• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME UN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME UN (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

“TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME”

DISUSUN OLEH :

AHMAD SAIDI HALLA FAIZAL NUR

IRFANSYAH

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami bisa menyelsaikan makalah tentang “TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME” yang sangat sederhana ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Mudah-mudahan dengan kita selalu bersholawat kepada beliau kita akan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti, amin yarobbal alamin. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini, dan kepada teman-teman yang telah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan. Walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, kami yakin bahwa makalah ini jauh dari dari sempurna.

Kami berharap dan berdoa mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi pembaca

Tarakan, 23 September 2014

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Daftar isi ... ii

Bab I Pendahuluan ... 1

a. Latar Belakang ... 1

b. Rumusan Masalah ... 2

c. Tujuan ... 2

Bab II Pembahasan ... 3

a. Pengertian Konstruktivisme ... 3

b. Ciri-ciri Teori belajar Konstruktivisme ... 4

c. Prinsip Belajar Teori Konstruktivisme ……… 4

d. Proses Teori Belajar Konstruktivisme ………... 5

e. Kelebihan & Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme ……….. 8

f. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Dalam Kelas ………. 9

Bab III Penutup ……….. 12

a. Kesimpulan ... 12

b. Saran ……….. 12

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan,mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, sertamampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yangmampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.

Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus diinterpretasikansendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yangsudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itukeaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.

Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh gurunya.Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan, melainkan harusdikonstruksikan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik,mengalami kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga pembelajaranmenjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.

Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsepyang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah

ada dan di mana mungkinkonsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalammengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.

(5)

Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah ini. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri,sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar Konstruktivisme ? 2. Apakah ciri-ciri pembelaran dari teori belajar Konstruktivisme ? 3. Bagaimana prinsip belajar Teori Konstruktivisme ?

4. Bagaimana proses belajar menurut teori Kostruktivisme ?

5. Apakah kekurangan dan kelebihan dari teori belajar Konstruktivisme ? 6. Bagaiman Implementasi teori belajar Konstruktivisme ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu teori belajar Kosntruktivisme ? 2. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran Konstruktivisme ? 3. Untuk mengetahui prinsip belajar teori belajar Konstruktivisme ? 4. Untuk mengetahui proses belajar menurut teori Konstruktivisme ?

5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari teori belajar Konstruktivisme ? 6. Untuk mengetahui Implementasi dari teori belajar Konstruktivisme ?

(6)

A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain

Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan

terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.

B. Ciri-Ciri Teori Belajar Konstruktivisme :

(7)

 Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.

 Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.

 Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.

 Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan pada hasil.

 Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.

 Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.

 Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.

 Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.

 Menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”.

 Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru.

C. Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

(8)

7. Mencari dan menilai pendapat siswa

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi nantinya. Tetapi harus diupayakan agar siswa tersebut lah yang harus meraihnya.

D. Proses Teori Belajar Konstruktivisme

Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melaui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Ada beberapa pandangan dari segi konstruktivistik, dan dari aspek-aspek si-belajar, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.

Proses belajar konstruktivistik. Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan

(9)

belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.

Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.

1. Peranan Siswa (Si-Belajar)

Menurut pandangan konstrktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun

kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

2. Peranan Guru

Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa

(10)

atau cara pandang siswa dalam belaajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.

Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:

 Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.

 Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.

 Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.

3. Sarana Belajar

Sarana belajar. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.

4. Evaluasi belajar.

Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi

(11)

memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik. Ada perbedaan penerapan evaluasi belajar antara pandangan behavioristik (tradisional) yang obyektifis konstruktivistik. Pembelajaran yang diprogramkan dan didesain banyak mengacu pada obyektifis, sedangkan Piagetian dan tugas-tugas belajar discovery lebih mengarah pada konstruktivistik. Obyektifis mengakui adanya reliabilitas pengetahuan, bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi. Guru bertugas untuk menyampaikan pengetahuan tersebut. Realitas dunia dan strukturnya dapat dianalisis dan diuraikan, dan pemahaman seseorang akan dihasilkan oleh proses-proses eksternal dari struktur dunia nyata tersebut, sehingga belajar merupakan asimilasi objek-objek nyata. Tujuan para perancang dan guru-guru tradisional adalah menginterpretasikan kejadian-kejadian nyata yang akan diberikan kepada para siswanya.

E. Kelebihihan dan Kekurangan Teori Belajar Konsrtuktivisme

Kelebihan:

 Siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjadi ide dan membuat keputusan

 Siswa akan lebih mengerti dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.

 Dalam aspek mengingat siswa Siswa akan lebih lama ingat suatu konsep

 Dan dalam aspek kemahiran social siswa dapat berinteraksi dengan mudah.

Kekurangan:

 Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses

(12)

F. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Dalam Kelas

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme yang telah dijelaskan diatas, berikut ini dipaparkan tentang penerapannya di kelas :

a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar

Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi “pemecah masalah” (problem solvers).

b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon

Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.

(13)

Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yan sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.

d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya

Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama dan aman untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta di kelas.

e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi

Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.

(14)

Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

BAB III

PENUTUP

11

(15)

a.

Kesimpulan

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

b.

Saran

Dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan situasi yang kondusif dalam pembelajaran guru hendaknya mengambil posisi sebagai pasilitator dan mediator pembelajaran. Peran sebagai pasilitator dan mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dan argumentasinya sehingga proses negosiasi makna dapat dilaksanakan. Melalui nogosiasi makna, siswa akan terhindar dari cara belajar menghafal.

c.

Daftar Pustaka

winataputra, Udin S.(2007).teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Penerbitan Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan

Dengan media pembelajaran yang sangat membantu siswa dan guru dalam proses belajar mengajar maka siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar,

Kenyataan ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru- guru yang mengajar di kelas rendah untuk membuat siswa menjadi mengerti dengan materi yang guru jelaskan.Salah satu

Sebagai contoh, guru harus mengubah kaidah mengajar dari tuntutan agar peserta didik dapat meniru dengan tepat apa yang disampaikan oleh guru, menjadi. kaidah pembelajaran

Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi,apakah materi yang telah diajarkannya telah dipahami siswa atau belum.Ketika proses belajar dan pembelajaran

Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang..

Menurut pandangan konstruktivisme, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (b)

Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan seorang guru dalam memberikan informasi atau pengetahuan secara professional kepada peserta didik, dengan secara bermakna dan efektif dan