• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM POLITIK DALAM ISLAM Disusun untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM POLITIK DALAM ISLAM Disusun untuk"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM POLITIK DALAM ISLAM

Disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu : Muhammadun,S.Ag,M.Si

Disusun oleh :

Nama : Aris Susilo Wibowo NIM : 2014-11-017

Kelas : I A

Progdi : Manajemen Ekonomi

PROGAM STUDI MANAJEMEN

Fakultas Ekonomi

(2)

KAT

A

PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan makalah Pendidikan Agama Islam ini. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam.Makalah ini juga menguraikan beberapa materi mengenai Sistem Politik dalam Islam dan juga untuk mempermudah pemahaman kepada kita semua, khususnya mahasiswa Universitas Muria Kudus.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyampaikan terimakasih kepada yang turut serta membantu dalam penyelasaian makalah ini baik moril maupun materil. Kepada para orangtua dari kami yang telah memberi support dan motivasi untuk pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami, kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para mahasiswa dari hasil makalah ini.Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama, bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusunmakalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini.

Kudus, 3 Desember 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………... 1

DAFTAR ISI……….. …..2

BAB I PENDAHULUAN………...3

A. Latar belakang ………...3

B. Rumusan masalah ………..4

C. Tujuan ………....4

BAB II PEMBAHASAN………...……….... …...5

A. Definisi Sistem Politik Islam…….………...…..5

B. Kedudukam Sistem Politik dalam Islam..……… ……….. …..7

C. Prinsip-prinsip Dasar atas siasat dalam Islam………. ...10

D. Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional….….. ….….15

E. Kontibusi umat Islam terhadap Politik di Indonesia………..18

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN………21

B. SARAN………..…..21

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda.Namun, Islam memiliki aturan politik yang bisa membuat negara itu adil.Dalam Al-Qur’an memang aturan politik tidak disebutkan, tetapi sistem politik pada jaman Rasullullah SAW sangatlah baik.Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mendorong masyarakatnya menjalankan syari’at Islam.

Indonesia adalah sebuah negara Islam terbesar di dunia, namun bila dikatakan negara Islam, dalam prakteknya islam kurang di aplikasikan dalam sistem pemerintahan baik itu politik maupun demokrasinya. Hal itu berpengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia di Indonesia, terutama pada sistem yang berlaku dalam pemerintahan Indonesia. Contoh kecil adalah maraknya korupsi yang dikarenakan kurang transparannya pemerintahan di indonesia. Hal tersebut di atas membuat penulis membahas tentang Islam dalam aspek politik dan demokrasi dalam suatu negara dalam makalah ini.

(5)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat kami rumuskan beberapa permasalahan,

yaitu :

1. Apa Pengertian Sistem Politik dalam Islam?

2. Apa asas-asa yang digunakan di politik islam ?

3. Bagaimana kedudukan Sistem Politik dalam Islam?

4. Apa saja Prinsip-prinsip dasar atau Siasat dalam Islam?

5. Apa Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional?

6. Apa prinsip utama sistem politik islam ?

7. Bagaimana Kontribusi Umat Islam terhadap Politik di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai

berikut :

(6)

2. Mengetahui kedudukan Sistem Politik Islam.

3. Mengetahui prinsip-prinsip dasar atau siasat dalam Islam.

4. Mengetahui prinsip-prinsip hukum antar agama atau hukum Internasional.

5. Mengetahui kontribusi umat Islam terhadap politik di Indonesia.

(7)

A. Pengertian Sistem Politik Islam

Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu system, artinya perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas atau susunan yang teratur dengan pandangan, teori, dan asas. Sedangkan kata politik pada mulanya berasal dari bahasa Yunani atau Latin, politicos atau politicus, yang berarti relating to citizen. Keduanya berasal dari kata polis, yang berati kota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata politik diartikan sebagai “segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan”. Kata Islam, adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Sedangkan secara harfiyah, Politik Islam disebut juga Fiqh Siyasah yang dapat diartikan sebgai mengurus, mengendali atau memimpin sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“ Adapun Bani Israel dipimpin oleh Nabi mereka “

(8)

demikian, sistem politik Islam adalah sebuah aturan tentang pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai Islam.

Islam memang memberikan landasan kehidupan umat manusia secara lengkap, termasuk di dalamnya kehidupan politik. Tetapi Islam tidak menentukan secara konkrit bentuk kekuasaan politik seperti apa yang diajarkan dalam Islam. Itulah sebabnya, kemudian terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam dalam merumuskan sistem politik Islam.

Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW menunjukkan, bahwa beliau memegang kekuasaan politik di samping kekuasaan agama. Ketika beliau dengan para sahabat hijrah ke Madinah, kegiatan dan aktivitas yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari ntuk menciptakan sistem kehidupan yang stabil dan harmonis serta kondusif adalah mempersatukan seluruh penduduk Madinah dalam satu sistem sosial politik dibawah kekuasaan beliau, yang dikenal dengan Perjanjian Madinah. Rasulullah tidak memaksa kaum Yahudi, Nasrani, dan pemeluk agama lainnya untuk memeluk agama Islam, tetapi beliau menginginkan semua penduduk Setelah Rasulullah memiliki kekuasaan secara politik di Madinah, beliau juga menjalin kesepakatan dengan penguasa Mekah agar tidak terjadi perselisihan diantara kedua kekuasaan tersebut.Sekalipun dalam perkembangan selanjutnya penguasa Mekah mengingkari perjanjian yang telah mereka tanda tangani, sehingga memicu peperangan yang cukup hebat dan dahsyat, seperti perang Badar, perang Uhud, dan lain-lain.

(9)

akar kata sasa-yasusu, namun ini bukan berarti bahwa al-Qur’an tidak menguraikan masalah sosial politik.

Banyak ulama ahli Al-Qur’an yang menyusun karya ilmiah dalam bidang politik dengan menggunakan al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai rujukan, bahkan Ibnu Taimiyah (1263-1328) menamai salah satu karya ilmiahnya dengan al-Siyasah al-Syar’iyah (Politik Keagamaan).Uraian al-Qur’an tentang politik secara sepintas dapat ditemukan pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang hukum.Kata ini pada mulanya berarti “menghalangi atau melarang dalam rangka perbaikan”. Dari akar kata yang sama, terbentuk kata hikmah, yang pada mulanya berarti kendali. Makna ini sejalan dengan asal makna kata

sasa-yasusu-sais-siyasah, yang berarti mengemudi, mengendalikan, pengendali dan cara pengendalian (M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat, 1997 : 417).

Kata siyasah,sebagaimana dikemukakan diatas, diartikan dengan politik, dan juga sebagaimana terbaca, sama dengan kata hikmat. Disisi lain, terdapat persamaan makna antara kata hikmah dan politik. Sementara ulama mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaaan, atau kemampuan menangani suatu masalah, sehingga mendatangkan manfaat atau menghindarkan madharat. Dengan demikian, sistem politik Islam adalah suatu konsepsi yang berisikan antara lain ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan Negara,: siapa pelaksana kekuasan tersebut, apa dasar, dan bagaimana cara untuk menentukan kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan, kepada siapa pelaksana kekuasaan itu bertanggung jawab, dan bagaimana bentuk tanggung jawab berdasarkan nilai-nilai agama Islam (sesuai dengan ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an, Hadist dan Ijtihad).

(10)

1. HAKIMIYAAH ILAHIYYAH

Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad saw adalah suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan. 3. KHILAFAH

Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah sebagai wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenar.

C. Kedudukan Sistem Politik dalam Islam

Sampai saat ini, umat Islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik dalam syari’at Islam, paling tidak dalam hubungan antara Islam dan ketatanegaraan. Dalam hal ini ada tiga aliran/pendapat, antara lain :

(11)

termasuk kehidupan bernegara. Tokoh-tokoh utama dari pendapat ini antara lainSyeikh Hassan al-Banna, Sayyid Quthb, Syeikh Muhammad Rasyid Ridha, dan yang paling vokal dan agresif adalah Maulana Abul A’la al-Maududi.

b. Pendapat kedua yang berpendirian, bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat, yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut pendapat ini, Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang Rasul tokoh-tokoh yang terkemuka dari pendapat ini adalah Ali abdul Raziq dan Dr. Thaha Husein.

c. Pendapat ketiga yang menolak pendapat, bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap, dan bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi golongan ini juga menolak anggapan, bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat yang hanya mengatur hubungan antara manusia dan Maha Penciptanya saja. Tokoh yang menonjol adalah Dr.Mohammad Husein Haikal.

Sejarah membuktikan bahwa Nabi, kecuali sebagai Rasul, meminjam istilah Harun Nasution, beliau adalah kepala agama dan juga kepala Negara. Nabi menguasai suatu wilayah Yatsrib yang kemudian diganti oleh Baginda Rasul dengan nama Madinah al-Munawwarah (kota yang bersinar) sebagai wilayah kekuasaan Nabi dan pusat pemerintahannya dengan piagam Madinah sebagai aturan dasar kenegaraannya.(Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, 1996 : 227)

(12)

mengatur dan mengutus pejabat ke daerah-daerah untuk keamanan umat Islam (eksekutif), dan selalu mengadakan musyawarah (legislatif).

Setelah Nabi wafat, kedudukan beliau sebagai kepala Negara di gantikan Abu Bakar Sidiq, yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat, selanjutnya disebut khalifah.Sistem pemerintahannya disebut Khilafah.Sistem khilafah ini berlangsung hingga kepemimpinan berada di bawah kekuasaan khalifah terakhir, Ali Ibnu Abi Thalib. Selepas itu,sistem pemerintahan yang di ambil adalah dalam bentuk kerajaan. Dalam sistem ini tidak memilih khalifah secara demokratis, melainkan di angkat secara turun temurun dan berlangsung hingga akhir abad ke

tujuh belas, saat Turki Usmani mulai mengalami kekalahan-kekalahan dari bangsa Eropa.Akhir abad tujuh belas hampir semua negara Islam mauk dalam perangkap penjajahan Barat. Lamanya penjajahan di negara satu dengan negara lainnya tidak sama.

Dengan semangat perjuangan yang tinggi dan rasa senasib sepenanggungan, maka pada awal abad ke sembilan belas, negara-negara Islam mulai melepaskan diri satu persatu dari kolonialisme Barat yang sangat kejam.Saat yang bersamaan, muncul lah nasionalisme-nasionalisme.

Menurut Harun Nasution, khilafah (pemerintahan) yang timbul sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW tidak mempunyai bentuk kerajaan, tetapi lebih dekat kepada republik, dalam arti, kepala negara di pilih dan tidak mempunyai sifat turun temurun.

Kalau kita melihat perkembangan politik Islam di negara Indonesia, paling tidak ada beberapa hal yang kita perlu pikirkan dan mengamasnya ke dalam perspektif religio politik baru tentang hubungan antara Islam dan Negara, antara lain sebagai berikut :

(13)

Kedua, mereka mengakui bahwa Islam memberi seperangkat prinsip sosial politik. Meskipun demikian, mereka memandang bahwa Islam bukanlah ideology. Karenanya dalam pandangan mereka, ideologi Islam itu tidak ada, bahkan menurut sebagian dari mereka, ideologisasi Islam dapat dianggap sebagai mereduksi Islam.

Ketiga, karena Islam di fahami sebagai agama yang kekal dan universal. Maka, pemahaman kaum muslimin terhadapnya tidak boleh dibatasi hanya kepada pengertian formal dan legalnya, khususnya yang dibangun dalam konteks ruang dan waktu tertentu.

Keempat, mereka percaya bahwa hanya Allah SWT yang mengetahui kebenaran mutlak. Perlu sekali kaum muslim untuk mengembangkan toleransi beragama, baik secara internal maupun eksternal termasuk tentunya dalm sistem politik Islam.

D. Prinsip-prinsip Dasar atas Siasat dalam Islam

Sebagai ummat Islam, maka tentu saja kita mengambil prinsip-prinsip dasar berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber referensi dan rujukan dalam berbagai hal termasuk dalam urusan politik.

Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung ajaran tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dan di implementasikan dalam pengembangan sistem politik Islam. Nilai-nilai dasar tersebut adalah :

(14)

“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. (Q.S. al-Mukminun: 52)”.

b) Kemestian bemusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyah.

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Asy Syura : 38)”.

c) Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.( Q.S. an-Nisa: 58)”.

(15)

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisa: 59)”.

e) Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam.

(16)

aniaya itu sehingga kembali kepada perintah Allah. Maka jika telah kembali, damaikanlah antara kedua-duanya dengan adil.Dan hendaklah berlaku adil, sesungguhnya Allah menyukai orang yang berlaku adil”.Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya.

(Q.S. al-Hujurat:9)”.

f) Keharusan mempertahankan kedaulatan Negara dan larangan melakukan agresi dan invasi.

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas.(Q.S. al-Baqarah: 190)”.

g) Kemestian mementingkan perdamaian daripada permusuhan.

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Anfal 8:61)”.

(17)

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

(Q.S. al-Anfal: 60)”. i) Keharusan menepati janji.

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

(18)

j) Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

(Q.S. al-Hujurat: 13)”

k) Kemestian peredaran harta pada seluruh lapisan masyarakat.

(19)

antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

(Q.S. al-Hasyr: 7)”.

E. Prinsip Utama Sistem politik Islam 1. MUSYAWARAH

Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan oarang-oarang yang akan menjawab tugas-tugas utama dalam pentatbiran ummat. Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan perkara-perkara baru yang timbul dikalangan ummat melalui proses ijtihad.

2. KEADILAN

Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalam kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara ibu bapa dan anak-anaknya.

3. KEBEBASAN

Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang berteruskan kepada makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar adalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam.

(20)

Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak, persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-undang.

5. HAK MENGHISAB PIHAK PEMERINTAH

Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentatbiran negara dan ummat. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusan-keputusan pihak pemerintah.

F. Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional

Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh umat manusia, tanpa dibatasi oleh wilayah, perbedaan ras dan warna kulit, bahasa dan perbedaan-perbedaan lainnya. Setiap orang di penjuru dunia manapun yang beriman kepada Allah dalam arti menempatkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah sebagai acuan, paradigma hidupnya, maka orang tersebut adalah umat Nabi Muhammad SAW. Begitu juga negara manapun yang melandaskan sistem perundang-undangannya berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, maka negara tersebut adalah negara Islam. Namun dalam kenyataannya kita juga saling berhubungan dengan negara

lain yang harus di jalin dengan baik dan benar, jadi diperlukan adanya prinsip-prinsip politik luar negeri dalam Islam.

(21)

peribadatan, berfungsi pula sebagai dasar-dasar hukum dan akhlak yang mengatur hubungan antara sesama manusia.Bahkan, hukum Islam bukan hanya meletakkan dasar hubungan dalam arti yang sempit, tetapi mencakup segala aspek hidup dan kehidupan yang ada.

Hukum Islam menjunjung tinggi huquq al-insaniyyah tanpa mengenal diskriminasi agama, warna kulit, dan kebangsaan.Selain itu, hukum Islam juga mengakui hak milik pribadi, namun melarang menumpuk kekayaan, merampas, dan eksploitasi. Dengan kata lain, hukum Islam mengakui hak milik perorangan, tetapi kepentingan sosial tidak boleh diabaikan.

Dalam skop yang lebih luas, hukum Islam menyeru agar seluruh umat manusia yang berlainan asal dan kebangsaan, warna kulit dan agamanya, menegakkan persaudaraan kemanusiaan secara menyeluruh, sehingga humanisme benar-benar terwujud dalam kehidupan umat manusia.

Itulah sebabnya sehingga hukum Islam mengatur hubungan antara bangsa dan negara, baik di waktu damai maupun di waktu perang.Bahkan, sampai pada mendirikan badan Internasional yang bertugas untuk menyelesaikan pertikaian yang terjadi di antara mereka. Apabila ada bangsa dan negara yang tidak mau tunduk, maka dengan kekuatan badan itu dapat memaksa menyelesaikan pertikaian-pertikaian yang terjadi, demi tegaknya kebenaran dan terjaminnya keadilan.Pada garis besarnya, objek pembahasan sistem politik Islam, meliputi :

 Siasah Dusturiyah atau Hukum Tata Negara.

(22)

1) Persoalan imamah, hak dan kewajibannya.

2) Persoalan rakyat, status, hak, dan kewajiban.

3) Persoalan ba’iat.

4) Persoalan Waliyatul Ahdi.

5) Persoalan perwakilan.

6) Persoalan ahlu al-halli wa al-aqdi.

7) Wizarahdan pembagiannya.

 Siasah Dauliyah atau Hukum Internasional dalam Islam.

Pembahasan siasah dauliyahdalam Islam berorientasi pada permasalahan sebagai berikut :

1) Damai adalah asas hubungan Internasional

2) Memperlakukan tawanan perang secara manusiawi.

3) Kewajiban suatu negara terhadap negara lain.

4) Perjanjian-perjanjian Internasional. Dan syarat-syarat mengikuti perjanjian antara lain :

a. Yang melakukan perjanjian memiliki kewenangan.

b. Memiliki kerelaan.

(23)

d. Perjanjian penting harus ditulis.

e. Saling memberi dan menerima (take and give).

5) Perjanjian ada yang selamanya (mu’abbad) dan sementara (mu’aqqat).

6) Perjanjian terbuka dan tertutup.

7) Mentaati perjanjian dan siasah dauliyahdengan orang asing.

 Siasah Maaliyah.

Dalam siasah maaliyah permasalahan yang biasanya dibahas adalah sebagai berikut :

1) Prinsip-prinsip kepemilikan harta.

2) Tanggung jawab sosial yang kokoh.

3) Zakat, harta karun, kharaj (pajak), ghanimah (rampasan perang) dan fa’i.

4) Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris.

5) Bea cukai barang import.

(24)

G. Kontribusi Umat Islam terhadap Politik di Indonesia

Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasinal tidak bisa dipandang sebelah mata.Di setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam ini selalu punya pengaruh besar.Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat ini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam.Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk mayoritas bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam sangat di anjurkan agar penganut nya senantiasa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi orang banyak, bangsa, bahkan dunia. Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat Islam agar bisa memberikan kontribusi bagi bangsa ini.

Sekarang mari kita amati kontribusi umat Islam dalam perpolitikan Nasional di setiap era bangsa ini :

1. Era Kerajaan-kerajaan Islam Berjaya

Pengaruh Islam terhadap perpolitikan Nasional punya akar sejarah yang cukup panjang.Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri beberapa kerajaan Islam besar.Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi

2. Era Kolonial dan Kemerdekaan Orde Lama

(25)

besar terhadap perumusan NKRI.Baik itu mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan Undang-undang.

Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta.Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari kaum umat beragama lainnya.Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis negara.

3. Kemerdekaan Orde Baru

Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di dalam negara.Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh

ditampilkan, termasuk ideologi politik Islam.Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi politik di dalam perpolitikan Islam.Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok.

 Kelompok pertama di sebut kaum skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan pemerintah.

(26)
(27)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah kami kaji, kami dapat menyimpulkan bahwa definisi politik dari sudut pandang Islam adalahsebuah aturan tentang pemerintahan yang berdasarkan nilai-nilai Islam. Politik Islam = Fiqh Siyasah, Semua sumber politik Islam yang kita pelajari adalah bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Dalam fikih siasah disebutkan bahwa garis besar fikih siasah meliputi :

1. Siasah Dusturiyyah (Tata Negara dalam Islam)

2. Siasah Dauliyyah (Politik yang mengatur Hubungan antara satu Negara Islam dengan negara Islam lain atau dengan negara sekuler lainya)

3. Siasah Maaliyyah (Sistem Ekonomi Negara)

B. SARAN

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Djazuli. 2009. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syari’ah. Jakarta .Kencana.

Iqbal, Muhammad. 2007. Fiqh Siyasah: Kontestualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta. Jaya Medi Pratama

Salim, Abdul Muin. 1994. Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Qur’an. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Syarif, Mujar Ibnu. 2008. Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. Jakarta. Erlangga

http://politik.kompasiana.com/2013/03/24/agama-dan-negara-tiga-aliran-besar-tentang-hubungan-islam-dan-politik-539750.html pada Senin, 27 Mei 2013 07.46

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan, aplikasi formula kompos KBM (50 dan 100 g polibag -1 ) pada tanaman mete di pembibitan mampu meningkatkan tinggi bibit, jumlah daun, diameter

Sebagaimana disebutkan diatas, untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alkohol hasil fermentasi yang

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, antara lain: (1) Menentukan kelas riset; (2) Memberikan tes kepada siswa yang menjadi subjek penelitian

Dari hasil pengujian alat pengering lada dinyatakan berhasil dalam proses pengeringan karena dalam standar SNI kadar air yang maksimal <13% (SNI, 1995-2013)

the condition of the patients after those utterances were uttered by the midwives. Patient in the consultation V was changed from the condi tion ‗she did not give her baby the

Pelaksanaan pengabdian masyarakat diawali dengan melakukan koordinasi dengan perangkat pemerintahan (ketua RT) dan kepala panti untuk mendapatkan izin pelaksanaan

aerobic condition which leads to peat oxidation and turns the peat into net C emitter and C loss [4, 5, 6]. Although the significant roles of groundwater depth in governing CO 2

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpul bahwa Model pemelajaran Snowball Throwing merupakan teknik mengajar untuk pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk