RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
: SMK N 5 Yogyakarta
Mata Pelajaran
: Sejarah (Peminatan)
Kelas / Semester
: XII / 1
Materi Pokok : Peran aktif Bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin dan
dampaknya terhadap politik dan ekonomi global
Sub Materi Pokok
:
Perkembangan Gerakan Non Blok
Alokasi Waktu
: 4 x 45 (180 Menit)
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1.
Menjelaskan latar belakang lahirnya gerakan non blok
2.
Menjelaskan gerakan non blok dan peranannya terhadap perang dingin
3.
Menganalisis peranan Indonesia dalam gerakan non blok pada masa perang dingin
4.
Mengemukakan pendapat mengenai peran aktif bangsa Indonesia pada masa Perang
Dingin
5.
Membuat kesimpulan dari hasil analisis mengenai peran aktif bangsa Indonesia pada
masa Perang Dingin
6.
Menyajikan laporan hasil analisis mengenai peran aktif bangsa Indonesia pada masa
Perang Dingin
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
Indikator
3.3 Menganalisis peran aktif bangsa
Indonesia pada masa Perang Dingin
dan dampaknya terhadap politik dan
ekonomi global
3.3.1 Menjelaskan latar belakang lahirnya
gerakan non blok
3.3.2 Menjelaskan gerakan non blok dan
peranannya terhadap perang dingin
3.3.3 Menganalisis peranan Indonesia dalam
gerakan non blok
4.3 Merekonstruksi tentang peran aktif
bangsa Indonesia pada masa Perang
Dingin dan dampaknya terhadap
politik dan ekonomi global dan
menyajikannya dalam bentuk tulisan
dan/atau media lain
4.2.1
Mengemukakan pendapat mengenai
peran aktif bangsa Indonesia pada
masa Perang Dingin
4.2.2
Membuat kesimpulan dari hasil
analisis mengenai peran aktif bangsa
Indonesia pada masa Perang Dingin
4.2.3
Menyajikan laporan hasil analisis
mengenai peran aktif bangsa
Indonesia pada masa Perang Dingin
C. Materi Pembelajaran:
Perkembangan gerakan Non Blok
Fakta
Konsep
Prinsip
Prosedur
Negara-negara
non blok
Non Blok tidak
memihak
penting
Latar belakang
non blok
D. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan Saintifik
2. Metode Pembelajaran
: Diskusi, tanya jawab, penugasan
3. Model Pembelajaran
: Discovery Learning
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media
1. Power
point
tentang
perkembangan gerakan non blok
2. Video gerakan non blok
3.
Gambar tokoh-tokoh pendiri
gerakan non blok
4.
Buku-buku tentang kerajaan
gerakan non blok
Alat
1. LKPD tentang perkembangan gerakan non
blok
F. Sumber Belajar
minggu lalu “menyebutkan hasil konferensi Asia
Afrika”
Guru menyampaikan topik tentang
“
perkembangan gerakan non blok
”.
Menyampaikan KD dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, peserta didik dibagi menjadi
6 kelompok
15 menit
Kegiata
n Inti
a.
(stimulasi/pemberian rangsangan)
Stimulation
Guru menunjukkan peta Negara
yang termasuk non blok, peserta
didik mengamati peta tersebut
Peserta
didik
mengidentifikasi
(
mengumpulkan informasi
) tentang
perkembangan gerakan non blok
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi
masalah)
Membimbing kelompok untuk melakukan
pengamatan melalui membaca buku teks serta
sumber belajar lain mengenai perkembangan
gerakan non blok
Peserta didik mendiskusikan" perkembangan
gerakan non blok” melalui kelompok yang
terdiri dari 6 kelompok, dengan pembagian
sebagai berikut:
1.
Kelompok I dan IV merumuskan dan
mendiskusikan tentang
latar belakang
lahirnya gerakan non blok
2. Kelompok II dan V merumuskan dan
mendiskusikan tentang
gerakan non
blok dan peranannya terhadap perang
dingin
3.
Kelompok III dan VI merumuskan dan
mendiskusikan tentang
peran aktif
bangsa Indonesia pada masa Perang
Dingin
Membimbing kelompok untuk berdiskusi
untuk mendapatkan pendalaman mengenai
perkembangan gerakan non blok
c.
Data collection
(Pengumpulan Data)
Guru membimbing siswa dalam setiap
kelompok untuk mengumpulkan data dan
menemukan perkembangan gerakan non blok
dari berbagai sumber
d.
Data Processing
(Pengolahan Data)
Peserta didik mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi
Siswa diminta untuk dapat menganalisis
informasi yang didapat .
e. Verification (Pembuktian)
Memberi kesempatan kepada kelompok untuk
mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam
bentuk tulisan
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan hasilnya dan ditanggapi
oleh kelompok lain
Guru memberikan penguatan diskusi
f.
Generalization(me
1. Jelaskan latar belakang lahirnya gerakan non
blok
2. Jelaskan peranan Indonesia terhadap perang
dingin
Guru bertanya pada peserta didik apakah sudah
memahami materi tersebut
Sebagai refleksi, guru mengajak peserta didik
untuk menggali nilai-nilai apa yang diperoleh
setelah belajar tentang topik “perkembangan
gerakan non blok”
Peserta didik diberi tugas rumah ( membuat peta
konsep perkembangan gerakan non blok
Menginformasikan materi pertemuan yang akan
datang tentang: “ekonomi global pada masa
perang dingin”
Kegiatan diakhiri dengan salam.
15 menit
H. Penilaian Hasil Belajar
a. Jenis dan Teknik Penilaian:
3) Jenis penilaian ketrampilan dengan teknik Pengamatan dan portofolio
b. Bentuk Instrumen
1) Penilaian Sikap
a) Bentuk : Pengamatan sikap (tercatat dalam Jurnal Penilaian sikap)
b) Instrumen : lembar observasi
2) Penilaian Pengetahuan
a) Bentuk : Soal uraian
b) Instrumen : Soal uraian
3) Penilaian Ketrampilan
a) Bentuk : Lembar Pengamatan Diskusi dan Presentasi
b) Instrumen : skala nilai observasi
c) Portofolio : Kumpulan tugas siswa
Yogyakarta, 23 Maret 2017
Mengetahui,
kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
Asrida Damanik, S.Pd
Lampiran 1
BAHAN AJAR (MATERI AJAR)
A. TERBENTUKNYA GERAKAN NON BLOKBandung, maka pada tahun 1961 Gerakan Non Blok dibentuk oleh Josep Broz Tito, Presiden Yugoslavia saat itu
Penggunaan istilah “Non-Alignment” (Tidak Memihak) pertama kali dilontarkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya di Srilangka tahun 1954. Dalam pidato ini, Perdana Menteri Nehru menjelaskan lima pilar prinsipil, empat pilar diantaranya disampaikan oleh Petinggi Tiongkok Chou En-lai, yang dijadikan pedoman bagi hubungan antara Tiongkok dengan India. Lima prinsip itu disebut dengan “Panchshell”, yang kemudian menjadi basis dari Gerakan Non-Blok. Kelima prinsip tersebut adalah:
1. Saling menghormati kedaulatan teritorial 2. Saling tidak melakukan agresi
3. Saling tidak mencampuri urusan dalam negeri 4. Setara dan saling menguntungkan, serta 5. Berdampingan dengan Damai
Melihat kenyataan di atas, keberadaan Gerakan Negara-Negara Non-Blok secara tegas mengacu pada hasil-hasil kesepakatan dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung 1955. Penggunaan istilah bangsa-bangsa non-blok atau “tidak memihak” adalah pernyataan bersama untuk menolak melibatkan diri dalam konfrontasi ideologis antara Barat-Timur dalam suasana Perang Dingin. Lebih lanjut, bangsa-bangsa yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok lebih memfokuskan diri pada upaya perjuangan pembebasan nasional, menghapuskan kemiskinan, dan mengatasi keterbelakangan di berbagai bidang. Dengan demikian, jelas terang bagi kita besarnya kontribusi Konferensi Bandung bagi perkembangan Gerakan Non-Blok sebagai gerakan politik dari negara-negara yang menentang perang dingin.
B. STRUKTUR GNB DAN ORGANISASI
Para pendiri Gerakan Non-Blok dan penerus mereka mengakui bahwa Gerakan mungkin akan hancur jika mereka menciptakan struktur formal tersebut untuk Gerakan sebagai konstitusi dan sekretariat intern. Sebuah organisasi trans-nasional multilateral yang terdiri dari negara-negara dengan ideologi yang berbeda dan tujuan tidak pernah bisa membuat struktur administratif yang rasional untuk menerapkan kebijakan bahwa semua bisa menerima.
1. Coordination 2. Coordinating Bureau
3. Coordination of the Coordinating Bureau and role of the Chair 4. Working Groups, Contact Groups, Task Forces and Committees 5. Non-Aligned Security Council Caucus
6. Joint Coordinating Committee
7. Coordination of Non-Aligned countries in other UN centres 8. The Troika
9. Group of past, present and future Chairs (Group of Ten) 10. Panel of Economists
11. Documentation
12. Decision making by consensus
C. PERTEMUAN – PERTEMUAN
Pertemuan-pertemuan tingkat tinggi yang diadakan oleh Negara-negara Non Blok meliputi : 1. Summit Conferences (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT);
Pertemuan ini merupakan pertemuan tertinggi dan dihadiri oleh para Kepala Negara/Kepala Pemerintahan seluruh Negara anggota Non Blok. Pertemuan ini merupakan pertemuan puncak dan sering disebut dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Keputusan-keputusan penting akan diputuskan dalam pertemuan tersebut. Pertemuan tingkat tinggi ini diselenggarakan setiap tiga tahun. Dalam membahas masalah-masalah yang ada, pertemuan ini dibagi menjadi dua komite yaitu Komite mengenai issue-issue politik dan Komite mengenai issue-issue ekonomi dan social. Sampai saat ini telah diselenggarakan KTT sebanyak 16 kali dan bertempat di Negara-negara anggota GNB, yaitu :
KTT I : 01 – 06 September 1961 di Belgrade, Yugoslavia KTT II : 05 – 10 Oktober 1964, Kairo, Mesir
KTT III : 08 – 10 September 1970, Lusaka, Zambia KTT IV : 05 – 09 September 1973, Aljir, Aljazair KTT V : 16 – 19 Agustus 1976, Colombo, Srilanka KTT VI : 03 – 09 September 1979, Havana, Kuba KTT VII : 07 – 12 Maret 1983, New Delhi, India KTT VIII : 01 – 06 September 1986, Zimbabwe
KTT XIV : 15 – 16 September 2006, Havana, Kuba KTT XV : 11 – 16 Juli 2009, Sharm el-Sheikh, Mesir KTT XVI : 26 – 31 Agustus, Teheran, Iran
KTT XVII : Karakas, Venezuela 2. Ministerial Conferences;
Konferensi ini merupakan pertemuan para menteri, yang bertujuan :
Meninjau/memeriksa perkembangan-perkem-bangan dan implementasi dari keputusan-keputusan yang dihasilkan KTT.
Menyiapkan KTT berikutnya
Mendiskusikan hal-hal yang dianggap penting yang akan dibawa ke KTT. Konferensi tingkat menteri terdiri dari :
Ministerial Meetings in New York during Sessions of the UN General Assembly Ministerial Meeting of the Coordinating Bureau
Meeting of the Ministerial Committee on Methodology Standing Ministerial Committee on Economic Cooperation Ministerial Meetings in various fields of International Cooperation Extraordinary Meetings of the Coordinating Bureau
Meetings of the working groups, task forces, contact groups and committees D. NEGARA-NEGARA ANGGOTA DAN PESERTA LAIN
1. Negara-negara Anggota
Setelah hampir 50 tahun sejak disepakati “Dasasila Bandung” yang menjadi landasan semangat antikolonialisme di Asia Afrika, lalu dilanjutkan dengan Konferensi di Beograd yang merumuskan GNB, secara kuantitas GNB berhasil menggalang anggota dari 25 negara pada tahun 1961 dan saat ini menjadi 118 negara yaitu Afganistan ·Afrika Selatan ·Republik Afrika Tengah ·
Aljazair ·Angola ·Antigua dan Barbuda ·Arab Saudi ·Bahama ·Bahrain ·Bangladesh ·Barbados ·
Nama Asal negara Mulai Akhir
Josip Broz Tito Yugoslavia 1961 1964 Gamal Abdel Nasser Republik Arab Bersatu 1964 1970
Kenneth Kaunda Zambia 1970 1973
Houari Boumédienne Aljazair 1973 1976 William Gopallawa Sri Lanka 1976 1978 Junius Richard Jayewardene Sri Lanka 1978 1979
Fidel Castro Kuba 1979 1982
N. Sanjiva Reddy India 1982 1983
Zail Singh India 1983 1986
Robert Mugabe Zimbabwe 1986 1989
Janez Drnovšek Yugoslavia 1989 1990
Stipe Mesić Yugoslavia 1990 1991
Branko Kostić Yugoslavia 1991 1992
Dobrica Ćosić Yugoslavia 1992 1992
Soeharto Indonesia 1992 1995
Thabo Mbeki Afrika Selatan 1999 2003 Datuk Seri Mahathir bin
Mohammad
Malaysia 2003 2003 Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi Malaysia 2003 2006
Fidel Castro Kuba 2006 2008
Raúl Castro Kuba 2008 2009
Hosni Mubarak Mesir 2009 2011
Muhammad Mursi Mesir 2011 2012
Mahmoud Ahmadinejad Iran 2012 2013
Hassan Rouhani Iran 2013 sekaran
g
2. Pengamat
Dalam kerangka kebutuhan untuk mempromosikan pembukaan Gerakan kontribusi dari aktor-aktor lain di arena internasional, praktek saat ini untuk mengakui negara sebagai pengamat ke pertemuan GNB. Serikat, yang memenuhi kriteria untuk masuk sebagai anggota, akan memiliki pilihan untuk mengajukan status pengamat.
Pengamat dapat menghadiri dan, dengan izin Biro, mengatasi Pleno Konferensi Summit atau pertemuan tingkat Menteri. Mereka tidak akan berpartisipasi dalam Komite maupun dalam pertemuan GNB kelompok kerja, kelompok kontak atau gugus tugas. Prosedur penerimaan anggota akan berlaku untuk masuk pengamat.
Adapun 17 negara pengamat yaitu Armenia, Azerbaijan, Bosnia and Herzegovina, Brazil, Costa Rica, Croatia, El Salvador, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Mexico, Paraguay, People's Republic of China, Serbia, Tajikistan, Ukraine, Uruguay, Montenegro.
Hal tersebut diatas membuktikan menguatnya sentiment antikolonialisme pasca Perang Dunia II. Format politik GNB selanjutnya berusaha mempertahankan posisi sebagai zona netral karena dalam periode Perang Dingin, Negara Asia Afrika dan Amerika Latin membutuhkan banyak waktu untuk tidak terjebak peperangan. Selain itu, kebutuhan bagi Negara-negara Asia Afrika lainnya untuk merasakan kehidupan bersama sebagai black side area tatanan dunia baru telah menjadikan nasionalisme sebagai factor terpenting. Meski demikian, GNB masih diwarnai inkonsistensi.
3. Organisasi Pengamat
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Afro-Asian Organisasi Solidaritas Rakyat (AAPSO) Liga Arab
Organisasi Persatuan Afrika (OAU) Organisasi Konferensi Islam (OKI)
Independentist Gerakan Baru dari Puerto Rico
Front de Liberation Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS)
4. Negara Tamu
Para tamu diundang secara ad hoc untuk setiap Summit dan Pertemuan Tingkat Menteri. Undangan dikeluarkan oleh negara tuan rumah setelah karena pertimbangan oleh Biro Koordinasi. Para tamu saat Gerakan akan dimasukkan dalam daftar yang disediakan oleh Biro Koordinasi. Para tamu hanya menghadiri upacara pembukaan dan penutupan Konferensi dan tidak memiliki hak untuk hadir dan berpartisipasi dalam pertimbangan.
5. Organisasi Tamu
Dalam Sistem PBB luar Sistem PBB Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
International Centre for Enterprise Masyarakat di Negara Berkembang (ICPEDC) Konferensi Internasional tentang Masalah Palestina
Dana Anak-anak PBB (UNICEF)
Komite PBB tentang Pelaksanaan hak-hak mutlak Rakyat Palestina Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) Program Pembangunan PBB (UNDP)
Komisi Ekonomi dan Sosial PBB Asia dan Pasifik (ESCAP) Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin dan Karibia (ECLAC) UN Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR)
Organisasi Pembangunan Industri PBB (UNIDO) UN Institute for Disarmament Research (UNIDIR)
UN International Riset & Lembaga Pelatihan untuk Kemajuan Perempuan (INSTRAW) Komite Khusus PBB untuk Decolonistion
Program Pangan Dunia (WFP) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Asia Afrika Legal Consultative Committee (AALCC) Commonwealth Secretariat
Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) Kelompok 77
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) Institut Internasional untuk Studi Non-Blok Liga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Non-Blok News Agency Renang (NANAP)
Trade Area Preferential untuk Timur dan Selatan Negara Afrika SELA
Pusat Selatan
Masyarakat Pembangunan Afrika Selatan (SADC) Asosiasi Dunia untuk Federasi Dunia
E. MASALAH-MASALAH ANTAR NEGARA
Disadari bahaa meskipun Negara-negara anggota GNB sendiri berupaya memegang teguh prinsip-prinsip dan cita-cita yang dianut oleh GNB sebagaimana tertuang dalam Dasasila Bandung, namun bukan berarti bahwa selama ini tidak ada masalah internal GNB. Diantara masalah-masalah yang menonjol adalah adanya berbagai perselisihan yang terjadi diantara Negara-negara anggota GNB sendiri. Perselisihan antara Negara anggota tertentu itu, selain mengganggu suasana kerjasama intern GNB, juga adakalanya menghambat jalannya sidang-sidang GNB. Disamping itu, disadari pula adanya kesulitan dalam mencapai kesepakatan untuk hal-hal tertentu yang disebabkan juga oleh penerapan prinsip konsensus secara kaku.
F. PERANAN GERAKAN NON BLOK BAGI PERDAMAIAN DUNIA
GNB sebagai suatu gerakan yang memiliki visi dan misi yang sangat baik pada masa perang dingin dan memiliki kemajuan pesat padaanggota-anggotanya belakangan mulai dipertanyakan ke-relevansiannya. Karena melihat kondisi dunia dimana sudah tidak ada lagi dua blok yang mendominasi kekuatan didunia. Untuk memunculkan eksistensi nya kembali GNB mulai melakukan konferensi untuk membuat suatu gerakan sehingga keberadaan GNB dapat tetap ada dan tidak hilang begitu saja. Karena GNB sendiri sangat berperan dan memiliki manfaat yang sangat besat kepada anggotanya. Dengan adanya GNB ini menolong Negara-negara di Asia dan Afrika lepas dari kolonialisme dan dapat merdeka. Sayang rasanya bila hal ini harus hilang begitu saja karena masih banyak yang dapat dilakukan sekarang ini untuk menuju dunia yang lebih baik. Dan kita tau GNB dipimpin orang-orang yang ahli maka kita akan terus menunggu gebrakan yang akan dilakukan selanjutnya.
BAB III
PERANAN INDONESIA DALAM GERAKAN NON BLOK
A. INDONESIA DAN GNB
Bagi Indonesia, Gerakan Non Blok merupakan wadah yang tepat bagi Negara-negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya dan untuk itu Indonesia senantiasa berusaha secara konsisten dan aktif membantu berbagai upaya kearah pencapaian tujuan dan prinsip-prinsip Gerakan Non Blok.
Sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan segala bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas dan aktif itu, selain sebagai salah satu Negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan commited pada prinsip-prinsip dan aspirasi GNB.
Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam kiprahnya pada masa kepemimpinan Indonesia pada tahun 1992 – 1995 diawal era pasca perang dingin. Pada masa itu, Indonesia telah berhasil membawa GNB untuk mampu menentukan arah dan secara dinamis menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi dengan menata kembali prioritas-prioritas lama dan menentukan prioritas-prioritas baru dan menetapkan orientasi serta pendekatan yang baru pula. B. PERANAN KEPEMIMPINAN INDONESIA DAN HASIL-HASILNYA
Dalam hal ini yang akan dijabarkan adalah yang mana Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB dan apa saja yang telah dihasilkannya sampai sekarang ini mulai dari berakhirnya KTT GNB ke-10 tanggal 1-6 September 1992 lalu.
Menurut Kepala Negara Bapak Presiden Soeharto bahwa GNB dalam era pasca perang dingin masih terus relevan, maka beliau selaku Ketua GNB telah memperlihatkan usaha dan niat yang sungguh-sungguh untuk menemukan kembali arah GNB dan mengembangkan melalui usaha nyataKerjasama Selatan-Selatan -Menghidupkan kembali dialog Utara -Selatan.
Dalam kaitannya dengan hal yang disebutkan terakhir, Presiden menegaskan, bahwa agar Selatan tidak dianggap hanya bisa "Menuntut", maka pendekatan lama yang cenderung konfrontatif akan diganti dengan pendekatan kemitraan. Kesungguhan Kepala Negara untuk terus menjaga momentum diperlihatkan juga dengan penegasan, bahwa hasil-hasil KTT GNB X tidak akan ditangani secara umum, tetapi akan ditangani secara khusus. Pengangkatan Nana Sutresna sebagai "Kepala Staf" GNB, juga Prof. Widjojo Nitisastro sebagai koordinator tim-tim ahli, serta empat Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprodjo, Achmad Thahir, Alamsyah Ratu Perwiranegara dan Hasnan Habib sebagai duta besar wilayah adalah bukti yang jelas adanya kesungguhan Indonesia dalam memimpin dan menyukseskan GNB.
Oleh karena itu kita dapat melihat hasil-hasil yang akan dicapai setelah KTT GNB X 1992 dalam kepemimpinan Indonesia dengan Bapak Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB.
Banyak yang telah dihasilkan sampai sekarang ini sebagai contoh adalah :
1. Gerakan Non Blok putuskan untuk mengirim utusan Palestina ke negara-negara Arab adalah untuk langsung terlibat dalam negosiasi-negosiasi yang mendukung usaha Palestina memperoleh haknya kembali yang mana keputusan yang diambil oleh Ketua GNB -Presiden Soeharto mendapat dukungan dari Menlu Palestina Farouk Kaddoomi seusai sidang Komite Palestina GNB di Bali yang dalam hal ini menurutnya keputusan tersebut menunjukkan dukungan Gerakan Non Blok kepada rakyat Palestina dalam memperoleh haknya kembali dan akan berusaha membuat warga Israel mundur dari kawasan yang diduduki. Komite Palestina GNB terdiri dari Aljazair, India, Bangladesh, Senegal, Gambia, Zimbabwe, Palestina dan Indonesia, komisi GNB untuk Palestina diketuai oleh Indonesia.
2. Gerakan Non Blok ingin berdialog dengan Peserta KTT G7 di TOKYO.
Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB dalam dialog tersebut sebenarnya ingin menyampaikan berbagai masalah terutama yang tercantum dalam PesanJakarta (the Jakarta Messages). Pesan Jakarta tersebut terkandung visi GNB yaitu :
Hilangnya keraguan sementara anggota khususnya mengenai relevansi GNB setelah berakhirnya Preang Dingin dan ketetapanhati untuk meningkatkan kerjasama yang konstruktif serta sebagai komponen integral dalam “arus utama” (mainstream) hubungan internasional;
Arah GNB yang lebih menekankan pada kerjasama ekonomi internasional dalam mengisi kemerdekaan yang telah berhasil dicapai melalui cara-cara politik yang menjadi cirri menonjol perjuangan GNB sebelumnya.
Adanya kesadaran untuk semakin meningkatkan potensi ekonomi Negara-negara anggota melalui peningkatan kerjasama Selatan-Selatan.
disesalkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Apa yang hendak disampaikan adalah buah pikiran negara anggota GNB terhadap keadaan dunia saat ini, situasi dunia yang tengah dihadapi dan usulan terhadap upaya bersama yang dapat dijalin oleh negara maju maupun negara sedang berkembang. Kelompok G-7 dalam hal ini terdiri dari Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, March 11, Italia, Jepang dan Amerika Serikat.
3. Upaya Penyelesaian Hutang Negara Negara Selatan
Beban hutang negara negara Non Blok adalah masalah yang cukup penting untuk dibahas dan dicari penyelesaiannya. Mengenai masalah beban hutang negaranegara dunia ketiga ini cukup banyak mendapat sorotan dan diharapkan agar dibawah kepemimpinan Indonesia, masalah hutang yang menjadi salah satu agenda utama KTT Non Blok ke X bisa diselesaikan dengan terobosan-terobosan yang cukup berarti. Dan untuk mewujudkan hal ini Presiden Soeharto mengundang negaranegara untuk berbagi pengalaman dimana Indonesia sebagai negara penghutang pada negara negara lain dinilai oleh Bank Dunia dapat membayar hutangnya sesuai waktu yang telah ditentukan. Presiden Soeharto juga kembali mengungkapkan pandangan-pandangannya yang telah diungkapkan pada saat menerima sejumlah kepala negara di New York, dimana Presiden Soeharto mengingatkan kembali negara maju untuk memenuhi komitmennya menyisihkan 0,7 % dari GNP mereka bagi membutuhan negara berkembang. Namun sejauh ini baru sekitar 0,37 % yang telah diberikan. Dengan demikian masih ada kekurangan 0,3 -0,4 % atau sekitar 50 Milyard dollar Amerika dari keseluruhan komitmen yang mereka berikan . Presiden Soeharto juga menekankan pentingnya kerjasama selatan-selatan, bukan hanya sekedar menyelesaikan masalah sosio ekonomi tetapi juga melalui kerjasama konkret antara selatan -selatan untuk memberi bobot dalam dialog dengan utara. Kepala negara mengingatkan negara maju yang disebut kelompok utara dan negara berkembang termasuk negara selatan saling membutuhkan antara lain karena nasib dan kepentingan mereka sangat terkait satu sama lainnya. Negara selatan tidak akan dapat mencapai sasarannya dalam pembangunan bila negara utara tidak berusaha menciptakan lingkungan eksternal yang mendukung pembangunan di selatan. Namun dipihak lain negara utara dan negara industri maju akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan pertumbuhan ekonominya tanpa adanya stabilitas dan pembangunan di selatan. Jika selatan sampai kehilangan pasar yang luas dan vital Menurut presiden Soeharto cara bijaksana adalah kedua pihak harus menyadari saling ketergantungan antar mereka dan selanjutnya bersama sama menghasilkan cara pemecahan bersama dalam menghadapi tantangan tantangan berat dalam masa krisis sekarang ini.
4. Bantuan untuk Petani Afrika
Presiden Soeharto secara khusus mengundang Brunei untuk turut serta dalam kerjasama selatan-selatan. Dalam kerangka kerjasama ini, Indonesia secara konkret menawarkan untuk menukar pengalaman dalam upaya meningkatkan produk sokongan kepada negara negara Afrika yang mengalami kelaparan dewasa ini. Indonesia rnengundang para petani negara Afrika itu untuk melihat secara langsung secara praktek ditengah tengah petani Indonesia. Dalam hal ini Brunei diminta memberikan dana untuk membiayai perjalanan para petani Afrika itu ke Indonesia, karena baik negara-negara Afrika itu maupun Indonesia tidak mampu membiayai program ini. Dengan demikian diharapkan negara negara utara dapat merealisasikan kesanggupan mereka untuk memenuhi sasaran yang telah disepakati bagi pembangunan resmi dan Presiden Soeharto menegaskan yang harus dipahami setiap negara adalah kedaulatan menentukan sistem sosial ekonomi dan politik nasionalnya masing masing.
5. Pidato pada KTT Pernbangunan Sosial di Kopenhagen, Denmark
KTT yang diadakan oleh PBB di Kopenhagen telah memberikan kesempatan dan merupakan momentum yang tepat bagi Presiden Soeharto sebagai pemipinan Gerakan Non Blok dengan rnernberikan pidato pertama yang menyerukan kerjasama diantara negara maju dan negara berkembang untuk memperbaiki nasib orang miskin yang jumlahnya sekitar 1 Milyard didunia ini. Pengalaman umumnya negara negara anggota GNB bahwa sekalipun upayaupaya mencapai pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting tetapi hal itu bukanlah merupakan tujuan utama dari pembangunan, melainkan kebijakan pembangunan juga harus menempatkan manusianya sebagai pusat perhatiannya. Masalah kemiskinan dan pengangguran haruslah mendapat prioritas utama sebagai dapat saja menjadi salah satu penyebab instabilitas. Masalah yang harus mendapat perhatian khusus adalah hutan luar negeri, sistem perdagangan bebas serta pengendalian jumlah penduduk khususnya juga masalah keamanan pangan di Afrika. GNB telah mencoba meringankan kemiskinan melalui berbagai cara seperti peningkatan produksi pangan dan dalarn hal ini mengharapkan kerjasarna maksimal dari PBB sebagai badan dunia untuk memainkan peranan yang lebih penting dengan mencoba mewujudkan tatanan Tata Dunia Baru dalam usaha memecahkan masalah keterbelakangan dan kemiskinan.
6. Pertemuan Informal Negara Berpenduduk Banyak
Meksiko, Nigeria dan Pakistan. Pertemuan informal ke 9 negara berkembang tersebut membahas masalah pendidikan bagi semua (Education For All) yang diselenggarakan oleh Badan-Badan PBB yaitu UNESCO, UNICEF, UNFPA dan UNDP. Gerakan Non Blok memandang perlu bahwa pendidikan merupakan landasan penting bagi upaya meningkatkan kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan. Program konkrit dari pernyataan tersebut adalah dalam realisasinya mengadakan program wajib belajar seperti yang telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan informal ini akan dilanjutkan di Bali, bulan September yang akan datang. 7. Kunjungan Pemimpin Gerakan Non Blok ke Zagreb, Kroasia dan Sarajevo, Bosnia
Sesudah KTT Pembangunan Sosial di Kopenhagen, pemimpin GNB telah mengadakan kunjungan yang dinilai oleh PBB sekalipun sangat berani dan beresiko tinggi yaitu ke Kroasia dan Sarajevo yang tengah dilanda peperangan antar etnis. Setelah kujungan resminya selama 2 hari di Zagreb, kemudian diikuti dengan kunjungan selama 6 jam ke Sarajevo, Bosnia. Dalam pernyataan selaku pemimpin GNB, presiden Soeharto telah menyuarakan pandangan GNB terhadap bekas salah satu negara pendiri GNB yaitu Yugoslavia terdahulu, yaitu bahwa tidak ada pihak yang dapat menyelesaikan pertikaian etnis diantara mereka kecuali oleh para pemimpin negara-negara kawasan bekas Yugoslavia sendiri. Gerakan Non Blok akan mencoba membantu semampu mungkin tanpa ikut campur secara langsung melalui jalan jalan diplomatik yang syah dan sesuai dengan prinsip GNB itu sendiri. Secara moril kunjungan pemimpin GNB ini dianggap sebagai dorongan dan perhatian bahwa GNB sangat prihatin akan masalah yang berkepanjangan yang belum terselesaikan sampai sekarang.
KESIMPULAN
Gerakan Non Blok dalam kepemimpinan Indonesia yang diketuai oleh Presiden Soeharto telah memperlihatkan niat dan usaha yang sungguh-sungguh untuk menemukan kembali kearah Gerakan Non Blok yang seutuhnya dan berusaha mengembangkan usaha-usaha nyata seperti kerjasama selatan-selatan dan selain itu juga menghidupkan kembali dialog utara-selatan. Untuk penyelesaian hutang negara-negara selatan yang dari waktu kewaktujumlah semakin membesar dan semakin melilit, Indonesia sebagai negara pemimpinGerakan Non Blok dihadapkan pada tantangan-tantangan yang cukup berat. Penyebabnya tidak saja diakibatkan oleh kesulitan ekonomi negara-negara maju tetapi juga dengan semakin umumnya pola menjadikan uang sebagai komoditi. Keduanya menjadikan dana dunia semakin terbatas dalam situasi seperti ini, mengingat jumlah negara selatan sendiri relatif banyak, berarti diantara mereka sendiri amat mungkin terjadi persainganketat karena masing-masing akan mendahulukan kepentingan nasionalnya. Terdapat tendensi bahwa Gerakan Non Blok ini telah bergerak dari gerakan yang bersifat politis menuju gerakan yang bersifat mitra dan lebih terfokus semulayaitu menentang blok politis yang ada
Lampiran 2
Penilaian Pengetahuan:
Kisi-kisi Soal
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Kelas/ Semester
: XI/1
Bentuk Soal
: Uraian
Jumlah Soal
: 5 butir
Tujuan Pembelajaran
Indikator
Ju
ml
ah
soa
l
1.
Menjelaskan latar belakang
lahirnya gerakan non blok
2.
Menjelaskan gerakan non
blok dan peranannya terhadap
3.3.1 Menjelaskan latar belakang
lahirnya gerakan non blok
3.3.2 Menjelaskan gerakan non blok
perang dingin
3.
Menganalisis peranan
Indonesia dalam gerakan non
blok
dan peranannya terhadap perang
dingin
3.3.3 Menganalisis peranan Indonesia
dalam gerakan non blok
1
Jawablah pertanyaan berikut
1.
Jelaskan latar belakang terbentuknya Gerakan Non-Blok!
2.
Jelaskan prinsip – prinsip dari gerakan Non – Blok!
3.
Jelaskan bagaimana peranan GNB terhadap perang dingin!
4.
Analisilah bagaimana peranan Indonesia dalam GNB!
Jawaban :
1.
Gerakan Non Blok (GNB) dibentuk oleh beberapa negara yang cinta damai dan ingin
berperan aktif dalam mencari solusi terbaik dalam rangka menciptakan perdamaian dan
keamanan dunia. Pertentangan atau rivalitas antara Blok Barat dan Blok Timur
semakin memuncak. Meskipun pertentangan itu belum sampai menyebabkan
terjadinya peperangan secara terbuka, namun perang dingin antara kedua blok telah
menimbulkan ketegangan sehingga mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia.
Dengan demikian, gagasan untuk mendirikan GNB merupakan upaya cerdas untuk
meredakan ketegangan antara blok barat dengan blok timur. Sekaligus mewujudkan
kehidupan dunia yang tertib, aman, dan damai berdasarkan prinsip-prinsip kebebasan
untuk menentukan cita-citanya.
Beberapa tokoh yang dianggap sebagai pemrakarsa berdirinya GNB adalah :
1. Presiden Soekarno (Indonesia),
2. Presiden Jseph Broz Tito (Yugoslavia)
3. Presiden Gamal Abdul Naser (Mesir)
4. Perdana Menteri Jawaharlal Nehru (India), dan
5. Perdana Menteri Kwame Nkrumah (Ghana)
2. Prinsip-prinsip gerakan non blok :
1. Saling menghormati kedaulatan teritorial
2. Saling tidak melakukan agresi
3. Saling tidak mencampuri urusan dalam negeri
4. Setara dan saling menguntungkan, serta
5. Berdampingan dengan Damai
3.
GNB sebagai suatu gerakan yang memiliki visi dan misi yang sangat baik pada
masa perang dingin dan memiliki kemajuan pesat padaanggota-anggotanya belakangan
mulai dipertanyakan ke-relevansiannya. Karena melihat kondisi dunia dimana sudah
tidak ada lagi dua blok yang mendominasi kekuatan didunia. Untuk memunculkan
eksistensi nya kembali GNB mulai melakukan konferensi untuk membuat suatu
gerakan sehingga keberadaan GNB dapat tetap ada dan tidak hilang begitu saja. Karena
GNB sendiri sangat berperan dan memiliki manfaat yang sangat besat kepada
anggotanya. Dengan adanya GNB ini menolong Negara-negara di Asia dan Afrika
lepas dari kolonialisme dan dapat merdeka. Sayang rasanya bila hal ini harus hilang
begitu saja karena masih banyak yang dapat dilakukan sekarang ini untuk menuju
dunia yang lebih baik. Dan kita tau GNB dipimpin orang-orang yang ahli maka kita
akan terus menunggu gebrakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Kennedi.Indonesia menjadi penyelenggara sekaligus ketua Gerakan Non Blok dalam
KTT GNB di Jakarta pada Bulan September 1992.Presiden Soeharto merintis
dibukanya kembali Dialog Untara Selatan yang telah lama mengalami pemutusan,
yakni dalam KTT G-7 di Tokyo Jepang tahun 1993.Indonesia selalu mengusulkan
dalam KTT kemajuan Ekonomi, penghapusan penjajahan, dan kemurnia GNB tetap
dipertahankan.
Nilai maksimal yang di capai siswa = 100
Lampiran 3 : PENILAIAN KETRAMPILAN
Lampiran 3.1 . Penilaian ketrampilan untuk kegiatan mengamati gambar
Keterangan
Kegiatan ini merupakan cara peserta didik dalam mengumpulkan informasi faktual
untuk mengumpulkan informasi dengan memanfaatkan indera penglihatan,
pendengaran dan pengecap
Relevansi, kelengkapan dan kebahasaan diperlakukan sebagai indicator penilaian
kegiatan mengamati
o
Relevansi : merujuk pada ketepatan fakta yang diamati dengan informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
o
Kelengkapan : semakin banyak komponen fakta yang terliput / terungkap
o
Kebahasaan : mampu mendeskripsikan fakta – fakta yang dikumpulkan dalam bahasa
tulis yang efektif dan mudah dipahami
Masing – masing kolom diisi dengan skor rentang 1 – 4
4 : baik sekali
3 : baik
2 : cukup
1 : kurang
Nilai : jumlah skor yang diperoleh : skor maksimal (16 ) X 100
Kriteria :
Nilai
Huruf
Predikat
96 – 100
A
Sangat baik
91 – 95
A-
Sangat baik
86 – 90
B+
Baik
81 – 85
B
Baik
75 – 80
B-
Baik
70 – 74
C+
Cukup
65 – 69
C
Cukup
60 - 64
C-
Cukup
55 – 59
D+
Kurang
≤ 54
D
Kurang
Lampiran 3.2 . Penilaian ketrampilan untuk kegiatan diskusi kelompok
o
Ketrampilan Mengkomunikasikan : kemampuan peserta didik untuk menyampaikan
ide / gagasan dengan bahasa yang efektif
o
Ketrampilan mendengarkan : kemampuan peserta didik untuk tidak menyela,
memotong pembicaraan seseorang ketika sedang menyampaikan gagasannya
o
Ketrampilan berargumentasi : kemampuan peserta didik untuk mengemukakan
argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya
Masing – masing kolom diisi dengan skor rentang 1 – 4
4 : baik sekali
3 : baik
2 : cukup
1 : kurang
Nilai : jumlah skor yang diperoleh : skor maksimal (16 ) X 100
Kriteria :
Nilai
Huruf
Predikat
96 – 100
A
Sangat baik
91 – 95
A-
Sangat baik
86 – 90
B+
Baik
81 – 85
B
Baik
75 – 80
B-
Baik
70 – 74
C+
Cukup
65 – 69
C
Cukup
60 - 64
C-
Cukup
55 – 59
D+
Kurang
Lampiran 3.3 . Penilaian ketrampilan untuk kegiatan presentasi
o
Ketrampilan menjelaskan : ketrampilan menyampaikan hasil diskusi dan observasi
dengan menyakinkan
o
Ketrampilan memvisualisasikan : berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
membuat atau mengemas informasi semenarik mungkin
o
Ketrampilan merespon : kemampuan peserta didik menyampaikan tanggapan atas
pertanyaan, sanggahan dari pihak lain secara empatik
Masing – masing kolom diisi dengan skor rentang 1 – 4
4 : baik sekali
3 : baik
2 : cukup
1 : kurang
Nilai presentasi = jumlah skor penilaian : skor maksimal (12 ) X 25
3.4 Penilaian Keterampilan
Membuat peta konsep peranan Indonesia dalam gerakan non blok
Mata Pelajaran : Tahun Pelajaran : 2016/2017
Kelas / Semester : X / 1 Waktu Pengamatan :
N
O Nama Peserta Didik Relevansi0-100 Kelengkapan0-100 Sistematika 0-100
Jumlah
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nilai = Jumlah skor dibagi 3
Keterangan :
a. Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati.
Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan Pembelajaran (TP).
b. Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa (residu) fakta yang tertinggal.
c. Sistematika menunjukan bagaimana peserta didik menyususn materi yang dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif (tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami).
Skor rentang antara 0 – 100
0 – 74 = Kurang • 81 – 90 = Baik
• 75 – 80 = Cukup • 91 – 100 = Amat Baik.
Lembar Kerja Peserta Didik
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Peran aktif Bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin dan
dampaknya terhadap politik dan ekonomi global
Sub Materi Pokok : Perkembangan Gerakan Non Blok
Kelas
: ………
Kelompok
: ………
Untuk Kelompok 1
Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:
1.
Latar belakang lahirnya gerakan Non Blok
Selamat bekerja!
Ketua :
……….. Anggota :
1.
……… ………
2.
Lembar Kerja Peserta Didik
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Peran aktif Bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin dan
dampaknya terhadap politik dan ekonomi global
Sub Materi Pokok : Perkembangan Gerakan Non Blok
Kelas
: ………
Kelompok
: ………
Untuk Kelompok 2
Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:
1. Gerakan Non Blok dan peranannya terhadap perang dingin
Selamat bekerja!
Ketua :
……….. Anggota :
1.
……… ………
2.
Lembar Kerja Peserta Didik
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Peran aktif Bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin dan
dampaknya terhadap politik dan ekonomi global
Sub Materi Pokok : Perkembangan Gerakan Non Blok
Kelas
: ………
Kelompok
: ………
Untuk Kelompok 3
Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:
1. Peranan Indonesia dalam gerakan non blok pada masa perang dingin
Selamat bekerja!
Ketua :
……….. Anggota :
1.
……… ………
2.
Lembar Kerja Peserta Didik
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Peran aktif Bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin dan
dampaknya terhadap politik dan ekonomi global
Sub Materi Pokok : Perkembangan Gerakan Non Blok
Kelas
: ………
Kelompok
: ………
Untuk Kelompok 4
Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:
1. Latar belakang lahirnya gerakan Non Blok
Selamat bekerja!
Ketua :
……….. Anggota :
1.
……… ………
2.
Lembar Kerja Peserta Didik
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Peran aktif Bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin dan
dampaknya terhadap politik dan ekonomi global
Sub Materi Pokok : Perkembangan Gerakan Non Blok
Kelas
: ………
Kelompok
: ………
Untuk Kelompok
Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:
1. Gerakan Non Blok dan peranannya terhadap perang dingin
Selamat bekerja!
Ketua :
……….. Anggota :
1.
……… ………
2.
Lembar Kerja Peserta Didik
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok : Peran aktif Bangsa Indonesia pada masa Perang Dingin dan
dampaknya terhadap politik dan ekonomi global
Sub Materi Pokok : Perkembangan Gerakan Non Blok
Kelas
: ………
Kelompok
: ………
Untuk Kelompok 6
Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:
1. Peranan Indonesia dalam gerakan non blok pada masa perang dingin
Selamat bekerja!
Ketua :
……….. Anggota :
1.
……… ………
2.