• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEORI BELAJAR KOGNITIVISME .

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TEORI BELAJAR KOGNITIVISME ."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI BELAJAR KOGNITIVISME

Pembelajaran menurut teori belajar kognitif

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan . secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan (Knowledge) ; pemahaman (comprehention) ; penerapan (applicaton) ; analisis (analysis) ; sintesa (sinthesis); evaluasi (evaluation) . Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional ( akal)

Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki orang lain. Oleh sebab itu, kognitif berbeda dengan teori behavioristik , yang lebih menekankan pada aspek kemampuan prilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku yang tampak.

(2)

sebab itu , belajar juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan komprehensif ( Kartika, dkk., 2011)

Prinsip Dasar dan tujuan Teori belajar Kognitif

Prinsip teori psikologi adalah bahwa setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri. Seseorang memiliki kepercayaan , ide ide, dan prinsip yang dipilih untuk kepentingannya sendiri .

Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi . aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungannnya secara sadar. Sedangkan Aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antar orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologis kognitif lebih menekankan pada pentingnya proses internal dan proses proses mental.

Menurut teori belajar kognitif , Belajar merupakan proses proses internal yang yang tidak dapat diamati secara langsung. Adapun tujuan teori ini adalah :

1. Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang orang pada ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai dengan situasi psikologisnya.

2. Membantu guru untuk memahami orang lain , terutama muridnya dan membantu dirinya sendiri

3. Mengkonstruksi prinsip prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas untuk menghasilkan prosedur yang memungkinkan kondisi belajar menjadi produktif

4. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaiman seseorang mencapai pemahaman atas diri dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungannya adalah faktor yang sangat berkaitan

(3)

Perbedaan pandangan teori kognitif dan teori conditioning stimulus- respon adalah sebagai berikut

1. Teori kognitif menekankan pada fungsi fungsi psikologis. Sedangkan pada teori behaviorisme pada segi fisiknya saja

2. Teori kognitif berfokus pada situasi saat ini , sedangkan teori behaviorisme pada sejarah masa lalu

3. Dalam proses kognitif , Terjadi interaksi antar manusia dengan lingkungannya secara simultan dan saling membutuhkan

Prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut

1. Belajar adalah peristiwa mental yang berhubungan dengan berfikir perhatiani , persepsi, pemecahan masalah dan kesadaran

2. Sehubungan dengan pembelajaran , Teori belajar prilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan prilaku siswa yang tampak seperti penyelesaian tugas rumah , hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan psikologisnya

3. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berfikir seseorang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu

Model teori belajar kognitif yang benyak diterapkan dalam dunia pendidikan adalah model belajar penemuan bruner , model belajar bermakna ausubel, model pemrosesan informasi , dan model peristiwa pembelajaran gagne, dan model perkembangan intelektuan jean piaget

1. Model Teori belajar Bruner a) Prinsip prinsip belajar bruner

(4)

pencipta informasi. Oleh karenanya yang terpenting dalam belajar adalah cara cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif.

Menurut Bruner, Pada dasarnya belajar adalah proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang . Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar yaitu :

1. Proses Perolehan informasi baru, dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengar / melihat audiovisual, dan lain lain. Informasi ini bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki.

2. Proses mentransformasikan informasi yag diterima, suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan

3. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan , agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dhadapi siswa dalam kehidupan sehari hari

Selanjutnya agar berjalan dengan lancar menurut bruner didalam bukunya , Process of Education ada tiga faktor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para guru di dalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu

a) Pentingnya memahami struktur mata pelajaran

b) Pentingnya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsep konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar

c) Pentingnya nilai nilai dari berfikir induktif

Berdasarkan pandangan bruner ini , maka ada 4 macam aspek utama yang harus menjadi perhatian dalam pembelajaran yaitu,

1. Pentingnya struktur mata pelajaran 2. Kesiapaan untuk belajar

3. Intuisi atau teknik teknik intelektual analitis 4. Motivasi

b) Strategi-strategi dalam Pembelajaran Penemuan

(5)

a. Strategi Induktif

Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah kesimpulan itu benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan strategi induktif sebaiknya selalu mengguankan perkataan “barangkali” atau “mungkin”.

Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumentasi itu . Kesimpulan dari suatu argumentasi induktif tidak perlu mengikuti fakta yang mendukungnya. Fakta mungkin membuat lebih dipercaya, tergantung sifatnya, tetapi itu tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Sebagai contoh, fakta bahwa 3, 5, 7, 11, dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal secara umum kita buat kesimpulan bahwa semua bilangan prima adalah ganjil tetapi hal itu sama sekali “tidak membuktikan“. Guru beresiko di dalam suatu argumentasi induktif bahwa kejadian semacam itu sering terjadi. Karenanya, suatu kesimpulan yang dicapai oleh induksi harus berhati-hati karena hal seperti itu nampak layak dan hampir bisa dipastikan atau mungkin terjadi. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat ditandai sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari kejadian atau contoh pokok-pokok.

b. Strategi deduktif

(6)

lingkaran, siswa dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran menjadi n buah sector yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling lingkaran yang sudah diketahui sebelumnya, siswa akan dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah .

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Berarti dengan strategi penemuan deduktif , kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran. Sebagai contoh dialog berikut sedang memecahkan masalah sistem persamaan dengan menggunakan determinan koefisien dari dua garis yang sejajar dengan penemuan deduktif di mana guru menggunakan pertanyaan untuk memandu siswa ke arah penarikan kesimpulan tertentu.

(7)

bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.

Dengan model penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru. Dalam model pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika, karena siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah.

c) Model pengembangan kurikulum 1. Penyajian Enaktif

Penyajian enaktif adalah Penyajian yang dilakukan melalui tindakan , memiliki manipulasi yang tinggi. dengan penyajian seperti ini seseorang dapat memahami sesuatu dari melakukan sesuatu

2. Penyajian ikonik

Pada masa remaja , bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berfikir. Kemudian pada masa transisi , penyajian ikonik didasarkan pada pengindraan dilanjutkan dengan penyajian simbolik

(8)

Penyajian simbolik ini dibuktikan dengan pada kemampuan seseorang untuk memikirkan proposisi dibandingkan objek, memberikan struktur hierarkis pada konsep konsep dan untuk memiikirkan alternatif yang mungkin dalam suatu cara kombinatual

d) Pendekatan model belajar bruner

Pendekatan model belajar bruner ini didasarkan pada dua asumsi , yaitu pendekatan interaktif, pengetahuan akan diperoleh peserta didik bila di dalam pembelajaran yang bersangkutan berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya . Orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya

e) Belajar penemuan dari bruner , manfaat dan contoh penerapannya dalam pembelajaran

Ada beberapa manfaat belajar penemuan

1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.

2. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah diingat.

3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar penemuan agar siswa dapat mendemontrasikan pengetahuan yang diterima.

4. Transfer dapat ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh siswa dari pada disajikan dalam bentuk jadi.

5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.

6. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas

f) Langkah langkah Belajar Penemuan

(9)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri . Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).

Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

c) Data collection (pengumpulan data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis . Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya

d) Data processing (pengolahan data).

(10)

generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e) Verification (pentahkikan/pembuktian).

Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya .

f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi .Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu .Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

g) . Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan

Memperhatikan Model Belajar Penemuan tersebut diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

Kelebihan dari Model Belajar Penemuan adalah sebagai berikut :

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inkuiri (mencari-temukan). c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.

(11)

g. Belajar menghargai diri sendiri.

h. Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer. i. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

j. Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya

k. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. l. Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Kekurangan dari Model Belajar Penemuan adalah sebagai berikut :

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan

2. Model teori Belajar Ausubel

Pandangan Ausubel tentang belajar ini sangat bertentangan dengan ahli psikologi kognitif lainnya, yaitu Bruner dan Piaget . menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Dapat juga konsep-konsep ini ditemukan sendiri oleh siswa.

(12)
(13)

Klasifikasi belajar menurut Ausubel dan Robinson 1969, dalam Ratna Wilis ( 1989,111 )

b) Empat Tipe Belajar Menurut Ausubel

1. Belajar dengan penemuan yang bermakna

(14)

suatu bujur sangkar. Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki, seperti sifat-sifat persegi panjang, peserta didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur sangkar tersebut.

2. Belajar dengan penemuan tidak bermakna

Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik,

kemudian ia menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka. Dengan alat-alat ini diketemukan sifat-sifat bujur sangkar dan kemudian dihafalkan.

3. Belajar menerima yang bermakna

Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam bentuk final/ akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan diberikan yang susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan mudah ter’tanam’ kedalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena pengertian persamaan lebih inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.

4. Belajar menerima yang tidak bermakna

Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final. Peserta didik tersebut kemudian menghafalkannya. Bahan yang disajikan tadi tanpa memperhatikan pengetahuan yang dimiliki peserta didik.

c) Struktur Kognitif

(15)

tersusun secara hierarki dan tetap berada dalam kesadaran siswa. Konsep yang paling inklusif terletak di atas lalu berangsur-angsur pada konsep spesifik sampai pada yang terakhir. Sehubungan dengan itu agar bahan pelajaran yang dipelajari, Ausubel (1963 ) berpendapat bahwa pengetahuan diorganisasikan dalam ingatan seseorang secara hierarki. Dengan pandangan itu, Ausubel menolak pendapat yang menyatakan bahwa belajar verbal akan mendorong siswa untuk cenderung menghapal secara rutin. Untuk itu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar belajar menjadi bermakna. Beberapa syarat tersebut diantaranya adalah dengan melakukan Advanced organizer, progressive differentiation, integrative reconciliation, dan consolidation.

Pengaturan awal ( advanced organizer ) berisi konsep-konsep tau ide-ide yang diberikan kepada siswa jauh sebelum materi pelajaran sesungguhnya diberikan. Ada tiga hal yang dapat dicapai yaitu: 1) pengaturan awal memberikan konseptual untuk belajar yang berikutnya; 2) dapat menjadi penghubung antara informasi yang sudah dimiliki oleh siswa saat ini dengan informasi baru yang akan diterimanya; 3) berfungsi sebagai jembatan penghubung sehingga memperlancar proses pengkodean pada siswa.

Pengaturan awal itu bermacam-macam bentuknya tetapi fungsinya tetap sama, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk mengorganisasikan materi, belajar dan mengingat. Ada dua bentuk organizer, yaitu expository organizer, menyajikan gambar konsep yang relevan dan comparative organizer menyajikan persamaan dan perbedaan antara dua materi dari struktur kognitif yang sudah dimiliki.

Progressive differentiation menurut Ausubel pengembangan konsep-konsep berlangsung paling baik bila dimulai dengan cara menjelaskan terlebih dahulu hal-hal yang khusus dan rinci disertai dengan perbaikan contoh-contoh.

Recinsilasi reconciliation ( integrative reconciliation). Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa.

(16)

Mempelajari materi selanjutnya ( Barlow;1985 dalam Muhibbin Syah;1995,245-246 )

d) Penerapan Belajar Bermakna

belajar bermakna merupakan suatu proses untuk mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Dalam menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran, guru dianjurkan untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi awal siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa ada satu faktor yang sangat mempengaruhi belajar, yaitu pengetahuan yang telah diterima siswa. Pandangan Ausubel ini diharapkan menjadi kerangka berpikir dalam menerapkan teori tersebut dalam belajar disamping memahami konsep dan prinsip-prinsip lain yang harus diperhatikan, yaitu adanya pengaturan awal, adanya proses differensiasi progresif, rekonsiliasi integratif, dan belajar suberdinat.

Dalam pengembangannya, belajar bermakna dapat diterpkan melalui berbagai cara pembelajaran, misalnya pengajaran dengan menggunakan peta konsep.

Penerapan peta konsep dalam pembelajaran dapat dilakukan untuk menguji dan mengetahui pengetahuan siswa terhadap pokok materi yang akan diberikan, serta untuk mengetahui konsep esensial apa saja yang perlu diajarkan.

Adapun cara pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Pilih suatu bacaan atau salah satu bab dari sebuah buku pelajaran.

2. Tentukan konsep-konsep yang relevan dari topik yang akan atau sudah diajarkan

3. Urutkan konsep-konsep tersebut dari paling inklusif ke yang paling tidak inklusif berikan contoh-contohnya

(17)

5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata sehingga menjadi sebuah peta konsep seperti contoh berikut:

dapat dapat

mengembang

berubah

Gambar 3.2

Contoh: Peta Konsep, Ratna Wilis (1989)

3) Model Teori Belajar Robert Gagne

a) Hakikat Belajar Menurut Robert Gagne

ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya, belajar buan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, yang menghasilkan berbagai macam tingkah laku. Jadi, tingkah laku adalah hasil dari efek kumulatif belajar.suatu proses yang kompleks, yang menghasilkan berbagai macam tingkah laku. Jadi, tingkah laku adalah hasil dari efek kumulatif belajar. Belajar merupakan suatu

Makhluk hidup

Tingkat wujud

Cair Gas Padat Air

Hewan

Panas Molekul

Gerak

(18)

proses yang kompleks, yang menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan yang disebut kapasitas. Kapasitas itu diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa.

Berdasarkan pandangan itu, Robert Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru ( Margaret G Bell. 117-129 ).

1. Ragam belajar

Berdasarkan pandangannya tentang belajar ini Gagne menemukan bahwa ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif

Informasi verbal adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori memperoleh label atau nama-nama, fakta, dan bidang pengetahuan sudah tersusun.

Keterampilan intelek adalah kapabilitas yang berupa keterampilan yang membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat. Keterampilan intelek ini terdiri dari empat keterampilan yang berhubungan dan bersifat sederhana sampai yang rumit, yaitu belajar diskriminasi, belajar konsep konkret dan konsep menurut definisi, belajar kaidah dan belajar kaidah yang tarafnya lebih tinggi.

Keterampilan bergerak (motorik) adalah kapabilitas yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmani, termasuk keterampilan yang bersifat sederhana. Ciri umum keterampilan ini adalah membutuhkan prasyarat untuk mngembangkan kehalusan bertindak dan pengaturan waktu.

(19)

Siasat kognitif adalah kapabilitas yang mengatur bagaimana siswa mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berpikir dalam rangka mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan. Kapabilitas ini mempengaruhi siasat siswa dalam rangka menemukan kembali hal-hal yang telah tersimpan. Siasat kognitif sama dengan proses berpikir siswa sendiri.

Ada dua prasyarat yang mendukung terjadinya lima ragam belajar, yaitu prasyarat esensial dan prasyarat pendukung. Prasyarat esensial adalah kapabilitas khusus yang merupakan bagian terpadu, dan prasyarat pendukung adalah kapabilitas-kapabilitas yang memperlancar proses belajar.

2. Proses Kognitif dalam Belajar

Menurut Gagne, ada sembilan tahap pengolahan (proses) kognitif yang terjadi dalam belajar yang kemudian disebut “fase-fase belajar”. Fase-fase belajar kemudian digolongkan ke dalam (1) fase persiapan untuk belajar, (2) fase perolehan dan perbuatan, dan (3) alih belajar. Kesembilan tahapan belajar ini harus dilakukan secara berurutan dan setiap tahap belajar perlu didukung oleh suatu peristiwa pembelajaran tertentu agar pada setiap fase belajar menghasilkan aktivitas (proses) belajar yang maksimal dalam diri siswa.

(20)

Proses Belajar Proses Belajar

1. Memberi perhatian.

2. Menjelaskan tujuan belajar pada siswa.

3. Merangsang ingatan.

4. Menyajikan materi perangsang.

5. memberi bimbingan belajar.

6. Menampilkan kemampuan.

7. Memberi umpan balik.

8. Menilai kemampuan.

3. Model Sembilan Peristiwa Pembelajaran

a. Membangkitkan perhatian. Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa agar mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran. Perhatian siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan rangsangan sesuai dengan kondisi yang ada.

b. Memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa. Hal ini perlu dijelaskan kepada siswa tujuan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran yang harus diselesaikan selama pembelajaran.

c. Merangsang ingatan pada materi prasyarat. Dengan pengetahuan awal yang ada pada memori kerjanya diharapkan siswa siap untuk membuat

Perhatian

Pengharapan

Membangkitkan Ingatan

Persepsi Seleksi

Penyimpanan dalam Memori Jangka Panjang

Respon

Reinforcement

(21)

hubungan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.

d. Menyajikan barang perangsang. Disajikan berupa pokok-pokok materi yang penting bersifat kunci.

e. Memberi bimbingan belajar. Bimbingan belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah mencapai tujuan pelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir pelajaran. Misalnya, jika siswa harus menguasai konsep-konsep kunci, berilah cara mengingat konsep-konsep tersebut.

f. Menampilkan untuk kerja. Misalnya jika ingin mengetahui kemampuan informasi verbal siswa, beri siswa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengukur tingkat penguasaannya atau jika ingin mengetahui keterampilan siswa, maka mintalah mereka melakukan suatu tindakan tertentu.

g. Memberikan umpan balik. Misalnya jelaskan jawaban yang sudah lengkap dan yang perlu dilengkapi atau dipelajari kembali oleh siswa dengan cara “sudah baik”, “pelajari kembali”, atau “lengkapi”, dll. h. Menilai untuk kerja. Tujuannya untuk mengukur tingkat pencapaian

belajar siswa.

i. Meningkatkan retensi. Guru perlu memberikan latihan-latihan dalam berbagai situasi agar siswanya dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja jika diperlukan.

4. Model Perkembangan Intelektual Jean Piaget

Jean Piaget adalah seorang ahli biologi dan psikolog yang mempunyai kontribusi besar dalam pemahaman terhadap perkembangan intelektual anak. Piaget telah melakukan observasi bertahun-tahun sejak tahun 1920-an terhadap perkembangan intelektual yang terjadi pada anak-anak.

Sebagai upaya memahami mekanisme perkembangan intelektual, Piaget menggambarkan fungsi intelektual ke dalam tiga perspektif, yaitu (1) proses mendasar bagaimana terjadinya perkembangan kognitif (asimilasi, akomodasi, dan equilibrium) (2) cara bagaimana pembentukan pengetahuan, dan (3) tahap-tahap perkembangan intelektual.

(22)

a. Teori perkembangan intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme perkembangan individu, mulai dari masa bayi, anak-anak sampai menjadi individu yang dewasa yang mampu bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis.

b. Perkembangan genetika dalam organisme tertentu tidak seluruhnya dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan dan tidak terjadi karena perubahan lingkungan.

c. Kecerdasan adalah proses adaptasi dengan lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya.

d. Hasil perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir operasi formal.

e. Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan struktur kognitif yang kuat yang memungkinkan individu bertindak atas lingkungannya dengan luwes dan dengan berbagai macam cara. f. Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah

lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses pengaturan diri.

a) Proses Perkembangan Intelektual

Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses perkembangan intelektual, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan).

- Asimilasi adalah proses perpaduan antara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Dalam proses ini seseorang menggunakan struktur atau kemampuan kognitif yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam lingkungannya.

- Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan ciri-ciri tertentu dari situasi khusus yang berupa kejadian yang baru. Dalam proses ini, seseorang memerlukan modifikasi struktur internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan lingkungan.

(23)

Equilibrasi proses berpikir seseorang terjadi pada bagian fungsi kognitif yang berbeda, yaitu (1) hubungan antara asimilasi, akomodasi, dan perjumpaan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, (2) sub-subsistem pengetahuan yang timbul pada diri seseorang, dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan dan sistem pengetahuan total seseorang.

b) Hakikat Pengetahuan dan Bagaimana Membentuknya

Hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus-menerus antara individu dengan lingkungannya.

Menurut Piaget, ada empat ciri konsepsi pengetahuan, yaitu:

a. Pengetahuan bersifat berubah;

b. Berfokus pada perbedaan kualitatif dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya;

c. Lingkup bidang yang diselidiki;

d. Bersifat interdisiplin antar disiplin filsafat, psikologi, dan biologi.

Proses Penyusunan Pengetahuan

Proses penyusunan pengetahuan adalah asimilasi dari akomodasi yang diatur oleh equilibrasi. Menurut Piaget, penyusunan pengetahuan disusun menurut jenis-jenis pengalaman yang ada pada peserta didik. Ada dua macam pengalaman menurut jenis-jenis pengalaman, yaitu:

1. Pengalaman Fisik

(24)

disebut pengetahuan eksogen (bersifat pengalaman eksternal) atau proses abstraksi empiri (pengalaman).

2. Pengalaman Logis-Matematik

Pengalaman logis matematik terjadi karena sifat-sifat dari objek diabstraksi dan dihubung-hubungkan ke dalam kerangka kerja anak melalui pengalaman fisik. Sumber pengetahuan dari pengalaman logis matematik adalah proses berpikir peserta didik yang merupakan aktivitas peserta didik itu sendiri. Dalam pengalaman logis-matematik ini kegiatannya merupakan refleksi tindakan waktu sekarang dan mengorganisasikannya pada tingkat yang logis. Oleh karenanya hal itu disebut abstraksi reflektif (melalui proses berpikir yang berefleksi pada diri sendiri).

Adanya jenis pengalaman fisik dan logis-matematik ini menunjukkan bahwa pengembangan/penyusunan pengetahuan yang baru dalam diri seseorang terjadi melalui cara-cara yang berlainan. Pada masa usia awal, proses abstraksi empiri dan refleksif dalam diri anak tidak terdefinisi namun proses abstraksi empiri mendominasi cara berpikir anak. Pada usia selanjutnya, pengalaman logis-matematik berpikir anak menjadi lebih logis dan ia mulai mampu mengambil keputusan secara logis yang sebenarnya. Hal itu ditandai oleh menonjolnya proses abstraksi refleksif.

c) Tahap – Tahap Perkembangan Kognitif

Berikut ini akan di uraikan tahapan-tahapan perkembangan kognitif versi Piaget. Namun, untuk memperlancar uraian ini, terlebih dahulu akan disajikan istilah-istilah khusus dan arti-arti yang berhubungan dengan proses perkembangan kognitif anak versi Piaget.

(25)

2. Cognitive schema ( skema kognitif ) adalah perilaku tertutup berupa tatanan langkah –langkah kognitif ( operations ) yang berfungsi memahami apa yang tersirat atau menyimpulkan lingkungan yang direspons.

3. Object permanence ( ketetapan benda ) adalah anggapan bahwa sebuah benda akan tetap ada walaupun sudah di tinggalkan atau tidak dilihat lagi.

4. Assimilation ( asimilasi ) adalah proses aktif dalam menggunakan skema yang merespons lingkungan.

5. Accomodation ( akomodasi ) adalah penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan lingkungan yang direspons.

6. Equlibrium ( ekuilibrium ) adalah keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketetapan akomodasi.

N o

Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia Perkembangan Kognitif

1 Sensory-motor ( Sensori-motor ) 0 - 2 tahun 2 Preoperasional ( praoperasional ) 2 – 7 tahun 3 Concrete-operational (konkret-operasional ) 7 - 11 tahun 4 Formal-operational ( Formal-operasional ) 11 – 15 tahun

A. Tahap Sensori-motor ( 0 – 2 tahun)

(26)

maupun fisik anak. Jadi untuk memahami lingkungan sekitar, anak 0-2 tahun menggunakan indra maupun fisiknya (gerak). Menurut Piaget juga mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.

Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:

 Tahap 1 (lahir-1 bulan) : penggunaan refleks-refleks

Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi lebih banyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.

 Tahap 2 (1-4 bulan) : reaksi-reaksi sirkuler primer/ kebiasaan

Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan awal. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengadakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala ke sumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.

(27)

Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah (perabaan). Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiyaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.

 Tahap 4 (10-12 bulan) : koordinasi skema-skema

Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.

 Tahap 5 (12-18 bulan) : eksperimen

(28)

situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.

 Tahap 6(18-24 tahun ) : Representasi /permulaan berpikir

Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi representatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, representasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan dalam konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.

B. PraOperasional ( 2 – 7 tahun )

(29)

anak belajarmenggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.

Tahap praoperasional dapat dibagi dalam dua subtahap :

1. Subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif

Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage) ialah subtahap pertama pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira pada usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir secara simbolis semacam itu disebut “fungsi simbolik” dan kemampuan itu mengambangkan secara cepat dunia mental anak. Anak-anak kecil menggunakan disain coret-coret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan, dan lain-lain.

Egosentrisme

Egosentrisme adalah suatu ketidak mampuan untuk membedakan antara perspektif seorang dengan perspektif orang lain

Animisme

(30)

merupakan pengetahuan dan pemahaman yang tidak lengkap, bukan suatu konsepsi umum tentang dunia (Dolgin & Behrend, 1984).

2. Subtahap pemikiran intuitif

Subtahap Pemikiran Intuitif adalah subtahap kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4 dan 7 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertayaan. Piaget menyebut periode waktu ini sebagai “intuitif” karena anak-anak usia muda tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Maksudnya mereka mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. suatu contoh kemampuan penalaran anak-anak kecil ialah kesulitan menaruh benda-benda ke dalam kategori- kategori yang tepat. Misalnya ketika dihadapkan pada sekumpulan objek acak yang dapat dikelompokkan bersama atas dasar dua atau lebih sifat, anak-anak praoperasional jarang dapat menggunakan sifat ini secara konsisten untuk menyortir objek kedalam kelompok-kelompok yang tepat.

 Kegagalan pada tugas konservasi cairan merupakan tanda bahwa anak-anak berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif, sedangkan lulus tes ini merupakan tanda bahwa mereka berada pada tahap operasional konkret. Di dalam pandangan Piaget anak-anak praoperasional gagal menunjukkan tidak hanya konservasi cairan tetapi juga konservasi jumlah, volume, bahan, panjang, dan bidang

C. Tahap Konkret-Operasional ( 7 – 11 tahun )

(31)

manusia, disamping itu merupakan proses pembentukan pemahaman. Dalam intelegensi operasional, anak yang sedang berada pada tahapan konkret-operasional terdapat sistem operasi kognitif yang meliputi :

Pengurutan : kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi : kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Decentering : anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility : anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi : memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

(32)

memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

D. Formal – operasional ( 11 – 15 tahun )

Dalam tahap perkembangan formal- operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah menginjak masa remaja, yaitu usia 11 – 15 tahun, akan dapat mengatasi masalah-masalah keterbatasan pemikiran konkret-operasional.Ciri khas dari tahap ini adalah bersifat lebih abstrak, idealitis dan logis. Dengan tahap operasional formal, remaja dapat membangkitkan situasi khayalan, kemungkinan hipotesis dan penalaran yang benar-benar abstrak. Selain berpikir abstrak, remaja juga berpikir idealistis. Remaja berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri maupun orang lain serta membandingkan diri mereka dengan orang lain. Bila pada masa kanak-kanak, kita hanya melihat bahwa anak-anak lebih berpikir tentang sesuatu yang nyata dan terbatas. Sehingga tidak heran bila remaja menjadi tidak sabar dan lebih sering berfantasi tentang sesuatu yang mengarah ke masa depan. Disaat bersamaan, remaja juga berpikir secara logis ( Kuhn, 1991). Remaja mulai berpikir layaknya ilmuwan, memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis. Tipe pemecahan masalah ini diberi nama penalaran deduktif hipotesis. Penalaran deduktif hipotesis adalah konsep operasional Piaget menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis ( dugaan terbaik) mengenai cara memecahkan masalah. Setelah itu, mereka menarik kesimpulan secara sistematis dan menetapkan cara mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

Perbandingan Teori Behavioristik, Kognitivistik, dan Kontruktivisme

(33)
(34)
(35)

DAFTAR PUSTAKA

Nurjannah, 2012 . Teori Belajar Kognitivisme.

http://academia.edu. Diakses tanggal 29 April 2015

Wikipedia Indonesia, 2012. Teori Jean piaget.

http://id.wikipedia.org . Diakses tanggal 28 April 2015

Guruh, dkk. 2015. Teori Belajar Bermakna, Unsri : Indralaya

Direktori UPI, 2011. Teori Belajar Kognitif. UPI : Bandung, File Portable

Kompasiana, 2011. Tahapan sensori Motor.

http://edukasi.kompasiana.com, diakses Tanggal 28 April 2015

Direktori Unair, 2009. http://web.unair.ac.id Diakses tanggal : 29 april 2015

Gambar

Gambar 3.2Contoh: Peta Konsep, Ratna Wilis (1989)

Referensi

Dokumen terkait

a) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin sisusun soal yang sifatnya komprehensif. b) Hendaknya soal tidak

Ide yang paling terkenal di dalam buku Hebb di atas adalah sebuah postulat yang kemudian dikenal dengan nama metode belajar Hebb :“Jika akson sebuah sel A cukup dekat untuk

Gagasan utama dari CRM adalah untuk membantu perusahaan dengan cara mempergunakan informasi dan data , proses bisnis , sumber daya manusia , dan Teknologi untuk

1) Cara coba salah ( trial and error ). Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik

rata kematangan, maka pemimpin hendaknya mengurangi struktur tugas dan meningkatkan hubungan dalam kelompok. 3) Selanjutnya dibiarkan berkembang sampai pada tingkat

1) Guru mengajar hendaknya harus ikhlash karena Allah dan niat yang baik. 2) Salam sebelum Kalam sesudah murid tenang. 3) Murid disuruh membaca Fatichah dan do‟a.. 4) Dianjurkan

a) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin sisusun soal yang sifatnya komprehensif. b) Hendaknya soal tidak