MAKALAH
ZAKAT BANK SEBAGAI BADAN HUKUM
(Konsep dasar badan hukum)
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Fiqih Kontemporer Perbankan Dosen Pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.
Disusun oleh:
Riano Triadi 141271910
KELAS D
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
JURAI SIWO METRO
A. Pendahuluan
Zakat merupakan salah satu kewajiban muslim yang tidak hanya sebagai ibadah mahdhah pertanda hubungan harmonis secara vertikal dengan Allah SWT, tetapi juga sebagai kewajiban yang bersifat horizontal sesama muslim dan sesama manusia. Artinya zakat juga merupakan salah satu bentuk filantropi dalam Islam.
Secara normatif harta yang harus dizakati ada 5 macam, yaitu zakat binatang ternak, zakat pertanian, zakat perdangan, zakat emas dan perak, dan harta rikaz. Seiring dengan perkembangan zaman dan aktifitas ekonomi serta berbagai kegiatan yang profitable, ulama kontemporer seperti Yusuf Qardhawi, Ali al- Salus, Muhyiddin al-Ashfar melakukan ijtihad untuk pengembangan hukum Islam terkait macam-macam harta dan asset yang wajib dizakati. Yusuf Qarad-hawi misalnya, berdasarkan hasil ijtihadnya dengan melihat realitas aktifitas ekonomi modern yang semakin variatif, berpendapat bahwa harta yang wajib dizakati ada Sembilan macam, yaitu: zakat binatang ternak, zakat emas dan perak/zakat uang, zakat kekayaan dagang, zakat pertanian, zakat madu, dan produksi hewani, zakat barang tambang dan hasil laut, zakat investasi pabrik, gedung, dan sebagainya, zakat pencarian dan profesi serta zakat saham dan obligasi.1
Zakat badan hukum merupakan bagian dari kajian fikih kontemporer yang belum di atur bahkan belum disinggung dalam kajian fiqih klasik. Oleh karena itu regulasi zakat lembaga atau badan hukum ini berdasarkan ijtihad dan regulasi ayang dibuat oleh ulama kontemporer seperti Yusuf Qardhawi. Selain itu, zakat badan hukum atau perusahaan itu dilandaskan pada undangundang zakat yang berlaku pada suatu negara.
Pada makalah ini akan dibahas secara detail mengenai konsep dasar badan hukum, ketentuan zakat badan hukum dan implikasinya dalam lembaga
keuangan syari’ah.
1
B. Definisi badan hukum
Badan hukum adalah merupakan terjemahan dari suatu istilah hukum Belanda rechtspersoon, atau persona moralis (Latin), atau legal persons(Inggris). Persona adalah terjemahan dari bahasa Yunani prosopon. Istilah prosopon digunakan oleh Epictetus dan kaum Stoa yang mengacu pada manusia individual dalam kapasitasnya menjalankan peran khusus dalam memaknai kehidupan sebagaimana ditentukan oleh akal universal. Dari penggunaan kaum Stoa tersebut, istilah persona atau pribadi masuk dalam hukum Romawi sebagai persona ficta untuk menunjukan pelaku kewajiban dan pemegang hak secara hukum. Berdasarkan latar belakang tersebut, munculah istilah-istilah seperti artificial person, juridical person, juristic person dan body corporate yang diakui memiliki nama dan hak-hak dan kewajiban, perlindungan, dan penghargaan layaknya manusia.2
Para akhli hukum (de heersende leer) di Indonesia memberikan beberapa definisi tentang badan hukum sebagai berikut :3
1. R. Subekti
Badan Hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat di gugat atau menggugat di depan hakim.
2. Rochmat Soemitro
Badan hukum (rechtspersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban seperti orang pribadi.
3. Sri Soedewi Maschun Sofwan
Manusia adalah badan pribadi (manusia tunggal). Selain manusia, dapat juga oleh hukum diberikan kedudukan sebagai badan pribadi kepada wujud lain, disebut badan hukum yaitu perkumpulan dari orang-orang bersama-sama mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan
2
Johnny Ibrahim, “Eksistensi Badan Hukum di Indonesia Sebagai Wadah dalam Menunjang Kehidupan Manusia”, Law Review Volume XI No. 1 - Juli 2011, h.7.
harta kekayaan, yang disisihkan untuk tujuan tertentu (Yayasan) kedua-duanya merupakan badan hukum.
Istilah badan hukum (syakhshiah i’tibariyah hukmiyah) tidak disebutkan secara khusus dalam pandangan fiqh. Badan hukum sebagai subjek hukum karena terdiri dari kumpulan orang-orang yang melakukan perbuatan hukum (tasharruf). Badan hukum merupakan analogi dari keberadaan manusia dalam subjek hukum. Ketentuan menjadikan badan hukum sebagai subjek hukum tidak boleh bertentangan dengan rinsip-prinsip akad yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan sunnah.4
Sebuah badan hukum sebagai subyek hukum adalah setidaktidaknya memiliki beberapa unsur pokok :
1. Perkumpulan orang (organisasi)
2. Dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling), dalam hubungan- hubungan hukum (rechtsbetrekking)
3. Mempunyai harta kekayaan sendiri 4. Mempunyai pengurus
5. Mempunyai hak dan kewajiban
6. Dapat di gugat atau menggugat di depan Pengadilan.
Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang-orang yang melakukan kerja sama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum. Badan hukum merupakan pendukung hak yang tidak berjiwa (bukan manusia) dan merupakan gejala sosial yaitu suatu gejala riil, sesuatu yang dapat dicatatdalam pergaulan hukum, biarpun tidak berwujud manusia atau benda yang dibuat dari besi,batu dan sebagainhya, tetapi yang terpenting bagi pergaulan hukum adalah karena badan hukum itu mempunyai kekayaan yang sama sekali terpisah dari kekayaan.
4Imam Mustofa, “ijtihad Kontemporer Menuju Fiqh Kontekstual (jawaban Hukum Islam
Badan hukum dapat terjadi karena undang-undang menyatakan dengan tegas sebagaimana halnya pasal 1 angka 1 UUPT, tetapi dapat diakui jadi badan hukum karena ada ciri-ciri tertentu.5
C. Jenis-jenis Badan Hukum
Ada beberapa jenis dan bentuk badan hukum yaitu6: 1. Badan Hukum Publik
Yaitu dibagi menjadi 3 diantaranya: a. Badan Hukum Publik yang otonom
Adalah intuisi yang memiliki hak dan kewajiban konstitusi serta memiliki otoritas pengawasan dan regulasi secara penuh.
b. Badan hukum publik semiotonom
Instuisi independen yang mempunyai hak dan kewajiban konstitusional untuk menyelenggarakan progran-program negara. c. Badan hukum wali amanat
Badan independen yang dipercaya UU untuk menyelenggarakan sistem jaminan sosial dan kelola dana amanah milik peserta.
2. Badan hukum privat
Yaitu dibagi menjadi 4 diantaranya: a. Perseroan terbatas
Badan usaha yang dibentuk dengan kumpulan modal baik milik pemerintah maupun orang per orang
b. Koperasi
Kumpulan anggota yang dibentuk untuk usaha bersama yang dibiayai dari iuran anggota.
c. Yayasan
Kumpulan orang perorang yang dibentuk untuk misi sosial dan kemanusiaan.
5Herlin Budiono, “Arah Pengaturan Pandangan Undang
-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Menghadapi Era Global”, volume 1 nomor 2 – agustus 2012, h.189.
d. Perorangan
Seseorang yang menawarkan jasa karena kompetensinya.
D. Syarat-syarat Badan Hukum
Untuk keikut sertaannya dalam pergaulan hukum maka suatu badan hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh badan hukum, yaitu7:
1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari anggota-anggotanya.
2. Hak dan kewajiban badan hukum terpisah darihak dan kewajiban para anggota-anggotanya.
Berangkat dari pemaparan di atas, maka zakat badan hukum dapat didefinisikan sebagi zakat harta yang wajib dikeluarkan oleh badan hukum atau lembaga yang dimiliki oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya atau mustahiq sesuai dengan syariat Islam dan hukum serta regulasi yang berlaku di suatu negara. Pada penelitian ini, badan hukum yang dimaksud adalah badan hukum yang profitable, bertujuan untuk mengembangkan harta dan mencari laba atau keuntungan, yaitu lembaga keuangan Syariah, seperti Baitul Mâl wa Tamwîl (BMT), koperasi syariah dan bank syariah.
Menurut Riduan Syahrani8 ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu badan hukum /perkumpulan/badan usaha agar dapat dikatakan sebagai badan hukum (rechtpersoon). Menurut doktrin syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
1. Adanya kekayaan yang terpisah. 2. Mempunyai tujuan tertentu. 3. Mempunyai kepentingan sendiri. 4. Ada organisasi yang teratur.
7 Ibid., h.42.
8 Riduan Syahrani, “ Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung:
E. Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum
Pengertian subjek hukum berarti perbuatan manusia yang dituntut oleh Allah berdasarkan ketentuan hukum syara. Perbuatan yang dibebani hukum dalam ushul fiqh dikenal dengan istilah mukalaf. Subjek hukum terdiri dari dua macam yaitu manusia sebagai subjek hukum dan badan hukum, dalam rukun akad, kedua subjek hukum tersebut berkedudukan sebagai aqidain. Namun agar aqidain dapat mengadakan bisnis secara sah, maka harus memenuhi syarat kecakapan (ahliyah) dan kewenangan (wilayah) bertindak di hadapan hukum.9
Menurut teori tradisional, subyek hukum adalah orang yang merupakan
subyek dari suatu kewajiban hukum atau suatu hak. Jika ”hak”
(Berechtigung) dipahami bukan semata sebagai hak refleks, melainkan wewenang hukum untuk mendesak (melalui gugatan hukum) dipenuhinya gugatan hukum, yakni wewenang hukum untuk berpartisipasi dalam penciptaan keputusan pengadilan yang membentuk sebuah norma individual yang memerintahkan eksekusi sanksi sebagai reaksi terhadap tidak dipatuhinyasuatu kewajiban; dan jika seseorang mempertimbangkan bahwa subyek dari wewenang hukum untuk menciptakan atau menerapkan norma hukum sama sekali tidak selalu disebut sebagai hukum, maka akan lebih
mudah untuk membatasi konsep ”subyek hukum” pada subyek kewajiban
hukum dan untuk membedakan antara konsep ”subyek kewajiban hukum”dari
konsep” subyek wewenang hukum”.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa:
“Subyek hukum adalah orang perseorangan, persekutuan, atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang memiliki kecakapan hukum untuk mendukung hak dan kewajiban.”
Secara garis besar, ada dua macam subyek hukum, pertama, Natuurlijk person, adalah mens person yang disebut orang atau manusia. Kedua, recht person, adalah yang berbentuk badan hukum yang dapat dibagi dalam: (1)
9
Publiek Recht-person, yang sifatnya ada unsur kepentingan umum, seperti negara; (2) Privat Recht-person/ Badan hukum privat, yang mempunyai sifat/adanya usnur kepentingan individual.
F. Lembaga Keuangan Syariah sebagai Badan Hukum
1. Definisi lembaga keuangan
Lembaga keuangan (financial Institution) adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak dibidang jasa keuangan. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah penghimpunan dana, menyalurkan dan/jasa-jasa keuangan lainnya. Dalam dunia bisnis,lembaga keuangan memiliki fungsi sangat penting, terutama sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) diantara para pemilik modal dengan pihak lain yang membutuhkannya. Hubungan antara semua pihak yang terkait dengan lembaga keuangan, harus dibentuk atas dasar kontrak perjanjian atau perikatan.10
Bank memberikan kepercayaan kepada masyarakat, sehingga disebut bank sebagai lembaga kepercayaan, yaitu nasabah memiliki hubungan kepercayaan (fiduciary relationship) dengan bank dalam hal pengelolaan uang nasabah. Nasabah percaya bahwa bank dapat mengelola uangnya dengan baik dan mampu menghadirkan uang yang disimpan tersebut apabila sewaktu-waktu nasabah menarik uangnya. Jika kepercayaan tersebut terganggu, dapat terjadi fenomena run and panic bank11 yang pada akhirnya dapat menyeret seluruh sistem perbankan ke dalam kondisi financial crisis.12
Bank sebagai lembaga kepercayaan, tentunya tidak sembarangan dalam menghadirkan jasanya. Bank perlu penopang keamanan yang kuat, dan hal tersebut dapat ditemukan dalam bentuk badan hukum. Mengapa
10 Ibid., h.182.
11 Run and panic bank merupakan dampak ketika para nasabah menarik deposit atau
simpanan mereka secara bersamaan karena mereka percaya bahwa bank tertentu sudah tidak sehat (Runs) dan ketika keadaan Runs ini dialami oleh banyak bank maka akan terjadi Panic bank.
12M. Alif Akbar Prabankara, “Orientasi Dasar Bank Umum Sebagai Badan Hukum”,
badan hukum? Karena dengan bentuk badan hukum, bank memiliki kepastian hukum yang salah satunya adalah jaminan perlindungan hukum oleh negara, dalam hal ini melindungi aset-aset perseroan dari pemilik perseroan sebagai kreditor. Selain itu, dengan berbentuk badan hukum, bank mampu bertindak selayaknya subyek hukum, sehingga tidak ada keterbatasan dalam hal bank melakukan kegiatan usahanya. Dengan status badan hukum dapat memperkuat posisi tawar menawar perseroan ketika berhadapan dengan pihak luar.13
2. Fungsi Lembaga Keuangan14
a. Ditinjau dari sisi jasa penyedia keuangan, terdiri dari:
1) Fungsi tabungan, menyediakan instrument tabungan bagi masyarakat yang mempunyai kelebihan dana setelah memenuhi kebutuhan dasarnya.
2) Fungsi penyimpan kekayaan, instrument keuangan yang diperjualbelikan dalam pasar uang dan pasar modal yaitu dengan cara menahan nilai asset yang dimiliki disamping menerima pendapatan dalam jumlah tertentu, contoh obligasi, saham dan lain-lain.
3) Fungsi transmutasi kekayaan dimana lembaga keuangan memilki asset dalam bentuk janji memberikan imbalan kepada pemilik dana. Contohnya deposito.
4) Fungsi likuiditas, berkaitan dengan kemampuan memperoleh uang tunai pada saat dibutuhkan.
5) Fungsi pembiayaan/kredit, menyediakan kredit untuk membiayai kebutuhan konsumsi maupun investasi dalam ekonomi. Contoh kredit mobil.
13Ridwan Khairandy, “Hukum Perseroan Terbatas”, (Yogyakarta: FH UII Press, 2014) ,
h. 13.
14Shinta Dewianty, “Sistem Lembaga Keuangan Syariah”,
6) Fungsi pembayaran, menyediakan mekanisme pembayaran atas transaksi barang atau jasa, contoh cek, dan giro.
7) Fungsi diversifikasi resiko, menyediakan proteksi terhadap jiwa, kesehatan dan lain-lain.
8) Fungsi manajemen portofolio, menyediakan jasa keuangan yang dapat memberikan kenyamanan, proteksi terhadap kecurangan, kualitas pilihan investasi, biaya transaksi yang rendah, dan pajak pendapatan.
9) Fungsi kebijakan, pasar uang menjadi instrument pokok yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk melakukan kebijakan guna menstabilkan ekonomi dan mempengaruhi inflasi melalui kebijakan moneter.
b. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem perbankan berfungsi sebagai bagian dari unit-unit yang diberi kuasa dalam mengeluarkan uang giral dan deposito.
c. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem moneter berfungsi menciptakan uang yaitu menjaga stabilitas dari mata uang sehingga pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.
d. Ditinjau dari sisi kedudukan lembaga keuangan dalam sistem financial berfungsi sebagai bagian dari jaringan yang terintegrasi dari seluruh lembaga keuangan yang ada dalam sistem ekonomi.
3. Prinsip operasional lembaga keuangan shari’ah:15
a. Bebas dari maghrib
1) Maysir (spekulasi), secara bahasa maknanya judi, secara umum mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untung-untungan. Perjudian merupakan bentuk investasi yang tidak produktif karena tidak terkait dengan sector riil dan tidak
15Andri Soemitra, “Bank Dan Lembaga Keuangan Shari’ah”, (Jakarta: Kencana, 2010),
memberikan dampak peningkatan penawaran agregat barang dan jasa.
2) Gharar, secara bahasa berarti menipu, memperdaya, ketidakpastian. Gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang cukup atau suatu transaksi yang resikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti akibat dari resiko tersebut tanpa memikirkan konsekuensinya.
3) Haram, penegasan terhadap larangan. Larangan bisa saja berasal dari Tuhan maupun dari akal. Dalam aktifitas ekonomi diharapkan semua umat muslim menjauhi dari transaksi yang diharamkan. 4) Riba, secara bahasa tumbuh, berkembang. Riba adalah pendapatan
penambahan secara tidak sah baik secara kualitas, kuantitas, waktu penyerahan dan lain-lain. Secara ekonomi riba dilarang karena membuat arus investasi pada sector produktif terhambat.
5) Batil secara bahasa batal atau tidak sah, secara ekonomi pelarangan batil akan semakin mendorong berkurangnya moral hazard dalam berekonomi.
b. Menjalankan bisnis dan aktifitas perdagangan yang berbasis memperoleh keuntungan yang sah menurut syari’ah.
c. Menyalurkan zakat, infak dan shadaqah.
4. Bentuk-bentuk Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah mempunyai berbagai bentuk, yaitu:16 a. Bank syariah
Menurut (pasal 1 angka 2) Undang-undang perbankan syariah No.21 tahun 2008, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit/bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat. Sedangkan
16
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah disebut bank syariah (pasal 1 angka 7). Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam menetapkan fatwa dibidang syariah (pasal 1 angka 12).17
b. Asuransi Syariah (takaful)
Menurut fatwa tentang pedoman umum asurasi syariah No. 21/DSNMUI/ X/2001, pengertian Asuransi Syariah
(ta’min,takful,tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad(perikatan) yang sesuai dengan syariah.18
c. Pasar modal syariah
Menurut Undang-Undang pasar modal No.8 Tahun 1995, pengertian pasar modal ialah ”kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang diterbitkannya,serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek” (pasal 1 angka 13). Pasar modal adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka mendapatkan modal. Lembaga pasar modal yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah dapat disebut sebagai pasar modal syariah.19 d. Pegadaian Syariah
Dalam fiqh muamalah, perjanjian gadai disebut rahn. Istilah rahn secara bahasa berarti ”menahan”. Maksudnya adalah menahan sesuatu untuk dijadikan jaminan utang.20 Sedangkan gadai menurut hukum
Menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut.
e. Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana atau barang modal dengan tidak menarik barang secara langsung dari masyarakat. Menurut peraturan menteri keuangan No.84/ PMK.012/2006, badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk lembaga pembiayaan disebut perusahaan pembiayaan.21
f. Dana pensiun
Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga untuk menghasilkan manfaat pensiun, yaitu suatu pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta dengan cara ditetapkan dalam ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun . pembayaran tersebut dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu. Menurut undang-undang No. 11 tahun 1992, pengertian dana pensiun adalah badan hukum yang menjanjikan manfaat pensiun.22
G. Penutup
Badan hukum adalah suatu perkumpulan orang-orang yang melakukan kerja sama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum.
Bank merupakan badan hukum yang berjenis perseroan terbatas, dengan bentuk badan hukum, bank memiliki kepastian hukum yang salah satunya
21
Ibid., h. 185 22
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Johnny. “Eksistensi Badan Hukum di Indonesia Sebagai Wadah dalam
Menunjang Kehidupan Manusia”, Law Review Volume XI No. 1 - Juli
2011.
Ali, Chidir. “Badan Hukum”. Bandung: Alumni, 1999.
Mustofa, Imam. “ijtihad Kontemporer Menuju Fiqh Kontekstual (jawaban Hukum Islam atas Berbagai problem Kontekstual Umat)”. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Budiono, Herlin. “Arah Pengaturan Pandangan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dalam Menghadapi Era Global”. volume 1 nomor 2 – agustus 2012.
Syahrani, Riduan. “Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata”.Bandung: Alumni,1985.
Mustofa, Imam. “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”. Millah Vol. XIV, No. 1 Agustus 2014.
Akbar Prabankara, M. Alif. “Orientasi Dasar Bank Umum Sebagai Badan
Hukum”. BUSINESS LAW REVIEW: VOLUME ONE.
Dewianty, Shinta. “Sistem Lembaga Keuangan Syariah”. Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 2, No. 1, 2012.
Khairandy, Ridwan. “Hukum Perseroan Terbatas”. Yogyakarta: FH UII Press, 2014