• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Men

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Men"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU PADA PEMBELAJARAN

AL QURAN HADITS DAN SKI DI MI

Makalah

Mata Kuliah MPMPAI 2

Dosen Pengampu:

M. Ngali Zainal Makmun, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Dessy Eristha 1290045 2. Fandi Israwan 1290155 3. Hesti Ratnasari 1290215

Program Studi: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan: Tarbiyah

Semester: V

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN JURAI SIWO METRO

(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu

yang telah ditentukan tanpa suatu halangan apapun.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk mengikuti mata kuliah MPMPAI 2 untuk dapat dipresentasikan kepada

mahasiswa lain, dan untuk menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan.

Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, dan

khususnya kepada bapak M. Ngali Zainal Makmun, M.Pd.I selaku dosen yang

telah membantu memberi saran dan masukan atau arahan sehingga makalah ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami

mengharapkan kepada pembaca untuk memberi kritik dan saran, yang berguna

untuk memperoleh kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya. Semoga

makalah yang kami buat bermanfaat bagi diri kami sendiri khususnya dan

pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya

makalah ini. Dengan segala kerendahan hati , saran-saran dan kritik yang

konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan

makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Metro, 17 Oktober 2014

Penulis

(4)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan ... 4

BAB II PEMBAHASAN ... 5

A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran ... 5

B. Kajian tentang Profesionalisme Guru ... 14

C. Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru pada Pembelajaran Al Quran Hadits dan SKI di MI ... 20

BAB III PENUTUP ... 26

A. Kesimpulan ... 26

B. Saran ... 26

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya

pengajaran adalah; upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran pada

dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta

didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan

penciptaannya. Dalam konteks proses belajar di sekolah, pembelajaran tidak

dapat hanya terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi

dengan lingkungan seperti yang terjadia dalam proses belajar di masyarakat,

proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan, oleh

karenanya segala kegitan interaksi, metode, dan kondisi pembelajaran dengan

selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

Salah satu permasalahan serius yang dihadapi dunia pendidikan sekarang

ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran

pendidikan agama Islam, proses pembelajran pendidikan agama Islam yang

terjadi sering kali baru bersifat seadanya, rutinitas, formalis, kering dan kurang

bermakna, kualiatas pembelajran semacam itu akan mengahsilkan mutu

pendidiakan agama yang rendah pula. Begitu juga berbagai kritik terhadap

kegitan pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam konteks pembelajaran,

agaknya titik lemah pendidikan agama terletak pada komponen

metodologinya. Diantaranya yaitu: 1) kurang bisa mengubah pengetahuan

agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” atau kurang mendorong

penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam

diri peserta didik; 2) kurang dapat bejalan bersama dan bekerja sama dengan

program-program pendidikan non agama; 3) kurang mempunyai relevansi

terhadap perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat atau kurang ilustrasi

konteks sosial budaya, dan/atau bersifat statis akontekstual dan lepas dari

sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai

(6)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.2 Melihat dari fenomena di atas ini, perbaikan kualitas pembelajaran

pendidikan agama Islam harus diawali dari desain pembelajaran yang baik,

dengan perkataan lain perencanaan pembelajaran pendidikan agama dapat

dijadikan titik awal upaya perbaikan kualitas pembelajaran.

Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa

maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar

mengajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan ilmu

pengetahuan, sikap maupun akhlak. Hanya saja proses belajar tersebut tidak

selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa

muncul setiap waktu. Dengan demikian perencanaan pembelajaran yang juga

menyangkut didalamnya tentang pelaksanaan perencanaan serta evaluasinya

merupakan keniscayaan yang harus dilakukan dengan sebaik- baiknya.

Keberadaan perencanaan pembelajaran, berperan untuk lebih terarahnya

suatu proses pembelajaran agar dapat menghantarkan peserta didik kepada

tujuan pendidikan yang telah ditargetkan semula. Dari sini, peranan

perencanaan pembelajaran sangat diperlukan, karena ia merupakan sistem

keharusan yang harus dilalui oleh seluruh tenaga kependidikan dalam

melaksanakan sebuah pembelajaran dalam pendidikan. Perencanaan

pembelajaran yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam dunia

pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai fungsi sangat penting.

Dengan kata lain perencanaan pembelajaran mempunyai peran dalam

mensistimatiKIan inti pendidikan itu sendiri yaitu pelaksanaan pembelajaran

serta evaluasi keberhasilan dan kegagalannya.

Perencanaan pembelajaran berfungsi untuk membantu kelancaran

pembelajaran dan pengajaran di kelas, artinya dengan adanya perencanaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan baik, akan memberi dampak

baik secara langsung maupun secara tidak langsung, yang akhirnya akan

kembali pada keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran,

meSKIpun tidak dengan perencanaan akan diketahui penyebab tidak

tercapainya tujuan karena adanya evaluasi di dalamya.

Dalam kaitannya dengan perencanaan pembelajaran, guru dituntut untuk

(7)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.3 kenyatannya, dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengambil jalan

pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melakukan pembelajaran,

sehingga guru mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa persiapan,

disamping merugikan guru sebgai tenaga profesioanal juga akan sangat

mengganggu perkembangan peserta didik. Padahal sebenarnya para guru

menyadari persipan memiliki peran penting dalam pembelajara, namun masih

banyak guru sering tidak membuat persiapan mengajar, khusunya persipan

tetulis. Ada kalanya guru membuat persiapan mengajar tertulis hanya untuk

memenuhi tuntutan administratif atau disuruh oleh kepala sekolah karena akan

ada pengawasan ke sekolahannya.

Bertolak dari realitas dan fenomena di atas, maka eksistensi perencanan

pembelajaran di sekolah/madrasah menjadi sangat urgen, karena perencanaan

pembelajaran merupakan bagian keseriusan guru dalam mengurus pendidikan

dan tentu saja salah satu faktor keberhasilan dalam pencapain tujuan

pendidikan dan pembelajaran baik secara umum maupun khusus.

Tuntutan untuk merencanakan proses pembelajaran dengan baik (dalam

hal ini oleh tenaga pendidik/ guru) memang memerlukan usaha-usaha yang

baik pula, sensitif terhadap karakter, kemauan, kemampuan, potensi serta

talenta peserta didik. Dengan demikian, seorang guru yang profesioanal

dituntut untuk selalu konsentrasi dan bersungguh-sungguh dalam

mengusahakan perencanaan pembelajaran yang baik dan cocok dengan peserta

didiknya. Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan kajian

tentang: “Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Meningkatkan

Profesionalitas Guru pada Pembelajaran Al Quran Hadits dan SKI di MI”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar perencanaan pembelajaran?

2. Bagaimana konsep profesionalisme guru?

3. Bagaimana peran perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan

(8)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.4 C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep dasar perencanaan pembelajaran.

2. Untuk mengetahui konsep profesionalisme guru.

3. Untuk mengetahui peran perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan

(9)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.5 BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran

1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Berkenaan dengan perencanaan, ada beberapa pendapat para ahli

yang dikutip oleh Abdul Majid yaitu mendefinisikan perencanaan sebagai

berikut :

Menurut H. Newman. Perencanaan adalah menentukan apa yang

akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan

yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, menentukan kebijakan,

penentuan program, penentuan metode -metode dan prosedur tertentu dan

penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.

Terry menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan

yang harus dilaksanakan oleh kelompok yang harus dikerjakan untuk

mencapai tujuan yang digariKIan. Perencanaan mencakup kegiatan

pengambilan keputusan. Oleh karena itu diperlukan untuk mengadakan

visualisasi dan melihat kedepan guna merumuKIan suatu pola tindakan

untuk masa mendatang.

Banghart dan Trull mengemukakan bahwa, perencanaan adalah awal

dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat optimis yang

didasarkan atas kepercayaan bahwa dapat mengatasi berbagai macam

permasalahan. Sedangkan Nana Sudjana mengatakan bahwa perencanaan

adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang

tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.1

Kemudian menurut Wina Sanjaya, Perencanaan pembelajaran adalah

proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang

sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta

rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai pencapaian tujuan

tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang

ada. Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah

1 Abdul Majid. Perncanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart Kompetensi Guru.

(10)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.6 tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-hal di atas, sehingga

selanjutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman

dalam melaksanakan proses pembelajaran.2

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan

pembelajaran di sekolah atau madrasah dapat diartikan sebagai proses

penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan

pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi

waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan.

Dalam hal ini, perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk

menentukan tujuan umum dan tujuan khusus suatu organisasi atau

lembaga penyelenggara pendidikan berdasarkan dukungan informasi yang

lengkap. Setelah tujuan ditetapkan, perencanaan berkaitan dengan

penyusunan pola, rangkaian, dan proses kegiatan untuk mencapai tujuan,

dapat diukur dengan terpenuhinya faktor kerjasama perumusan

perencanaan, program kerja sekolah atau madrasah, dan upaya

implementasi program kerja tersebut dalam mencapai tujuan.

2. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan kurikulum secara mikro yang

menggambarkan tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran, kegiatan

belajar, dan alat evaluasi yang digunakan. Efektifitas perencanaan

pembelajaran tersebut sangat dipengaruhi beberapa prinsip. Sebelum kita

mempelajari prinsip-prinsip dalam perencanaan pembelajaran, sebaiknya

kita mengingat lagi tentang prinsip-prinsip kurikulum berbasis

kompetensi. Karena secara umum prinsip-prinsip kurikulum tersebut dapat

dijadikan landasan untuk perencanaan pembelajaran.

Menurut Sugeng Listiyo Prabowo & Faridah Nurmaliyah

mengemukakan bahwa, ada beberapa prinsip perencanaan pembelajaran

adalah meliputi :

2

(11)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.7 a. Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten. Dalam

melaksanakan perencanaan pembelajaran maka perencanaan

tersebut harus dilakukan oleh orang yang tepat.

b. Memiliki vasibilitas. Dalam melakukan perencanaan harus

diperhitungkan bagaimana perencanaan tersebut dilaksanakan.

Oleh karena itu, harus diperhitungkan proses yang akan dilalui

untuk dapat mencapai kompetensi yang telah direncanakan tadi.

Dalam kaitan dengan proses tersebut maka kemampuan

menyediakan sumber daya juga harus diperhitungkan.

c. Beracuan pada masa yang akan datang. Perencanaan yang dibuat

adalah apa yang akan diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun

waktu yang akan datang. Oleh karena itu apa yang akan dicapai

dalam perencanaan tersebut adalah sesuatu yang akan dicapai

dalam kurun waktu yang akan datang.

d. Berpijak pada fakta. Perencanaan yang dibuat memperhitungkan

berbagai realitas dan kondisi yang ada di sekolah/madrasah.

Utamanya berkaitan dengan kemampuan siswa, dan kemampuan

sekolah/madrasah menyediakan sumber daya.3

Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan landasan dalam penyusunan

perencanaan pembelajaran. Secara praktis dalam penyusunan perencanaan

pembelajaran kita harus sudah menguasai bagaimana menjabarkan

kompetansi dasar menjadi indikator, bagaimana dalam memilih materi

pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar, bagaimana memilih

alternatif metode mengajar yang dianggap paling sesuai untuk memcapai

kompetensi dasar, dan bagaimana mengembangkan evaluasi belajar.

Untuk membuat perencanaan yang baik, seorang pendidik harus

mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik, diantara

unsur-unsur tersebut antara laian : mengidentifikasi kebutuhan siswa,

tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan KIenario pembelajaran

yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi.

Lebih lanjut pengembangan persiapan pembelajaran harus memperhatikan

3 Sugeng Listiyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran, (Malang:

(12)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.8 minat dan perhatian peserta didik terhadap materi yang dijadikan bahan

kajian. Dalam hal ini peran pendidik bukan hanya sebagai transformator,

tetapi juga harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan

gairah belajar, serta mendorong siswa untuk belajar dengan menggunakan

berbagai variasi media, dan sumber belajar yang sesuai serta menunjang

pembentukan kompetensi pada siswa.

3. Fungsi dan Manfaat Perencanaan Pembelajaran

a. Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi di antaranya

seperti dijelaKIan berikut ini.

1) Fungsui Kreatif

Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang

matang, akan dapat memberikan umpan balik yang dapat

menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui

umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan

memeperbaiki program. Secara kreatif, guru akan selalu

memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal

baru.

2) Fungsi Inovatif

Suatu inovasi hanya akan mungkin muncul seandainya kita

memahami adanya kesenjangan antara harapan dan

kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap,

manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara

sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang

direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan

inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.

3) Fungsi Selektif

Adakalanya untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran

pembelajaran kita dihadapkan kepada berbagai pilihan

strategi. Melalui proses perencanaan kita dapat menyeleksi

strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk

(13)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.9 dapat menentukan pilihan yang tepat. Fungsi selektif ini juga

berkaitan dengan pemilihan meteri pelajaran yang dianggap

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui proses

perencanaan guru dapat menentukan materi mana yang sesuai

dan materi mana yang tidak sesuai.

4) Fungsi Komunikatif

Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaKIan

kepada setiap orang yang terlibat, baik kepada guru, pada

siswa, kepada sekolah bahkan kepada pihak eksternal seprti

kepada orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan

harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik

tentang tujuan dan hasil yang ingin dicapai, startegi atau

rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan. Oeh sebab itu,

perencanaan memiliki fungsi komunikasi.

5) Fungsi Prediktif

Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat

menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan

suatu treatment sesuai dengan program yang disusun. Melaui

fungsi prediktifnya, perencanaan dapat mmenggambarkan

berbagai kesulitan yang akan terjadi. Di samping itu, fungsi

prediktif dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.

6) Fungsi Akurasi

Sering terjadi, guru merasa kelebihan bahan pelajaran

sehingga mereka merasa waktu yang tersedia tidak sesuai

dengan banayaknya bahan yang harus dipelajari siswa.

Akibatnya, proses pembelajaran berjalan tidak normal lagi,

sebab kriteria keberhasilan diukur dari sejumlah materi

pelajaran yang telah disampaikan pada siswa tidak perduli

materi itu dipahami atau tidak. Perencanaan yang matang

dapat mengindari hal tersebut. Sebab, melalui proses

perencanaan guru dapat menerka setiap waktu yang

(14)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.10 dapat menghitung jam pelajaran efektif, melalui program

perencanaan.

7) Fungsi Pencapaian Tujuan

Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, akan

tetapi membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh bukan

hanya berkembang dalam aspek intelektual saja, akan tetapi

juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan demikian

pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni

sisi hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan

itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan secara

seimbang.

8) Fungsi Kontrol

Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses

pembelajaran tertentu. Melalui perencanaan kita dapat

menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap

oleh siswa, materi mana yang sudah dan belum dipahami

siswa. Dalam hal inilah perencanaan sebagai kontrol, yang

selanjutnya dapat memeberikan balikan kepada guru dalam

mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.4

b. Manfaat Perencanaan Pembelajaran

Dari berbagai definisi perencanaan pembelajaran di atas dapat

diketahui manfaat dan fungsi dari perencanaan pembelajaran yang

meliputi:

Pertama, memberikan kejelasan dalam pencapaian kompetensi

peserta didik, dan persyaratan yang diperlukan oleh peserta didik untuk

dapat mengikuti pembelajaran disekolah/madrasah tersebut. Kondisi

ini mengindikasikan bahwa perencanaan yang baik akan memudahkan

pelaksanaanya, bahkan jika disekolah/madrasah tersebut terjadi

berbagai perubahan personal dan kepemimpinan, masih dapat

dilaksanakan dengan mudah karena adanya perencanaan yang baik.

4

(15)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.11 Disisi lain adanya perencanaan dapat digunakan oleh menejemen

sekolah/madrasah untuk menentukan kualifikasi dan persyaratan lain

dibutuhkan oleh siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

Kedua, meningkatkan efisisensi dalam proses pelaksanaan.

Adanya perencanaan akan memberikan gambaran tentang kebutuhan

sumber daya yang diperlukan dalam mencapai kompetensi. Baik itu

sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. Dengan

diketahuinya berbagai kebutuhan sumber daya tersebut, maka proses

pengadaan sumber daya dapat ditentukan lebih dahulu. Selain itu

adanya perencanaan juga dapat menentukan proses yang tepat

sehingga terhindar dari proses yang tidak jelas dan berulang-ulang.

Ketiga, melaksanakan proses pengembangan berkelanjutan.

Adanya perencanaan dapat menetukan berbagai proses yang

diperlukan pada kurun waktu tertentu. Dengan memperhatikan

prioritas-prioritas yang harus dicapai, maka perencanaan pada saat ini

merupakan dasar dari perencanaan berikutnya, perencanaan berikutnya

merupakan dasar perencanaan berikutnya selanjutnya, demikian

seharusnya akan terjadi kesinambungan antara satu perencanaan

dengan perencanaan berikutnya, sehingga kemudian pengembangan

secara berkelanjutan akan dapat dilakukan.

Keempat, perencanaan dapat digunakan untuk menarik

stakeholder. Seringkali stakeholder yang akan bekerjasama dengan

sekolah/madrasah meminta sekolah/madrasah untuk menunjukkan

berbagai hal yang akan dikerjakannya pada masa yang datang. Jika

sekolah/madrasah memiliki perencanaan belajar yang jelas, maka

sekolah/madrasah tersebut dengan mudah dapat menunjukkan dan

meyakinkan apa yang akan dicapai lulusannya setelah mengikuti

proses belajar di sekolah/madrasah.5

Menurut Wina Sanjaya, manfaat dari perencanaan pembelajaran

adalah sebagai berikut :

5

(16)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.12 1) Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan terhindar

dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan. Artinya,

dengan perencanaan yang matang dan akurat, kita akan

mampu memprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan

dapat dicapai.

2) Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Seorang perencana

yang baik akan dapat memprediksi kesulitan apa yang akan

dihadapi oleh siswa dalam mempelajari materi tertentu.

Melalui perencanaan yang matang kita akan dengan mudah

mengntisipasinya sebab berbagai kemungkinan sudah

diantisipasi sebelumnya.

3) Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.

Melalui perencanaan, guru dapat menentukan sumber-sumber

mana saja yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu

bahan pembelajaran.

4) Perencanaaan akan membuat pembelajaran berlangsung

secara sistematis artinya, proses pembelajaran tidak akan

berlangsung seadanya, akan tetapi akan berlangsung secara

terarah dan terorganisir. Melalui perencanaan yang matang

guru akan bekerja setahap demi setahap untuk menuju

perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan.6

4. Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun perangkat

pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran yang dijabarkan mulai

dari standar isi sampai menjadi RPP, diuraikan berikut.

a. Membaca dan mendalami KI/KD suatu mata pelajaran dan

struktur kurikulum mapel pada kelas tertentu.

b. Memetakan KI/KD dengan tujuan (1) menentukan

karakteristik/kategori suatu kompetensi dasar (2) menentukan

cakupan materi, (2) menentukan pengetahuan prasarat yang

diperlukan untuk mencapai KD, atau (3) menata urutan penyajian

6

(17)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.13 kompetensi dasar dalam satu semester/ satu tahun. Format dan

penentuan tujuan pemetaan disesuaikan dengan karakteristik

mata pelajaran. Dengan mengetahui karakteristik KD dari

pemetaan dapat dilakukan penentuan waktu yang sesuai dan

model perencanaan pembelajaran berikutnya.

c. Menyusun program tahunan (prota) dengan cara (1) menentukan

jumlah minggu dalam 1 tahun (a), (2) menentukan jumlah

minggu yang tidak efektif (b), (3) menentukan minggu efektif

dalam satu tahun dengan cara a – b = c (minggu efektif dalam satu tahun), dan (4) menentukan jumlah jam pelajaran efektif

untuk tiap mata pelajaran dalam satu tahun dengan cara minggu

efektif dalam satu tahun x alokasi jam pelajaran (lihat struktur

kurikulum MI) = ... jam efektif mapel, (5) mengatur alokasi

waktu jam efektif dua semester(satu tahun) untuk pembelajaran

dan ulangan, (6) membagi jam efektif untuk ulangan, (7)

membagi waktu jam pelajaran efektif untuk semua kompetensi

dasar sesuai dengan karakteristik/cakupan KD yang telah

ditentukan pada pemetaan, dan (8) menuliKIan KD sesuai

dengan urutan KD dalam pemetaan beserta waktu yang

dialokasikan untuk KD tersebut. Minggu efektif tiap

sekolah/madrasah diatur sendiri asalkan dalam satu tahun tidak

kurang dari 34 minggu dan tidak lebih dari 38 minggu.

d. Menyusun program semester (prosem) dengan cara (1)

menentukan alokasi waktu jam efektif satu semester yang sudah

dituliKIan pada prota (pembelajaran dan ulangan), dan (2)

mendistribusikan jam efektif pembelajaran dan ulangan pada

rincian mingguan dalam tabel kalender akademik madrasah.

Urutan penyajian KD disesuaikan dengan pemetaan yang telah

dilakukan. Urutan TIDAK HARUS sama dengan urutan dalam

standar isi. Pengaturan urutan penyajian yang telah dirancang

pada pemetaan dituliKIan pada prosem. Contoh pada lampiran

(18)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.14 Prosem memberikan gambaran perencanaan penyajian KD satu

semester denga rincian penyajian tiap minggu dan distribusi

ulangan harian. Jumlah alokasi waktu per KD pada prosem diisi

sesuai dengan jam pelajaran yang ada pada prota. Bedanya,

program semester menggambarkan lebih rinci penyajian

kompetensi dasar pada minggu ke berapa dan pelaksanaan

ulangan pada minggu ke berapa.

e. Menyusun silabus yaitu menjabarkan semua KD menjadi

komponen-komponen silabus yaitu (1) identitas/tema mapel, (2)

KI/KD, (3) materi, (4) kegiatan pembelajaran, (5) indikator, (6)

penilaian, (7) alokasi waktu, dan (8) sumber belajar. Urutan

penulisan KD dalam silabus sesuai dengan pemetaan yang

dilakukan dan alokasi waktu sesuai dengan prota.

f. Menyusun RPP yaitu menjabarkan lebih lanjut silabus menjadi

lebih operasional terutama pada kegiatan pembelajaran dan

wujud alat penilaiannya. RPP menjabarkan pelaksanaan suatu

KD menjadi satu atau beberapa pertemuan sesuai dengan waktu

yang dimiliki. Komponen RPP mencakup (1) identitas/tema dan

alokasi waktu, (2) KI/KD, (3) tujuan pembelajaran, (4) materi,

(5) metode pembelajaran, (6) kegiatan pembelajaran, (7)

penilaian hasil belajar, dan (8) sumber belajar. Kompetensi dasar

pada RPP sesuai dengan kompetensi dasar pada silabus. Tiap-tiap

mapel diberi satu kompetensi dasar. RPP yang baik sudah

dilengkapi bahan ajar, instrumen penilaian yang siap pakai (ada

soal/perintah dan pedoman penilaian/ rubrik).7

B. Kajian tentang Profesionalitas Guru

1. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme yaitu faham yang mengajarakan bahwa setiap

pekerjaan harus dilakaukan oleh orang yang profesioa nal. Orang yang

profesional yaitu orang yang memiliki profesi. Secara harfiah kata profesi

7

(19)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.15 berasal dari kata profession yang berasal dari bahasa Latin profesus yang

berarti “Mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan”8

.

Vollmer dan Mill yang dikutip Peter Jarvis menyatakan bahwa

profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan

latihan yang khusus, tujuannya untuk menyediakan pelayanan

keterampilan atau advise terhadap yang lain dengan bayaran atau upah

tertentu.

Peter Jarvis mengutip pendapat Cogan profesi adalah suatu

“keterampilan yang dalam praktiknya didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu dari beberapa bagian pelajaran atau ilmu pengetahuan”.

Abin Syamsuddin mengartikan profesi sebagai suatu “Pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan

memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya.9

Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

ةعاَسلا رظتْناف هلْها رْيغ ىلإ رْمأا نْسا ا إ

Artinya: Apabi la suatu urusan (amanah) diserahkan kepada orang

yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.

Dari perspektif sosiologis, profesi adalah suatu pekerjaan yang

mengatur dirinya melalui suatu latihan wajib dan sistematis dan disiplin

kesejawatan, yang didasarkan atas pengetahuan teknis yang spesialis,

memiliki orientasi pelayanan dan bukan keuntungan serta dijunjung tinggi

melalui kode etiknya.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa profesi dapat

diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian,

yang didapat melalui pendidikan dan latihan tertentu, menuntut

persyaratan khusus, memiliki tanggung jawab dan kode etik tertentu pula.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

8 Buchari Alma, dkk, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar),

(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 115.

9

(20)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.16 kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma

tertentu serta memerlukan pendidikan profesi10.

2. Konsep Profesionalisme Guru

Profesionalisme mengarah kepada komitmen para anggota suatu

profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan

terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Profesinalisme guru

merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian11. Sementara,

guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Selain

itu, guru profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang

diajarkan, mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan

berkepribadian mantap.12

Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang memiliki

kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia

mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal.

Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki guru profesional

meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang

bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Syah merinci kompetensi

profesional guru ke dalam tiga aspek, yaitu kompetensi kognitif,

kompetensi afektif, dan kompetensi Kompetensi psikomotorik meliputi

kecakapan fisik umum dan khusus seperti psikomotorik. Kompetensi

kognitif meliputi penguasaan terhadap pengetahuan kependidikan,

pengetahuan materi bidang studi yang diajarkan, dan kemampuan

mentransfer pengetahuan kepada para siswa agar dapat belajar secara

efektif dan efisisen. Kompetensi afektif, yaitu sikap dan perasaan diri yang

10

Kunandar, Guru Profesional - Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 45.

11 Kunandar, h. 46.

12

(21)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.17 berkaitan dengan profesi keguruan, yang meliputi self concept, self

efficacy, attitude of self-acceptance dan pandangan seorang guru terhadap

kualitas dirinya. ekspresi verbal dan nonverbal.13

Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan

bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi

profesional. Kutipan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa yang dimaksud kompetensi pedagogik

adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud

kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,

orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi

profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas

dan mendalam.

3. Kriteria Guru Profesional

Guru memegang peranan yang strategis terutama dalam upaya

membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan

nilai-nilai yang diinginkan. Maka dalam hal ini sangat dibutuhkan

keprofesionalitasan seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut

Buchari dkk dalam buku Guru Profesional terdapat enam tugas dan

tanggung jawab guru dalam mengembangkan profesinya, yakni:

a. Guru bertugas sebagai pengajar

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan dan melaksanakan pengajaran.

b. Guru bertugas sebagai pembimbing

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing memberi

tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam

memecahkan masalah yang dihadapinya.

c. Guru bertugas sebagai administrator kelas

13

(22)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.18 Tugas dan tanggung jawab sebagai administrator kelas pada

hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang

pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.

d. Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum

Tanggung jawab guru dalam hal ini adalah berusaha untuk

mempertahankan apa yang sudah ada serta mengadakan

penyempurnaan praktik pengajaran agar hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan.

e. Guru bertugas untuk mengembangkan profesi

Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya ialah

tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai,

menjaga, dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab

profesinya.

f. Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat

Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat

berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai

bagian integral dari masyarakat serta sekolah sebagai

pemabaharu masyarakat. Untuk itu guru dituntut untuk dapat

menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan

pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Secara normatif, Pasal 20 UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan

Dosen, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru harus

melaksanakan 5 kewajiban, yaitu:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran.

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

c. Bertindak objektif dan tidak diKIriminatif atas dasar

(23)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.19 tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi

peserta didik dalam pembelajaran.

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan

kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesaatuan bangsa14.

Selain itu, guru profesional yang kompeten harus dapat menunjukkan

karakteristik utamanya, yaitu sebagai berikut:

a. Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional.

b. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan

kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dsb.)

tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.

c. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode

dan teknik, sarana dan instrumen, dsb.) tentang cara bagaimana

dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaannya.

d. Memahami perangkat persyaratan ambang (basic standard)

tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari

proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang

dapat diterima dari apa yang dilakukannya.

e. Memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam

malakukan tugas pekerjaannya.

f. Memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atau penguasaan

perangkat kompetensinya yang dalam batas tertentu dapat

didemonstrasikan dan teruji, sehingga memungkinkan

memperoleh pengakuan pihak berwenang15.

Menurut S. Nasution menyatakan ada 10 kriteria untuk menjadi guru

yang baik, yaitu:

a. Guru yang baik dapat memahami dan menghormati murid.

b. Memahami bahan pelajaran yang diberikannya.

c. Memilih metode yang sesuai.

d. Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan murid.

e. Memiliki tujuan tertentu dari setiap pelajaran.

14 Ibid., h. 126

15

(24)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.20 f. Tidak terikat dengan satu buku teks.

g. Tidak menyampaikan pengetahuan saja tapi berusaha membentuk

kepribadian anak.

C. Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru pada Pembelajaran Al Quran Hadits dan SKI di MI

1. Pembelajaran Al Quran Hadits

a. Pengertian

Al Quran secara istilah adalah firman Allah SWT yang menjadi

mu‟jizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi

oleh manusia, diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan

ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah

dan berpahala besar. Al quran merupakan wahyu Allah dan sekaligus

sebagai pedoman atau panduan hidup bagi umat manusia.

Selanjutnya Istilah Hadits telah digunakan secara luas dalam

studi keislaman untuk merujuk kepada teladan dan otoritas Nabi saw

atau sumber kedua hukum Islam setelah Al Quran. Kata hadits

merupakan isim yang secara bahasa berarti kisah, cerita, pembicaraan,

percakapan atau komunikasi baik verbal maupun lewat tulisan. Yang

dimaksud hadits adalah semua yang bersumber dari Rasulullah SAW

baik berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan beliau terhadap

pekerjaan atau perkataan orang lain.16

Jadi Al Quran Hadits yang dimaksudkan dalam pembahasan ini

adalah bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah

Ibtidaiyah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, bimbingan,

pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang

terkandung dalam Al Quran dan Hadits sehingga dapat diwujudkan

dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman dan taqwa kepada

Allah SWT.

16 M. abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta,

(25)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.21 b. Tujuan Pembelajaran Al Quran Hadits

Pembelajaran Al Quran-Hadits adalah bagian dari upaya untuk

mempersiapkan sejak dini agar siswa memahami, terampil

melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan Al Quran-Hadits

melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pembelajaran Al Quran-Hadits di

Madrasah Ibtidaiyah adalah agar murid mampu membaca, menulis,

menghafal, mengartikan, memahami, dan terampil melaksanakan isi

kandungan Al Quran-Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga

menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Inti

ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kegiatan pembelajaran Al Quran Hadits sebagai salah satu

bidang studi pada pendidikan Madrasah, mempuyai fungsi yang sama

dengan bidang studi yang lain, yaitu sebagai suatu kegiatan

pembelajaran yang mempunyai tujuan akhir yang sesuai dengan arah

Tujuan Pendidikan Nasional, dan tentunya merupakan bagian dari

upaya untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional pada jenjang

pendidikan tertentu.

Tujuan pembelajaran Al Quran Hadits dapat didefinisikan

sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah

menyelesaikan kigiatan pembelajaran bidang studi Al Quran Hadits

dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan mata pelajaran Al Quran

Hadits menggambarkan bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut dalam perencanaan

pembelajaran di sekolah. Tujuan ini menjadi acuan dari bentuk-bentuk

pengalaman belajar yang dicapai siswa setelah mempelajari mata

pelajaran tersebut pada jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu,

tujuan semacam ini dapat memberikan tuntutan kepada pelaksana

perencanaan pembelajaran sekolah tentang materi pembelajaran Al

Quran Hadits yang dapat dikembangkan dan disajikan.17

17

(26)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.22 2. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

a. Pengertian

Sejarah dianggap salah satu bidang studi pendidikan agama.

Yang dimaksud dengan sejarah di sini adalah studi tentang riwayat

hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat, dan imam-imam pemberi

petunjuk yang diberikan kepada murid sebagai contoh teladan yang

utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan

pribadi maupun kehidupan sosial.

Kebudayaan Islam merupakan hasil pikir dan karya manusia

yang didasarkan kepada pemahaman Islam yang beragam. Artinya,

kebudayaan Islam lahir dari pemahaman ajaran yang mengatur

kehidupan masyarakat yang menganut agama Islam sejak datangnya

wahyu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Islam

mencakup tidak hanya hasil pikiran dan karya umat Islam saja, tetapi

meliputi pula totalitas pikir dan karya orang-orang yang hidup dan

bernaung di bawah panji-panji Islam, baik bangsa Arab ataupun non

Arab.18

Berangkat dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa yang di

maksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah catatan lengkap

tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh umat islam untuk

kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia.

b. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Mempelajari sejarah dalam hal ini sejarah kebudayaan Islam

memiliki tujuan yang penting bagi kehidupan kita untuk zaman

sekarang maupun untuk zaman yang akan dating, diantaranya yaitu:

1) Untuk mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai

asal-usul khazanah budaya dan kekayaan di bidang lainnya

yang pernah diraih umat Islam dimasa lampau dan

mengambil „ibrah (pelajaran) dari kejadian tersebut.

2) Untuk membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab,

dengan mempelajari SKI generasi muda akan mendapatkan

18

(27)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.23 pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh

atau generasi terdahulu.

3) Agar siswa dapat memilah dan memilih mana aspek sejarah

yang perlu dikembangkan dan mana yang tidak perlu

dikembangkan. Mengambil pelajaran baik dari suatu umat

dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik.

4) Agar siswa mampu berfikir secara kronologis dan memiliki

pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk

memahami dan menjelaskandan perkembangan, perubahan

masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam dimasa

lampau.19

3. Peran Perencanaan Pembelajaran dalam Meningkatkan Profesionalitas

Guru

Pada dasarnya perencanaan pembelajaran di sekolah/madrasah

adalah sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media

pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian

dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Guru merupakan pemeran utama dalam proses pembelajaran

sehingga dalam sistem pembelajaran di kelas maupun di luar kelas tetap

menempatkan guru pada tempat yang penting. mengajar merupakan suatu

kegiatan yang sangat komplek, sulit untuk menentukan tentang bagaimana

mengajar yang baik atau bagaimana guru yang profesional, karena setiap

guru mempunyai cara tersendiri untuk mencapai tujuan mengajarnya. Guru

dikatakan profesional dalam mengajar secara umum harus mempunyai

keterampilan khusus yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.

Keterampilan khusus yang harus dimiliki yaitu menyusun

perencanaan/program pembelajaran atau persiapan mengajar,

melaksanakan perencanaan pembelajaran denga baik serta mengevaluasi

hasil perencanaan pembelajaran.

19

(28)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.24 Pembahasan tentang perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan

profesionalitas guru ini bertitik tolak pada kedua uraian di atas. Dalam

pelaksanaan pembelajaran, perencanaan pembelajaran mempunyai peran

yang sangat penting untuk memandu guru dalam melaksanakan tugasnya

dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Karena rencana

pembelajaran baik secara tertulis atau tidak tertulis adalah gambaran

bagaimana guru akan memulai kegiatan belajar mengajar berlangsung

nantinya. Perencanaan pembelajaran itu penting sebagai bahan acuan

untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Namun, dalam merencanakan

haruslah mempertimbangkan aspek-aspek yang mampu mengacu terhadap

kurikulum sekolah, kegiatan pembelajaran yang aktif komunikatif serta

memberikan pemehaman yang konkrit atau jelas bagi para siswanya.

Melalui perencanaan yang matang kita dapat menginventarisir

hal-hal yang dibutuhkan. Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan?

Hal ini disebabkan beberapa hal.

Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana

apa pun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru. Proses tersebut

diarahkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian semakin kompleks

tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula proses

pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks pula perencanaan yang

harus disusun oleh guru.

Kedua, pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran

minimal akan melibatkan guru dan siswa. Dengan demikian, dalam proses

pembelajaran guru dan siswa perlu bekarja sama secara harmonis. Di sini

pentingnya perencanaan pembelajaran. Guru perlu merencanakan apa yang

harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa yang sebaikanya

diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran.

Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks.

Pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan

tetapi juag suatu proses pembentukan perilaku siswa. Itulah sebabnya

(29)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.25 memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Kemungkinan-kemungkinan itulah yang selanjutnya memerlukan

perencanaan yang matang dari setiap guru.

Keempat, proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan

berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan

berabagai sumber belajar. Untuk itu perlu perencanaan yang matang

bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan

pembelajaran secara efektif dan efisien.

Disamping itu, tingkat kompetensi guru yang tinggi akan sangat

mendukung terhadap pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang telah

dibuat sebelumnya. Dengan begitu, pelaksanaan terhadap perencanaan

pembelajaran tersebut akan lebih maksimal lagi. Hal ini dikarenakan

bahwa seorang guru yang profesional akan menguasai proses

kependidikan, keguruan termasuk didalamnya adalah pembelajaran

terhadap siswa.

Ini membuktikan bahwa perencanaan pembelajaran

memudahkan/membantu guru dalam proses kegiatan belajar yang akan

dilaksanakan, selain itu juga fungsi dari perencanaan ini adalah sebagai

bahan evaluasi bagi guru untuk menyempurnakan perencanaan yang akan

(30)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.26 BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas tentang konsep dasar perencanaan

pembelajaran, konsep profesionalisme guru dan peran perencanaan

pembelajaran dalam meningkatkan profesionalisme guru dapat ditarik

kesimpulan.

Perencanaan pembelajaran di sekolah atau madrasah dapat diartikan

sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,

penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu

alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

Profesinalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas

suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang

berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Guru

yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan

untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Selain itu, guru

profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkan,

mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan berkepribadian mantap.

Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perencanaan pembelajaran

yang sudah matang (tersusun dengan baik) dan dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh (secara maksimal) akan meningkatkan profesionalitas guru. Sehingga

perencanaan ini akan menjadi sebagai bahan evaluai bagi guru serta dapat

dijadikan pedoman/acuan untuk kegiatan pembelajaran di masa mendatang.

B. Saran

Dari hasil studi tentang “perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan profesionalitas guru”, maka penulis masih perlu memberikan saran-saran baik kepada pihak sekolah, kepada para guru, anak didik, agar nantinya

pelaksanaan perencanaan pembelajaran akan lebih baik dan kualitas serta

(31)

Perencanaan Pembelajaran dan Profesionalisme Guru 4.27 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. Abdul Qadir. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Alma, Buchari. dkk. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta, 2010.

analisis-kurikulum-riyani17.blogspot.com, diakses tanggal 28/10/2014.

Kunandar. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Majid, Abdul. Perncanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart Kompetensi Guru. Bandung: Rosdakarya, 2007.

Prabowo, Sugeng Listiyo dan Faridah Nurmaliyah. Perencanaan Pembelajaran. Malang: UIN Maliki Press, 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

Proses pembuatan jamu yang dilakukan oleh ketiga penjual jamu di wilayah Ngawen dapat dikatakan sebagian besar prosedur pembuatannya telah sesuai dengan Cara Pembuatan

[r]

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan