• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium)

PAPER

OLEH:

SISTANSHIA CHAUMI AULIA NISA 170301090

AGROTEKNOLOGI – II A

L A B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I P R O G R A M S T U D I A G R O T E K N O L O G I

F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium)

PAPER

OLEH:

SISTANSHIA CHAUMI AULIA NISA 170301090

AGROTEKNOLOGI - II A

Paper sebagai salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian Di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

L A B O R A T O R I U M A G R O K L I M A T O L O G I P R O G R A M S T U D I A G R O T E K N O L O G I

F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Efek Radiasi Surya Pada Iklim Mikro Dan Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium)

Nama : Sistanshia Chaumi Aulia Nisa NIM : 170301090

Program Studi : Agroteknologi

Diketahui Oleh: Asisten Koordinator

(Muhammad Ridho Adha) Nim.140301186

Diperiksa Oleh : Asisten Korektor I

(Muhammad Ridho Catur P) NIM : 130301279

Diperiksa Oleh : Asisten Korektor II

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah “Efek Radiasi Surya Pada Iklim Mikro Dan Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Chairani Hanum M.S. ; Dr. Ir. Nini Rahmawati S.P. MSi ; Ir. Irsal M.P; Dr. Yaya Hasanah ; Ir. T. Irmansyah M.P. ; Ir. Lisa Mawarni M.P. MSi serta abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perkembangan penulis kedepannya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Medan, November 2017

Penulis

(5)

KATA PENGANTAR ………...i

DAFTAR ISI ………...ii

PENDAHULUAN Latar Belakang ………...1

Tujuan Penulisan ………2

Kegunaan Penulisan ………...2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ……….3

Syarat Tumbuh ………...4

Iklim ………..….6

Tanah ………...…….…..9

EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium) Pengertian Radiasi Surya……….10

Faktor Yang Mempengaruhi Radiasi Surya………...….11

Hubungan Radiasi Surya Terhadap Tanaman……….14

Manfaat Radiasi Surya Terhadap Tanaman Krisan (Chrysantemum)….15 Efek Radiasi Surya Pada Iklim Mikro Dan Pertumbuhan Tanaman Krisan(Chrysanthemum morifolium).………...………...…....17

KESIMPULAN ………...19

DAFTAR PUSTAKA ………...20

LAMPIRAN ………...21

(6)

Latar Belakang

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. Morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial. (Juaninova, 2015)

Setiap jenis tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik. Khususnya tanaman krisan. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan membuat tanaman dapat berkembang secara optimal. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman diantaranya adalah suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban, kecepatan angin, serta kandungan CO2. Faktor-faktor lingkungan tersebut mempengaruhi proses

fotosintesis. (Hanna, 2005)

(7)

dengan pertumbuhan tanaman dan kelembaban dalam greenhouse yang bermanfaat untuk tanaman terutama saat fase generatif. (Sugra, 2013)

Kondisi iklim mikro tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman salah terutama tanaman bunga krisan. Pembangunan greenhouse dengan penetapan tinggi yang tidak ditentukan juga berakibat tidak terkendalinya suhu dan kelembaban udara di ruangan greenhouse, terutama untuk tanaman krisan dengan suhu optimal untuk tanaman bunga krisan adalah 18–24oC dengan RH 70– 90%.

Pengaruh dimensi greenhouse terutama tinggi greenhouse terhadap iklim mikro di dalam greenhouse perlu dikaji, mulai dari intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam greenhouse, suhu dan kelembaban udara di dalam greenhouse. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian Analisis Profil Iklim Mikro pada Greenhouse Tipe Arch untuk Budidaya Bunga Krisan (Chrysanthemum morifolium). (Syntha, 2008)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui efek dari radiasi sinar matahari terhadap pertumnuhan tanaman, khususnya pada tanaman krisan krisan (Chrysanthemum morifolium).

Kegunaan penulisan

Adapun kegunaan dari paper ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan sebagai bahan referensi maupun bahan bacaan bagi yang membutuhkannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Adapun tumbuhan krisan diklasifikasikan dengan taksonomi sebagai berikut Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

(8)

Dycotiledonae, Ordo Asterales, Famili Asteraceae, Genus Chrysanthemum, Spesies Crhysantemum morifolium (Holmes,2003)

Perakaran tanaman krisan menyebar ke semua arah pada kedalaman 30 - 40 cm. Akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, misalnya keadaan drainase yang jelek, kandungan unsur Al dan Mn dalam tanah yang tinggi serta tanah yang selalu masam (pH rendah). (Rukmana dan Mulyana, 2007)

Batang tanaman krisan tumbuh tegak, struktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang akan menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan dan ada juga yang berwarna kemerah-merahan. Ketinggian tanaman ini biasanya mencapai 100 cm atau disesuaikan dengan kebutuhan Penampilan visual sosok tanaman krisan mirip dengan aster. (Holmes,2003)

Daun krisan berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk daunnya beraneka ragam tergantung jenis atau varietasnya Ciri khas tanama krisan dapat diamati pada bentuk daun, yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun secara berselang-seling pada cabang atau batang. (Rukmana dan Mulyana, 2007).

Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang. Bentuk bunga krisan yang biasanya dipakai sebagai bunga potong, dapat digolongkan sebagai berikut Tunggal. Pada setiap tangkai hanya terdapat 1 kuntum bunga, piringan dasr atau mata bunga lebih sempit dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis. Anemone. Bentuk anemone sama dengan bunga tungal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal. (Holmes,2003)

Pompon. Bentuk bunga pompon adalah bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar kesemua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak. Dekoratif. Bentuk bunga dekoratif adalah bunga berbentuk bulat mirip pompon, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian tepi memanjang.

(9)

Besar. Bentuk bunga golongan ini adalah pada tangkai terdapat 1 kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm. Piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk kedalam atau keluar, pipih, panjang, berbentuk sendok dan lain-lainya (Hasim, 2005).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. Persyaratan kebutuhan hidup tanaman bunga krisan meliputi: suhu, cahaya matahari, air, tempat tumbuh dan perlakuan perawatan yang sesuai. (Jerry, 2009)

Suhu. Pengaruh suhu berkaitan dengan proses asimilasi, yaitu pembentukan cadangan makanan dan proses disimilasi yaitu penguraian makanan dan pernafasan. Di daerah tropis, seperti Indonesia, temperatur yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman krisan pada siang hari adalah antara 20°C – 26°C. Toleransi tanaman krisan terhadap faktor temperatur untuk tetap tumbuh baik adalah antara 17°C – 30°C. Temperatur berpengaruh terhadap kualitas pembungaan krisan. Temperatur yang ideal untuk pembungaan yaitu antara 16°C-18°C. Pada temperatur yang tinggi (lebih dari 18°C) bunga krisan cenderung berwarna kusam, sedangkan temperatur yang rendah (kurang dari 16°C) berpengaruh baik terhadap warna bunga, karena cenderung makin cerah. Mengingat tanaman krisan membutuhkan temperatur untuk pertumbuhan antara 20°C – 26° C dan pembungaan pada temperatur 16°C – 18°C dengan kelembaban udara antara 70 -80 persen, maka lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah di daerah berketinggian antara 700–1200 m dari permukaan laut. (Eric, 2010)

Cahaya. Agar mendapatkan bunga yang berkualitas baik, tanaman bunga krisan (Chrysanthemum sp) membutuhkan cahaya yang lebih lama dari panjang

(10)

hari normal. Penambahan panjang hari dapat dilakukan dengan penyinaran buatan, setelah matahari terbenam atau selama periode gelap. Penyinaran dilakukan selama satu bulan untuk memacu pertumbuhan tinggi tanaman dan menunda masa generatif. Sumber cahaya buatan yang umum digunakan adalah lampu esensial dengan ukuran 13 - 16 watt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lampu esensial lebih mempercepat pertumbuhan generatif tanaman krisan dibandingkan dengan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang terbaik adalah pada tengah malam antara pukul 22.00 – 02.00. Jarak antar lampu adalah 2,35 meter dan lampu dipasang setinggi 2,5 meter dari tanaman. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai batas tertentu fase vegetatif (± 4 minggu). (Nam, 2012)

Kebutuhan Air. Bunga krisan tumbuh dengan baik jika kebutuhan airnya tercukupi. Banyaknya penyiraman dan frekuensi penyiraman bunga krisan bergantung pada cuaca (suhu, angin dan cahaya), jenis, ukuran tanaman, serta keadaan lingkungan. Kelebihan air tidak bagus untuk pertumbuhan tanaman bunga krisan, sedangkan kekeringan dapat menimbulkan terjadinya dehidrasi yang berakibat pada pertumbuhannya yang tidak baik. Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari sampai dengan tahap pemanenan. (Laura, 2009)

Kelembaban Udara. Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi kelembaban udara (RH) tinggi. Pada fase pertumbuhan awal, seperti perkecambahan benih atau pembentukan akar bibit setek, diperlukan kelembaban udara antara 90 - 95 persen. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban udara antara 70 - 80 persen. Hujan deras atau keadaan curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman krisan juga menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan kualitas bunganya rendah. Oleh karena itu pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan di dalam green house atau bangunan rumah plastik dan rumah kaca. (Tivor, 2011)

(11)

Suhu Udara. Suhu udara adalah ukuran panas dan dingin dari suatu benda. Suhu udara sangat berpengaruh pada proses-proses yang terjadi pada tanaman seperti proses fotosintesis, transpirasi, dan respirasi. Suhu udara yang optimum sangat diperlukan bagi tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Tanaman memerlukan suhu udara optimum yang berbeda-beda (Tiwari , 2008).

Garis lintang merupakan faktor utama yang mempengaruhi suhu greenhouse. Faktor lain adalah ketinggian matahari, kondisi topografi yang mempengaruhi pergerakan angin dan panjang hari. Suhu lingkungan berpengaruh terhadap proses fisik dan kimiawi tanaman dan selanjutnya mengendalikan proses biologi dalam tanaman seperti transpirasi. (Hanan et al. 2008)

Suhu optimum tanaman berbeda-beda tergantung pada spesies dan varietasnya, serta sesuai dengan tahap fisiologis pekembangannya. Suhu rendah menguntungkan bagi proses pertumbuhan tanaman, suhu sedang menguntungkan bagi proses pemanjangan batang dan perkembangan buah, sedangkan suhu tinggi menguntungkan bagi proses pembungaan. (Harjadi, 2004)

(12)

Curah Hujan. Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman dibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman memperoleh persediaan air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang penting dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam tanah akan mampu mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman. (Hun, 2011)

Curah hujan yang lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan. Fungsi air karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis tumbuhan disuatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Tumbuhan di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan tumbuhan di daerah yang banyak curah hujannya. (Zahaya. 2014).

Curah hujan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Pada kondisi alami, kelebihan air kurang bermasalah jika dibandingkan dengan kekeringan. Kekeringan didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan air untuk transpirasi dan penguapan langsung melalui jumlah air yang tersedia di tanah. Sumber pokok dari kekeringan adalah curah hujan, meskipun faktor peningkatan kebutuhan air cenderung meningkat. Kelembaban nisbi rendah, angin kencang dan suhu yang tinggi merupakan faktor pendukung kekeringan karena faktor ini mempercepat evapotranspirasi. Tanah yang kehilangan air secara cepat oleh penguapan atau pembuangan air juga meningkatkan kekeringan. Irigasi adalah cara yang paling

(13)

cocok untuk mengatasi kekeringan. Jika ada irigasi maka suhu menjadi faktor iklim yang penting dalam mengendalikan produksi tanaman pangan. (Harjadi, 2004) Tanah

Krisan dapat tumbuh pada setiap jenis tanah tergantung penanganannya. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur lempung berpasir, mempunyai drainase dan aerasi yang baik dan mengandung bahan organik yang tinggi dengan pH sedikit asam. Tingkat kemasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman krisan adalah sekitar 5,5 sampai 6,5. (Zahara, 2014)

Krisan dapat tumbuh baik di dataran tinggi (>800 m dpl ) dengan pH tanah 5,5 - 6. Penanaman di daerah pegunungan dengan pH tanah 5 - 5,5 perlu didahului dengan pengapuran. Krisan memerlukan tanah dengan kesuburan sedang karena tanah yang subur akan mengakibatkan tanaman menjadi rimbun. Apabila ditanam di pot pH media yang sesuai adalah 6,2 - 6,7. Secara genetik krisan merupakan tanaman hari pendek, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan produksi bunga yang tinggi, pertumbuhan vegetatifnya perlu diberi perlakuan hari panjang dengan penambahan cahaya lampu pijar atau neon.

(14)

EFEK RADIASI SURYA PADA IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN (Chrysanthemum morifolium)

Pengertian Radiasi Surya

Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut. Energi matahari diradiasikan ke segala arah, sebagian hilang ke alam semesta, dan hanya sebagian kecil saja yang dapat diterima bumi. Konstanta matahari (Gsc) adalah energi dari matahari per unit waktu yang diterima pada satu unit luasan permukaan yang tegak lurus arah radiasi matahari pada jarak rata-rata matahari-bumi di luar atmosfer. (Harjadi, 2004)

(15)

Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap benda yang mempunyai suhu di atas nol mutlak dan merupakan satu-satunya bentuk energi yang dapat menjalar di dalam vakum angkasa luar. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit memancarkan energi sebesar 56x1026 kalori. Dari

energi ini bumi menerima 2,55x1018 kalori atau hanya ½ x 109nya. (Zahaya. 2014).

Radiasi matahari yang jatuh ke bumi disebut insolasi. Insolasi adalah penerimaan energi matahari oleh permukaan bumi, bentuknya adalah sinar-sinar gelombang pendek yang menerobos atmosfer. Radiasi matahari menjalar di dalam angkasa luar tanpa kehilangan energi, intensitasnya berkurang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari matahari. Jumlah energi matahari rata-rata yang jatuh pada puncak atmosfer tiap satuan luas (1 cm2) tegak lurus pada sinar matahari tiap

menit, yaitu 2,0 kalori (Harjadi, 2004).

Radiasi yang dipancarkan matahari diterima permukaan bumi sangat kecil, tetapi bagi bumi, radiasi matahari merupakan energi utama proses-proses fisika atmosfer. Lama penyinaran matahari dalam periode harian adalah variasi dari bulan ke bulan berikutnya, hal ini juga banyak mempengaruhi intensitas total radiasi matahari seperti yang diketahui bahwa radiasi matahari yang dipancarkan adalah berbentuk energi, dan energi ini digunakan untuk memanaskan bumi, oleh karena itu ukuran panas bumi merupakan ukuran besarnya energi matahari yang diterima permukaan bumi.( Zahaya. 2014)

Faktor Yang Mempengaruhi Radiasi Surya

(16)

karena radiasi dalam sehari (dari pagi sampai sore) maupun secara musiman (dari hari ke hari). (Harjadi, 2004)

Jarak antara matahari dan bumi. Bumi mengelilingi matahari (berevolusi) dengan lintasan yang berbentuk elips. Bumi berada pada apheliumnya pada tanggal 5 Juli dan berada pada periheliumnya pada tanggal 3-5 Januari, selama mengelilingi matahari sumbu bumi miring 23,50 dari garis tegak lurus pada eliptika

(bidang edar bumi mengelilingi matahari). Revolusi bumi berakibat terjadinya kemiringan sumbu bumi yang selalu searah sehingga menyebabkan adanya pergantian musim dan perubahan lamanya siang dan malam (Zahaya. 2014).

Posisi matahari yang paling utara dicapai pada tanggal 21 Juni yaitu pada garis 23,50 Lintang Utara. Garis 23,50 Lintang Utara ini disebut garis balik utara,

karena setelah tiba di garis ini matahari balik ke arah selatan. Pada tanggal 23 September baik kutub utara maupun kutub selatan bumi berada sama jauhnya dari matahari yang berada pada katulistiwa. Posisi matahari yang paling selatan dicapai pada tanggal 22 Desember yaitu 23,50 Lintang Selatan. Garis ini disebut garis balik

selatan, karena setelah tiba di garis ini matahari balik ke arah utara. Pada tanggal 21 Maret matahari berada di katulistiwa lagi, hanya letak bumi berseberangan pada orbitnya dengan kedudukannya pada 23 September. Revolusi bumi memerlukan waktu satu tahun (365 hari), namun karena matahari juga bergerak mengelilingi bintang yang lebih besar, bumi tidak kembali ke titik awalnya setelah mengelilingi matahari selama satu tahun. Setiap empat tahun diadakan penyesuaian waktu atau 28 hari menjadi 29 hari pada bulan Februari yang dikenal tahun kabisat. (Syntha. 2008).

Panjang hari dan sudut datang, Radiasi matahari yang di terima permukaan bumi pada suatu waktu tertentu di sebabkan oleh sudut datang matahari. Perbedaan

(17)

tempat menurut lintang dapat menyebabkan perbedaan periode penerimaannya yang disebut panjang hari. Sudut datang sinar matahari selalu berubah setiap saat. Perbedaan sudut datang sinar matahari menyebabkan perbedaan luas permukaan horizontal yang mendapat sinar, makin besar sudut datang sinar matahari, sinar tersebut akan membentang pada permukaan horizontal yang lebih sempit sehingga energy cahaya yang diterima oleh setiap kesatuan luas lebih besar. (Zahaya, 2014)

Pengaruh atmosfer bumi. Pada waktu radiasi matahari memasuki atmosfer menuju permukaan bumi (daratan dan lautan), radiasi tersebut akan dipengaruhi oleh gas-gas aerosol serta awan yang ada di atmosfer, sebagian akan dipantulkan kembali ke luar angkasa, sebagian akan diserap dan sisanya akan diteruskan ke permukaan bumi berupa radiasi langsung maupun radiasi baur (diffuse). Sumber-sumber aerosol atmosfer yaitu partikel-partikel padat yang mengapung di atmosfer. (Harjadi, 2004).

(18)

Hubungan Radiasi Surya Terhadap Tanaman

Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap tinggi tunas plantlet Daun Dewa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tunas berbeda antar perlakuan pada setiap perlakuan intensitas cahaya. Perlakuan A intensitas cahaya 1156 lux, 107 fc menunjukkan tinggi tunas paling tinggi selama masa kultur (Zahaya. 2014).

Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek. (Harjadi. 2004)

Tanaman merespon faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya, tunas memanfaatkan intensitas cahaya rendah dengan suhu 240C untuk mendukung

pertumbuhan selnya dibantu dengan adanya auksin didalam media kultur yang membantu proses pemanjangan sel dibandingkan intensitas cahaya tinggi yang menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan tunas menjadi kerdil. (Nam. 2012).

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan saat terpapar cahaya berhubungan dengan hormon auksin. Peningkatan kadar auksin terjadi pada intensitas cahaya rendah. Auksin berperan merangsang pompa proton yang mengakibatkan penurunan pH dinding sel sehingga mengaktifkan enzim-enzim untuk memecah ikatan silang yang terdapat dalam mikrofibril selulosa. Proses tersebut melonggarkan serat-serat dinding sel. (Zahaya. 2014)

(19)

Pada kondisi intesitas cahaya yang tinggi, tumbuhan cenderung meningkatkan aktivitas fotosintesis sampai tingkat kejenuhan cahaya tertentu. Setiap jenis tumbuhan memiliki kondisi jenuh cahaya yang berbeda dimana peningkatan cahaya tidak lagi meningkatkan fotosintesis. Hal tersebut menjelaskan bahwa intesitas cahaya 10 dan 20 µmol/m2/detik menghasilkan

pertumbuhan yang cenderung lebih tinggi berdasarkan parameter tinggi, jumlah daun, warna dan bobot basah. (Hanan et al., 2008)

Manfaat Radiasi Surya Terhadap Tanaman Krisan (Chrysantemum)

Perlakuan intensitas cahaya dengan pemberian naungan paranet dan aplikasi daminosida bertujuan untuk memperpendek tanaman krisan. Penurunan intensitas cahaya dari 75% menjadi 55% mengakibatkan penurunan tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot kering tajuk tanaman, sedangkan peningkatan kadar daminosida dari 0 sampai 250 ppm mengakibatkan penurunan tinggi tanaman, tetapi meningkatkan jumlah daun dan bobot kering tajuk tanaman, dan mempercepat pemunculan cabang pertama (Zahaya. 2014).

Intensitas cahaya yang diturunkan dari 75% menjadi 55%, menyebabkan penurunan bobot kering tajuk. Menurunnya intensitas cahaya dapat berpengaruh pada bobot kering tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1991), besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot kering.(Eric. 2010).

Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan bobot kering tajuk menurun, dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman, yang mengakibatkan respirasi tanaman meningkat sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam

(20)

jaringan tanaman sedikit, menyebabkan bobot kering tajuk pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 75% lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas cahaya 100%.(Holmes. 2003)

Hasil penelitian tanaman anggrek, tanaman yang mendapat intensitas cahaya 55%, menghasilkan daun terlebar, dan pembentukan tunas terbaik dibandingkan tanaman yang mendapat perlakuan intensitas cahaya 65% dan 75%. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan tanaman yang dihadapkan pada intensitas cahaya 55% memberikan produksi bunga dan lebar daun tertinggi serta pembentukan tunas terbaik, sedangkan naungan 75% menyebabkan tanaman menghasilkan panjang tangkai bunga tertinggi. (Nam. 2012)

Efek Radiasi Surya Pada Iklim Mikro Dan Pertumbuhan Tanaman Krisan(Chrysanthemum morifolium).

Tanaman krisan bukan tanaman asli Indonesia, namun berasal dari Cina dan Jepang yang merupakan daerah subtropis, sehingga apabila tanaman tersebut dibudidayakan di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia maka banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tanaman krisan. Tanaman krisan memerlukan cahaya pada siang hari sebesar 32.000 lux untuk pertumbuhan yang optimal. Intensitas cahaya pada siang hari di dataran tinggi di Indonesia (1000 m dpl) adalah sebesar 50.000 lux. Oleh karena itu untuk memperoleh intensitas cahaya yang sesuai bagi tanaman krisan diperlukan naungan misalnya dengan paranet. Fungsi paranet selain untuk mengurangi intensitas cahaya juga dapat mengurangi suhu udara lingkungan tanaman (Zahaya. 2014).

(21)

Pemberian naungan pada berbagai stadia pertumbuhan berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, berat 100 biji, dan produksi biji kering pada berbagai macam varietas tanaman kedelai. Pemberian naungan 20% memberikan hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbunga (Hanan et al. 2008).

Pengaturan pertumbuhan tanaman dapat pula dilakukan dengan zat penghambat pertumbuhan yang fungsinya menekan pertumbuhan memanjang dari tunas sehingga membentuk percabangan yang pendek dan kekar. Penghambat pertumbuhan diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu fitohormon, penghambat alami lain (termasuk derivat asam fenolat dan asam benzoat serta lakton) dan penghambat pertumbuhan sintetik. Penghambat pertumbuhan biasanya digunakan untuk memperpendek panjang ruas dan tinggi tanaman. Luas daun, penyerapan cahaya dan hasil panen umumnya tidak berkurang karena aplikasi zat penghambat pertumbuhan (Walker, 2000).

Salah satu jenis zat penghambat pertumbuhan sintetik adalah daminosida. Waktu dan aplikasi daminosida sangat spesifik karena hanya selektif pada keadaan dan kondisi lingkungan tertentu. Apabila digunakan pada fase pertumbuhan yang tepat dengan konsentrasi yang tepat pula dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk tanaman maka tanaman akan tumbuh dan memberikan hasil yang optimal. (Zahaya. 2014).

(22)

KESIMPULAN

1. Perlakuan intensitas cahaya 75% (tingkat naungan 25%) memiliki intensitas cahaya, suhu udara dan kelembaban udara yang mendekati optimum bagi pertumbuhan tanaman.

2. Terdapat pengaruh interaksi perlakuan intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap luas daun, dan laju pertumbuhan nisbi.

3. Tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 55% dan kadar daminosida 500 ppm tumbuh paling pendek dan saat muncul cabang pertama tercepat.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, K., dan B. Marwoto. 2003. Pola Night Break untuk Efisiensi Energi Listrik pada Usaha Krisan.

Eric, S. 2010. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

Hanan, B., Suciantini dan T. Sutater. 2008. Modifikasi Pola Hari Panjang dan Intensitas Cahaya pada Krisan untuk Efisiensi Energi. Jurnal Hortikultura.

Hanna, P.D, 2005. Dasar- dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.

Harjadi, S. S. 2004. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

Hasim, F.A. 2005. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. Jurnal Holtikultura.

Holmes, K. 2003. Physiology of Woody Plants.Academic Press. New York.

Hun, S. 2011. Botani Umum Jilid II. Angkasa. Bandung.

Juaninova. 2015. Garden Journal Information and Inspiration. Wind Academic Press. Venezuela

Laura, J.L. 2009. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. P.T. Grafindo Persada. Jakarta.

Nam. R.J. 2012. Modeling Elongation Retardation Due To Daminozide in Chrysanthemum. Woody Press. Ney York.

Rukmana, R. dan A. E. Mulyana. 2007. Krisan. Kanisius. Yogyakarta.

(24)

Syntha, J. 2008. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Tiwari, D. 2008. Pengaruh Naungan Pada Berbagai Stadia Pertumbuhan Terhadap Hasil Dan Komponen Hasil Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merr). Majalah Ilmiah Universitas Jambi No. 44. Universitas Jambi.

Trivor, K.S. 2011. Pengaruh Naungan Terhadap Produksi Tiga Kultivar Bunga Anggrek Dendrobium. Dalam : Jurnal Holtikultura No. 9. Vol. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Holtikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Walker, M. B. 2000. Advanced Plant Physiologi. Language Book Society. Harlow.

Wood, A. 2003. Daminozide (Alar, B-Nine) Growth Regulator Profile 6/86.

Zahaya, S., 2014. Hormon Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis menunjukkan tokoh utama dalam cerita adalah Van Den Brand dengan tokoh tambahan Jeanne, Wiryo, Tuan Asisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kuli-kuli

GAMBARAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER SERAT DAN SUMBER KOLESTEROL, INDEKS MASA TUBUH (IMT), KADAR KOLESTEROL DARAH DAN Low Density Lipoprotein (LDL)

Selanjutnya pada aspek kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang yaitu pada observasi pertama, tanggal 11 Juli 2016 pukul 14.20 WIB peneliti melihat

Jaringan tersebut merupakan jaringan pertahanan karena dapat menahan infeksi dengan memperbanyak limfosit dan sel plasma, serta mengubah sel-sel yang berdiferensiasi dan

Pelaksanaan pembelajaran tolak peluru gaya ortodok dengan menggunakan alat modifikasi dari bola plastik pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sanggau Ledo

Secara kualitas bangunan dihasilkan mutu struktur bangunan lebih baik dari system beton konvensional, karena retak- retak pada struktur pelat lantai bisa dikurangi dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Corporate Governance pada Bank Rakyat Indonesia

Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti