BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan yang pesat dari teknologi telekomunikasi dan teknologi
komputer telah membawa suatu perubahan yang bersifat global dan masif dalam
kehidupan manusia. Perkembangan ini membawa manusia di ambang revolusi
keempat dalam sejarah pemikiran manusia bila ditinjau dari konstruksi pengetahuan
umat manusia yang dicirikan dengan cara berfikir yang tanpa batas (borderless way of
thinking). Terlebih lagi, kecenderungan bagi manusia untuk selalu berinteraksi dalam
dunia teknologi meningkat seiring dengan berbagai fasilitas serta kemudahan yang
ditawarkan oleh teknologi.1 Perkembangan jejaring sosial merupakan sebuah media
sosial dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial merupakan bentuk media sosial yang
paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Twitter, facebook, Youtube
dan Instagram merupakan fenomena jejaring sosial yang sering kali menimbulkan
permasalahan di dalamnya.2
1
Mardoto, “Peranan dan Pengaruh Teknologi Komunikasi Informasi (internet, jejaring sosial, dan sejenisnya) pada gerakan demokratisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,”
Ditambah lagi, penggunaan foto atau gambar pribadi
miliknya untuk menyakinkan masyarakat pengguna jejaring sosial bahwa akun
tersebut miliknya, tentunya saja perlu dianalisis lebih jauh dengan menggunakan
peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut sebagai
2
UU ITE) dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta (selanjutnya
disebut sebagai UUHC).3
Budaya selfie ini semakin popular di kalangan pengguna internet, terutama
remaja dan kumpulan pelajar, dimana mereka memposting gambar-gambar mereka ke
halaman media sosial mereka untuk mendapatkan perhatian. Sebuah foto selfie yang Kemajuan teknologi semakin meningkat dalam kehidupan kita, hal ini telah
mendorong masyarakat untuk terus mengikuti kemajuan teknologi tersebut. Seiring
berkembangnya zaman, semakin berkembang pula alat-alat teknologi dalam
kehidupan masyarakat. Kehadiran smartphone seperti ipad, iphone dan android
membawa fenomena baru di kalangan remaja yaitu selfie. Selfie sendiri adalah bentuk
foto dari hasil memotret diri sendiri atau self image yang mana memang sedang
menjadi fenomena bagi masyarakat luas dengan cara melakukan kegiatan memfoto
diri nya sendiri dengan hasil gambar hanya terlihat muka yang tampak memenuhi
layar camera seorang foto selfie itu sendiri.
Foto selfie ialah jenis foto potret diri yang diambil menggunakan kamera
digital atau telepon kamera. Bagaimana selfie menjadi trend bagi remaja yang suka
mengunggah foto selfie ke media sosial sehingga dapat di lihat oleh pengguna
lainnya, bahkan di lihat dari sudut pandang lain banyak masyarakat yang berasumsi
bahwa seorang selfie adalah seorang yang krisis identitas diri, karena seorang selfie
banyak dikaitan dengan remaja yang mengalami gangguan kepercayaan diri dengan
mencoba mencari perhatian dari masyarakat pengguna media sosial. Penggunaan
media sosial instagram pun terus bertambah jumlahnya.
3
digunakan dalam sebuah akun jejaring sosial online berperan sebagai salah satu tanda
pengenal selain nama pengguna (user name) dan identitas pribadi (nio).
Perlindungan hukum karya cipta yang diberikan adalah karya cipta, film,
karya fotografi, seni lukis, seni patung, dan lain-lain. Disamping karya cipta tersebut
diatas sesungguhnya masih banyak hasil karya cipta yang belum mendapat
perlindungan secara maksimal seperti foto selfie. Seiring dengan pesatnya
perkembangan teknologi modern, khususnya pada bidang foto, menjadikan foto selfie
tersebut sebagai lahan yang sangat potensial untuk dijadikan komoditi bisnis. Oleh
karena itu sebuah foto selfie yang unggah ke dalam jejaring sosial dapat dilindungi
sebagai suatu karya intelektual. Penggunaan foto selfie seseorang dalam akun jejaring
sosial yang digunakan untuk kegiatan komersial yang bertentangan dengan ketertiban
umum, merupakan pelanggaran terhadap ketentuan UUHC, dikarenakan berdasarkan
ketentuan dalam UUHC, yang memegang hak eksklusif untuk mengumumkan atau
memperbanyak suatu karya cipta setelah suatu ciptaan dilahirkan adalah pencipta atau
pemegang hak cipta.
Pasal 23 UUHC telah diatur tentang hak milik kebendaan (chattel rights) dari
pemilik foto atau potret, yaitu hak untuk mempertunjukkan potret atau foto tersebut di
depan umum, memperbanyak potret dalam satu katalog atau mempublikasikan ciptaan
potret tersebut tanpa harus meminta izin terlebih dahulu dari pencipta atau sang
potret.4
Sistem perlindungan UUHC yang baik akan melandasi pengakuan hukum dan
jaminan pemenuhan hak-hak peningkatan warga negara atas kreasinya. Sehingga di
sisi lain akan mendorong pertumbuhan kreativitas warga negara dalam berkreasi baik
4
itu dalam bidang seni, teknologi, ilmu pengetahuan, dan juga termasuk di dalamnya
foto, yang tentu saja tidak diikuti rasa takut bahwa hasil olah pikir mereka akan
dibajak atau disalahgunakan.
Karya cipta foto selfie seharusnya mendapat perlindungan mulai dari awal
sampai akhir proses pembuatan foto yaitu mulai dari perwujudan atau ekspresi dari
konsep karya foto selfie, pemahaman teknis dalam penggunaan kamera ponsel,
pencahayaan dan komposisi serta sudut pandang pengambilan foto sampai pada saat
foto selfie menekan tombol pelepas rana pada kamera (shutter button) hingga proses
pencucian negatif film dan meretouch atau mengolah foto tersebut serta akhirnya pada
proses cetak foto, sehingga karya cipta foto selfie dapat dinikmati oleh masyarakat.
Menciptakan suatu foto selfie tidak dibutuhkan pengalaman, keterampilan dan
kepekaan yang tepat dan cermat dalam mengarahkan lensa kamera untuk menangkap
objek yang dipotret. Oleh karena itu foto selfie tersebut dianggap tercipta karena hasil
usaha intelektual manusia yang mengoptimalkan fungsi kamera sebagai suatu alat
bantu dalam mewujudkan suatu foto selfie.5
Permasalahan mengenai hak cipta terhadap foto selfie di Indonesia juga
semakin berkembang seiring dengan pemberlakuan UUHC, karena dengan adanya
UUHC saja tidak cukup menjamin terlindunginya hak dari pencipta, masih banyak
pelanggaran-pelanggaran terhadap suatu karya cipta yang disebabkan oleh kurangnya
pemahaman terhadap hukum HKI khususnya hak cipta dan juga kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap hak-hak yang dilindungi oleh hukum hak cipta terlebih lagi
perlindungan hak cipta di bidang karya fotografi. Ciptaan yang dilindungi meliputi
5Ibid
ciptaan dalam bidang karya fotografi.6 Ciptaan yang dilindungi sebagai ciptaan
tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli.7 Perlindungan terhadap
ciptaan yang tidak atau belum dilakukan pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam
bentuk nyata yang memungkinkan penggandaan ciptaan tersebut.8
Salah satu pelanggaran hak cipta atas karya foto selfie yang terjadi di
Indonesia adalah yang terjadi antara seorang pencipta karya foto selfie yang
menyatakan bahwa ia adalah pencipta dan pemegang hak cipta atas karya fotografi
dan merasa karya fotonya digunakan, dipublikasikan, dan diperbanyak oleh salah satu
jejaring sosial di Indonesia tanpa seizin dan tidak mencantumkan nama asli dari
pencipta atas karya foto selfie tersebut. Oleh sebab itu, karena merasa haknya telah
dilanggar maka akhirnya pencipta tersebut mengajukan gugatan atas pelanggaran
yang terjadi.
Permasalahan perlindungan hukum terhadap karya foto selfie berkembang
sejalan dengan perkembangan dunia foto selfie, yang pada saat ini dunia foto selfie
(menggunakan handpone) seiring dengan kemajuan teknologi sekarang berkembang
menjadi era dunia foto selfie. Foto selfie sudah tidak lagi menggunakan media film
sebagai alat untuk merekam gambar melainkan sudah berbentuk smartphone yang
mana hal tersebut semakin memudahkan setiap orang untuk meng-copy dan mencetak
hasilnya kemudian diedarkan ke jejaring sosial. Foto selfie yang ada jejaring sosial
tersebut sangat mudah untuk digandakan dan diambil oleh setiap orang untuk
dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan tanpa sepengetahuan pemiliknya. Hal
inilah yang dapat menimbulkan masalah-masalah hukum berkaitan dengan hak cipta,
karena sebuah foto selfie adalah sebuah karya cipta yang dilindungi oleh UUHC.
6
Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 40 ayat (1).
7Ibid
, Pasal 40 ayat (2).
8 Ibid
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas bahwa realita penegakan HKI apabila
tidak di tangani secara serius dari aspek yurisdisnya, maka akan memberikan dampak
negatif tidak hanya dari aspek hukum tetapi juga dari aspek ekonomi. Dari segi
hukum, pencipta yang tidak mendaftarkan hasil ciptaannya dapat dianggap bukan
pencipta dan bahkan dapat dituntut secara hukum apabila menggunakan karya
ciptaanya tersebut. Sedangkan dari segi ekonomi tentunya akan berakibat pada
keuntungan royalti apabila kelak ada orang (bukan si pencipta) yang menggunakan,
memperbanyak hasil ciptaannya, maka pencipta sendiri tidak mendapatkan
keuntungan dari royalti tersebut. Munculnya kasus hak cipta foto selfie mulai
menyadarkan seluruh praktisi yang terkait, apakah itu praktisi bisnis maupun para
pencipta terhadap arti pentingnya perlindungan hak cipta, walaupun sebenarnya
pengaturan khususnya foto selfie oleh pihak lain dalam jejaring sosial bukanlah
merupakan sesuatu hal yang baru.
Berdasarkan uraian tersebut, hal mengenai Perlindungan hukum terhadap
penggunaan foto selfie oleh pihak lain dalam jejaring sosial Undang-Undang Nomor
28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta merupakan sesuatu yang penting untuk diteliti.
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimanakahpengaturan hak cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014
Tentang Hak Cipta?
2. Bagaimanakahkepemilikan foto selfie dalam jejaring sosial?
3. Bagaimanakah perlindungan hukum dalam hal penggunaan foto selfie oleh pihak
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penulisan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai,
yaitu:
1. Tujuan penulisan
Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas
maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaturan hak Cipta dalam Undang -Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
b. Untuk mengetahui kepemilikan foto selfie dalam jejaring sosial.
c. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap penggunaan foto selfie oleh
pihak lain dalam jejaring sosial.
2. Manfaat penulisan
Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan
yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan
yang lebih konkrit bagi aparat penegak hukum dan pemerintah, khususnya
dalam menangani penggunaan foto selfie oleh pihak lain dalam jejaring sosial
yang terjadi di Indonesia dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum
pada umumnya, serta pengkajian hukum khususnya yang berkaitan dengan hak
cipta terhadap penggunaan foto selfie.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemikiran
dan pertimbangan dalam menangani Perlindungan hukum terhadap penggunaan
foto selfie oleh pihak lain dalam jejaring sosial berdasarkan UUHC, serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum dan pemerintah
khususnya dalam menangani penggunaan foto selfie.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat
Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka
diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai
“Perlindungan hukum terhadap penggunaan foto selfie oleh pihak lain dalam jejaring
sosial UUHC”. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli, adapun
tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian dalam
skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah ide dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.
E. Tinjauan Pustaka
Hak cipta merupakan hak milik yang bersifat immateril yang merupakan hak
benda, maka pada bagian ini ingin pula diuraikan bagaimana undang-undang
memberikan perlindungan terhadap si pemilik atau si pemegang hak. Sifat droit de
suit menyebabkan benda yang dilekati oleh hak benda dapat diminta di mana pun
benda itu berada. Hak untuk menuntut akan mengikuti benda tersebut secara
terus-menerus di tangan siapapun benda itu berada.9
9
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights) (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 67.
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi
atau memberikan izin untuk itu, dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.10
Istilah hak cipta sebenarnya berasal dari negara yang menganut common law,
yakni copyright, sedangkan di Eropa, seperti Prancis dikenal droit d’auteur dan di
Jerman sebagai urheberecht. Di Inggris, penggunaan istilah copyright dikembangkan
untuk melindungi penerbit, bukan untuk melindungi si pencipta. Namun, seiring
dengan perkembangan hukum dan teknologi, maka perlindungan diberikan kepada
pencipta serta cakupan hak cipta diperluas, tidak hanya mencakup bidang buku, tetapi
juga drama, musik, artystic work, fotografi, dan lain-lain.11
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangan
yang berlaku. Jadi, hak cipta dimaksudkan sebagai hak eksklusif bagi pencipta untuk
mereproduksi karyanya sendiri atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
melakukan tindakan tersebut dalam batasan hukum yang berlaku. Pencipta atau
pengarang adalah seseorang yang memiliki inspirasi guna menghasilkan karya yang
didasari oleh kemampuan intelektual, imajinasi, keterampilan, dan keahlian yang
diwujudkan dalam bentuk karya yang memiliki sifat dasar pribadi (personal nature).12
Ciptaan pada awalnya adalah pemegang hak cipta atas karyanya tersebut.
Pengalihan kepemilikan bisa dilakukan melalui proses penyerahan atu pemberian
lisensi kepada seseorang. Apabila suatu ciptaan dibuat oleh karyawan pemerintah dan
karya tersebut menjadi bagian sehari-hari tugas karyawan tersebut, maka pemegang
10
Much. Nurachmad, Segala Tentang HAKI Indonesia, Cetakan pertama (Yogyakarta: Penerbit Buku Biru, 2012), hlm. 24.
11
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum ; Intellectual Property Rights, Cetakan Pertama (Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2005) hlm. 1.
12Ibid
hak cipta biasanya adalah pemerintah. Namun, baik di sektor pemerintah maupun di
sektor swasta, hal ini sangat ditentukan oleh perjanjian.13
Ciptaan adalah setiap hasil karya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra
yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan
atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.14 Memperbanyak atau
mengumumkan ciptaannya, pemegang hak cipta atas potret seseorang harus terlebih
dahulu mendapatkan izin dari orang yang dipotret, atau Izin ahli waris dalam jangka
waktu 10 tahun setelah orang yang dipotret meninggal dunia. Namun, jika suatu potret
memuat gambar dua orang atau lebih, untuk perbanyakan atau mengumumkan setiap
orang yang dipotret (foto selfie), pemegang hak cipta harus terlebih dahulu
mendapatkan izin dari setiap orang dalam potret itu, atau izin ahli waris
masing-masing dalam jangka waktu 10 tahun setelah yang dipotret meninggal dunia.15
Selfie secara harafiah seringkali diartikan sebagai aktivitas memotret diri
sendiri atau narsisme. Jika ditelusuri lebih dalam pengertian ‘Selfie’ menurut referensi
pustakawan Britania adalah “sebuah pengambilan foto diri sendiri melalui
smartphone atau webcam yang kemudian diungguh ke situs web media sosial.16
Selfie adalah sebuah jenis self-portrait foto, dimana biasanya diambil dengan
kamera digital genggam atau kamera ponsel. Selfies juga sering dikaitkan dengan
jejaring sosial, seperti Instagram. Orang-orang biasanya melakukan foto Selfie dengan
cara menggunakan kamera yang dipegang dengan lengan panjang atau di hadapan
cermin. Foto selfie biasanya juga menggukan ekpresi yang berlebihan di hadapan
camera.
13
Muhammad Firmansyah, Tata Cara Mengurus HaKi, Cetakan kedua (Jakarta: Penerbit Visimedia, 2012), hlm. 67.
14
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 1 angka 3.
15
Muhammad Firmansyah, Op.Cit, hlm. 16.
16
Istilah " Selfie " dibahas oleh seorang fotografer bernama Jim Krause pada
tahun 2005, walaupun foto bergenre Selfie sudah meluas mendahului istilahnya.
Kemudian pada awal tahun 2000-an, sebelum Facebook menjadi jaringan sosial
online yang dominan, foto diri sendiri sering terjadi di MySpace. Tapi seorang penulis
bernama Kate Losse menceritakan bahwa antara tahun 2006 dan 2009 (ketika
Facebook menjadi lebih populer daripada MySpace) foto diri sendiri sering diambil di
depan cermin kamar mandi. Dan ini menjadi indikasi buruk bagi pengguna jejaring
sosial Facebook baru.17 Jejaring sosial adalah suat
simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan
satu atau lebih tipe relasi spesifik seper
lain.18
Situs jejaring sosial merupakan sebuah situs berbasis pelayanan yang
memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang
tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs
tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil
pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna.19
Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen
individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan
karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai
dengan keluarga.
20
17
Hasanuddin, “Pengertian dan Sejarah Perkembangan foto selfie,”
http://hottreding.blogspot.com/2014/04/pengertian-dan-sejarah-perkembangan.html (diaksestanggal 27 Oktober 2014).
18
Jejaring Sosial,tanggal 27
Oktober 2014).
19
Ditya Firmansyah. Teknologi Jaringan:Perbincangan Tentang Jejaring Sosial (Yogyakarta : Galang Press, 2010), hlm. 10.
20
Setiap situs jejaring sosial memiliki daya tarik yang berbeda. Namun pada
dasarnya tujuannya sama yaitu untuk berkomunikasi dengan mudah dan lebih menarik
karena ditambah fitur-fitur yang memanjakan penggunanya. Dengan beberapa
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa situs jejaring sosial merupakan
layanan berbasis web dimana digunakan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan pihak lain baik dengan teman, keluarga, maupun suatu komunitas yang
memiliki tujuan yang sama.
Jejaring sosial sebenarnya bentuk baru komunitas di Internet yang saling
terhubung dengan cepat. Ini berbeda dengan jejaring sosial lima tahun yang lalu yang
mungkin lebih dikenal sebagai forum diskusi, chat, messenger atau milis dimana pola
komunikasinya terbatas hanya dalam forum tersebut saja. Atau kalau mau lebih jauh,
bentuk mailing list sebagai cikal bakal komunitas internet yang sudah lama
digunakan. Disebut jejaring karena kemampuannya untuk saling terhubung dengan
cepat antara satu domain komunitas dengan komunitas lainnya. Misalnya, kalau
digunakan tools status di Plurk.com, maka status kita dapat didistribusikan ke
facebook, tumblr, twitter, multiply. Bahkan ada yang seolah-olah menjadi
konsolidator semua domain komunitas sehingga fungsinya lebih praktis.21
F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan mengadakan analisa
21
dan konstruksi.22
1. Spesifikasi penelitian
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang
digunakan antara lain:
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian
hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian
ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai
sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan
masyarakat.23
2. Sumber data
Penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan
sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan
skripsi penulis.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk
memperolah gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang
terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitan dengan ketentuan-ketentuan
atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Adapun metode pendekatan penelitian
yang dipakai adalah pendekatan yuridis.
Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder
22
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 20.
23
adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang
berwujud laporan dan sebagainya.24
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang
- Undangan di bidang foto di jejaring sosial, antara lain:
b. Undang -Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku,
pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer
dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library
reaseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca,
menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap
bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang - undangan serta buku-buku
literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Hasil dari kegiatan
pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil
pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari
24
konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.25
Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan
dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan
menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya
melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar
sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan
bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan
kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam
hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk
pernyataan dan tulisan. 4. Analisis data
26
G. Sistematika penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
25
Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Op.Cit, hlm. 24.
26Ibid
BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Bab ini berisi tentang ruang lingkup hak cipta, jangka waktu hak
cipta, pencatatan hak cipta, hak terkait, penyelesaian sengketa dan
ketentuan pidana.
BAB III KEPEMILIKAN FOTO SELFIE DALAM JEJARING SOSIAL
Bab ini berisikan tentang keberadaan jejaring sosial di Indonesia, foto
selfie sebagai ciptaan yang dilindungi dan kepemilikan foto selfie
dalam jejaring sosial.
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN FOTO
SELFIE OLEH PIHAK LAIN DALAM JEJARING SOSIAL
Bab ini berisi tentang bentuk-bentuk penggunaan foto selfie dalam jejaring sosial, perlindungan hukum atas penggunaan foto selfie oleh pihak lain dalam jejaring sosial dan penyelesaian sengketa atas penggunaan foto selfie tanpa izin oleh pihak lain dalam jejaring sosial.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini,
dimana dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari