BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wirausaha
2.1.1 Pengertian Wirausaha
Wirausaha adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan
fungsinya adalah melakukan inovasi atau kombinasi – kombinasi yang baru untuk sebuah inovasi. Wirausaha melakukan sebuah proses yang disebut creative destruction untuk menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Untuk itu keterampilan wirausaha (entrepreneurial skill) berintikan kreativitas. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa
the core of entrepreneurial skill is creativity (Hendro,2011 : 29).
Machfoedz (2006) menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk
mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan
memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut untuk kreatif.
Kuratko dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang berarti mengambil pekerjaan (to
“The entrepreneur is one who undertake to organize, manage, and assume the risks of a business.” Yang memiliki arti bahwa “Wirausahawan adalah seorang yang berani mengorganisasikan, mengatur, menanggung resiko-resiko yang terdapat dalam bisnis”. Konsep ini memberikan arti bahwa kewirausahaan
merupakan tindakan seseorang untuk membuat organisasi, mengelolanya dan menentukan resiko sebuah bisnis. Dalam konsep ini, resiko yang terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh orang yang menjalankan bisnis tersebut.
Zimmerer dan Scarborough (2005) memberikan konsep kewirausahaan sebagai berikut: An Entrepreneur is one who creates a new business in the face of
risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying significant opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on them. Yang memiliki arti bahwa “Seorang wirausahawan yang menciptakan bisnis baru Konsep tersebut menceritakan bahwa kewirausahaan tersebut merupakan keahlian seseorang dalam menciptakan suatu usaha baru, menghadapi resiko di
masa mendatang dan keahlian bertumbuh untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha tersebut.
2.1.2 Keuntungan dan Kerugian Wirausaha
Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan
a. Keuntungan Berwirausaha
1. Otonomi. Pengelolaan yang bebas misalnya menjadi “bos” yang penuh
kepuasan.
2. Tantangan awal. tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi
merupakan hal yang menggembirakan, peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi
wirausaha.
3. Control financial. Bebas dalam mengelola keuangan dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
b. Kerugian Berwirausaha
Disamping beberapa keuntungan seperti diatas, dengan berwirausaha juga
memiliki beberapa kerugian, yaitu :
1. Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan
waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan
keluarga, rekreasi, hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
2. Beban tanggungjawab. Dalam hal ini wirausaha harus mengelola semua
fungsi bisnis baik pemasaran, keuangan, personil maupun penggandaan dan pelatihan.
3. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Dalam hal ini
karena wirausaha menggunakan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal
2.2 Perilaku Wirausaha
2.2.1 Pengertian Perilaku Wirausaha
Menurut Hinsie dalam Alma (2013), “Character is defined as the pattern of behavior characteristic for a given individual”. Sifat-sifat watak dapat disampaikan dengan sifat dan perilaku. Teori perilaku dalam Fadiati (2011), menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan seseorang adalah hasil dari sebuah kerja yang bertumpu pada konsep dan teori bukan karena sifat kepribadian
seseorang atau berdasarkan intuisi.
2.2.2 Indikator Perilaku Wirausaha
Steade (dalam Lupiyoadi, 2005,9) mengatakan ada lima tingkah laku dari wirausaha :
1. Purposeful, menetapkan tujuan dan mencapainya
2. Persuasive, dapat mempengaruhi orang lain untuk membantunya dalam mencapai tujuan.
3. Persistent, mencapai tujuan secara bertahap walau kadang melewati masa sulit. Kegagalan dan kekecewaan tidak dapat menghalangi usahanya.
4. Presumptuous, berani bertindak sesuai keinginannya disaat orang lain masih ragu. Berani mengambil resiko yang sudah diperhitungkan dalam menggunakan pendekatan yang inovatif.
5. Perceptive, mampu mengerti kaitan antara serangkaian pilihan dalam pencapaian tujuan
Menurut Leland E. Hinsie dalam Alma (2013), “Character is defined as the
disampaikan dengan sifat dan perilaku. Teori perilaku dalam Fadiati (2011), menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan seseorang adalah hasil dari sebuah
kerja yang bertumpu pada konsep dan teori bukan karena sifat kepribadian seseorang atau berdasarkan intuisi. Jadi menurut teori ini kewirausahaan dapat
dipelajari dan dikuasai secara sistematik dan terencana. Seorang wirausaha merupakan individu yang mempunyai ciri dan watak untuk berprestasi lebih tinggi dari kebanyakan individu-individu lainnya, hal ini dapat dilihat dalam David
(dalam Mudjiarto, 2006) menyatakan ada 9 karakteristik utama yang terdapat dalam diri seorang wirausaha yang meliputi:
1. Dorongan berprestasi, yaitu semua wirausaha yang berhasil memiliki
keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi.
2. Bekerja keras, yaitu sebagian besar wirausahawan “mabuk kerja”, demi
mencapai sasaran yang ingin dicita-citakan.
3. Memperhatikan kualitas, yaitu wirausahawan menangani dan mengawasi
sendiri bisnisnya sampai mandiri, sebelum ia memulai dengan usaha baru lagi.
4. Sangat bertanggung jawab, yaitu wirausahawan sangat bertanggung jawab
atas usaha mereka, baik secara moral, legal, maupun mental.
5. Berorientasi pada imbalan, yaitu wirausahawan mau berprestasi, kerja keras
6. Optimis, yaitu wirausahawan hidup dengan doktrin semua waktu baik
untuk bisnis, dan segala sesuatu mungkin.
7. Berorientasi pada hasil karya yang baik, yaitu seringkali wirausahawan ingin
mencapai sukses yang menonjol, dan menuntut segala yang first class.
8. Mampu mengorganisasikan, yaitu kebanyakan wirausahawan mampu
memadukan bagian-bagian dari usahanya dalam usahanya. Mereka umumnya diakui sebagai “komandan” yang berhasil.
9. Berorientasi pada uang, yaitu uang yang dikejar oleh para wirausahawan
tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pengembangan
usaha saja, tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi kerja dan keberhasilan. Indikator yang digunakan di dalam penelitian ini telah disesuaikan pada kondisi tempat penelitian.
2.2.3. Tipe Kepribadian Wirausaha
Menurut Miner (Hutagalung, 2008:7), ada empat tipe kepribadian
wirausaha, yaitu:
1. The Personal Achiever.
Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah: a. Memiliki kebutuhan berprestasi;
b. Memiliki kebutuhan akan umpan balik;
c. Memiliki kebutuhan perencanaan dan penetapan tujuan; d. Memiliki inisiatif pribadi yang kuat;
g. Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh tujuan pribadi bukan
oleh hal lain.
2. The Supersales Person. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah: a. Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang lain; b. Memiliki keinginan untuk membantu orang lain;
c. Percaya bahwa proses-proses social sangat penting;
d. Kebutuhan memiliki hubungan positif yang kuat dengan orang lain;
e. Percaya bahwa bagian penjualan sangat penting untuk melaksanakan
strategi perusahaan.
3. The Real Manager. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah: a. Keinginan untuk menjadi pemimpin perusahaan;
b. Ketegasan;
c. Sikap positif terhadap pemimpin;
d. Keinginan untuk bersaing; e. Keinginan berkuasa;
f. Keinginan untuk menonjol di antara orang-orang lain.
4. The Expert Idea Generation. Ciri-ciri wirausaha tipe ini adalah: a. Keinginan untuk melakukan inovasi;
b. Menyukai gagasan-gagasan;
c. Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat penting untuk
menjalankan strategi dan organisasi; d. Intelegensi yang tinggi;
Menurut Hendro (2011, 47), Faktor keberhasilan usaha seorang wirausahawan bukan dilihat dari seberapa keras ia melakukan dan merencanakan
strateginya serta mewujudkannya. Lebih baik menjadi wirausahawan yang cerdas (smart entrepreneur). Makna tersendiri mengenai smart entrepreneur, yaitu: 1. Strategic Thinker
Seorang wirausahawan tidak hanya bekerja mengandalkan kekuatan ‘otot’ tetapi juga menggunakan otak.
2. Motivator
Seorang wirausahawan dapat menjadi motivator yang handal bagi tim dan
karyawannnya. 3. Ambitious
Seorang wirausahawan harus punya ambisi yang positif dan tepat. 4. Risk Manager
Seorang wirausahawan tidak gegabah, tidak buru – buru, cermat, taktikal,
cerdas, dan jeli membaca resiko dan peluang sehingga memilih resiko yang optimal bagi perusahaannya.
5. Totality
Seorang wirausahawan bekerja secara total dengan full commitment untuk usahanya.
2.3 Lingkungan Keluarga
2.3.1 Pengertian Lingkungan Keluarga
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang menentukan pola
kepribadian seseorang. Ihsan (2005:17) mengatakan bahwa tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
lingkungan keluarga merupakan semua kondisi yang ada dalam sebuah keluarga yang dapat mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, maupun perkembangan
suatu individu.
2.3.2 Wirausaha dalam Lingkungan Keluarga
Terkait dengan aktivitas berwirausaha, keluarga berperan sebagai salah
satu faktor pendorong bagi seseorang untuk berwirausaha. Menurut Alma (2011:8) lingkungan keluarga memiliki pengaruh terhadap profesi wirausaha yang
dapat dilihat dari segi pekerjaan orang tua, dari orang tua yang bekerja sendiri dan memiliki usaha sendiri, maka cenderung anaknya menjadi pengusaha pula. Pada dasarnya seseorang yang dibesarkan dalam keluarga yang berprofesi sebagai
wirausaha, cenderung membuat anaknya ataupun anggota keluarga yang lain mengikuti jejak untuk mengembangkan karirnya sebagai wirausahawan.
Faktor lain yang diyakini memiliki pengaruh secara langsung terhadap kegiatan berwirausaha adalah berupa masalah pendanaan. Ahmed (dalam Akanbi, 2013:67) menjelaskan bahwa faktor yang diyakini memiliki kaitan langsung
tersebut disebabkan karena anggota keluarga dalam aktivitas berwirausaha memiliki potensi yang mendukung baik sebagai sumber keuangan maupun
nonkeuangan. Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas dapat diketahui secara jelas bahwa lingkungan keluarga mempunyai hubungan yang cukup
signifikan terhadap keberlangsungan sebuah usaha.
2.3.3 Indikator Lingkungan Keluarga dalam Keberhasilan Usaha
Indikator lingkungan keluarga didasarkan pada pendapat Yusuf (2009:42)
yang menjelaskan bahwa terdapat tiga hal pokok yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam hidupnya. Ketiga hal pokok tersebut berkaitan
dengan keadaan responden ketika penelitian ini dilakukan terkait status dan perannya di dalam sebuah keluarga, sehingga dalam hal ini keluarga dianggap memiliki peranan penting terkait keberlangsungan dari aktivitas berwirausaha
yang dijalankan oleh mahasiswa, faktor-faktor tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Keberfungsian Keluarga
Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor internal (kondisi fisik, psikis, dan moralitas anggota keluarga) dan faktor eksternal (perubahan sosial budaya), maka setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam. Keluarga
yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan fungsinya. Empat prinsip dari peranan keluarga yaitu sebagai modelling,
mentoring, organizing, dan teaching. Dalam hal ini fungsi keluarga terdiri dari fungsi pendidikan dan fungsi sosialisasi. Fungsi pendidikan menyangkut peranan, pembimbingan, dan keterampilan-keterampilan terkait berwirausaha
keluarga sebagai faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang termasuk dalam hal pekerjaan yang dipilih oleh anak yang
dalam hal ini adalah berwirausaha.
2. Sikap dan Perlakuan Orang Tua terhadap Anak
Terdapat beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak. Sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak pada dasarnya akan menjadi
panutan bagi anak dalam menjalani proses kehidupannya yang akan mempengaruhi perkembangannya, termasuk dalam hal aktivitas berwirausaha
yang dijalankan oleh anak. 3. Status Ekonomi
Status ekonomi dianggap merupakan faktor yang dianggap mempengaruhi
tumbuh kembang dan kepribadian remaja. Orang tua yang memiliki status ekonomi rendah cenderung lebih menekankan kepatuhan kepada figur-figur
yang mempunyai otoritas, sedangkan status ekonomi kelas atas dan menengah cenderung menekankan kepada pengembangan inisiatif, keingintahuan, dan kreativitas anak. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana proses dari
keberlangsungan aktivitas berwirausaha yang dijalankan oleh anak. Pengkuran variabel lingkungan keluarga dilakukan dengan menggunakan angket tertutup
dengan berdasarkan pada indikator yang telah ditentukan di atas. 2.4 Keberhasilan Usaha
Menurut Nasution (2001), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Suyanto (2010:179) keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan. Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai
aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan. Menurut Glancey dalam Sony Heru Priyanto (2009:73) Wirausaha yang memiliki kemampuan mengambil keputusan yang superior akan dapat meningkatkan performansi usaha seperti
peningkatan profit dan petumbuhan usaha.
2.4.2 Indikator Keberhasilan Usaha
Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Noor (2007:397) adalah sebagai berikut :
1. Laba
Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan dengan biaya.
2. Produktivitas dan Efisiensi
akhirnya menentukan besar kecilnya pendapatan, sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh.
3. Daya Saing
Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk
merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa bertahan menghadapi pesaing.
4. Kompetensi dan Etika Usaha
Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan
pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga dapat menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.
5. Terbangunnya citra baik
Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada
dalam perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga pesaing.
2.4.3 Faktor Keberhasilan Usaha
Menurut Hendro (2011:47) ada beberapa faktor keberhasilan usaha, yaitu : 1. Faktor Peluang
Seorang wirausahawan harus membuat dan menemukan strategi yang tepat untuk usahanya. Wirausahawan harus menciptakan peluang yang tidak yang
2. Faktor Manusia (SDM)
Ada 5 faktor kesuksesan operasional usaha yaitu: a. SDM yang berkualitas
b. SDM yang handal sebagai manajer yang hebat
c. Controller yang hebat mencakup quality control, financial control, serta supervisor.
d. SDM yang hebat dalam memasarkan dan menjual e. Faktor kepemimpinan yaitu leadership.
3. Faktor Keuangan
Faktor keuangan sangat penting bagi kelangsungan usaha. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
a. Pengendalian biaya dan anggaran
b. Pencairan dana modal kerja, dana investasi, dan dana lainnya.
c. Perencanaan dan penetapan harga produk, biaya (perinciannya), rugi laba,
dan lain-lain.
d. Perhitungan rasio keuangan sehingga risiko keuangan bias dikendalikan
dengan baik, seperti rasio kecukupan modal, rasio likuiditas, rasio hutang,
dan lain lain.
e. Struktur biaya seperti margin (batas) kontribusi, laba berbanding penjualan,
biaya berbanding penjualan, dan lain-lain. 4. Faktor Organisasi
Ibarat sebuah pohon yang memiliki batang yang kokoh dan kuat, organisasi
karyawan dan Anda. Adapun hal-hal yang perlu diketahui dan dilaksanakan oleh karyawan adalah sebagai berikut:
a. Jenis pekerjaan yang harus dilakukan.
b. Batasan uraian tugas, wewenang, hak, dan tanggung. c. Hubungan pekerjaan dengan teman-temannya.
d. Batasan yang jelas antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain.
e. Organisasi akan menguntungkan dan sebagai faktor kesuksesan sebuah
usaha.
5. Faktor perencanaan
Sebuah organisasi harus memahami bahwa bekerja tanpa rencana berarti berjalan tanpa tujuan yang jelas. Contohnya :
a. Perencanaan visi, misi strategi jangka panjang, dan strategi jangka pendek. b. Perencanaan operasional dan program-program pemasaran.
6. Faktor pengelolaan usaha
Pengelolaan usaha mencakup : a. Menyusun organisasi
b. Mengelola SDM c. Mengelola asset
d. Membuat jadwal usaha dan kegiatan e. Menetapkan jumlah tenaga kerja f. Mengatur distribusi barang
7. Faktor pemasaran dan penjualan
Dalam konteks ini, penjualan dan pemasaran adalah ‘lokomotif’ bagi
‘gerbong-gerbong’ lainnya seperti keuangan, personalia, produksi, distribusi, logistic, pembelian, dalm lain-lain. Faktor pemasaran dan penjualan
memainkan peranan penting bagi kelancaran usaha. 8. Faktor Administrasi
Pencatatan dan dokumentasi yang baik dan pengumpulan serta
pengelompokan data administrasi.
9. Faktor perarturan pemerintah, politik, social, ekonomi, dan budaya lokal.
Faktor ini berpengaruh banyak karena usaha juga berhubungan dengan:
a. Peraturan pemerintah dan peraturan daerah seperti pajak, retribusi,
pendapatan daerah, dan lain-lain. b. Legalitas dan perizinan.
c. Situasi ekonomi dan politik.
d. Perkembangan budaya lokal yang harus diikuti. e. Lingkungan sosial yang berbeda di setiap daerah.
f. Faktor-faktor pendamping lainnya. 10. Catatan bisnis
Catatan usaha atau bisnis akan membantu kita mengetahui sejauh mana kita
2.4.4 Fungsi-Fungsi Kegiatan yang Terkait Keberhasilan Usaha
Ada beberapa fungsi kegiatan yang terkait dengan kinerja perusahaan,
yaitu strategi perusahaan, pemasaran, operasional, sumber daya manusia, dan keuangan.
1. Strategi Perusahaan.
Strategi perusahaan terkait dengan misi perusahaan, strategi usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dan lingkungan usaha. Strategi
usaha mencakup perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Menurut Husein Umar dalam Suntoro (1999:56) komponen-komponen yang dipakai
untuk menganalisis strategi perusahaan terdiri dari dimensi kekuatan usaha dan dimensi daya tarik perusahaan/individu. Dimensi kekuatan usaha terdiri dari harga produk, jumlah outlet, omzet tiap bulan, potensi penjualan perbulan
dan jumlah pengunjung di outlet (tempat penjualan). 2. Pemasaran.
Peran utama dalam manajemen pemasaran antara lain adalah membuat keputusan mengenai aspek-aspek pemasaran. Menurut Husein Umar dalam Suntoro (1999:56) evaluasi aspek pemasaran diarahkan untuk mendapatkan
informasi mengenai faktor tertentu dibandingkan dengan target atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya :
a. Segmentasi, terget, dan posisi produk di pasar. b. Strategi bersaing yang ditetapkan.
e. Market share yang dikuasai perusahaan.
3. Operasional.
Hal-hal yang menyangkut operasional perusahaan antara lain ; a. Kualitas produk.
b. Teknologi yang digunakan. c. Kapasitas produksi.
d. Persediaan bahan baku dan barang jadi.
4. Sumber Daya Manusia.
Menurut Husein Umar dalam Suntoro (1999:56) beberapa penting dari sumber
daya manusia yang perlu di evaluasi antara lain mengenai produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, pelatihan dan pengembangan, serta
kepemimpinan. Program pelatihan ditujukan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan ternik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan pegawainya
memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang. Program pelatihan dan pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap antara kecakapan
karyawan dan permintaan jabatan selain meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja.
5. Keuangan.
Menurut Martin dalam Suntoro (1999:56) bidang studi keuangan yang semula bersifat deskriptif dengan penekanan pada merger, peraturan pemerintah, dan
secara efisien. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan, terutama bagi pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya
peningkatan atau memaksimalkan nilai pasar atas harga saham perusahaan yang bersangkutan. Tujuan ini bersifat garis besar, karena pada praktiknya
tujuan lebih memahaminya, pertama-tama kita akan menelaah apa yang sebenarnya yang disebut sebagai memaksimalisasi laba serta berbagai hambatan dan rintangan yang menghadangnya. Selanjutnya kita akan
mengalihkan perhatian kita kepada tujuan memaksimalisasi kekayaan para pemegang saham.
2.5 UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan
usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni:
i. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah)
b. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:
i. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
i. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
No
Peneliti Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. M. Guntur
Hasil dari penelitian ini adalah hubungan antar perilaku wirausaha dan dukungan keluarga terhadap keberhasilan pengusaha sebesar 52,8% yang berarti memiliki hubungan yang cukup erat. Jika ditinjau dari pengaruh parsial (Uji t), variabel perilaku wirausaha adalah variabel yang dominan
3 . Adelina ada pengaruh positif dan signifikan antara kepribadian, positif dan signifikan antara perilaku kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha pada UKM pengrajin songkok di Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik dan keberhasilan usaha tersebut dapat
5 Intan Septi Handayani (2013)
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan dari beberapa
variabel yang diteliti dan disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar pembuatan hipotesis (Sugiono, 2005:49).
Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan diteliti. Kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu perilaku
wirausaha, lingkungan keluarga dan keberhasilan usaha.
Adanya konsep perilaku wirausaha pada pelaku usaha merupakan hal yang
penting, karena akan berdampak pada keberhasilan usaha (Krisnamurthi, 2001;52) berpendapat bahwa pengembangan perilaku kewirausahaan akan menumbuhkan sikap positif dalam berwirausaha dalam bentuk kemampuan sikap untuk
mengendalikan keadaan dan memfokuskan perhatian pada kegiatan-kegiatan atau hasil yang ingin dicapai. Hal ini disebabkan pelaku usaha yang berperilaku
kewirausahaan akan lebih aktif dalam memanfaatkan peluang, inovatif dan berani mengambil risiko.
Seseorang yang hidup dalam lingkungan keluarga pengusaha, cenderung
membuat anaknya ataupun anggota keluarga lain mengikuti jejak untuk mengembangkan karirnya sebagai wirausahawan. Menurut Yusuf (2009:42)
terdapat tiga hal pokok yang memiliki peranan penting terkait keberlangsungan dari aktivitas berwirausaha. Faktor-faktor nya diantara lain kemampuan keluarga mejalankan fungsinya, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anaknya dimana
status ekonomi yang dianggap merupakan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang kepribadian seseorang. Ketiga hal ini dapat menjelaskan bahwa
lingkungan keluarga mampu memberikan pengaruh dalam keberhasilan usaha.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber : Staede (2005), Yusuf (2009), Noor (2007), diolah (2016)
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji
kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. (Kuncoro, 2009:59).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Perilaku wirausaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan usaha
H2 : Lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha
H3 : Perilaku wirausaha dan lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha
Lingkungan Keluarga (X2)
Keberhasilan Usaha (Y) Perilaku