• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi Metode pada Penetapan Kadar Piroksikam dalam Sediaan Kapsul dengan Nama Generic dan Nama Dagang Secara Spektrofotometri Ultraviolet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Validasi Metode pada Penetapan Kadar Piroksikam dalam Sediaan Kapsul dengan Nama Generic dan Nama Dagang Secara Spektrofotometri Ultraviolet"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Piroksikam

2.1.1 Uraian Umum

Menurut Ditjen. BKAK tahun 2014, uraian umum tentang piroksikam sebagai berikut:

Rumus molekul : C15H13 N3O4S Berat molekul : 331,35

Rumus bangun :

Nama kimia : 4-hidroksi-2-metil-N-2-piridil-2H-1,2-benzotiazin-3-karboksimida-1,1-dioksidasi (36322-90-4).

Pemerian : serbuk hampir putih atau coklat terang atau kuning terang, tidak berbau. Bentuk monohidrat berwarna kuning.

(2)

Persyaratan : piroksikam mengandung tidak kurang 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%.

Penyimpanan : wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya.

Penandaan : pada etiket harus jugatertera kadaluarsa. Khasiat dan Penggunaan : analgetik anti-inflamasi.

2.1.2 Analgetik Anti-inflamasi Nonsteroid

Obat analgetik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter.Obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi.Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.Prototip obat golongan ini adalah piroksikam dengan struktur baru yaitu oxsikam, derivat asam enolat. Waktu paruh dalam plasma lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan hanya sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat dilambung, terikat 99% pada protein plasma.Obat ini menjalani siklus enterohepatik (Wilmana dan Gan, 2009).

(3)

memberikan respons cukup baik dengan obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) yang lebih aman (Wilmana dan Gan, 2009).

2.2Pengertian Obat

Menurut undang-undang, yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni, 2006).

Menurut Syamsuni tahun 2006, obat-obat yang diperdagangkan juga dapat digolongkan menjadi obat paten, obat generik, dan obat tradisional, yaitu:

a. Obat Paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang diberi kuasa dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.

b. Obat Generik adalah obat yang dipasarkan dengan nama umum yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO).

(4)

2.3Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapatjuga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen.BKAK., 2014).

2.3.1 Macam – macam Kapsul

Menurut Syamsuni (2006), ada dua macam kapsul cangkang keras dan kapsul lunak, yaitu:

a. Kapsul cangkang keras (Capsulae durae, hard capsule) terdiri atas bagian wadah dan tutup (capsulae overculateae) yang terbuat dari metilselulosa, gelatin, pati, atau bahan lain yang sesuai. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut No. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelasyang tertutup kedap,terlindungi dari debu, kelembaban dan temperatur yang ektrim (panas).

b. Kapsul lunak atau (Soft Capsules, capsulae molles), merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris (pearl) atau bulat telur (globula) yang dibuat dari gelatin (kadang disebut gel lunak), kapsul ini biasanya mengandung air 6-13 %, mempunyai bermacam-macam bentuk yang dapat dipakai untuk rute oral, vaginal, rectal dan topical.

2.3.2 Keuntungan dan Kerugiaan Bentuk Sediaan Kapsul

(5)

a. Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul: 1. Bentuk menarik dan praktis.

2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak.

3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat diabsorpsi.

4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.

5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet. b. Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul:

1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap, karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.

2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).

3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.

4. Tidak dapat diberikan untuk balita. 5. Tidak dapat dibagi-bagi.

2.4 Spektrofotometri Ultraviolet

2.4.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet

(6)

pengukuran pH dari metode instrumental yang digunakan dalam analisis kimia (Munson, 1984).

Piroksikam mengandung inti benzen dan mengandung gugus kromofor.Selain itu juga memiliki gugus –OH yang merupakan gugus ausokrom sehingga dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri ultraviolet.Syarat suatu zat bisa dianalisis menggunakan spektrofotometer yaitu zat tersebut memiliki gugus kromofor dan ausokrom (Fernanda, 2011).

Gugus kromofor adalah gugus yang menghasilkan warna atau gugus yang mengabsorbsi energi dan perpindahan elektron n → π*, π → π*, σ → σ*, dan n → σ*.Gugus ausokrom adalah gugus fungsi yang tidak mengabsorbsi gelombang

ultraviolet sebagaimana gugus kromofor, namun karena adanya ikatan gugus ausokrom pada gugus kromofor pada suatu senyawa dapat meningkatkan intensitas senyawa tersebut (Gandjar dan Rohman, 2012).

Spektrofotometri ultraviolet adalah penentuan panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel.Sinar ultraviolet memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi (Rohman, 2007).

(7)

Gugus fungsi yang menyerap radiasi didaerah ultraviolet dekat disebut gugus kromofor dan hampir semua gugus ini mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi elektron terjadi dari π →π*, yang menyerap radiasi pada panjang gelombang maksimum kurang dari 200nm, misalnya pada >C=C< dan −C≡C−, kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya.Untuk senyawa yang mempunyai sistem

konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar (Rohman, 2007).

Gugus fungsi, seperti –OH, −O, −NH 2, −Cl, dan −OCH 3 yang

mempunyai elektron-elektron valensi bukan ikatan (memberikan transisi n → π*) disebut gugus ausokrom yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet, tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang kearah yang lebih besar (pergeseran batokromik) dengan intensitasyang lebih kuat.Efek hipsokromik adalah suatu pergeseran pita serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif dimasukkan kedalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar kepelarut polar (Rohman, 2007).

Ada tiga macam proses penyerapan energi ultraviolet dan sinar tampak yaitu:

(8)

Transisi-transisi elektronik yang terjadi diantara tingkat-tingkat energi didalam suatu molekul ada 4, yaitu transisi sigma-sigma star (σ →σ*), transisi non bonding electron (n → σ*), Transisi (n → π*) dan Transisi (π → π*)

2. Penyerapan oleh transisi yang melibatkan electron d dan f dari molekul kompleks

3. Penyerapan karena perpindahan muatan

2.4.2 Hukum Lambert-Beer

Menurut hukum lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu Hukum Lambert Beer sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat dituliskan dalam persamaan (Munson, 1984; Rohman, 2007):

A = a.b.c (g/liter) atau A = ε.b.c (mol/liter)

Dimana: A = serapan a = absorptivitas b = ketebalan sel c = konsentrasi

ε = absorptivitas molar

Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas.

(9)

tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi(Rohman, 2007; Munson, 1984).

Menurut Sudjadi dan Rohman tahun 2012, absorptivitas spesifik juga sering digunaknan untuk mengganti absorptivitas. Absorptivitas spesifik adalah serapan yang dihasilkan oleh larutan 1% (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan:

A = A11.b.c

Dimana: A11 = absorptivitas spesifik

b = ketebalan sel

c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100 ml larutan)

2.4.3 Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrum UV dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. a. Aspek kualitatif

Pengguna terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang gelombang puncak absorptivitas molar atau nilai ekstingsi yang khas untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut pada pH tertentu (Satiadarma, dkk., 2004).

b. Aspek kuantitatif

(10)

terjadi jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga(Rohman, 2007; Satiadarma, dkk., 2004).

Penetapan kadar dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi. Bila suatu senyawa mempunyai lebih dari satu puncak, lebih diutamakan panjang gelombang maksimum yang absorptivitasnya terbesar dan memberikan kurva kalibrasi linier dalam rentang konsentrasi yang relatif lebar dan meningkat, yang ditentukan dengan persamaan regresi dan merupakan hubungan antara konsentrasi dangan serapan, dan dapat dinyatakan sebagai berikut (Sudjadi dan Rohman, 2012):

Y = aX + bb Dimana : Y = absorbansi

X = konsentrasi

a = koefisien regresi ( juga menyatakan slope / kemiringan) b = tetapan regresi dan juga disebut dengan intersep

koefisien regresi (a) dapat diperoleh dengan metode kuadrat terkecil ( last square method).

Selanjutnya b dihitung dari hubungan b = Y- aX

(11)

dihitung besarnya koefisien korelasi (r) berdasarkan rumus berikut (Sudjadi dan

2.4.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi ( Day dan Underwood, 1998).

Gambar 2.1.Diagram komponen perangkat dasar spektrofotometri ultraviolet.

Menurut Day dan Underwood (1998) dan Watson (2005), unsur-unsur terpenting suatu spektrometer adalah sebagai berikut :

(12)

b. Monokromator : digunakan untuk menghamburkan cahaya kedalam panjang gelombang unsur-unsurnya, yang diseleksi lebih lanjut dengan celah. Monokromator berotasi sehingga rentang panjang gelombang yang dilewati melalui sampel ketika instrument tersebut mendeteksi sepanjang spektrum.

c. Kuvet (sel) : digunakan sebagai wadah sampel yang akan dianalisis. Untuk pengukuran pada daerah ultraviolet harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet umumnya mempunyai ketebalan 1cm.

d. Detektor : berperan untuk memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk angka digital. e. Recorder : digunakan sebagai perekam absorbansi yang dihasilkan dari

pengukuran.

2.5Validasi Prosedur Analisis

(13)

2.5.1 Prosedur Analisis

Menurut Watson (2005), prosedur analisis memberikan deskripsib yang tepat bagaimana suatu analisis dilakukan. Tahap-tahap penting untuk melakukan tiap uji analisis harus dijelaskan secara terperinci. Metode lengkap harus menjelaskan:

1. Mutu dan sumber baku pembanding untuk senyawa yang dianalisis 2. Prosedur yang digunakan untuk menyiapkan larutan baku pembanding 3. Mutu semua pereaksi atau pelarut yang digunakan dalam penetapan kadar

dan metode pembuatannya

4. Prosedur dan keadaan yang digunakan untuk pengoperasian semua perlengkapan yang diperlukan dalam penetapan kadar tersebut, dan

5. Metodologi yang digunakan untuk kalibrasi penetapan kadar dan metodologi yang digunakan untuk pemrosesan sampel tersebut sebelum analisis.

Metode analisis yang digunakan pada uji validasi yaitu: a. Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan melalui dua cara, yaitumetode simulasi (spiked placebo recovery) dan metode panambahan bahan baku (standard addition method) (Harmita, 2004).

(14)

yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Dalam metode penambahan baku sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan kedalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (Harmita, 2004).

Dalam metode penambahan baku sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit diperiksa ditambahkan ke dalam sampeldicampur dan dianalisis lagi. selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Dalam kedua metode tersebut persen perolehan kembali ditentukan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil sebenarnya.Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel placebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Harmita, 2004).

Hal yang penting untuk diperhatikan adalah metode kuantitasi yang digunakan dalam penentuan akurasi harus sama dengan metode kuantitasi yang digunakan untuk menganalisis sampel dalam penelitian (Harmita, 2004).

% Perolehan Kembali = 100%

* x

C C C

A A F

Keterangan : CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku

A

C = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku

C*A = konsentrasi baku yang ditambahkan

b. Presisi

(15)

sejumlah cuplikan yang diambil dari sampel homogen. Presisi juga diartikan sebagai ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai standar deviasi relatif (RSD) (Satiadarma., dkk., 2004).

Menurut Watson (2005), Sesuai dengan International Conference on Harmonization (ICH), presisi harus dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda

yaitu:

a. Keterulangan yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang sama (berulang) baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya. b. Presisi antara yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang berbeda, baik

orangnya, peralatannya, tempatnya maupun waktunya.

c. Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain.

Pengujian pada presisi biasanya dilakukan replikasi sebanyak 6-15 pada sampel tunggal untuk tiap-tiap konsentrasi. Nilai RSD antara 1-2% biasanya dipersyaratkan untuk senyawa-senyawa aktif dalam jumlah yang banyak, sedangkan untuk senyawa-senyawa dengan kadar sekelumit, RSD berkisar antara 5-15% (Rohman, 2007).

c. Kespesifikan

Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah suatu ukuran seberapa mampu metode tersebut mengukur analit saja dengan adanya senyawa-senyawa lain yang terkandung didalam sampel (Watson, 2005).

d. Batas Deteksi

(16)

Batas deteksi =

slope X xSY /

3

e. Batas kuanitasi

Menurut Harmita (2004), batas kuanitasi (limit of quantitation) didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.

Batas kuantitasi =

Slope X xSY /

10

f. Linieritas

Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).metode ini dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat kecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya (Harmita, 2004).

Penentuan linieritas suatu prosedur analisis dilakukan dengan perlakuan matematika dari hasil uji yang diperoleh pada analisis sampel yang mengandung analit dalam rentang konsentrasi yang dituntut oleh prosedur. Perlakuan tersebut pada umumnya adalah perhitungan garis regresi (Satiadarma., dkk., 2004).

g. Rentang

(17)

persejuta). Untuk pengujian komponen utama, maka konsentarasi baku harus diukur didekat atau sama dengan konsentrasi kandungan analit yang diharapkan. Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku dengan kisaran 25%, 50%, 75%, 100%, 125%, dan 150%dari konsentrasi analit yang diharapkan (Satiadarma., dkk., 2004; Rohman, 2007).

h. Ketahanan

Ketahanan merupakan kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh adanya variasi parameter metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi dengan melakukan variasi parameter-parameter metode seperti: persentase pelarut organik, pH, kekuatan ionik, suhu dan sebagainya (Rohman, 2007).

i. Kesalahan acak majemuk

Kesalahan sistematik dalam analisis biasanya dapat dieliminasi, tetapi kesalahan acak nyata disebabkan oleh pelaksanaan dalam suatu pengujian yang belum sepenuhnya dikendalikan.Jenis kesalahan acak umumnya berasal dari penerimaan toleransi pabrik terhadap alat-alat gelas (Watson, 2005).

j. Pelaporan hasil

Gambar

Gambar 2.1.Diagram komponen perangkat dasar spektrofotometri ultraviolet.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pendekatan matematika realistik, berhitung bagi anak bukan hanya menghitung deret angka saja, melainkan sebuah proses yang lebih bermakna dan

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Tersebarnya berbagai individu di berbagai tempat di Indonesia ini yang merupakan penggemar olahraga, terutama sepakbola, untuk mengetahui lebih banyak tentang klub sepakbola

kearsipan  guna  aksesbilitas  informasi  dalam  rangka  perencanaan  dan  pelaksanaan  kegiatan  pembangunan  dan  pemerintahan.  Mewujudkan  terciptanya  koleksi 

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Pada akhirnya penulis berkesimpulan bahwa dengan adanya aplikasi SMS untuk stasiun radio ini koneksi antara modem GSM atau telepon seluler dengan personal computer dapat terjadi dan

Era baru proses penatausahaan BMN dalam rangka mendukung penyusunan laporan keuangan setiap entitas pelaporan pengelola keuangan negara ditandai dengan

APPLICATION OF REMOTE SENSING AND GIS IN LAND USE/LAND COVER MAPPING AND CHANGE DETECTION IN SHASHA FOREST RESERVE,