• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BEK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BEK (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM KONSEP GOOD GOVERNANCE TAHUN 2013

Furqanda Labarza

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya ABSTRAK

Penelitian yang berjudul Pembangunan Ruang Terbuka Kota Bekasi Dalam Konsep Good Governance Tahun 2013 menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah Kota Bekasi dalam membangun ruang terbuka hijau di Kota Bekasi serta relasi dengan swasta dan juga LSM dalam konsep Good Governance Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relasi antara pemerintah, swasta dan LSM dalam membentuk konsep ideal pembangunan ruang terbuka hijau.

Pemerintah Kota Bekasi dalam menjalankan strategi pembangunan ruang terbuka hijau melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Good Governance strategi yang dilakukan pemerintah adalah untuk memaksimalkan lahan yang terbatas dengan pembangunan ruang terbuka hijau yang efektif dan efisien dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat dan swasta. Dalam rangka pembentukan konsep ideal yang efektif dan efisien pemerintah memberdayakan LSM dan sweasta dalam pembentukan konsep ruang terbuka hijau namun otoritas dalam menentukan konsep ruang terbuka hijau di Kota Bekasi tetap ditangan pemerintah Kota Bekasi.

Kata Kunci : Good Governance, Ruang Terbuka Hijau, Pembangunan Berkelanjutan

ABSTRACT

Furqanda Labarza (2015). Political Science Program Faculty of Social and Political Sciences, University of Brawijaya. Good Governance Practices in Green Open Space Development Bekasi City Supervisor Mara'tul Mahmudah 2013. Period, SIP M.SI and Realina Akbar, S.IP. M.IP.

The study, entitled Development of Bekasi City open space in the Concept of Good Governance in 2013 using a qualitative method aims to determine strategies government of Bekasi in building a green open space in the city of Bekasi and relations with the private sector and NGOs in the concept of Good Governance In addition, this study aims to determine the relationship between government, private sector and NGOs in shaping the ideal concept of green open space development.

Bekasi City Government in implementing development strategies of green open space implementing measures in accordance with the principles of good governance contained in the government's strategy is to maximize the limited land with green open space development of effective and efficient by involving NGOs and private . In order to establish the ideal concept of effective and efficient government and private empower NGOs in the formation of the concept of green open space, but the authorities in determining the concept of green open space in the city of Bekasi remains with the City of Bekasi.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan infrastruktur di Indonesia hingga saat ini terus dilakukan dengan tujuan memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh rakyat Indonesia. Namun ditengah pembangunan infrastruktur yang begitu banyak dilakukan oleh pemerintah Indonesia harus tetap memperhatikan aspek lingkungan dan tata ruang wilayah dalam setiap produk sistem politik pembangunan yang notabene sudah menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan pemegang kontrol tertinggi, karena kedua hal tersebut, yaitu aspek lingkungan dan tata ruang sangat berpengaruh terhadap proses sistem politik pembangunan secara menyeluruh.

Mengingat dari berbagai sumber yang penulis temukan bahwa pembangunan di Indonesia sendiri banyak sekali yang tidak memperhatikan dampak lingkungan dalam menyusun sebuah pembangunan tata ruang di suatu wilayah. Dalam menyusun pembangunan fisik tata ruang wilayah harus memasukan aspek lingkungan dalam menyusun sebuah tata ruang wilayah, RTH sebagai aspek pelayanan dasar terhadap masyarakat1 sebagai sebuah konsepsi penyeimbang antara pembangunan fisik tata ruang wilayah dan aspek lingkungan harus dimasukan dalam pengambilan keputusan mengenai pembangunan tata ruang wilayah sebagai langkah untuk mengantisipasi dampak negatif lingkungan.

Berdasarkan hal yang dijelaskan diatas, mengingat pentingnya Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH dalam pembangunan tata ruang wilayah maka pemerintah pusat menggalakan sebuah program penyediaan RTH sebesar 30 persen. Penyediaan 30 persen ini memang bukan sembarangan karena pemerintah pusat melihat fenomena pembangunan yang mempengaruhi kondisi 7E (Ekologi, Ekonomi, Energi, Employment, Equity, Etika, dan Estetika).yang ada2 maka pemerintah berfokus untuk meningkatkan

1Sumber : Draft Peraturan Pemerintah Mengenai Standar Pelayanan Perkotaan

(3)

kembali fungsi ekologis di di wilayah perkotaaan. Pemerintah pusat menerapkan ketentuan

ini kepada setiap kepala daerah di Indonesia untuk terus meningkatkan fungsi ekologi,

terutama RTH sebagai pelayanan kebutuhan dasar kepada masyarakat.

Kota Bekasi sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan salah satu Kota dengan

konsep barang dan jasa, berdasarkan jumlah kuota penduduk untuk disebut sebagai kota

besar. Berdasarkan undang-undang dan peraturan menteri dalam negeri yang sudah

ditetapkan maka Pemerintah Kota Bekasi wajib memenuhi ketentuan kuota 30% tersebut.

Mengingat, kota bekasi sebagai kota penyangga Ibukota sudah menjadi barang tentu kota

bekasi harus menyeimbangkan pembangunan dengan Ibukota Jakarta dalam segi infrastruktur

dan ekonomi. Tercatat berdasarkan data dari web resmi Pemerintah Kota Bekasi bahwa

tercatat dalam tahun ini saja pembangunan infrastruktur Kota Bekasi akan membenahi sekitar

2300 proyek pembangunan3. Seperti yang dijelaskan bahwa pembangunan infrastruktur di

Indonesia saat ini, tidak terkecuali kota bekasi sangat mempengaruhi fungsi ekologis yang

ada.. Sebagai contoh Kota Bekasi tahun 2013 saja sudah membangun sebuah jembatan

terpanjang di Kota Bekasi serta mall terbesar di Kota Bekasi untuk memberikan pelayanan

yang terbaik terhadap masyarakat, namun disamping akan memberikan pelayanan terbaik

terhadap masyarakat penyediaan RTH sangatlah penting.

Oleh karena itu pemerintah Kota Bekasi dalam mewacanakan penerapan RTH di Kota

Bekasi mengatur dalam peraturan daerah Kota Bekasi nomer 10 tahun 2011 tentang

kebersihan, keindahan dan ketertiban. Di dalam perda tersebut diatur jelas mengenai RTH

bahwa pemanfaatan RTH di Kota Bekasi selain untuk keperluan mengurangi dampak

lingkungan akibat pembangunan harus dilakukan sesuai dengan izin pemerintah4, ini

merupakan sebuah itikad baik dari pemerintah kota bekasi untuk melindungi RTH di kota

3www.Bekasikota.org

(4)

bekasi sebagai amanat untuk turut serta membantu pemerintah pusat dalam meningkatkan

kembali fungsi-fungsi ekologi terutama di wilayah perkotaan.

Pemerintah Kota Bekasi dalam penerapan RTH tidak dapat bekerja sendirian, menurut

pemerintah Kota Bekasi bahwa kuota RTH sebesar 30 persen bukanlah hanya tanggung

jawab dari pemerintah Kota Bekasi saja namun 30 persen dari kuota keseluruhan, karena

berdasarkan Undang-Undang dijelaskan bahwa pembagian kuota RTH sangat jelas yaitu 20

persen untuk publik dan 10 persen untuk privat. Berarti bahwa terdapat pembagian yang jelas

disana bahwa swasta dalam pembangunan infrastruktur di Kota Bekasi harus turut membagi

10 persen dari total 30 persen kuota RTH yang harus dipenuhi. Sebagai contoh bahwa di Kota

Bekasi terdapat pihak swasta yang turut serta membangun infrastruktur, dan hal tersebut

disambut baik oleh pemerintah Kota Bekasi. Pembangunan jembatan layang oleh

Summarecon (pengembang) bahwa jembatan layang tersebut bernilai 200 miliar dan

jembatan tersebut dibiayai oleh Summarecon sepenuhnya namun jembatan tersebut menjadi

aset milik Kota Bekasi sepenuhnya.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau memberikan informasi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta hubungan antar fenomena yang tengah diselidiki.

(5)

penulis memilih Kota Bekasi sebagai fokus penelitian. Fokus lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu dinas tata kota, dinas lingkungan hidup, LSM Sapulidi Kota Bekasi, PT. Summarecon Bekasi yang memiliki kaitan dengan penerapan Pembangunan RTH Kota Bekasi

Fokus penelitian merupakan bagian yang paling penting dalam sebuah penelitan, pasalnya melalui fokus penelitian peneliti akan membatasi masalah yang akan diteliti. Fokus penelitian juga ditujukan agar penelitian ini bisa lebih terarah dan lebih terperinci serta tidak menyimpang dari rumusan masalah yang ditetapkan diawal. Berdasarkan uraian tersebut, maka fokus dalam penelitian ini adalah terkait pada sistem relasi terkait pembangunan RTH Kota Bekasi periode 2013 yang melibatkan segitiga Governance.

Informan kunci dalam penelitian ini adalah anggota dari Dinas Tata Kota Bekasi yang berwenang mengkoordinasikan dinas-dinas terkait dalam perencanaan dan pembangunan ruang terbuka hijau Kota Bekasi. Kemudian untuk Informan pendukung penulis mengambil Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bekasi sesuai dengan bidangnya dalam proses sosialisasi mengenai ruang terbuka hijau. Summarecon Kota Bekasi dan Juga LSM Sapulidi juga merupakan informan yang direkomendasikan oleh informan sebelumnya untuk mengkaji mengenai relasi dari segitiga Governance. Pemilihan informan ini dilakukan agar penelitian berjalan dengan efektif, sistematis dan efisien. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode purposive dengan pemilihan informan secara terstruktur. Dalam penelitian ini penulis membagi atas informan kunci dan informan pendukung.

a. Informan Kunci

(6)

a. Informan Pendukung

Dalam penelitian ini yang termasuk kedalam informan pendukung adalah badan pengelola lingkungan hidup Kota Bekasi sebagai partner yang turut bertanggung jawab dibawah dinas tata kota. Selain itu untuk menganalisis segitiga Governance penulis melibatkan pihak swasta yaitu Summarecon Kota Bekasi serta lembaga swadaya masyarakat Sapulidi yang terletak di Kota Bekasi teknik pengumpulan data menggunakan tiga hal, yaitu :

a. Indepth Interview atau wawancara

Mengadakan wawancara langsung dengan responden, dalam hal ini yaitu anggota Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, DPRD Kota Bekasi, LSM terkait, Pengembang (Swasta) di Kota Bekasi yang berkaitan dengan Pembangunan RTH.

b. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan memperoleh informasi yang berkaitan dengan kebijakan yang ada seperti undang – undang, peraturan, dokumen resmi. Dengan demikian, dari studi dokumentasi akan diperoleh gambaran jelas mengenai isi dari substansi kebijakan yang ada

b. Studi Literatur

Studi literatur merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Selain itu, studi literatur juga dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan suatu fenomena maupun gambaran jelas mengenai isi dan substansi yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu permasalahan.

(7)

makna yang ada dibalik informasi, data dan proses suatu fenomena sosial. Setiap data yang nantinya didapat dari penelitisn di lapangan akan dianaliss mendalm. Adapun teknik analisa data pada penelitian ini mengacu pada konsep interactive model oleh Miles dan Huberman5, yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus dalam penelitian kualitatif. Dengan reduksi data, peneliti dapat memilih data yang dikode, dibuang, pola mana yang meringkas sebagian data yang tersebar, dan cerita yang sedang berkembang sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang Pembangunan Ruang Terbuka Hijau dalam Konsep Good Governance Tahun 2013.

2. Penyajian Data

Data yang telah didapatkan dan disusun sehingga mampu untuk dibuat sebuah kesimpulan. Pada penelitian kualitatif penyajian data berupa teks naratif termasuk data yang berupa angka diuraikan dalam bentuk kata dan kalimat

3. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan salah satu kegiatan dari konfigurasi penelitian yang utuh. Selama penelitian berlangsung, verifikasi juga dilakukan untuk tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, ide-ide baru yang melintas di pikiran atau dilakukannya peninjauan kembali hasil penelitian. Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari data yang didapatkan dari Dinas Tata Kota sebagai objek penelitian dan juga dari teori yang digunakan sehingga dapat menarik kesimpulan yang sesuai dengan alur penelitian

(8)

PEMBAHASAN

Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi tahun 2013 merupakan momentum yang sangat baik di Kota Bekasi, Kota Bekasi terus membangun infrastuktur di Kota Bekasi juga dibarengi dengan dibutuhkanya aspek lingkungan di setiap pembangunan di Kota Bekasi. Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi merupakan salah satu aspek lingkungan yang terpenting oleh karena itu dalam bahasan dibawah akan membahas mengenai strategi pemerintah dalam membangun Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi serta keterlibatan dan relasi segitiga Governcance, yaitu : LSM, Swasta dan Pemerintah dalam membangun Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi dengan menggunakan dua teori, yaitu : Produksi ruang dan Good Governance.

a. Good Governance

Tata Pemerintahan merupakan suatu mekanisme interaksi para pihak terkait yang berada di lembaga pemerintah, lembaga legislatif dan masyarakat, baik secara pribadi maupun kelompok untuk bersama-sama merumuskan berbagai kesepakatan yang berkaitan dengan manajemen pembangunan dalam suatu wilayah hukum atau administratif tertentu. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan di daerah memerlukan dasar atau prinsip Tata Pemerintahan daerah yang baik, yang dapat menjadi acuan bagi tercapainya tujuan pemberian otonomi yang mempunyai fungsi :

a. Peningkatan pelayanan aparatur pemerintah di daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,

b. Pengembangan kehidupan demokrasi, peningkatan rasa kebangsaan, keadilan, pemerataan, dan kemandirian daerah serta,

c. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

(9)

the private sector for the adminstration of country or state. Artinya, kepemerintahan yang baik itu adalah suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani dan sektor swasta. Karena itu, untuk terwujudnya kepemerintahan yang baik, diperlikan dialog antara pelaku-pelaku penting dalam negara agar semua pihak merasa memiliki tata pengaturan tersebut. Tanpa kesepakatan yang dilahirkan dari dialog ini, kesejahteraan tidak akan tercapai karena aspirasi politik maupun ekonomi rakyat tersumbat

Dalam teori Good Governance ini penulsi mengambil kriteria pemerintahan yang baik oleh Osborne karena penulis nilai relevan untuk menjelaskan mengenai pembangunan ruang terbuka hijau Kota Bekasi dan penulis nilai hal ini relevan untuk menjabarkan hubungan antara pemerintah Kota Bekasi, swasta dan komunitas masyarakat. Berikut paparan kriteria tata kelola pemerintahan yang baik menurut Osborne :

a. Katalik

Pemerintah Kota Bekasi harus lebih banyak mengarahkan daripada mengerjakan sendiri (steer rather than row)Dalam hal pelayanan publik, pemerintah hanya menyediakan tetapi tidak menyelurkanya sendiri secara langsung.

b. Memberdayakan Komunitas

Pemerintah harus mampu mendorong kelompok-kelompok lokal untuk mengatasi masalahnya sendiri. Birokrasi pemerintah tidak perlu mendikterkan solusi yang bersifat birokratik.

c. Lebih Kompetitif tidak memonopoli

Pemerintah meredegulasi atau menswastakan aktivitas yang mampu dilaksanakan oleh sektor swasta atau organisasi sosial agar lebih efektif dan efisien.

(10)

Pemerintah memberi keleluasaan kepada aparatnya untuk menemuka cara terbaik dalam pelaksanaan tugas.

e. Orientasi Hasil

Pemerintah harus mampu dan lebih memilih kegiatan yang lebih menghasilkan dan tidak boleh hanya berfokus kepada input.

f. Fokus ke pelanggan

Kepentingan warga harus lebih diutamakan daripada kepentingan birokrasi dalam pelayanan publik.

g. Menghasilkan uang

Pemerintah harus mengubah orientasinya dari sekedar menghabiskan uang ke menghasilkan uang.

h. Antisipatif

Pemerintah harus berinvestasi untuk mencegah munculnya masalah, bukan mengatasi masalah setelah ia terjadi.

b. Produksi Ruang

Karya terobosan dalam teori ruang neo-Marxian adalah The Production of space karya Henry Lefebvre. Dalam the Production of Space Lefebvre membahas mengenai hubungan alam dengan manusia, yang disiratkan dalam karyanya sebagai buruh. Buruh yang sering disebutkan dalam karyanya terinspirasi dari karya marxian. Menurutnya dalam perkembanganya jika berbicara mengenai ekonomi politik yang tersirat hanya berdasarkan tigas aspek, yaitu : Buruh, Produk, dan Produksi. Setiap membicarakan mengenai ekonomi politik yang terpintas hanyalah bagaimana buruh memproduksi produk6. Sangat tersirat bahwa pendapat dari marx mengenai ekonomi politik hanya berkutat dalam ketiga hal

(11)

tersebut. Lefebvre dalam karyanya Production of Space sedikit mengkritik hal tersebut, menurutnya harus dapat dibedakan antara produk dan alam serta produksi dengan hal yang sudah tercipta oleh metode tuhan (Creates). DI dalam memproduksi ruang terdapat 3 hal diatas atau yang lebih dikenal sebagai Triad spatial, terdiri dari tiga hal, yaitu :

a. Spatial Practice (Praktek Spasial)

Spatial practice dalam konsepsi ini sebagai proses yang dirasakan oleh masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Praktek spasial ini yang sering dikaitkan mengenai kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat akan suatu produksi akan ruang, hal ini yang nantinya menjadi bahan untuk pembuat kebijakan dalam menyediakan ruang bagi masyarakat oleh karena itu spatial practice disebut sebagai perceived space atau ruang yang dirasakan.

b. Representation of space

Representation of space adalah bagian design untuk menciptakan sebuah ruang yang dinaksud adalah setelah mendapat masukan masyarakat dalam ruang yang dibutuhkan dan ruang yang dirasakan oleh masyarakat, disinilah tempat penentuan terjadinya pembentukan ruang, akan diarahkan kearah ruang kapitalis atau ruang sosial .

c. Representational of space

Representational of space adalah hasil dari proses representation of space, setelah dari

hasil yang dihasilkan di representation of space. Hasil dari kelompok kontrol yang menciptakan sebuah ruang kontrol untuk masyarakat. Hal ini yang nantinya menjadi sarana kontrol untuk masyarakat melalui ruang, menuju ruang sosial atau kapitalis. c. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Kota Bekasi Dalam Konsep Good Governance

Tahun 2013

(12)

berkelanjutan. Pembangunan yang mengedepankan lingkungan hidup sebagai momok masa depan utama yang paling harus diperhatikan. Salah satu perwujudan dari pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan Ruang Terbuka Hijau. Kota Bekasi sebagai salah satu pelaksana dari UU no. 26 tahun 2007 yang mengatur mengenai penataan ruang yang salah satu poin di dalamnya mengenai pemenuhan kuota 30% Ruang Terbuka Hijau. Kota Bekasi juga harus turut melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut dengan rincian 10 % untuk privat dan 20 % untuk RTH publik. 10 % dari RTH keseluruhan adalah tugas dari swasta dan pengembang dan 20 % sisanya adalah tugas dari pemerintah Kota Bekasi.

Dalam pembangunan RTH di Kota Bekasi sendiri, pemerintah sebenarnya sudah merumuskan tugas dalam pembangunan RTH di Kota Bekasi. Di dalam penelitian ini objek penelitian dari pemerintah adalah dinas tata kota dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Dengan tugas :

Pertama, Merencanakan dan Mendata ketersediaan RTH di Kota Bekasi. Merencanakan sebagai bagaian dari dukungan terhadap RTRW Kota Bekasi yang sudah disepakati oleh seluruh SKPD yang ada. Sehingga setelah merencanakan sesuai dengan ketentuan setelah itu membuat sebuah sistem informasi mengenai update terbaru dari jumlah RTH yang tersebar di Kota Bekasi.

Kedua, Bertugas menyediakan luasan, sebaran dan jenis RTH yang memadai serta memiliki tugas untuk membangun, memperbaiki dan memelihara RTH publik sebagai salah satu komponen peningkat daya tampung lingkungan dengan tetap mempertahankan fungsi ekologis yang diembanya.

(13)

Sesuai konsep yang dikemukakan oleh Osborne dalam menjabarkan kriteria mengenai tata kelola pemerintahan yang baik yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bekasi, adalah :

c. Pemerintah sebagai katalik, dalam hal ini sangat jelas terlihat bahwa pemerintah didalam melakukan aktivitas hanya sebagai pengarah. Terbukti dari beberapa strategi yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam melakukan strategi intensifikasi dan perawatan misalnya, pemerintah dalam hal ini menyadari tidak dapat melakukan sendirian terkait dengan intensifikasi dan perawatan yang berkelenjutan. Oleh karena itu pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak swasta dalam melakukan intensifikasi lahan, pemerintah hanya menyediakan lahan yang harus di intensifikasi melalui beberapa persyaratan yang harus diperhatikan oleh pihak swasta, seperti tanaman apa saja yang harus ditanam kembali dalam sepetak lahan yang akan di intensifikasi. Dalam masalah perawatan untuk melakukan sosialisasi mengenai cara perawatan, pemerintah tidak melakukan sosialisasi tersebut sendirian, pemerintah melimpahkan hal tersebut kepada LSM untuk mensosialisasikan kepada masyarakat di wilayah yang harus diperhatika ruang terbuka hijau nya. Pemerintah dalam hal ini hanya memberikan pengarahan kepada pihak LSM untuk cara dan bahan-bahan apa saja yang akan disosialisasikan. d. Pemerintah memberdayakan komunitas, dalam konsepsi mengenai tata kelola

(14)

dengan pihak perseorangan yang bersangkutan untuk diajak negosiasi mengenai pembelian lahan tanah, dengan membayar sejumlah uang. Namun terkadang hal tersebut dalam menentukan sejumlah harga, pemerintah dan masyarakat sangat jarang menemui kata sepakat. Oleh karena itu pemerintah memberdayakan LSM untuk menjadi mediator mengenai kesepakatan harga, walau tidak selalu berhasil namun inilah upaya pemerintah untuk melibatkan komunitas masyarakat dalam kegiatan pembangunan ruang terbuka hijau.

e. Pemerintah harus lebih kompetitif dan tidak memonopoli, hal ini terlihat dari strategi intensifikasi dan perawatan ruang terbuka hijau publik. Kita ketahui bersama bahwa ruang terbuka hijau publik adalah tanggung jawab pemerintah untuk melakukan intensifikasi dan perawatan secara rutin, namun dalam hal ini pemerintah Kota Bekasi memberdayakan pihak swasta dalam hal intensifikasi dan perawatan, hal ini dibuktikan dari setiap perawatan rutin dan intensifikasi, pemerintah memberdayakan pihak ketiga untuk melakukan intensifikasi lahan dan perwatan rutin. Untuk hal-0hal teknis pemerintah memang lebih menyerahkan kepada pihak swasta untuk mengerjakanya. f. Pemerintah juga harus lebih berfokus kepada misi ketimbang peraturan, hal ini terbukti

dari yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bekasi. Misi pemerintah Kota Bekasi adalah untuk menyejaterahkan rakyat, memang secara peraturan mengenai kuota pemenuhan ruang terbuka hijau sebesar 30 %, pemerintah Kota Bekasi belum mencapai kuota tersebut. Namun disisi lain pembangunan yang dilakukan oelh pihak swasta juga memberikan keuntungan untuk pemerintah Kota Bekasi. Hal ini pun yang dilakukan oelh pemerintah Kota Bekasi. Sehingga pemerintah mengintegrasikan hal-hal yang berbau lingkungan dan berbau ekonomis, sehingga harapan dari Kota Bekasi adalah tercapainya kedua hal tersebut secara bersamaan.

(15)

pembangunan ruang terbuka hijau di Kota Bekasi selalu mengharapkan mengenai hasil yang lebih optimal. Karena itu dalam validasi harus adanya bantuan dari pihak ketiga dan juga masyarakat untuk memberikan hasil yang valid dan optimal. Oleh karena itu pemerintah membagi peran antara pemerintah dan juga swasta serta massyarakat, sebagai pemerintah dengan tata kelola pemerintahan yang baik harus berorientasi hasil. h. Pemerintah dalam tata kelola pemerintahan yang baik harus berorientasi kepada

kepuasan masyarakat dalam melakukan pembangunan ruang terbuka hijau Kota Bekasi. Hal ini pemerintah lakukan dengan melakukan strategi pembelian lahan, pemerintah disini sebagai pihak yang memimpin Kota Bekasi tidak semena-mena menentukan harga untuk titik yang akan dijadikan sebagai ruang terbuka hijau. Selalu ada komunikasi dua arah dari pemerintah dan masyarakat.

i. Pemerintah dapat menghasilkan uang, melalui kriteria ini penulis melihat pemerintah melakukanya dalam dua strategi, yaitu pembelian lahan dan pembangunan berbasis lingkungan. Penulis melihat bahwa peemrintah berfokus untuk mencari keuntungan kepada swasta, yang pertama adalah peemrintah meminta dana Corporated Social Responsibility terkait dengan pebelian lahan, dana tersebut dapat dipakai sebagai

pembagian lahan dan dana awal untuk pembangunan ruang terbuka hijau. Hal ini yang penulis lihat bahwa pemerintah produktif untuk tersu menghasilkan uang guna dipakai sebagai dana pembelian dan pembangunan, strategi yang cukup produktif. Selamjutnya pemerintah dalam rangka mencari pemasukan untuk kas daerah dan juga pembangunan ruang terbuka hijau, pemerintah memberikan keleluasaan kepada swasta untuk membangun namun hal tersebut tetap diatur oleh pemerintah melalui pembangunan yang dilakukan harus sesuai dengan konsep pembangunan ruang terbuka hijau, dan masyarakat sekitar harus dipekerjakan dalam proyek tersebut. Hal ini yang penulis kira sebagai cara yang dilakukan pemerintah untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya. j. Antisipatif, pemerintah harus melakukan tindakan antisipatif sebelum permasalahan

(16)

selain berguna dalam memberdayakan swasta dan amsyarakat, startegi ini dinilai dapat menjadi tolak ukur strategi pemerintah selanjutnya terkait pembagunan ruang terbuka hijau. Jadi yang diharapkan adalah tidak terjadinya kesalahan strategi di kemudian hari. Strategi pemerintah dalam membangun ruang terbuka hijau merupakan langkah yang diambil dengan melibatkan pihak swasta dan komunitas masyarakat. Hubungan diantara ketiganya disesuaikan dengan konsep pemerintah yang lebih menekankan kepada pembagian peran antara pemerintah swasta dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan petikan wawancara diatas bahwa jumlah ruang terbuka hijau di Kota Bekasi lebih banyak ruang terbuka hiaju privat ketimbang ruang terbuka hijau publik, ini adalah bukti bahwa pemerintah hanya sebagai pengarah sedangkan swsta yang lebih melakukan kerja teknis bersama komunitas masyarakat. Implikasi yang hadir adalah ruang terbuka hijau milik privat sebesar 12 persen yang notabene lebih ebsar ketimbang ruang terbuka hijau publik dan lebih besar ketimbang standar yang ditetapkan oelh pemerintah yaitu sebesar 10 persen. Hal ini memeang sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik dimana peran pemerintah lebih berkurang, pemerintah lebih berfokus kepada pengarahan dan pengawasan terhadap swasta dan komunitas masyarakat

Dalam analisis bagian kedua ini, penulis akan membahas mengenai interpretasi konsep yang dimiliki oleh masyarakat, pemerintah, dan swasta dalam membanyangkan pembangunan ruang terbuka hijau di Kota Bekasi. Dalam menjelaskan mengenai konsep ruang terbuka hijau, penulis akan memakai konsep dasar sistem untuk menjelaskan dan menggambarkan mengenai konsep ruang terbuka hijau berdasarkan teori Good Governance dan teori produksi ruang yang dijabarkan oleh Henry Lefebvre.

(17)

social space dan capitalist space dalam pembangunan ruang terbuka hjau di Kota Bekasi. Kemudian di dalam space of representation LSM dan Swasta sebagai pilar Good Governance juga mengajukan konsep mengenai ruang terbuka hijau di Kota Bekasi. Sejalan dengan masyarakat dan LSM bahwa swasta juga menginginkan ruang terbuka hijau yang terintegrasi dengan arena perbelanjaan, arena bermain dan ruang publik.

Di dalam representational of space, pemerintah sebagai pemangku kebijakan nantinya akan mengakomodir konsep yang diinginkan oleh pihak swasta dan juga masyarakat. Namun pemerintah Kota Bekasi sesuai dengan rancangan ruang terbuka hijau di tahun 2013, lebih mengedepankan hanya menginginkan ruang terbuka hijau hanya dijadikan sebagai fungsi penyerapan air dan ruang publik tersirat dari hasil wawancara dengan perwakilan pemerintah. Hal ini tentu tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat dan pihak swasta yang notabene sebagai pihak yang harus diakomodir.

(18)

Pemerintah dalam menjalankan harusnya tidak melakukan monopoli terhadap seluruh konsep dan design pembangunan ruang terbuka hijau. Jika memang implementasi pembangunan tidak tersanggupi harusnya pemerintah dapat menswastakan aktivitasnya agar tercapai satu konsep keinginan bersama antara masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pembangunan ruang terbuka hijau di Kota Bekasi terutama ruang terbuka publik yang seharusnya mencapai jumlah yang lebih besar dan menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mengelolanya.

Sehingga jika berdasarkan kepada skema sistem yang dijelaskan diatas bahwa timbal balik yang diharapkan dan didapatkan masyarakat terkait dengan konsep ruang terbuka hijau yang diharapkan yaitu konsep ruang terbuka hijua yang terintegrasi tidak tercapai. Jadi dapat ditekankan kembali disini bahwa dalam hal relasi antara tiga elemen Governance, pemerintah menjalankan kriteria dalam hal melibatkan swasta dan masyarakat hanya secara sturuktural saja dalam melakukan aktivitas. Namun dalam hal konsep dan perencanaan masyarakat dan LSM hanya dilibatkan terkait koordinasi perencenaan saja namun ketika hasil dari perencaanan tersebut dihasilkan, dapat dilihat ternyata hanay ada monopoli konsep dari pemerintah saja, sehingga dapat penulis katakan disini pemerintah hanya secara normatif dalam melibatkan swasta dan masyarakat namun di dalam implementasinya hanya konsep dari pemerintah saja yang terakomodir. Dan timbal balik dari model sistem itu sendiri akan terus berputar dalam skema yang sama dan tuntutan masyarakat yang sama.

(19)

KESIMPULAN

Kota Bekasi adalah Kota yang dibangun atas konsep barang dan jasa hal tersebut yang membuat lahan untuk ruang terbuka hijau di Kota Bekasi sangatlah sedikit. Oleh karena itu pemerintah melakukan strategi untuk memaksimalkan lahan yang ada sesuai dengan bentuk yang ideal terus mengusahakan perluasan lahan melalui ruang terbuka non hijua yang tersisa, selain itu pembangunan yang dilakukan haruslah berkesinambungan antara pembangunan yang menambah pemasukan untuk APBD dan pembangunan berwawasan lingkungan. Hal ini dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu : Validasi data ruang terbuka hijau, pembelian lahan, intensifikasi lahan dan pembangunan yang seimbang antara Lingkungan dan keuntungan yang didapat. Langkah-Langkah yang dilakukan diatas melibatkan LSM dan pihak swasta dalam mengerjakanya agar strategi yang dilakukan dapat berjalan maksimal.

(20)

terlaksananya pembagian peran dalam perencanaan konsep pembangunan ruang terbuka hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang (2001) Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta : Raja Grafindo Persada, Budiardjo,Miriam.(2010).Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Lefebvre, Henry (2010) The Production Of Space. United Kingdom : Blackwell Publishing, Lefebvre, Henry (2008)Space and Everyday Life, London : Roudtledge,

Maulana, arief (2011)Cara Instan Menyusun Skripsi. Jakarta : New Agogos

Moeleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Keempatbelas. Bandung ; Remaja Rosda Karya, 2006.

Sugandhy, Aca. Hakim, Rustam. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan

Sugiyono.(2010).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.Bandung:Alfabeta Syakrani (2009) Implementasi Otonomi Daerah Dalam Perspektif Good Governance.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar,.

Wanggai, Velix V. (2012). Pembangunan Untuk Semua. Jakarta : Indo Multimedia Communication Group

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa tingkat higiene pada aspek pengadaan dan pengelolaan bahan baku dangke masih rendah; tingkat higiene aspek proses

Dari sisi pengeluaran, pada Triwulan II-2017, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 7,41 persen, kemudian diikuti oleh

Baja merupakan alternative bahan bangunan tahan gempa yang sangat baik, karena jika dibandingkan dengan struktur beton, baja dinilai memiliki sifat daktilitas

Alat ini terdiri dari Rangkaian Pengatur Arus Konstan untuk menghasilkan arus yang sesuai dengan kapasitas baterai dan relatif tidak berubah sehingga mampu digunakan sebagai alat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas aset tetap dan pertumbuhan perusahaan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan model revaluasi

Contoh dari dictionary based coding adalah Lempel Ziv Welch dan contoh dari statistical based coding adalah Huffman Coding dan Arithmetic Coding yang merupakan

Kampus Hijau Bumi Tridhar ma Anduonohu, Kendar i 93232 Telp. Bunga Cengkeh Sultra Alamat :

Kecemasan diri yang sifatnya abstrak akan sulit jika divisualkan secara langsung tanpa ditampilkan secara simbolik. Maka dari itu ungkapan secara simbolik digunakan