objek. Penggunaan animasi dalam
proses pembelajaran sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pengajaran, serta hasil pembelajaran yang meningkat. Selain itu, penggunaan media pembelajaran
khususnya animasi dapat meningkatkan daya tarik, serta motivasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Aripin (2010) mengemukakan bahwa Animasi adalah suatu rangkaian gambar diam secara
inbeethwin dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah – olah hidup
(bergerak), seperti yang pernah kita lihat film – film kartun di tevisi maupun dilayar lebar jadi
Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak. Animasi
komputer adalah seni menghasilkan gambar bergerak melalui penggunaan komputer dan merupakan
sebagian bidang komputer grafik dan animasi.
Menurut Soendari, dkk (2015) animasi komputer memiliki kelebihan yang mendukung pada pembelajaran sains pada anak diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mendorong minat dan motivasi belajar anak
2. Meningkatkan konsentrasi dan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran.
4. Penggunaan gambar, cerita yang ditampilkan dalam animasi komputer tersebut dapat membantu memperjelas penyampain pesan pada anak.
5. Animasi yang disajikan merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif sekaligus sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, karena animasi computer ini dapat mendukung kepada pencapaian tujuan belajar yang ditetapkan.
2.5. Belajar dan Hasil Belajar Kimia
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
kegiatan guru dan siswa berdasarkan hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan siswa merupakan syarat utama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Pengertian belajar menurut Witherington adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaam, kepandaian, atau suatu pengertian. Gagne mengatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Menurut Winkel, belajar dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Usman menyatakan belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan linkungannya (Tarigan.2014)
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang mengalami perubahan baik pengetahuan, pemahaman, keterampilan, tingkah laku dan sikap.Dengan penguasaan atau hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat dari perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Dimyati, hasil belajar merupakan hasil atau interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari segi guru, tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar mengajar. Dari segi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya dan puncak proses belajar. Untuk
menurut Sukmadinata, hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Tarigan.2014).
2.6. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Dalam kurikulum kimia SMA, pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit di ajarkan pada semester genap di kelas X. Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit termasuk pokok bahasan yang sulit diajarkan kepada siswa karena siswa sulit (1) mendeskripsikan sifat larutan elektrolit dan non elektrolit; (2) membedakan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit; (3) membedakan larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar. Didalam materi larutan elektrolit dan non elektrolit selalu
berhubungan dengan senyawa, rumus kimia, dan istilah–istilah kimia yang belum pernah dipelajari di
sekolah menengah pertama. Dalam garis besar program pengajaran (GBPP) mata pelajaran kimia
SMA, Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit meliputi (1) Pengertian Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit; (2) Pengelompokan Larutan Elektrolit Berdasarkan Kemampuan Menghantarkan Listrik;
(3) Pengelompokan Larutan Elektrolit Berdasarkan Ikatannya. Untul lebih jelasnya, materi Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit dapat dilihat dalam Lampiran 3.
2.7. Hipotesis
Ha 1 : Hasil belajar siswa SMA kelas X sesudah penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media Animasi meningkat pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 1 Simanindo pada Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016. Objek penelitian adalah siswa SMA N 1 Simanindo kelas X yang mengikuti proses belajar mengajar pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.
3.2. Populasi dan Sampel
Sebagai populasi adalah siswa SMA kelas X SMA N 1 Simanindo yaitu kelas X-A sampai X- F dengan jumlah 243 siswa. Sampel siswa kelas X dipilih secara random sampling dari kelas A sampai kelas F dengan jumlah 148 sesuai tabel Krejcie dengan tingkat kesalahan 5 %.
Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Jumlah sampel Siswa SMA N 1 Simanindo
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel yang diambil
X-A 38 Orang 24 Orang
X-B 40 Orang 24 Orang
X-C 40 Orang 25 Orang
X-D 41 Orang 25 Orang
X-E 41 Orang 25 Orang
X-F 43 Orang 25 Orang
Jumlah Total Populasi 243 Orang
-Jumlah Total Sampel - 148ang
3.3. Variabel dan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Tes dan Non Tes. Instrumen Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia siswa yang berupa tes pencapain terdiri dari Tes Essay sebanyak 10 butir soal, dengan penskoran dapat dilihat di Lampiran VI. Hasil belajar yang di ukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), Pemahaman (C2), aplikasi atau penerapan (C3), analisis (C4). Sebelum uji coba instrument, peneliti melakukan uji validitas, reliabilitasnya , dan tingkat kesukaran. Instrumen Non Tes digunakan untuk mengukur kreativitas siswa diukur menggunakan Lembar Observasi yang dilengkapi dengan Skala Pengukuran.
3.4. Disain Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen dengan rancangan One Group Pretest-Postest Control Design, yang diawali pretest . Setelah dilakukan pretest kemudian dilakukan perlakuan dengan memberi pengajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan media Animasi Komputer pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Disain Penelitian dapat diperlihatkan dalam Gambar 1.
3.5. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa langkah yang harus digunakan dalam pengumpulan data yaitu (a) Tahap Persiapan; (b) Tahap pelaksanaan.
a. Tahap Persiapan
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrument hasil belajar, lembar observasi , lembar kegiatan siswa (LKS), Alat dan Bahan Praktikum.
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksaan penelitian kelas eksperimen dibagi menjadi 4 kelas. Diman setiap kelas terdiri dari 37 siswa yang dipilih secara acak. Sebelum perlakuan pengajaran terhadap 4 kelas eksperimen tersebut terlebih dilakukan evaluasi pendahuluan (pretest) untuk mengukur kemampuan siswa terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan, kemudian dilanjutkan dengan pengajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan
Media Animasi Komputer dan penilaian kreativitas siswa . Untuk memperoleh data penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan media Animasi Komputer terhadap hasil belajar siswa dilakukan evaluasi akhir (posttest). Prosedur pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.
3.6. Tehnik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil penelitian Penerapan Model Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Dengan Media Animasi Komputer Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit adalah dengan metode dokumentasi, metode tes, metode observasi.
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah siswa yang menjadi anggota populasi, kelompok atau kelas anggota populasi serta data nilai ujian mata pelajaran Kimia Kelas XI pada pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Data ini digunakan untuk mengetahui kondisi awal kelas-kelas dalam populasi yang dijadikan objek penelitian sehingga sampel bisa ditentukan. Analisis tahap awal dilakukan agar diketahui bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen (mempunyai varians yang sama) serta mempunyai rata-rata yang relatif sama sehingga dapat dikatakan semua kelas anggota populasi mempunyai kondisi yang relatif sama.
yang sama atau berbeda pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Tes yang digunakan berbentuk essay test yang terdiri dari 10 soal.
Gambar 3.2. Prosedur pelaksanaan penelitian Penerapan Model Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) Dengan Media Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit
dan Non Elektrolit
Observasi digunakan untuk mengetahui kreativitas siswa selama penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan media animasi komputer untuk meningkatkan
kreativitas siswa SMA kelas X pada pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Lembar
obserbasi yang digunakan adalah Rubrik penilain Kreativitas yang dilengkapi dengan Skala Likert. Populasi
Kelas X 2 Kelas X 3 Kelas X 1
Pretest
Pengajaran Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media Animasi Komputer
Posttest
Analisis Data
Kesimpulan Sampel
Kelas X 4
Data berupa hasil belajar (skor) diolah secara statistic menggunakan Microsoft Ofice EXEL dan Data berupa hasil observasi tentang kreativitas siswa diolah menggunakan T-test.
Peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan teknik six thinking hats dilihat dengan menggunakan gain (pencapaian) :
test pre skor maksimum skor
test pre skor tes post skor g
  
Dengan kriteria g (gain ternormalisasi) : g < 0,3 = rendah
0,3≤ g ≤0,7 = sedang
g > 0,7 = tinggi
3.7. Jadwal Penelitian
Penelitian“Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Dengan Media Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Kelas X
Tabel 3.2. Jadwal rencana penelitian Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Dengan Media Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA
Kelas X Pada Pokok Bahasan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
No Komponen Kegiatan Bulan November
minggu
Bulan Desember minggu
1 2 3 4 1 2 3
1 Persiapan Penyiapan Pelaksanaan Penelitian
a.Persiapan administrasi dan ijin penelitian b.Studi lapangan dan analisis situasi
c.Penyusunan RPP, bahan ajar serta penuntun pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis msalah (PBM) dengan media Animasi Komputer
d.pembuatan evalusi (pretest dan posttest)
e. standarisasi evaluasi
2 Pelaksanaan
a.Pelaksanaan pretes
b.Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBM dengan media Animasi Komputer
c.Pelaksanaan posttest
d.pengolahan data hasil penelitian
e. interpretasi hasil data penelitian
3 Penyusunan laporan hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Akinoglu, O.,Ozkardes,R., (2007), The Effects of Problem Based Active Learning in Science Education on Student’s Academic Achievment, Attitude, and Concept Learning, Educational Journal. 3(1):71-81.
Amir, T.,(2009), Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,Prenada Media Group, Jakarta
Arifin, M., (1995), Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia, Airlangga University Press, Surabaya.
Aripin, (2010),Pemodelan Karakter Animasi 3D, Techno.Com 9 (2) : 53-64
Arsyad, A., (2004), Media Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Atsnan, M.F., (2013), Penerapan Pendekatan Scientifik dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan), Prosiding http://eprints.uny.ac.id/10777/1/p%2054.pdf
Aunurrahman, (2012), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung
Depdiknas,(2013), Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013, Depdiknas, Jakarta.
Hamalik, O., (2008), Proses Belajar Mengajar, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Ibid, A.R.,(2008), Learning To Teaching, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Kemdikbud, (2013), Pengembangan Kurikulum 2013, Kemdikbud,Jakarta.
Khamidinal., Premono,S.,Wahyuningsih,T.,(2009), Kimia: SMA/MA Kelas X, Pusat Pembukuan DEPDIKNAS, Jakarta
Lazim, M ,(2013), Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013, PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Marbach-Ad, G., (2008), Using Computer Animation and Illustration Activities to Improve High School Students’ Achievement in Molecular Genetics, Journal of Research in Science Teaching 45(3) : 273–292.
Mayer, R. E.., Moreno, R., (2002), Animation As An Aid Multimedia Learning. Educational Psychology Review 14(1)
PPPPTK-SB Yogyakarta, (2013), Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pengawas Sekolah, Penerbit Kementerian Pendidikan dan Kerbudayaan RI, Jakarta.
Pratiwi, Y., Redjeki,T., Masykur, M., (2014), Pelaksanaan Model Pembelajaran ProblemBased Learning (PBL) Pada Materi Redoks Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK) 3(3): 40-48
Ratna, S.D., (2013), Upaya Peningkatan Interaksi Sosial dan Prestasi Belajar Siswa dengan Problem Based Learning pada Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Sistem Koloid di SMA N 5 Surakarta Tahun Pelajaran2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia 2(1):15-20.
Sanjaya, W (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media, Jakarta.
Silitonga, P M., (2013), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA UNIMED, Medan.
Situmorang,H., Situmorang,M.,(2009), Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Materi dan Perubahannya, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 4(1) : 45-51
Situmorang,M.,(2004), Inovasi Model-Model Pembelajaran Bidang Sain Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa, Prosiding Agustus 2004
Situmorang,M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Mata Pelajaran Kimia, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.
Situmorang, M., Purba,J., dan Tambunan, M., (2001), Efektifitas Media Diagram Dalam Pengajaran Kimia Di SMU, Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan 8(1) : 20-27
Soendari, T., Asri, P dan Mulyani, A., (2015), Pengaruh Media Animasi Komputer Terhadap Hasil Belajar Sains Anak Tunagrahita Ringan, Artikel media IPA, PLB-FIP-UPI, Bandung.
Sudarmo,U.,(2004), Seri Made Simple Kimia (SMS) SMA, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sudjana, N & Rivai, A. (2005). Media pengajaran, Sinar baru Algesindo, Bandung,
Sukiyasa,K., Sukoco, (2013), Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif, Jurnal Pendidikan Vokasi 3(1) : 126-137.
Sulaiman, F., (2013), Students’ Reflections: A Case Study on Problem-Based Learning Approach in Malaysia, Scottish Journal of Arts, Social Sciences and Scientific Studies 11(1) : 37-48.
Suyanti, D. R., (2010), StrategiPembelajaran Kimia, Penerbit Program Pascasarjana Unimed, Medan.
Tarigan,S.,(2014), Pengantar Metode dan Strategi Belajar Mengajar Ilmu Kimia, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan
Thatcher, J.D., (2006), Computer Animation and Improved Student Comprehension of Basic Science Concepts, JAOA: Journal of the American Osteopathic Association 106(1) : 9–14.
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka , Jakarta.
Tosun, C., (2013), The Effects of Problem-Based Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes toward Chemistry of Prospective Teachers with Different Academic Backgrounds, Australian Journal of Teacher Education 38(3) : 60-73.