• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perawatan Ibu Nifas Perspektif Budaya Leukhon di Kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perawatan Ibu Nifas Perspektif Budaya Leukhon di Kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Post Partum/ Masa Nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Batasan waktu nifas yang paling

singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam kurun waktu

yang relatif pendek darah keluar sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.

Jadi masa nifas adalah masa setelah lahirnya placenta sampai alat-alat reproduksi

pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6

minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2009).

Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42) hari setelah itu. Pelayanan nifas harus terselenggara pada masa itu untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan

pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan

pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi

ibu (Qomariah, 2013).

Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan

(2)

dan persalinan, keadaan yang sebenarnya justru malah sebaliknya, oleh karena resiko

kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada pasca persalinan.

Keadaan ini terutama disebabkan konsekuensi ekonomi, disamping ketidak tersediaan

peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup

berkualitas (Qomariah, 2013).

Masa nifas adalah fase khusus bagi ibu dan bayi. Bagi ibu yang mengalami

persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan

yang sangat bermakna dalam hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan

emosional, perubahan fisik secara dramastis, hubungan keluarga dan aturan serta

penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk perubahan seorang perempuan

menjadi ibu, disamping masa nifas juga merupakan masa perubahan dan penyesuaian

sosial ataupun perseorangan (individual) ( Prawirohardjo, 2002).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24

jam pertama (Prawirohardjo, 2002).

Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000

kematian ibu setiap tahun di dunia, dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan

(3)

tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan

dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu 1 jam setelah

persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan

baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat,

tranfusi darah adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan kehidupan ibu.

Perdarahan pasca persalinan adalah komplikasi yang terjmadi pada tenggang

waktu di antara persalinan dan masa pasca persalinan. Faktor predisposisi yang lain

adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang merupakan

penyebab yang paling bermakna kejadian perdarahan pasca persalinan. Bila placenta

masih terdapat di dalam rahim atau keluar secara tidak lengkap pada jam pertama

setelah persalinan, harus segera dilakukan plasenta manual untuk melahirkan

plasenta, untuk mencegah terjadinya perdarahan (Qomariah, 2013).

Di beberapa negara didapatkan adanya korelasi antara timbulnya gejala di atas

dengan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Faktor predisposisi adalah infeksi

genital pada masa nifas yang disebabkan oleh persalinan macet, ketuban pecah dini,

pemeriksaan dalam yang terlalu sering, pemantauan janin intravaginal, dan bedah

caesar. Salah satu penyebab infeksi nifas yang paling berbahaya dan menyebabkan

kematian adalah Grup A Streptokokus. Komplikasi pasca persalinan lain yang sering

(4)

mengalami nyeri pada daerah perineum dan vulva selama beberapa minggu, terutama

apabila terdapat kerusakan jaringan atau episiotomi pada persalinan kala II. Perineum

ibu harus diperhatikan secara teratur terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.

Pada masa pasca persalinan, seorang ibu memerlukan :

1. Informasi dan konseling tentang

a. Perawatan bayi dan pemberian ASI

b. Apa yang terjadi termasuk adanya gejala yang mungkin timbul

c. Kesehatan pribadi, higiene, dan masa penyembuhan

d. Kehidupan sexual

e. Kontrasepsi

f. Nutrisi

2. Dukungan dari

a. Petugas kesehatan

b. Kondisi emosional dan psikologis suami serta keluarganya

c. Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan munculnya tanda-tanda komplikasi.

2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Adapun tujuan asuhan masa nifas adalah:

(5)

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian Imunisasi dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.

2.3. Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang dijalani ibu dalam masa nifas adalah:

1. Puerpurium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerpurium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan dan tahunan.

4. Kunjungan Masa Nifas

1. Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan 2. Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan 3. Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan

(6)

2.4. Perubahan Sistem Reproduksi 1. Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai

segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus, dan akhirnya

dengan kontraksi ototnya mengeluarkan bayi ke dunia. Sekarang unsur-unsur tersebut

telah dilalui, dan rahim menjalani involusi, segera setelah melahirkan, berat rahim

menjadi 1000 gram dan dapat dirasakan sebagai kantung yang kuat membulat,

mencapai tali pusar, pada hari ke 14 setelah kelahiran, ukurannya menyusut menjadi

350 gram dan tidak lagi dapat dirasakan keberadaannya di dalam perut, pada hari ke

60 (8 minggu) setelah kelahiran, rahim kembali ke ukuran normal. Involusi di

sebabkan oleh pembengkakan serabut otot dan penyerapan substansinya. Sebagian ke

dalam aliran darah dan sebagian lagi ke dalam lochea (Jones, 2005). 2. Proses Involusi Uteri

(7)

selama prenatal, tergantung pada hyperplasia, peningkatan sel-sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa nifas penurunan kadar hormon-hormon menyebabkan terjadinya Autolisys.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: a. Autolisys

Autolisys merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot

uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga yang tertinggal hanya jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

b. Atrofi Jaringan

(8)

c. Efek Oksitosin (Kontraksi)

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi

lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang

sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan

mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses

hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke

uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi placenta

serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan placenta memerlukan waktu 8

minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama nifas intensitas utama

kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali

menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan Oksitosin

biasanya diberikan secarara intravena atau intramusculer segera setelah kepala bayi

lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi akan merangsang pelepasan oksitosin karena

isapan pada payudara.

3. Bagian Bekas Implantasi Placenta

a. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12x5 cm,

(9)

b. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis disamping pembuluh

darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

c. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar

6-8cm pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.

d. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama

dengan lochea.

e. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan

endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.

f. Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu nifas.

4. Perubahan-perubahan Normal pada Uterus Selama Nifas

a. Involusi uterus dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uterus

dengan cara: segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di atas pusat,

12 jam kemudian kembali 1 cm setiap hari.

b. Pada hari ke 2 setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat.

Pada hari 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi

fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak

teraba. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses

involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh

(10)

5. Lochea

Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah mengerut

kembali ke ukuran semula. Selama kehamilan, rahim merupakan kapsul tempat janin

hidup dan tumbuh. Rahim melindungi janin dari lingkungan luar, menyediakan gizi

melalui uri.

a. Lochea Rubra/Merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa nifas. Cairan yang keluar

berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium. b. Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklat-coklatan dan berlendir. Berlangsung

dari hari ke 4 sampai hari ke 7 nifas.

c. Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan

robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 nifas. d. Lochea Alba/ Putih

Mengandung leukosit dan sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik dan serabut

jaringan yang mati. Lochea alba keluar pada hari ke 15 sampai 40 hari atau

(11)

6. Serviks

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti

corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah

pada perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara servik

yang berdilatasi 10cm pada waktu persalinan, menutupi secara bertahap-bertahap.

Setelah bayi lahir, tangan masih dapat masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat

dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 nifas servik menutup.

1. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8

minggu nifas. Penurunan estrogen pada masa nifas berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar

minggu ke 4.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami obstipasi setelah melahirkan karena pada

(12)

Supaya buang air besar kembali lancar dapat diberikan diit yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam 2-3 hari dapat ditolong dengan hugna atau diberikan obat pencahar.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Kadang-kadang masa nifas sulit untuk BAK (Buang Air Kecil) karena

sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingterani selama persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih

yang terjadi selama proses persalinan. Sisa urine dan trauma pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan difragma pelvis yang meregang pada saat persalinan,

setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen

rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang

(13)

8. Perubahan Endokrin

a. Hormon Plasenta

Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar.

Pengeluaran placenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat

setelah persalinan. Penurunan hormon hpl (human placental lactogen, estrogen dan progesteron serta placental enzime insulinase membalik efek

diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada nifas.

b. Hormon Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui

menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase

konsentrasi folikuler pada minggu ke- 3 dan LH tetap rendah sehingga ovulasi

terjadi.

c. Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang, bekerja

terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ke-3 persalinan,

oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak

(14)

mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan

sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus

kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu. d. Hipotalamik Pituitari Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyususi akan mempengaruhi

lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu

bersifat anovulasi dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progestron.

Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu

dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40%

menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24

minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk

wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

9. Perubahan tanda-tanda vital a. Suhu badan

24 jam post partum suhu badan akan naik sedikitnya (37,5ºC- 38°C) sebagai

akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.

(15)

b. Nadi

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, sehabis

melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Tapi jika lebih dari 100 x

permenit adalah abnormal, hal itu disebabkan oleh adanya infeksi atau

perdarahan nifas yang tertunda.

c. Tekanan darah

Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi nifas akan

menghilang dengan sendirinya apabila tidak turun, berarti adanya tanda

pre-eklamsia. d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan

mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.

10. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila

kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan

terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Setelah melahirkan shunt akan hilang

dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan

(16)

penderita vitium cordia. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali

seperti sediakala.

11. Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama nifas, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah (Ambarwati, 2008).

2.5. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

(17)

Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ini

dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau cairan, dan istirahat,

memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenali asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

Kunjungan ke 3 dilakukan pada 2 minggu setelah persalinan, kunjungan ini

tujuannya sama dengan kunjungan yang ke 2. Setelah kunjungan ke 3 maka

dilakukanlah kunjungan ke 4 dilakukan 6 minggu setelah persalinan yang merupakan

kunjungan terakhir selama masa nifas kunjungan ini bertujuan untuk menanyakan

pada ibu tentang penyulit–penyulit yang ia atau bayi alami, juga memberikan

konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini. (Prawirohardjo, 2002).

Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya afterpains atau mules, dapat

diberi analgetik atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan jam nifas

wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya

laktasi. Kecuali bila ada kontra indikasi untuk menyusui bayinya, seperti wanita yang

menderita tifus adominalis, tubercolosis aktif, diabetes mellitus berat, psikosis, puting

(18)

tidak dapat menyusui oleh karena tidak dapat mengisap. Hendaknya hal ini diketahui

oleh bidan atau dokter yang menolongnya. Minumannya harus diberikan melalui

sonde. Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan dengan alat seperti ekstrasi vakum

atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusui sebelum benar-benar diketahui tidak

ada trauma kapitis. Pada hari ke 3 atau ke 4 bayi tersebut baru diperbolehkan untuk

menyusui bila tidak ada kontra indikasi.

Perawatan mammae harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola mammae

dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap

lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah, sebelum menyusui

mammae harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh. Setelah

areola mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi disusui (Prawirohardjo,

2002).

(19)

sekelilingnya, seperti keyakinan bahwa wanita tersebut tidak bersih, sampai kini. (Jones, 2005).

2.6. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga

mengakibatkan adanya perubahan psikisnya. Ia mengalami kegembiraan yang luar

biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada dibawah

tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus

diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar

biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu. Reva Rubin membagi periode menjadi 3

bagian:

Periode ”Taking In”

a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. b. Ia mungkin akan mengulang-ngulang menceritakan pengalamannya waktu

melahirkan.

c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.

(20)

2. Periode”Taking Hold”

a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 nifas.

b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses

dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.

c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta

kekuatan dan ketahanan tubuhnya.

d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya

menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.

e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam

melakukan hal-hal tersebut.

f. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan

bimbingan cara perawatan bayi, namun harus diperhatikan tehnik

bimbingannya, jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat perasaan

ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitif. Hindari kata ”jangan begitu” atau

”kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti perasaannya

dan akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang diberikan

(21)

3. Periode ”Letting Go”

a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini pun

sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diperlukan oleh

keluarga.

b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus

beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung

terhadapnya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan

hubungan sosial.

c. Depresi nifas umumnya terjadi pada periode ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi

orangtua, pada masa nifas antara lain:

1) Respon dan dukungan keluarga dan teman

Bagi nifas, apa lagi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan akan

sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karena ia belum

sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun psikologisnya. 2) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi.

Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam

(22)

tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya

dan hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih

dewasa.

3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak

Walaupun kali ini bukan pengalaman pertama melahirkan bayinya,

namun kebutuhan mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya

tidak jauh berbeda dengan ibu yang melahirkan anak pertama. 4) Pengaruh budaya

Lalu adanya adat-istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini (Sulistyawati, 2009).

2.7. Post Partum Blues

Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.

Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan

alami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan

ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Gejala-gejala baby

blues antara lain: menangis, mengalami perubahan perasaan, cemas, kesepian,

khawatir mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap

(23)

Gejala-gejala depresi pasca persalinan 1. Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur

2. Nafsu makan hilang

3. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol

4. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi

5. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi

6. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi

7. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi

8. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan bedebar-debar.

Jika ibu mengalami gejala-gejala tersebut sebaiknya ibu memberitahu suami, bidan, atau dokter. Depresi masa nifas adalah keadaan yang sangat serius, seorang wanita memerlukan banyak dukungan dari suami, keluarga dan lingkungannya (Ambarwati, 2008).

2.8. Kebutuhan Ibu Nifas 1. Gizi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Beberapa anjuran untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu:

a. Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori

(24)

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

d. Mengkonsumsi tablet zat besi selama nifas

e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI (Sulistyawati, 2009).

2. Ambulansi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing pasien

keluar dari tempat tidurnya dan membimbing untuk berjalan dalam 24-48 jam

post partum. Keuntungannya adalah:

a. Ibu merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat

b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik

c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau

memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih perawatan.

3. Eliminasi (buang air kecil dan besar)

Dalam 6 jam pertama post partum, pasien harus sudah dapat buang air kecil.

Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan

kesulitan pada organ perkemihan. Dalam 24 jam pertama, pasien juga harus sudah

dapat air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan

(25)

4. Kebersihan diri

5. Perawatan payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu terutama

dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.

b. Jika puting lecet masa oleskan ASI pada sekitar puting susu setiap selesai

menyusui. Menyusui dimulai dari puting yang tidak lecet.

c. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

d. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup. Kurang istirahat

dapat menyebabkan:

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidak nyamanan untuk merawat bayi dan

dirinya. 6. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan 1atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa

(26)

seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu

setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

7. Latihan atau senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal sebaiknya latihan masa nifas

seawal mungkin dengan catatan menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada

penyulit post partum.

2.9. Konsep Budaya dalam Perawatan Masa Nifas

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari

buddhi yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan dengan akal.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung

ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh

manusia sebagai anggota masyarakat (Syafrudin, 2008).

Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Kebudayaan semua hasil karya, rasa, dan

cipta masyarakat yang berfungsi sebagai:

1. Tempat berlindung

2. Kebutuhan makan dan minum

(27)

Serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan

sosialisasi yang mendasari perilaku individu (Syafrudin, 2008).

Faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil,

bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping faktor-faktor

lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi

status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan

kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu bersalin dan

nifas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu: 1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sosial yaitu interaksi masyarakat adat-istiadat, pendidikan dan

tingkat ekonomi. contoh: ibu yang baru melahirkan dan sedang menyusui

mengurangi makan ikan, karena meyakini ASI akan berbau amis.

2. Faktor Prilaku

Faktor budaya setempat dan pengetahuan sendiri serat sistem nilai sangat

berpengaruh terhadap keputusan yang diakses oleh pasien dan keluarga.

3. Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor tingkat pelayanan kesehatan merupakan faktor ke 3 yang mempengaruhi

(28)

Contoh: seorang ibu hamil akan bersalin, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

harus melintasi jarak berkilo-kilo meter dengan jalan kaki. Artinya pusat

pelayanan kesehatan sangat berpengaruh dari segi jarak pemukiman, kelengkapan

alat-alat dan obat yang tersedia serta tenaga ahli yang terampil dan menguasai

teknologi kesehatan.

4. Faktor Keturunan

Faktor keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang

dibawa sejak lahir (Asma, Diabetes melitus, hipertensi, dll) (Syafrudin, 2008).

2.10. Budaya dalam Perawatan Masa Nifas

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat Indonesia ada yang

menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu

bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2008).

Pada masa nifas, ibu memerlukan tambahan nutrisi 3 kali lipat dari kondisi biasanya untuk pemulihan tenaga atau aktivitas ibu, metabolisme, cadangan dalam tubuh, penyembuhan luka jalan lahir, serta untuk memenuhi kebutuhan bayi berupa produksi ASI. Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, cukup protein, cairan, serta banyak buah-buahan karena ibu nifas mengalami hemokonsentrasi (Jones, 2005).

(29)

buah, ikan dan biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya yang dapat mempengaruhi produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Pantangan makanan dalam masa nifas jenis pantang makanannya yaitu: jenis buah yang bulat, jenis buah yang asam /kecut macam-macam ikan, jenis makanan yang licin, dianggap menyebabkan perut sakit. Ikan basah, ikan lele, ikan mujair, dan udang dianggap dapat mengakibatkan kemaluan menjadi licin juga daun genjer, daun kangkung, daun talas daun, seraung dan daun kacang. Buah mangga, jeruk, pepaya, jambu air, crème, dianggap dapat menyebabkan perut menjadi bengkak dan cepat mudah hamil (buah yang asam /kecut), nangka, durian, kluih, dan waluh. Ibu hanya boleh makan makanan tertentu, lalapan tertentu, sambel oncom, kunyit bakar, dianggap mengembalikan alat reproduksi agar cepat kembali pulih (Damayanti, 2010).

(30)

Alasan budaya tarak di masyarakat adanya pantangan makanan merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Memang tidak semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan (Damayanti 2010).

Kebutuhan gizi pada masa nifas atau menyusui kurang sesuai dengan aturan pemenuhan gizi yang baik dan seimbang. Hal ini disebabkan karena adanya aturan atau budaya yang berlaku dalam keluarga. Pantang makanan yang sering terjadi misalnya dilarang makan daging, telur dan ayam, sayur sawi dan bayam, pantang dengan makanan yang panas dan pantangan terhadap ikan laut. Dampak dari perilaku pantang makanan pada masa nifas adalah kekurangan zat gizi sehingga penyembuhan luka akan lebih lama sembuh bahkan bisa timbul infeksi. Apalagi pada ibu nifas tentu sangat membutuhkan makanan bergizi untuk memulihkan kondisi, mempercepat kesembuhan luka dan proses laktasi. Jika nutrisi ibu nifas dapat terpenuhi dengan baik maka luka jahitan perineum dapat sembuh dengan cepat dan ibu dapat dengan segera mengerjakan aktivitas sehari-hari (Qomariah, 2013).

(31)

lainnya harus dihindari karena keasamannya dan karena buah-buahan tersebut dipercayai menyebabkan pembuluh mekar pada ibu-ibu (Sri, 2006).

Di Vietnam buah-buahan dan sayur-sayuran juga dilarang dimakan oleh wanita yang sedang hamil dan melahirkan. Kaki dan tulang kaki babi diijinkan untuk dimakan karena kaki babi dipercaya dapat memperbaiki pengeluaran air susu (Sri, 2006).

India, di pedesaannya menganggap sapi merupakan binatang yang suci, sehingga tidak diperkenankan dagingnya untuk dimakan. Di beberapa negara berkembang umumnya ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil. Latar belakang pantangan atau tabu tersebut didasarkan pada kepercayaan agar tidak mengalami kesulitan pada waktu melahirkan dan bayinya tidak terlalu besar. Untuk jenis makanan panas diantaranya kacang polong yang sudah dikupas, gula kasar, susu kerbau, telur dan ikan. Jenis makanan dingin diantaranya daun wortel dan dadih. Berbeda di pantai timur Malaysia, jenis makanan ”dingin” yang dilarang dikonsumsi ibu nifas yaitu hampir semua sayuran, semua buah-buahan mentah kecuali durian, semua makanan asam, semua makanan mentah, gorengan, berbagai jenis ikan, kare, bumbu dan kopi. Sedangkan yang dianggap sebagai makanan ”panas” yaitu durian, telur, madu, gandum, tapioka, pisang yang dimasak, ikan panggang, lada hitam serta kopi (Hartiningtiyaswati, 2010).

(32)

ikan yang berbisa seperti bawal hitam, terubuk, duri, pari, sembilang serta parang karena takut menyebabkan bisa pada pintu rahim. Selain ikan berbisa, jenis ikan yang dilarang yang menyebabkan kegatalan kulit serta menimbulkan reaksi lainnya ialah ikan kembung, tamban, cencaru, atau tongkol dan makanan laut seperti udang, sotong, kerang dan lain-lain. Ibu bersalin dilarang memakan sayur-sayuran menjalar. Diantaranya ialah kangkung, timun, sayur keladi, pucuk ubi, pucuk paku, bayam, sayur atau daun keti (bunga putih), kacang panjang, petola, labu, rebung, kacang botor, jeruk maman, petai, jering serta terung. Ibu bersalin juga tidak boleh minum-minuman bergas, dingin, seperti air tebu, cincau, kelapa muda serta buah-buahan seperti nenas, jambu, belimbing, sirsak, mangga, pepaya, duku, langsat, tembikai cina, nangka, cempedak, pisang masak hijau, pisang nangka, pisang embun, pisang udang, ubi kayu, ubi keladi, bengkuang, manggis, bacang, dan kuini. Makanan tersebut dilarang karena dapat mengakibatkan sakit tulang serta lemah sendi, yang dikenal nama lainnya adalah artritis dan rheumatisme (Iefa, 2014).

(33)

makanan, juga penyajian makanan yang juga dilakukan secara khusus (A Yung, 2013).

Di suku Timor pantang terhadap makanan terutama sumber protein hewani seperti daging dan ikan selama 40 hari dengan alas an luka akan lama sembuhnya. Alasan lain yaitu bahwa ada pihak-pihak yang akan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh ibu nifas, pihak tersebut adalah orang tua dan suami maupun orang yang memiliki kemampuan seperti dukun. (Hartiningtiyaswati, 2010).

Pada suku-suku di Indonesia juga mempunyai kepercayaan atau mitos-mitos yang berhubungan dengan hamil, melahirkan, dan nifas. Kepercayaan masyarakat suku Dayak tentang pantangan makanan pada ibu nifas yaitu ibu yang baru melahirkan pantang makan daging, telur, ikan, sayuran yang bersifat dingin seperti labu air, timun, perenggi (waluh), dan sayuran berbumbu. Lamanya pantangan tergantung dari jenis makanannya. Makanan yang dianjurkan yaitu nasi putih dengan garam dan daun bungkal selama 3 hari (Hartiningtiyaswati, 2010).

(34)

orang-orang sekitarnya yang dianggap peduli pada mereka (Hartiningtiyaswati, 2010).

Puskesmas Turak Kabupaten Hulu sungai utara Propinsi Kalimantan Selatan, masyarakat setempat memiliki keyakinan berkaitan dengan pantang pada masa nifas yaitu ibu nifas pantang makan ikan (ikan bersisik, ikan tauman) karena diyakini ikan membuat daerah genetalia gatal dan berbau, pantang makanan pedas dan asam karena bisa menyebabkan bayi diare, pantang makan buah tertentu karena bisa menyebabkan air susu terasa asam dan bayi tidak mau menyusu. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin (Hartiningtiyaswati, 2010).

(35)

pengurutan, penguapan badan, konsumsi jamu-jamuan dan aneka perlakuan lainnya yang bertujuan untuk kesejahteraan ibu dan bayinya (Swasono, 1998).

Pada masyarakat Bajo di Saloso, Kabupaten Kendari, untuk keselamatan ibu dan bayinya dilakukan upacara adat dengan berbagai syarat dan aturan yang harus dipenuhi selama proses maupun sebelum proses upacara tersebut terlaksana. Begitu juga pada masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan rumah selama 44 hari bagi wanita yang baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring selama masa nifas, perawatan nifas dengan pengurutan, penghangatan badan, konsumsi minuman berupa jamu-jamuan dan pantangan makan-makanan tertentu (Swasono, 1998).

(36)

Di daerah Maluku terdapat pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak bercak putih, nanas, mangga tidak bagus untuk rahim. Masyarakat di Bali, seorang ibu yang baru melahirkan dianggap ”sebel/lateh” dan tidak diperkenankan ke pura sampai dilaksanakannya upacara pembersihan diri. Ada beberapa perawatan setelah melahirkan di beberapa daerah di Indonesia seperti: mandi uap air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, minum air perasan daun turi, mengompres kepala ibu dengan ampas daun turi. Anggapan setelah melahirkan darah putih naik ke kepala dapat menyebabkan kematian, pencegahannya seperti yang telah disebutkan tersebut. Makan rebusan kulit pohon ketapang untuk memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan 1 bulan atau 40 hari (Swasono, 1998).

Kepulauan Sangihe (Sulawesi) misalnya, perawatan pasca persalinan dilakukan dengan mandi uap air rebusan ramuan (setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, memberikan minuman air perasan daun turi, mengompres kepala sang ibu dengan ampas daun turi, makan rebusan kulit pohon ketapang gunanya memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan 1 bulan atau 40 hari (Swasono, 1998).

(37)

jika sibayi menangis. Asap ini dapat memperburuk kesehatan bayi dan ibunya karena dapat mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan (Hasil Wawancara dengan Bidan desa).

Pengasapan dilakukan selama 10 hari. Manfaat asap untuk menghangatkan ibu, agar ibu berkeringat sehingga ibu tidak sakit kepala, dan tidak dingin. jika kepala ibu sakit itu berarti darah putih telah naik kekepala. Manfaat lain dari pengasapan untuk menjauhkan mahluk halus yang dapat mengganggu ibu dan bayinya. Pengasapan dilakukan siang dan malam dan harus ada yang menjaga. Kalau ditinggalkan ibu bisa kesurupan, maka bila ditinggalkan sebaiknya letakkan besi (seperti pisau dari besi) di tempat tidur. Apapun besinya boleh, yang penting ada. Ibu juga meletakkan batu yang telah dibakar dan dibungkus dengan kain sampai beberapa lapis dan panasnya masih dirasakan, batu diletakkan di atas perut sambil diurut-urut. Manfaat dari pemakaian batu panas agar rahim ibu layu (mengecil) karena setelah melahirkan rahim bengkak dan akhirnya darah keluar yang artinya rahim sudah layu, mencegah sakit diare. Jika ibu tidak menggunakan batu panas maka ibu akan cepat hamil lagi.

(38)

untuk menghilangkan sakit kepala dan mencegah naiknya darah putih. Ibu mandi air yang telah dicampur daun-daunan, minum jamu dari bahan rempah-rempah, penggunaan pilis pada dahi, parem pada perut. Kusuk dilakukan setelah 3 hari melahirkan, untuk merilaxkan ibu, dan memeriksa rahim ibu apakah sudah layu. Jika rahim sudah layu berarti rahim ibu sudah sembuh.

Penggunanaan Gurita dilakukan selama 12 hari bahkan bisa sampai 40 hari. Pada hari pertama perut Ibu dioleskan dengan kapur sirih yang telah dicampur dengan minyak makan selama 1 hari lalu perut diikat dengan gurita. Gurita digunakan untuk mengecilkan perut agar terlihat langsing dan menghilangkan warna kulit yang hitam akibat kehamilan.

(39)

40 hari. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang dan dilakukan secara turun menurun. Perawatan placenta/Ari-ari, (kakak dalam bahasa setempat) dibungkus dengan kain kafan, dikubur dekat halaman rumah, dan juga menghadap ke kiblat (Hasil Wawancara dengan Dukun Kampung, Suku Leukhon).

Berdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat di atas, dapatlah dikatakan bahwa memang benar ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat yang berhubungan dengan perawatan nifas. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural, maka fenomena tersebut sangat wajar terjadi, dan pengetahuan tentang aspek budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayan kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Sebab, tidak semua perawatan yang dilakukan dengan berpedoman pada warisan leluhur tersebut bisa diterima sepenuhnya, bisa saja perawatan-perawatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan bayinya. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian khusus untuk mengatasinya. (Swasono, 1998).

Perawatan ibu nifas yang sering dilakukan ibu-ibu, ada yang menguntungkan yaitu menambah kesehatan ibu, namun ada juga merugikan kesehatan. Usai melahirkan, paraman dipakai pagi dan sore sesudah mandi untuk memberi rasa segar dan menghilangkan kelelahan. Ramuan untuk param tersebut antara lain mengandung jahe, kencur, minyak serai, dan bangle.

(40)

agar tidak masuk angin. Membantu memelihara kesehatan rahim, mengobati rasa mulas dan mengobati luka-luka sehabis melahirkan. Menguatkan buah pinggang, melancarkan dan menambah banyak ASI dan memperlancar buang air besar. Membantu membersihkan darah putih, dan mengurangi bau yang tidak sedap dalam rahim. Melancarkan kembali peredaran darah dan menguatkan urat-urat pada kaki dantangan, mengobati kepala pusing, segala sawan-sawan dan kesemutan. Membuat mata menjadi terang dan bercahaya kembali. Memelihara kesehatan, membantu memperbaiki nafsu makan, membantu meringankan ganggunan sulit tidur. Membantu menyehatkan dan mengencangkan rahim. Mengurangi kelebihan lemak supaya perut tetap ramping dan badan menjadi singset, langsing dan tampak kelihatan muda (Yeni, 2013

Param Habis Bersalin : Untuk wanita yang habis bersalin, param ini dipakai untuk mengobati masuk angin dan bengkak, melemaskan dan menguatkan urat-urat serta memperbaiki peredaran darah. Digosokkan di badan, kaki atau tangan. Pilis Singgul : Pilis ini baik untuk wanita setelah bersalin supaya mata menjadi terang karena pada saat melahirkan sang Ibu mengeluarkan tenaga cukup besar untuk mendorong sang bayi untuk keluar dari rahim, sehingga peredaran darah mengalir ke atas terutama di sekitaran mata, mencegah mata supaya tidak lamur, mengobati rasa pusing. Juga baik sekali untuk wanita yang rajin merawat badan. Tapel Ratus 1 : Untuk wanita sehabis bersalin 30 hari perlu pakai tapel ratus ini supaya perut menjadi singset, gempi dan halus seperti biasa. Tapel Sirih 1 : Tapel ini baik untuk wanita setelah bersalin 7 hari, untuk mengobati rasa mulas, angin di dalam perut, serta

(41)

menghaluskan, menyegarkan dan menyehatkan kulit. Tapel Sosok 1 : Tapel sosok baik untuk wanita setelah bersalin 17 hari, untuk mengobati segala angin di dalam perut (Yeni, 2013

Obat tradisional yang digunakan masyarakat desa Bineh Krueng untuk perawatan ibu sehabis melahirkan sampai 44 hari adalah : obat minum, batang kincung, daging dalamnya dipanggang kemudian peras lalu airnya diminum. Gambas, peras kemudian airnya diminum. Daun pepaya, peras dengan menambahkan garam dan abu dapur kemudian airnya diminum. Akar batang kelapa, ditumbuk dan diperas airnya kemudian diminum. Daun pacar, batang serai tumbuk, peras airnya kemudian diminum. Kunyit, jahe, jera hitam, jera putih, daun duku anak, daun pacar, daun sembung, daun senggani, daun jeruk nipis, manjakani 2 butir, air buah sangkis, campur semua bahan tersebut haluskan kemudian diminum. Obat olesan di perut : kapur sirih, jeruk nipis. Abu dapur, jeruk nipis, pinang muda, abu dapur, pisang monyet masak, juga proses bakar batu, dimana batu yang telah dipanaskan lalu diangkat kemudian dibalut kain beberapa lapis hingga panasnya masih dapat dirasakan tetapi tidak menimbulkan bahaya kemudian diletakkan di atas perut ibu. Param kunyit, ketumbar, beras dipanaskan dalam satu wajan, masukkan pati santan aduk sampai mendidih kemudian angkat, setelah hangat di oleskan keseluruh bagian tubuh (

).

Yeni, 2013

Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil, melahirkan dan

(42)

bulan, masa melahirkan dan masa nifas. Sangat beragam menurut adat-istiadatnya

masing-masing.

Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada dukun. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah (Qomariah, 2013).

Dukun dianggap tokoh masyarakat dan tidak pernah dituntut atas perbuatannya walaupun ibu dan bayi meninggal ditangannya. Bahkan ibu meninggal yang dianggap salah karena perilaku yang melanggar tradisi semasa hamil. Kepercayaan mutlak terhadap dukun dapat menimbulkan kerugian bagi kesehatan ibu, tetapi dukun juga dapat dijadikan potensi bila dukun tersebut ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam memelihara kesehatan ibu (Qomariah, 2013).

(43)

kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya. Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri, pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain-lain (Qomariah, 2013).

2.10.1.Prilaku pada saat

Perilaku sosial budaya yang mempengaruhi masa 1. Pantang makan ikan, pedas, asin.

2. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan 3. Tidak boleh makan terong bisa membuat bayi panas dingin 4. Minum jamu dapat memperlancar ASI

5. Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan. 6. Menaruh ramuan pada tali pusat

7. Khitan yang dilakukan pada bayi laki-laki dan perempuan.

Para individu dalam masyarakat karena alasan yang bersifat budaya. Adat menantang tersebut diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu yang menjalankan tidak terlalu paham atau yakin dari alasan menantang makanan yang pantang makanan adalah bahan makanan atau masakan yang tidak boleh dimakan oleh bersangkutan (Swasono, 2004).

(44)

yang dapat mempengaruhi produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi (Qomariah, 2013).

Selain perawatan nifas dengan memanfaatkan sistem pelayanan biomedical, ada juga ditemukan sejumlah pengetahuan dan perilaku budaya dalam perawatan masa nifas. Para ahli antropologi melihat bahwa pembentukan janin, kelahiran, dan masa pasca kelahiran pada umumnya dianggap oleh berbagai masyarakat di berbagai penjuru dunia sebagai peristiwa-peristiwa yang wajar dalam kehidupan manusia. Namun respon masyarakat terhadap berbagai peristiwa kehidupan ini bersifat budaya, yang tidak selalu sama pada berbagai kelompok masyarakat (Swasono, 1998).

Suku Leukhon kabupaten Simeulue kecamatan Alafan adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia. Masyarakatnya mayoritas beragama Islam, masyarakatnya mempunyai kebiasaan untuk melakukan pengasapan terhadap ibu post partum hingga dapur dapat dipenuhi oleh asap. Ibu yang telah melahirkan dan bayinya ditempatkan di dapur. Bayi diletakkan disamping ibunya, agar ibu tidak repot untuk menggendong bayinya, jika sibayi menangis. Asap ini dapat memperburuk kesehatan bayi dan ibunya karena dapat mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan (Hasil Wawancara dengan Bidan Desa).

(45)

sampai beberapa lapis dan panasnya masih dirasakan, batu diletakkan diatas perut sambil diurut-urut. Manfaat dari pemakaian batu panas agar rahim ibu layu (mengecil) karena setelah melahirkan rahim bengkak, jika darah keluar itu berarti darah kotornya sudah habis, yang artinya rahim sudah layu dan manfaat lainnya untuk mencegah diare. Jika ibu tidak menggunakan batu panas maka ibu akan cepat hamil lagi.

Ibu diberikan makan bubur selama 3 hari untuk mempercepat keluarnya ASI. Pada hari pertama sebelum ASI keluar bayi diberikan minum air putih yang telah dicampur dengan gula karena ASI belum ada. Jika bayi rewel, maka bayi diberikan makan pisang awak atau bubur. Dengan tujuan agar bayi kenyang dan tidur. Setelah melahirkan ibu diberikan air perasan daun Pepaya yang telah dicampur dengan kunyit, lada, pala, asam, bawang putih lalu dipanaskan dan diminumkan pada ibu untuk menghilangkan sakit kepala dan mencegah naiknya darah putih. Ibu mandi air yang telah dicampur daun-daunan, minum jamu dari bahan rempah-rempah, penggunaan pilis pada dahi, parem pada perut.

Kusuk dilakukan setelah 3 hari melahirkan, untuk merilaxkan ibu, dan memeriksa rahim ibu apakah sudah layu. Jika rahim sudah layu berarti rahim ibu sudah sembuh.

(46)

hitam akibat kehamilan. Ibu dan Bayi tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari, karena itu merupakan pantangan. Jika dilanggar menyebabkan bayi diganggu oleh mahluk halus. Ibu tidak boleh makan makanan yang pedas, tidak boleh makan dengan ikan yang digulai dengan santan, karena dapat menyebabkan bayi diare dan proses penyembuhan rahim akan semakin lama. Ibu hanya makan dengan ikan yang direbus, digoreng tapi tidak boleh pedas, dan ikan yang dibakar, jika ibu tidak mematuhinya, maka ibu akan lama sembuhnya.

Sayur-sayuran yang boleh dimakan sayur daun katuk dan daun pepaya yang direbus untuk melancarkan ASI dan mencegah naiknya darah putih ke kepala. Jika ibu makan sayuran selain yang telah dianjurkan dukun, maka ASI yang keluar akan lebih sedikit. Ibu boleh berjalan, tapi harus jalan dengan sangat hati-hati, karena dapat menyebabkan daerah kewanitaan teluka dan mengeluarkan darah yang banyak. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang dan dilakukan secara turun menurun. (Hasil Wawancara dengan Dukun Kampung, Suku Leukhon). 2.10.2.Adat Menyambut Kelahiran Anak suku Leukhon

Seperti dalam masyarakat Aceh lainnya, dalam masyarakat Leukhon juga ada upacara adat sehubungan dengan peristiwa menyambut kelahiran seorang anak antara lain : Memberitahu kepada bidan (mangatuk-an), Manjapuik Bidan, maro’a dan Huik-kuik (acara potong rambut).

1. Memberitahu kepada bidan (Mangatuk-an)

(47)

kelak, dalam hal ini sering disebut mangatuk-an. Setelah itu bidan membawa ibu hamil ke sungai, dan memberikan sebutir telur kepada ibu hamil untuk dimakan di dalam air, dengan maksud agar kelak saat bayinya lahir tidak ada kesusahan yang berlebihan dan lahir dengan mudah dan selamat.

2. Manjapuik Bidan (saat Ibu Hamil Mau Melahirkan)

Saat ibu akan melahirkan maka bidan yang diserahi tanggung jawab persalinan dijemput ke rumahnya untuk mengurus persalinan tersebut dengan menyerahkan tas pandan kecil (taung Sitok) yang berisi daun sirih, pinang dan sebagainya sebagai syarat untuk mengundangnya mengurus persalinan si ibu. Setelah proses persalinan selanjutnya anak yang baru lahir diazankan oleh ayahnya. Agar kelak si anak selalu mendengarkan perintah atau seruan dari Allah SWT.

3. Maro’a (Syukuran)

Seminggu setelah anak lahir diadakan acara Syukuran (maro’a). Pada hari itu warga kampung juga diundang datang ke rumah dan keluarga memperkenalkan bayi tersebut kepada orang banyak. Dilaksanakan juga acara kenduri menurut kemampuan keluarga. Bersamaan dengan itu juga dilakukan beberapa ritual adat antara lain: manasae haok bidan (mencuci tangan bidan).

4. Manasae Haok Bidan (Mencuci Tangan Bidan)

(48)

itu si ibu melakukan ritual adat manasae haok bidan (mencuci tangan bidan) dengan air limau yang dicampur dengan berbagai jenis bunga dan kemudian dilanjutkan dengan memberikan sehelai kain putih sebagai tanda kesucian untuk si bidan tadi dan memberikan tanda terima kasih berupa uang atau sejenisnya kepada bidan tersebut.

5. Turun Mek Un (Keluar rumah)

Turun Mek Un (Keluar rumah) adalah membawa atau menggendong bayi tersebut keluar rumah untuk pertama kalinya. Dalam hal ini bidan yang mengurus persalinan bayi pada saat lahir tersebut menggendong bayi itu keluar rumah, bayi itu diberikan uang kepadanya dan bidan itu juga membawa sebilah parang atau pisau saat menggendong bayi itu keluar rumah dan kemudian sampai di luar bayi tersebut diberikan sesuatu berupa makanan atau barang yang berharga untuk dibawa ke rumah. Maksud dari pemberian tersebut agar kiranya bayi tersebut kalau nanti besar bisa menjadi orang yang giat dalam berusaha dan sekembalinya bisa membawa sesuatu yang berguna untuk keluarga.

6. Huik-Kuik (Acara Potong Rambut)

Acara potong rambut ini biasanya dilakukan untuk anak pertama dari seseorang. Di dalam acara ini dilakukan beberapa tata cara untuk melaksanakannya antara lain :

a. Paman dari anak tersebut (saudara laki-laki dari pihak ibu) atau disebut juga lau lu, untuk mengundang hukum adat serta wali anak tersebut (saudara

(49)

yang melaksanakan acara tersebut adalah lau lu (saudara laki-laki dari pihak ibu) tersebut.

b. Setelah semalam sebelum acara huik kuik tersebut diadakan acara seni budaya seperti, nandong, debus dan sebagainya.

c. Pada hari pelaksanaan acara tersebut diundang masyarakat setempat dan perangkat hukum adat yang ada dalam kampung. Kemudian bayi dan ibunya itu dibawa ke sungai dan bayi tersebut digendong oleh bidan. Di sungai itu bayi dimandikan dan diberi tepung tawar atau peusijuk biasanya terdiri dari bunga-bunga dan beras kuning (borae kunik), lalu dibawa kembali ke rumah dan sampai di halaman rumah disambut dengan acara Besilek atau Gelanggang (seni bela diri pencat silat), kemudian dibawa ke rumah dan baru

dilaksanakan acara potong rambut tersebut. Dalam acara potong rambut itu lau lu (saudara laki-laki dari pihak ibu) menggendong bayi itu ke depan

orang-orang tua dan hukum adat untuk dipotong rambutnya dengan membawa kelapa mudah yang telah dilubangi dan di dalamnya dimasukkan emas sebagai hadiah kepada bayi tersebut yang diletakkan di atas talam beserta beberapa perlengkapan adat lainnya seperti rencong, kopiah, gelang kaki, ikat pinggang dan baju adat.

d. Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa, upacara, penanganan bagi ibu

hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah dan menjadi

(50)

Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan sangat penting

dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan

sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan

langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya,

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah dampak positif perawatan masa nifas perspektif budaya jawa yaitu minum air wejahan yang berguna untuk meningkatkan nafsu makan, kusuk yaitu

Bapak dan Ibu dan segenap tata usaha Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mendidik dan membantu penulis selama kuliah.. Bapak dan

sebagai etnis Bugis, akan tetapi hamparan wilayah Luwu Raya memiliki spesifikasi kultur dan struktur sosial politik yang cukup berbeda dengan etnis Bugis

Penulis memilih Perubahan Nilai Budaya Etnis Tionghoa, karena akibat dari kerusuhan Mei 1998, Etnis Tionghoa di kota Medan mengalami perubahan Nilai Budaya yang signifikan,

lebih banyak masalah dibandingkan bayi cukup bulan yang kecil (kurang dari.. 2,5 kg pada

Etnik Tionghoa merupakan salah satu etnik yang sangat menarik untuk diperbincangkan.Sebagai salah satu etnik pendatang, mereka cukup banyak menyita perhatian

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009). Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan

Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkah dan rahmat serta pertolongan-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis