• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF DE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF DE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

105 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF DENGAN

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERNUANSA

KEISLAMAN TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK

Fredi Ganda Putra IAIN Raden Intan Lampung

fredigpsw@gmail.com

ABSTRACT

The objective of this research was to investigate the effect of the learning models on mathematic communication of the students. The learning models compared were the reflective learning model with mathematics realistic in Islamic nuance and the direct learning model. The type of the research was a quasi-experimental research. Its population was all of the students in grade VII in MTs Al-Khairiyah Natar in academic year 2015/2016. The size of the sample was 44 students consisted of 22 in experimental cla ss 1 and 22 in control class. The instruments used were mathematics communication test on the learning material of polyhedron. The data was analyzed by using t-test. The conclusions of the research were as there is the effect of reflektif learning model with mathematics realistic in Islamic nuance resulted in a better than

the direct learning model.

Key Word: Reflektif Learning Model, Mathematic Communication

PENDAHULUAN

Pendidikan Nasional berdasarkan Sisdiknas No 20 tahun 2003, memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, trampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani (UU, 2004:7). Dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunaan nasional. Sejalan dengan usaha-usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka salah satu upaya diantaranya adalah meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat ditempuh dengan mengadakan perbaikan terhadap komponen-komponen pembelajaran disekolah.

(2)

106 (2003:1) mengungkapkan “pendidikan matematika kita selama ini tidak berhasil meningkatkan pemahaman matematika yang baik pada siswa, tetapi berhasil menumbuhkan perasaan takut, persepsi terhadap matematika sebagai ilmu yang sukar dikuasai, tidak bermakna, membosankan, menyebabkan stres pada diri siswa.“ Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa bagi sebagian besar siswa, pembelajaran matematika selama ini belum mampu mengubah ranah afektif dan kognitif siswa menuju yang lebih baik.

Berdasarkan kajian Programme for International Student Assessment (PISA) 2003, Sutarto Hadi dalam majalah PMRI (2007:3) mengemukakan sebanyak 50,5% siswa Indonesia memiliki kemampuan keberaksaraan matematika di bawah level 1, yaitu hanya mampu menyelesaikan satu langkah soal

matematika (pada situasi ini siswa bahkan tidak dapat menggunakan prosedur, rumus dan algoritma sederhana untuk menyelesaikan soal matematika). Sebanyak

27,6% berada pada level 1, yaitu dapat menggunakan prosedur, rumus, dan algoritma dasar, serta mampu melakukan penafsiran yang bersifat aksara dan penalaran yang bersifat langsung. Sebanyak 14,8% berada pada level 2, yaitu mampu menerapkan pemecahan masalah sederhana, menafsirkan dan menyampaikannya. Sebanyak 5,5% berada pada level 3, yaitu siswa dapat menyelesaikan persoalan secara efektif untuk situasi konkret dan dapat menyampaikan penjelasan dan argumentasi dengan baik. Hanya 1,4% berada pada level selanjutnya. Pada PISA 2003 tersebut didefinisikan keberaksaraan matematika sebagai kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi dan memahami peran matematika dalam kehidupan. Keberaksaraan ini mencakup besaran (quantity), ruang dan bentuk (space and shape), perubahan dan hubungan (change and relationship), serta ketidakpastian (uncertainty). Bila didasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak Indonesia dalam mengidentifikasi dan memahami peran matematika dalam kehidupan masih sangat rendah.

(3)

107 perhatian, penanganan dan prioritas baik oleh pemerintah, keluarga, maupun pengelola pendidikan. Upaya pembangunan di bidang pendidikan masih perlu dilanjutkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.

Selain itu perkembangan jaman juga berpengaruh terhadap pendidikan sehingga mengakibatkan iklim pendidikan juga berubah. Kompleksitas masalah pendidikan menjadi semakin terasa, sehingga jika dipandang dari sudut kuantitas harus disediakan gedung sekolah, biaya pendidikan dan tenaga guru dalam jumlah yang memadahi. Dari sudut kualitas, yang saat ini menjadi perhatian umum adalah masalah mutu pendidikan.

Pendidikan merupakan wadah yang dapat dipandang sebagai pembentuk

sumber daya manusia yang bermutu. Salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan adalah proses pembelajaran yang

berlangsung di kelas. Setiap manusia sejak zaman Nabi Adam juga sudah melakukan proses pembelajaran dari Allah tentang suatu ilmu, hal ini tertuang pada Al Qur’an surah Al Isra ayat 70 yang berbunyi:

Artinya: Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"

(4)

108





















Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Menurut pemaparan ayat tersebut, jelas bahwa belajar dan pembelajaran

adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan pesertadidik. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan pesertadidik mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Dalam hal ini pembelajaran yang disangkutkan adalah pembelajaran matematika. Pembelajaran

matematika merupakan upaya penataan lingkungan agar proses belajar atau pembentukan pemahaman matematika oleh pesertadidik berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2014) yaitu :

1. Belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving) 2. Belajar untuk bernalar (mathematical reasoning)

3. Belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication) 4. Belajar untuk menghubungkan (mathematical connections) 5. Belajar untuk mengaitkan ide (mathematical representation)

Komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar, mengajar, dan mengakses matematika. Mengingat kemampuan komunikasi matematis sangat berperan penting, maka peningkatan tersebut harus di perhatikan dalam pembelajaran.

Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang dilakukan di Sekolah bertujuan untuk memperoleh ilmu

pengetahuan yang nantinya dibutuhkan oleh peserta didik. Dalam Al-Qur’an surat al mujadilah : 11, Allah berfirman: “...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

beberapa derajat...” Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya mencari ilmu

(5)

109 aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara belajar dan mengajar. Jalinan komunikasi ini menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik dan terencana, mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi didalam proses pembelajaran.

Namun tujuan pembelajaran belum sepenuhnya tercapai, kurang terwujudnya suasana belajar dalam proses pembelajaran peserta didik yang aktif khususnya dalam mata pelajaran matematika menjadi salah satu penyebabnya. Matematika

masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh peserta didik, hal ini dikarenakan konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur dan

sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling kompleks.

Keberhasilan tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala komponen pendidikan. Adapun komponen yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, peserta didik dan model, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat. Semua komponen tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya pendidikan yang diinginkan. Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran, hal itu tidak terlepas dari kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, salah satunya adalah pada pembelajaran matematika.

(6)

110 manusia yang sering sekali terkait dengan matematika seperti proses jual beli, proses pembangunan gedung, dll. Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 menyatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Wijaya, 2012: 6);

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(7)

111 tergolong rendah, kelemahan-kelemahan tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan komunikasi peserta didik di sekolah MTs Al-Khairiyah masih rendah.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis peserta didik di MTs Al-Khairiyah diduga disebabkan karena model pembelajaran yang guru gunakan di kelas. Guru matematika di Sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran konvensional, hal ini berdasarkan hasil prasurvey yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12 Januari 2016. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran reflektif.

Dari sekian banyaknya masalah yang terjadi maka peneliti menduga bahwa model pembelajaran yang digunakan selama ini belum efektif. Atas dugaan

ini maka peneliti bermaksud untuk menerapkan suatu tindakan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada, yakni dengan penerapan model pembelajaran yang

lebih mengutamakan keaktifan peserta didik dan memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.

Model pembelajaran reflektif merupakan model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan intelektual dan afektif dimana peserta didik terlibat dalam upaya mengeksplorasi pengalaman mereka dalam mencapai pemahaman dan apresiasi-apresiasi baru dalam pembelajaran matematika. Proses refleksi dalam pendidikan dilakukan dengan tujuan peserta didik dapat mengetahui makna dan konsekuensi dari pengalaman belajar sehingga mampu memilih tindakan yang cocok untuk pengembangan diri. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh lailiyah dkk (2013: 01) memberikan hasil bahwa penerapan model pembelajaran reflektif tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, peneliti berencana menambahkan pendekatan matematika realistik pada model tersebut.

(8)

112 dialamai tersebut. Peserta didik mengalami kesulitan di kelas sehingga peserta didik kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan peserta didik mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan pendekatan ini juga karena penelitian yang dilakukan oleh Septika (2013, 2) yang memberikan hasil bahwa pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.

Nuansa keislaman di dalam pembelajaran di kelas diharapkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik bernuansa keislaman merupakan nilai tambah yang akan menjadikan peserta didik memahami matematika dan mendapatkan nilai keislaman dalam

pembelajarannya, karena nilai keislaman akan disisipkan melalui pendekatan realistik. Sehingga peserta didik diharapkan akan mempunyai kemampuan

komunikasi matematis yang baik dan nilai keislaman sebagai nilai tambahnya. Berdasarkan pemaparan dan deskripsi permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka judul penelitian ini tentang Pengaruh Model Pembelajaran Reflektif dengan Pendekatan Realistik Bernuansa Keislaman Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis ditinjau dari Anxiety Peserta Didik Kelas VII MTs Al-Khairiyah Natar.

METODE PENELITIAN

(9)

113 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, uji hipotesis untuk penelitian ini menggunakan uji-t. Uji-t ini dilakukan setelah dipenuhinya persyaratan normalitas populasi dan homogenitas variansi populasi. Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa masing-masing kelompok memiliki data yang normal dan kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen. Karena data telah normal dan homogeny maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji-T pada data tersebut. Berikut hasil uji-T menggunakan SPSS16:

Tabel 1. Uji-T menggunakan SPSS

Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS diatas, dapat dilihat bahwa nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 yang mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,050 sehingga hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara penerapan pengaruh yang berbeda antar masing-masing kategori model pembelajaran

terhadap kemampuan komunikasi matematis, sehingga terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara peserta didik yang mendapat model

pembelajaran reflektif dengan pendekatan realistik bernuansa keislaman dan peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Rahmawati (2013: ) yang memberikan hasil bahwa model pembelajaran reflektif dengan pendekatan realistik bernuansa keislaman memberikan kemampuan komunikasi matematis lebih baik dari model pembelajaran konvensional.

(10)

114 menekankan pada kegiatan intelektual dan afektif dimana peserta didik terlibat dalam upaya mengeksplorasi pengalaman mereka dalam rangka mencapai pemahaman dan apresiasi-apresiasi baru dalam pembelajaran matematika. Penerapan model pembelajaran reflektif dengan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika akan mendorong peserta didik berani mengutarakan pendapat pada proses pembelajaran, selain itu peserta didik tidak hanya memahami pelajaran semata akan tetapi peserta didik akan menemukan pengalaman baru dengan mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik tidak kesulitan dalam memahami matematika. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik bernuansa keislaman merupakan nilai tambah yang akan menjadikan peserta didik

memahami matematika dan mendapatkan nilai keislaman dalam pembelajarannya karena nilai keislaman akan disisipkan melalui pendekatan realistik sehingga

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis serta hasil belajar peserta didik menjadi baik.

Secara umum dari kajian pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan realistik menunjukkan bahwa siswa mudah beradaptasi dengan perubahan pendekatan pembelajaran yakni dari pendekatan mekanistik yang selama ini dialami ke pendekatan realistik. Siswa pada pembelajaraan ini cenderung memiliki sikap positip, berani mengemukakan pendapat atau berargumentasi dalam berdiskusi, mandiri dan cepat dalam bekerja, serta memiliki keberanian untuk mencoba cara-cara (ide-ide) baru dalam menyelesaikan soal cerita matematika yang dihadapkan. Ada juga siswa yang cenderung memerlukan dorongan serta perhatian untuk bersedia mengemukakan pendapat dalam berdiskusi, bantuan atau bimbingan dalam bekerja, dan kurang berani untuk mencoba cara-cara lain dalam menyelesaikan soal cerita matematika, meskipun secara lambat terdapat peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.

(11)

115 usaha agar manfaat penelitian ini tercapai, setelah pelaksanaan eksperimen dilakukan refleksi dan diskusi dengan guru dan kepala sekolah tempat eksperimen.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda pada kemampuan komunikasi matematis peserta didik yang menggunakan pembelajaran reflektif dengan pendekatan realistik bernuansa keislaman dan peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional. Jika dilihat dari rata-rata marginal masing-masing kelompok dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran reflektif dengan pendekatan matematika realistic bernuansa islami memberikan kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik dibandingkan penerapan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan pelaksanaan dan kesimpulan dari hasil penelitian, ada beberapa hal yang perlu peneliti sarankan yaitu sebagai berikut:

1. Pilihan penggunaan cara penyampaian materi matematika perlu adanya pertimbangan faktor tertentu dalam mendukung pembelajaran, karena tidak

semua cara cocok diterapkan pada semua materi belajar.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran reflektif dengan

pendekatan realistik bernuansa keislaman dapat digunakan sebagai alternatif untuk membuat peserta didik aktif saat proses pembelajaran jika diterapkan secara tepat, namun perlu diketahui tidak semua materi bisa diterapkan dengan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran ini. materi yang yang bisa diterapkan diantaranya materi bangun ruang dan bangun datar.

3. Dibutuhkan keaktifan dan kenyamanan peserta didik dalam belajar matematika untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

4. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran reflektif dengan pendekatan realistik bernuansa keislaman sangat cocok diterapkan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi peserta didik, karena pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk aktif, aktif saat konstruksi ilmu pengetahuan.

(12)

116 Fitriana Rahmawati. 2013. “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”, Kumpulan Makalah Seminar Semirata, yang diselenggarakan oleh Fakultas MIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lailiyah I., dkk. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Reflektif Sifat

Elektrolit-Non Elektrolit Terhadap. Universitas Negeri Malang. Malang

Septika, LC. 2013. Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar

Penjumlahan Pecahan Anak Tunanetra. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan

Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tim Redaksi Fokus Media, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional ( Jakarta: Redaksi Fokus, 2004).

Referensi

Dokumen terkait

3) Pemberian tugas secara kelompok dan individu. 4) Bimbingan difokuskan kepada siswa yang pada siklus 1 belum kelihatan aktif serta kepada siswa yang bel urn

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penerapan teknologi anjuran berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang, lebar kanopi, jumlah buah/tanaman, berat 10 buah,

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul“HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN TENDANGAN DENGAN PEROLEHAN POIN TENDANGAN DALAM PERTANDINGAN PENCAK SILAT PADA ATLET KATEGORI

Sertifikat Akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : LPPHPL-013-IDN tanggal 1 September 2009 yang diberikan kepada PT EQUALITY Indonesia sebagai Lembaga

Pada berkembangnya ilmu pengetahuan dan era globalisasi modern seperti ini sangat tepat sekali dalam mengembangkan pemasaran sangat mudah bagi perusahaan perusahaan kini

Dengan demikian hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah H1 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Dinas