• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR S"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN

KONSENTRASI BELAJAR SISWA

http://nataliapranata.blogspot.co.id/2016/12/upaya-meningkatkan-konsentrasi-belajar.html

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah proses interaksi antara individu dengan sumber belajar yang menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Slameto (2003: 2). Pada dasarnya tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar adalah agar siswa menguasai materi pelajaran sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Namun ketika dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, banyak pelajar yang menganggap jika ruang kelas merupakan sebuah penjara yang tidak menyenangkan. Sehingga siswa menganggap belajar sebagai beban dan merasa tidak nyaman dalam belajar.

Kegiatan belajar mengajar di kelas tak dapat dipisahkan dari sosok guru. Peranan guru sebagai fasilitator dan juga motivator, menjadi hal yang sangat penting dalam berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Dan proses belajar mengajar yang efektif itu sendiri memerlukan konsentrasi belajar dari peserta didik.

Konsentrasi belajar merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam menyerap ilmu yang disampaikan guru pada saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Konsentrasi belajar menurut Femi Olivia (2008: 40) adalah pemusatan pikiran, atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang siswa selama periode belajar. Konsentrasi belajar dapat ditunjukkan oleh beberapa hal di antaranya fokus pandangan, adanya perhatian, kemampuan menjawab, bertanya, dan sambutan psikomotorik yang baik, namun banyak siswa yang kehilangan konsentrasi belajar ketika proses pembelajaran berlangsung. Maka dari itu karya ilmiah ini akan membahas upaya apa saja yang dapat kita lakukan, terutama bagi para guru dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi belajar?

(2)

C. Tujuan dan Kegunaan PenelitianTujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu konsentrasi belajar.

2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini, supaya kita mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar, sehingga para pendidik ataupun calon pendidik dapat mengaplikasikannya dalam proses belajar mengajar di kelas.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsentrasi

Konsentrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “Pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal.”

Konsentrasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses, dimana seluruh pikiran dan perasaan terfokus sepenuhnya pada objek atau kegiatan tertentu, sehingga otak akan reflek mengesampingkan hal-hal lainnya, hanya objek yang merupakan target konsentrasilah yang menjadi fokus utama.

Konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan dan menjaga pikiran terhadap suatu hal. Dengan kata lain, kegiatan tersebut dilakukan secara sadar dan tidak ada paksaan. Ketika seseorang sedang berkonsentrasi, objek yang difokuskan hanya objek yang menjadi target utama konsentrasi, sehingga informasi yang diperoleh hanyalah informasi yang telah dipilih. Fokus yang ditajamkan meningkatkan kemungkinan seseorang dapat menyerap dan memahami informasi yang didapat.

Ada tiga hal yang menyebabkan sulitnya seseorang untuk berkonsentrasi, yaitu:

(3)

2. Faktor Internal, adanya gangguan perkembangan otak dan hormon yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran yang lamban sehingga dalam berkonsentrasi-pun lamban.

3. Faktor Psikologis, seseorang yang tertekan atau sedang memiliki beban dalam pikirannya cenderung mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi.

B. Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju.

Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Sedangkan menurut James Patrick Chaplin (Dictionary of Psychology 1985). Belajar dibatasi dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.

Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

Singkatmya, belajar merupakan proses atau usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dibedakan dalam dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan faktor psikologis.

 Faktor Fisiologis: keadaan fokus jasmani, dan keadaan fungsi jasmani.

(4)

b. Faktor Eksternal

 Lingkungan sosial: Lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.

 Lingkungan non sosial: Lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, serta faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

Jika di dalam kegiatan belajar siswa mengalami masalah atau hambatan dengan faktor-faktor di atas, maka sudah dapat dipastikan bahwa konsentrasi belajar siswa akan terganggu dan siswa tidak akan fokus dalam menerima pelajaran.

BAB III PEMBAHASAN

A. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar menurut Femi Olivia (2008: 40) adalah pemusatan pikiran, atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang siswa selama periode belajar.

Konsentrasi belajar adalah suatu aktivitas untuk membatasi ruang lingkup perhatian seseorang pada satu objek atau satu materi pelajaran (Benjamin, dalam Hartanto, 1995 ).

Harahap (dalam Sari D.P. 2006) mendefinisikan konsentrasi belajar sebagai suatu pemusatan, penyatuan, pernyataan adanya hubungan antara bagian-bagian dalam pelajaran atau lebih.

Liang Gie (dalam Hartanto. 1995) yang menyimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian atau pikiran dengan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang dipelajari.

Alim (2008) menyebutkan bahwa konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu.

Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa, konsentrasi belajar yaitu, pemusatan perhatian, pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang sedang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari. Tujuan dari konsentrasi belajar sendiri adalah agar siswa lebih fokus dan lebih mudah dalam menerima dan menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga kemampuan berpikir dan pengetahuan siswa pun akan meningkat.

(5)

Menurut Veenstra (dalam Sari, 2006) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain:

 Faktor Usia. Kemampuan untuk konsentrasi ini ikut tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia individu.

 Fisik. Kondisi sistem saraf (neurogical system) mempengaruhi kemampuan individu dalam menyeleksi sejumlah informasi dalam kegiatan perhatian.

 Faktor pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman turut berperan dala usaha memusatkan perhatian pada objek yang belum bisa dikenali polanya sehingga pengetahuan dan pengalamn individu dapat memudahkan untuk berkonsentrasi.

 Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar antara lain suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar.

2. Indikator Konsentrasi Belajar

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator konsentrasi belajar adalah sebagai berikut:

a) Perilaku kognitif, ditandai dengan:

 Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.  Komprehensif dalam penafsiran informasi.

 Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.

 Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.

b) Perilaku afektif, ditandai dengan:  Perhatian pada materi pelajaran.  Merespon bahan yang diajarkan.  Mengemukakan suatu ide.

c) Perilaku psikomotor, ditandai dengan:

 Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru.  Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh

arti.

 Adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.

3. Fakor-faktor Penyebab Kesulitan Konsentrasi Belajar  Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.

 Perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, dan takut.  Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.  Kondisi kesehatan jasmani.

 Bersifat pasif dalam belajar.

 Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.

4. Keuntungan Jika Siswa Dapat Berkonsentrasi Dalam Kedigatan Belajar

(6)

 Siswa akan lebih mudah dan cepat menguasai materi ajar yang disampaikan oleh guru.

 Siswa yang konsentrasi dalam belajar merupakan salah satu tanda bahwa ia sedang aktif belajar.

 Menambah semangat/motivasi bagi siswa untuk lebih aktif beraktifitas dalam belajar.

 Memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.  Suasana belajar menjadi yang semakin kondusif.

 Memudahkan siswa mendapatkan pengalaman yang baru.

 Munculnya hal-hal yang positif (misalnya tidak mau menghayal) dalam diri siswa.

B. Upaya meningkatkan Konsentrasi Belajar

Malas belajar yang dialami para siswa biasanya disebabkan oleh adanya kurang kemampuan siswa dalam berkonsentrasi. Karena tidak adanya konsentrasi ini membuat siswa sulit menguasai apa yang dibaca atau dipelajarinya. Akibatnya, siswa mudah bosan, putus asa, dan enggan untuk belajar lagi. Oleh karena itu guru sebaiknya mengetahui pasti apa saja yang harus dilakukan dalam menghadapi konsentrasi belajar siswa yang kadangkala mudah sekali goyah. Di awal pelajaran bisa saja siswa focus mengikuti pelajaran di dalam kelas dan fokus memperhatikan materi yang sedang disampaikan oleh gurunya, namun ada beberapa hal yang bisa membuat siswa menjadi kehilangan konsentrasi belajar, misalnya ketika ditengah-tengah pelajaran siswa merasa bosan, sehingga timbul keinginan untuk mengobrol dengan teman sebangku, atau bahkan siswa mengantuk dan tertidur di kelas. Bisa juga siswa merasa bosan dan malas di awal pelajaran namun bisa fokus mengikuti pelajaran ketika di tengah-tengah pelajaran sedang berlangsung.

Hamalik (1995:50), Konsentrasi belajar dapat ditingkatkan dengan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan hal-hal yang mempengaruhi konsentrasi belajar.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru yaitu : 1. Memberikan Motivasi kepada siswa

2. Membuat bahan pelajaran menjadi lebih menarik sehingga mudah dipahami oleh siswa dan juga memberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan pelajaran yang sedang dibahas.

3. Mempersiapkan alat bantu belajar.

4. Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.

Menurut kajian yang saya lakukan terhadap beberapa buku dan jurnal, saya menyimpulkan bahwa, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa, yaitu diantaranya:

(7)

Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal. Lingkungan kelas yang kondusif bisa dilakukan dengan membuat ruang kelas menjadi bersih, rapih, indah, dan penyusunan bangku yang teratur. Intinya, untuk membuat suasana yang kondusif, ruang kelas yang digunakan untuk belajar haruslah dibuat seyaman mungkin untuk para siswa.

Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan asset penting untuk belajar. Peserta didik dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal, baik secara fisik maupun mental.

Menciptakan ruang belajar yang kondusif untuk membangun sugesti. Misalnya, memasang musik latar di dalam kelas. Untuk ruangan kelas kita harus memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur,

Proses belajar yang menyerupai permainan akan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak terlalu membosankan.

Bermain menciptakan keadaan emosional positif yang sangat kuat, guru bisa merancang materi yang sulit dalam bentuk permainan, terutama untuk anak-anak yang secara umum aktif atau sedikit hiperaktif (Dunn & Dunn, 1992,1993).

Guru bisa mengikuti gaya belajar yang disukai anak-anak secara umum, sehingga guru bisa mengenali kebutuhan gaya belajar setiap anak dan membantu siswa menggunakannya untuk lebih mengendalikan pembelajaran mereka.

Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa (2009), olahraga dan latihan pada Brain Gym dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan. Brain Gym juga dapat meningkatkan kemampuan belajar tanpa batasan umur (Ayinosa, 2009).

Brain Gym dilakukan dengan cara menstimulasi gelombang otak melalui gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki seperti gerakan Hooks-up (kait rileks), gerakan silang, saklar otak, titik positif, Lazy 8, menguap berenergi, pengisi energi, luncuran gravitasi, tombol angkasa dan pasang telinga dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan belajar dan pemusatan perhatian atau konsentrasi anak karena seluruh bagian otak digunakan dalam proses belajar dan berkonsentrasi.

(8)

pelajaran ketika guru merasakan bahwa siswa bosan dan tidak fokus, guru bisa mengajak siswa untuk bermain games ini. Permainan yang bisa dilakukan yaitu:

a) Katakan “DOR”

Pada permainan ini, guru mengajak seluruh siswa untuk duduk atau berdiri dan membentuk lingkaran besar. Kemudian guru memberikan pengarahan pada siswa untuk fokus dan berkonsentrasi. Siswa diminta untuk berhitung secara bergatian ke arah kanan/kiri. Setelah semua siswa fokus, permainan dimulai dengan mengurutkan angka, siswa kembali berhitung secara bergatian, dan disetiap angka lima dan kelipatannya, siswa dilarang untuk menyebutkan angka tersebut, melainkan harus menyebutkan kata ‘DOR’. Siswa yang tidak mengucapkan kata ‘DOR’ atau telat mengucapkannya akan mendapat hukuman yaitu menyingkir dari permainan, dan siswa yang masih bertahan akan melanjutkan permainan sampai mendapatkan seorang pemenang.

b) Big Boss Berkata

Pada permainan ini guru akan berdiri di depan kelas dan meminta siswa untuk focus dan memperhatikan. Dalam mempraktekkan permainan ini, guru akan memberikan perintah pada siswa untuk memegang salah satu anggota tubuh namun sang guru sendiri akan meracau dengan memegang anggota tubuh lain yang tidak sesuai dengan apa yang diucapkan. Misalnya, guru memberikan perintah “Big Boss berkata, pegang hidung” lalu sang guru akan memegang telinga. Siswa yang salah yaitu siswa yang meniru sang guru memegang telinga, dan siswa yang benar yaitu siswa yang mengikuti ucapan guru yang memerintahkan untuk memegang hidung. Dari permainan ini dapat kita simpulkan bahwa, siswa yang salah kurang berkonsentrasi dalam permainan dan tidak memperhatikan perintah yang diminta, dan siswa yang benar adalah siswa yang telah fokus dalam permainan dan sudah berkonsentrasi, sehingga ia tidak terkecoh dan tetap focus pada perintah yang diberikan.

3. Musik Dalam Pembelajaran

Musik dan lagu memberi stimulasi yang cukup kuat terhadap otak, sehingga mendorong perkembangan kognitif dengan cepat. Menyanyi atau memainkan alat musik mengaktifkan otak kanan dan otak kiri.

Bobbi DePorter, dkk (1999) menyatakan bahwa music sekurang-kurangnya bermamfaat untuk menata suasana hati, meningkatkan hasil belajar yang diinginkan, dan menyoroti hal-hal yang penting.

Guru dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik juga dapat membantu siswa masuk ke dalam situasi belajar yang optimal.

(9)

Menurut Dr. Lozanof musik yang paling membantu adalah musik klasik sperti Bach, Handel, Pachebel, dan Vivaldi.

Selain itu, ada teori yang menyatakan bahwa dalam situasi otak kiri sedang bekerja, seperti mempelajari materi baru, musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses. Namun, justru otak kanan yang kreatif ini sering menganggu otak kiri ketika sedang berpikir dan berkonsentrasi. Itulah sebabnya otak kanan yang cenderung untuk terganggu selama belajar merupakan penyebab mengapa seseorang kadangkala melamun dan memerhatikan pemandangan ketika anda berniat untuk konsentrasi. Memasang musik adalah cara efektif untuk menyibukkan otak kanan ketika sedang berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri.

4. Humor Dalam Pembelajaran

Humor dalam pembelajaran adalah komunikasi yang dilakukan guru dengan menggunakan sisipan kata-kata bahasa dan gambar yang mampu menggelitik siswa untuk tertawa. Sisipan humor yang diberikan dapat berbentuk anekdot, cerita singkat, kartun, karikatur, peristiwa social, pengalaman hidup, lelucon atau plesetan yang dapat merangsang terciptanya suasana riang, rileks, dan menyenangkan dalam pembelajaran. Guru yang memiliki kemampuan untuk menciptakan humor di dalam kelas, dipastikan mampu mengurangi kecemasan dan kebosanan peserta didik.

Secara garis besar terdapat empat mamfaat humor dalam pembelajaran, yaitu : (1) membangun hubungan dan meningkatkan komunikasi antara guru dan peserta didik, (2) mengurangi stress, (3) membuat pembelajaran menjadi menarik sehingga siswa menjadi fokus dan berkonsentrasi pada pelajaran, dan (4) meningkatkan daya ingat suatu materi pelajaran.

Treft & Blakeslee (2000) dalam studinya yang berhubungan dengan pembelajaran perpustakaan, menemukan bahwa humor adalah salah satu cara terbaik membuat materi pelajaran yang membosankan menjadi lebih menarik bagi siswa dan para guru. Sudah pasti, jika siswa tidak merasakan bosan, kemungkinan siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran-pun sangat besar.

BAB IV

(10)

A. Kesimpulan

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau keinginan untuk merubah suatu kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju. Ada dua factor yang memperngaruhi belajar, yaitu factor eksternal dan factor internal. Konsentrasi belajar merupakan salah satu factor internal yang mempengaruhi belajar. Konsentrasi belajar yaitu, pemusatan perhatian, pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang sedang dipelajari dan mengabaikan segala hal yang tidak berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari. Konsentrasi belajar merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam menyerap ilmu yang disampaikan guru pada saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Malas belajar yang dialami para siswa biasanya disebabkan oleh adanya kurang kemampuan siswa dalam berkonsentrasi. Dalam proses belajar mengajar tentu saja tidak dapat dipisahkan dari peran seorang guru. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan mengenai cara apa saja yang dapat dilakukan supaya para siswa tetap focus dalam mengikuti pelajaran, terutama cara untuk membuat siswanya tetap beronsentrasi dalam belajar. Menurut saya ada beberapa hal yang dapat guru lakukan dalam upaya meningkatkan konsentrasi belajar siswanya, yaitu:1) Membuat ruang kelas menjadi kondusif; 2) Memainkan games singkat yang bisa mengarahkan pikiran siswanya untuk berkonsentrasi; 3) Dengan menggunakan music, namun tidak semua jenis music dapat dijadikan sebagai alat meningkatkan konsentrasi; 4) Dan yang terakhir yaitu dengan menggunakan humor.

B. Saran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Barbara K. Given. 2007. Brain-Based Teaching. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fanny, R. (2009). Brain Gym Tingkatkan Potensi Seseorang. (online).

Tersedia:http://kiatsehat.com/2009. (diakses tanggal 18 Mei 2016). Hariyanto. 2010. Pengertian Belajar Menurut Ahli. (online). Tersedia

http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/. (diakses: 15 Mei 2016).

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil pemeriksaan skrining menggunakan kriteria Amsel dan Nugent yang telah terkumpul ditabulasi dan dimasukkan ke tabel 2x2. Dari tabel 2x2 kemudian dilakukan

Mengingat bahwa dari hasil pengujian hipotesis hanya risk premium (premi risiko) yang berpengaruh signifikan, maka implikasi dari penelitian ini adalah (1) hasil

PENGETAHUAN GURU SD TENTANG “PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT” SEBAGAI HASIL PELATIHAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SEKOLAH SEHAT DI CIATER SUBANG. Universitas Pendidikan Indonesia |

beban mati, beban hidup dan beban gempa yang bekerja pada struktur

Nilai rata – rata aspek ekonomi adalah sebesar 225 yang diperoleh dari uraian pendapat petani penggarap, pemilik lahan, dan investor sebagai pelaku kerjasama terhadap empat faktor

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan ( Research and Development ). Pengembangan sistem informasi ini menggunakan model pengembangan waterfall

unit akrilonitril dalam kopolimer, sedangkan proton olefin dan unit butadien muneul pada daerah selcitar 5,55 ppm (resonansi ini tidak ditampilkan disini), Dari

Berdasarkan hasil tambahan dengan kategorisasi melalui uji beda one sample mean empirik terhadap mean teoritis maka diperoleh, baik mean empirik subyek pria (95,91) maupun