BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan
pembiayaan baik dari pemerintah dan masyarakat. penerimaan pemerintah untuk
membiayai pembangunan nasional diperoleh dari pajak dan penerimaan lainnya.
Adapun masyarakat dapat memperoleh dana untuk berinvestasi melalui
perbankan, lembaga pembiayaan dan pasar modal.1 Pasar modal merupakan
alternative pendanaan baik bagi pemerintah maupun swasta. Pemerintah yang
membutuhkan dana dapat menerbitkan obligasi atau surat utang dan menjualnya
ke masyarakat lewat pasar modal. Demikian juga swasta yang dalam hal ini
adalah perusahaan yang membutuhkan dana dapat menerbitkan efek, baik dalam
bentuk saham ataupun obligasi dan menjualnya ke masyarakat melalui pasar
modal.
Pasar modal adalah tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara
pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki
dana tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (selanjutnya disebut UUPM), Pasar Modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan (a) penawaran umum dan perdagangan efek, (b) perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, (c) lembaga yang
berkaitan dengan efek. Beberapa fungsi dari Pasar Modal itu sendiri adalah
1 Tavinayati dan Yulia Qamariyanti,
sebagai sumber dana jangka panjang, alternatif investasi, alat restrukturisasi
modal perusahaan, alat untuk melakukan divestasi.2
Pasar modal sebagai pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga
lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan.3 Pasar Modal merupakan tempat
dimana dunia perbankan dan asuransi meminjamkan dananya yang menganggur.
Dengan kata lain, pasar modal merupakan sarana moneter penghubung antara
pemilik modal (masyarakat atau investor) dengan peminjam dana (pengusaha atau
pihak emiten).
Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara
serta menunjang perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan. Di dalam
berputarnya roda perekonomian suatu negara, sumber dana bagi
pembiayaan-pembiayaan beroperasinya perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang
punggung ekonomi suatu negara sangat terbatas, maka perlu dicarikan adanya
solusi pembiayaan yang bersifat jangka panjang. Dengan dukungan dana jangka
panjang ini, roda pembangunan khususnya di bidang swasta dapat berjalan sesuai
yang direncanakan.4 Mengingat peran pasar modal yang sangat strategis ini,
pemerintah Indonesia berusaha melakukan berbagai upaya untuk melakukan
berbagai upaya untuk mengembangkan pasar modal Indonesia terlebih akibat
krisis ekonomi yang menghantam negara Indonesia.
2Emmy Yuhassarie (ed),
Prosiding Transaksi Di Pasar Modal : Obligasi, Jakarta, Pusat Pengkajian Hukum, 2005, hal 26.
3
Anuraga, Pandji dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi, Jakarta, Rineka Cipta, 2001, hal. 5.
4
Di dalam perkembangannya terdapat banyak benturan-benturan
kepentingan di antara para pihak yang turut serta di dalam dunia Pasar modal.
Oleh karena itu dibutuhkanlah hukum sebagai perangkat pengatur sehingga setiap
kepentingan tadi dapat diakomodasi. Hukum berfungsi untuk menciptakan dan
menjaga ketertiban serta kedamaian di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena
itu terdapat adagium "Ubi Societas ibi ius", (dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Pasar modal adalah bisnis kepercayaan, maka perlindungan dan
kepastian hukum bagi setiap pelaku pasar modal sangat mutlak dibutuhkan.
Dengan adanya perlindungan dan kepastian hukum tersebut, maka diharapkan
pemodal yang akan menanamkan modalnya tidak ragu-ragu lagi untuk
berinvestasi melalui lembaga pasar modal. Pemerintah harus membuat
aturan-aturan dan selanjutnya menegakkan aturan-aturan tersebut termasuk pelaksanaan kontrak
dan melindungi hak milik pribadi. Tanpa rule of law tidak mungkin dicapai suatu pasar modal yang efisien dan wajar. Dasar-dasar sistem rule of law adalah
pemerintah dan masyarakat yang menaati hukum dan memanfaatkannya sebagai
pedoman aktivitas mereka.5
Sebagai sebuah kegiatan yang melibatkan banyak pihak dan memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan perkonomian negara, maka
pelaksanaan kegiatan pasar modal tersebut perlu dibina, diatur dan diawasi
sehingga dapat berjalan dengan teratur, wajar dan efisien. Pembinaan, pengaturan,
dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar modal berdasarkan Undang-Undang
5
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal, namun demikian dengan diterbitkannya Otoritas Jasa Keuangan
(selanjutnya disebut OJK), sesuai dengan amanah Pasal 34
Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang-undang
nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, kemudian lembaga OJK tersebut
diatur dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK) yang memiliki tujuan:6 (1) agar
keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur,
adil, transparan dan akuntabel; (2) mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil dan; (3) mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat, serta tugas dan wewenang peralihan sebagaimana
diatur dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Perubahan Undang-undang nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
dinyatakan bahwa “tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan
undang-undang”, independensi adalah ketika melakukan pengambilan keputusan
serta melaksanakan tugas dan wewenangnya OJK bebas dari campur tangan pihak
lain, kemudian UU OJK tersebut diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2013.
Menurut UU OJK bahwa lembaga independen tersebut memiliki fungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan, dalam prakteknya OJK
melakukan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap; (a) kegiatan jasa
6
keuangan disektor perbankan;(b) kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal,
dan (c) kegiatan jasa keuangan disektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayan,dan lembaga jasa keuangan lainnya dan sesuai dengan ketentuan
pada Pasal 55 pada UU OJK, sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar
modal, perasuransian, dana pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.
Dengan demikian, organisasi Bapepam-LK telah melebur ke dalam
organisasi OJK semenjak 1 Januari 2013. Di samping itu OJK memiliki
wewenang memungut fee dari lembaga yang diawasinya guna mendukung kegiatan operasional OJK, dengan adanya wewenang memungut fee yang
dilakukan OJK terlihat janggal terkait dengan lembaga yang besifat independen,
besar kemungkinan terjadi conflict of interest didalam pengambilan keputusan
baik dalam hal pengawasan, pemeriksaan, maupun dalam penyidikan terhadap
lembaga yang bersangkutan sehingga makna dari independen menjadi bisa.
Suatu hal yang baru yang dimuat dalam UU OJK bahwa terkait dengan
wewenang yang dimiliki oleh OJK, selain wewenang pengawasan dan
pemeriksaan, namun lembaga independen tersebut memiliki point tambahan yakni
wewenang penyidikan dan perlindungan konsumen, yang selama ini tidak dimiliki
oleh Bank Indonesia sebagai lembaga independen sebagai pengawas kegiatan
sektor perbankan maupun Bapepam-LK ketika waktu itu sebelumnya lahirnya
diharapkan OJK mampu mengatasi berbagai masalah penting terutama dalam
melindungi hak-hak konsumen dalam hal ini investor maupun masyarakat pada
umumnya terkait dengan persoalan-persoalan dalam aktifitas perbankan dan pasar
modal maupun lembaga keuangan lainya yang bermuara merugikan konsumen.
Sebagai bagian dari ilmu sosial Ilmu hukum adalah ilmu yang sangat
dinamis. Kelahiran hukum modern sekaligus menempatkannya dalam posisi yang
cukup sulit, yaitu berada dipersimpangan jalan (Bifurcation). Sejak ribuan tahun
sebelum munculnya hukum modern, maka hukum hanya berurusan dengan
perburuan keadilan (Searching For Juctice). Pada waktu itu belum ada hukum
negara atau hukum positif, melainkan hukum alam. Tetapi dengan kelahiran
negara modern dan hukum modern, muncul tuntutan agar hukum itu menjadi
positif dan publik, yang di sebut hukum harus di buat oleh suatu badan khusus,
dirumuskan tertulis dan diumumkan dihadapan publik. Akibatnya bahwa, yang
tidak memenuhi persyaratan itu tidak bisa di sebut sebagai hukum. Berakhirlah
tatanan customary law, interaction law, dan non formal law. Sejak saat itu, maka hukum tidak lagi tempat untuk berburu keadilan, melainkan menerapkan
undang-undang. Keadaan yang demikian itu menimbulkan persoalan yang amat besar,
bahkan gawat, karena proses hukum bukan hanya mencari keadilan, melainkan
juga menerapkan undang-undang dan prosedur (law enforcement). Orang sudah
Dengan bertindak seperti itu orang sudah bisa mengatakan bahwa “justice is
done”atau “justice is delivered”7
Menurut Satjipto Rahadjo, yang dilakukan selama ini adalah lebih banyak
menampilkan wajah hukum yang serba teratur, yang serba pasti, yang serba benar,
yang serba adil, dan masih banyak lagi ungkapan senada. Tetapi lupa, bahwa
hukumpun bisa menampilkan wajah yang lain yang mungkin lebih menyeramkan
dan menakutkan.8
Kritik Satjipto Rahardjo yang fundamental adalah bahwa hukum modern
telah menghadirkan jarak antara hukum dengan semangat kemanusiaan yang
seharusnya mendasari hukum itu sendiri. Dalam tradisi filsafat Positivistik yang
legalistik dan linear, hukum modern mempunyai banyak kelemahan yang semakin
menjauhkan cita-cita keadilan dari hukum. Hukum progresif menolak hukum
sebagai institusi yang mutlak serta final, melainkan sangat ditentukan
kemampuannya untuk mengabdi kepada kemaslahatan manusia.9
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan bertekad
menyelesaikan kasus-kasus sebelum lembaga itu melebur ke OJK, awal tahun
depan. Bapepam-LK juga tidak akan mengendurkan pengawasan terhadap pasar
modal dan lembaga keuangan selama proses peralihan. Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) baru akan menangani masalah Bank Mutiara setelah 31 Desember 2013,
7 Satjipto Rahardjo.
Ilmu Hukum Pencaraian dan Pembebasan. UMS Press, Surakarta, 2010, hal 66-67.
8
Satjipto Rahadjo. Sisi-Sisi Lain Hukum Dari Hukum Di Indonesia. Jakarta, Kompas, 2009, hal 12
9
yakni berbarengan dengan berakhirnya fungsi pengawasan perbankan oleh Bank
Indonesia (selanjutnya disebut BI).
Resminya urusan Bank Mutiara sampai dengan 31 Desember 2013 masih
di BI sehingga instrumennya masih ditangani berdua antara BI dan LPS (Lembaga
Penjamin Simpanan).10 Setelah tanggal 31 Desember 2013 atau berpindahnya
secara resmi pengawasan perbankan dari BI ke OJK, kata Nelson, permasalahan
terkait Bank Mutiara tentu saja akan dilanjutkan prosesnya oleh OJK. Ia pun
berharap permasalahan tersebut dapat menemukan titik cerah. "Mudah-mudahan
hari-hari ini bisa mendapatkan solusi, bahwa kebutuhan tambahan PMS
(penambahan modal sementara) hari ini finalisasi. Mudah-mudahan rampung lah
ini. Terkait proses pengawasan dan penyelesaian masalah oleh OJK nantinya,
Nelson mengaku pihaknya akan mempelajari langkah-langkah yang ditempuh BI
dan OJK. Penyelesaiannya BI dan LPS, sepanjang belum selesai di BI akan kita
tangani. Artinya prinsipnya semua yang di BI belum selesai itu menurut
undang-undang akan dialihkan ke OJK. Nanti kita lihat kelengkapan dari proses yang
sudah dilakukan teman-teman kita di BI. Seperti diberitakan, LPS memberikan
suntikan penambahan modal kepada Bank Mutiara sebesar Rp 1,5 triliun agar
rasio kecukupan modal (capital adequancy ratio/CAR) bank tersebut menembus 14 persen. LPS mengatakan tindakan penambahan modal dilakukan sebagai salah
satu upaya LPS menyelamatkan bank yang tergolong gagal.11
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU OJK, OJK adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
10
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/12/23/2106030/OJK.Tangani.Bank.Mut iara.per.1.Januari.2014, diakses tanggal 1 April 2016.
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Penyidikan merupakan salah
satu tugas penngawasan OJK seperti yang disebut dalam Pasal 9 huruf c UU OJK
yang berbunyi:
“Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.”
Wewenang OJK dalam melakukan penyidikan ini juga dipertegas dalam
Pasal 49 ayat (1) UU OJK:
“Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di lingkungan OJK, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.”
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memiliki kewenangan untuk
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana keuangan. Tindak pidana yang
dimaksud adalah tindakan menggunakan industri jasa keuangan sebagai media
untuk melakukan kejahatan. Misalnya, menggunakan bank tertentu sebagai tempat
untuk melakukan money loundry,”12 adanya penyidik dalam internal OJK, jika ada kasus tindak pidana dalam bidang keuangan, maka diselesaikan secara internal.
Dengan demikian, kasus tersebut bisa langsung dilanjutkan oleh jaksa kemudian
diteruskan ke pengadilan. Hanya saja ketentuan tersebut berlaku untuk
kasus tindak pidana yang ditemukan OJK dalam melakukan tugas pengawasan.
Kalau kasus tersebut temukan OJK, dalam proses pengawasan itu dapat selesaikan
dengan melibatkan penyidikan OJK di tingkat pusat. Namun kalau kasus tersebut
dilaporkan sendiri oleh masyarakat kepada pihak kepolisian yang ada disini, maka
OJK bekerjasama dengan kepolisian yang ada disini tanpa melibatkan penyidik
dari OJK Pusat.
Perbedaan OJK dengan BAPEPAM
BAPEPAM OTORITAS JASA KEUANGAN
Bapepam merupakan satu badan yang terdapat dalam Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan, pengaturan, dan
pengawasan kegiatan sehari-hari pasar
modal serta merumuskan dan
melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bapepam memiliki fungsi, antara lain: a. menyusun peraturan di bidang pasar
modal
b. menegakkan peraturan di bidang pasar modal;
c. melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pihak yang
memperoleh izin usaha,
persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di pasar modal;
d. menetapkan prinsip keterbukaan; e. menyelesaikan keberatan yang
OJK, adalah sebuah lembaga
pengawasan jasa keuangan yang independen dan mengawasi industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi.
Otoritas jasa keuangan berfungsi sebagai penyelenggara sistem pengaturan dan pengawasan yang terpadu terhadap semua kegiatan di bidang jasa keuangan.
d. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
e. menetapkan kebijakan
diajukan oleh pihak yang dikenakan
sanksi oleh bursa efek,
LKP, dan LPP;
f. menetapkan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal;
g. melakukan pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam
sesuai dengan
3. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP),
c. Memberikan persetujuan bagi bank kustodian.
d. Melakukan pemeriksaan dan
penyidikan.
e. Menetapkan persyaratan dan tata cara pendaftaran.
f. Mewajibkan pendaftaran kepada profesi penunjang pasar
tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu
g. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa i. menetapkan peraturan mengenai
tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.
Untuk melaksanakan tugas
pengawasan, OJK mempunyai wewenang:
1. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
2. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
3. melakukan pengawasan,
pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
4. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
5. melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. menetapkan penggunaan pengelola statuter;
8. memberikan dan/atau mencabut:
f. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
g. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Perbandingan Struktur Organisasi antara Bapepam dan OJK
Tentang Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Dasar pembentukan Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor
Pengangkatan Pejabat Menteri Keuangan
Pasal 3
Undang-Tanggung Jawab Struktural Menteri Keuangan
Pasal 3
Undang-Undang Pasar Modal
Dewan Perwakilan
Rakyat (Pasal 38 UU OJK)
Berdasarkan latar belakang di atas tertarik memilih judul Fungsi Otoritas
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis
membuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan dan pengawasan pasar modal setelah peralihan
BAPEPAM kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam
Menangani Kasus Kejahatan Pasar Modal berdasarkan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaturan dan pengawasan pasar modal setelah peralihan
BAPEPAM kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dalam Menangani Kasus Kejahatan Pasar Modal berdasarkan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis yaitu sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam bentuk masukan
untuk penambahan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya dibidang
hukum pasar modal.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan kepada
masyarakat selaku pihak yang ingin berinvestasi dalam pasar modal.
D. Keaslian Penulisan
Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari peneliti sendiri atas
masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud.
Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang Fungsi Otoritas Jasa Keuangan
dalam Melakukan Penyidikan Tindak Pidana Pasar Modal, belum pernah diteliti
oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan
yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini
merupakan karya ilmiah yang asli, apabila ternyata dikemudian hari ditemukan
judul yang sama, maka dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya.
E. Tinjauan Pustaka
5. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebuah lembaga pengawas jasa
keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun dan asuransi yang sudah harus terbentuk pada tahun
2010. Keberadaan OJK ini sebagai suatu lembaga pengawas sektor keuangan di
Indonesia perlu untuk diperhatikan, karena harus dipersiapkan dengan baik segala
hal untuk mendukung keberadaan OJK tersebut.13
13
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 menyebutkan: “Otoritas
Jasa Keuangan, (OJK), adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini. “ Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa OJK adalah sebuah
lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal,
reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. 14
Pada dasarnya UU OJK ini hanya mengatur mengenai pengorganisasian
dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan
didalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Oleh karena
itu, dengan dibentuknya OJK diharapkan dapat mencapai mekanisme koordinasi
yang lebih efektif didalam penanganan masalah-masalah yang timbul didalam
sistem keuangan. Dengan demikian dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas
sistem keuangan dan adanya pengaturan dan pengawasan yang lebih terintegras.15
6. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana
Belanda yaitu strafbaar feit. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda,
dengan demikian juga WvS Hindia Belanda (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan
14
Rebekka Dosma Sinaga, Sistem Koordinasi Antara Bank Indonesia Dan Otoritas Jasakeuangan Dalam Pengawasan Bank Setelah Lahirnya Undang-Undang Nomormor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Jurnal Hukum EkoNomormi Universitas Sumatera Utara, 2013, hal 2
15
resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Oleh karena itu, para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi istilah itu. Secara literlijk,
kata “straf” artinya pidana, “baar” artinya terdapat atau boleh dan “feit” artinya
adalah perbuatan. Dalam kaitannya dengan istilah strafbaar feit secara utuh,
ternyata straf diterjemahkan juga dengan kata hukum. Padahal sudah lazim hukum itu adalah terjermahan dari kata recht, seolah-olah arti sama dengan recht, yang sebenarnya tidak demikian halnya.16
Moeljatno merumuskan istilah strafbaar feit menjadi istilah perbuatan pidana. Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang
siapa yang melanggar larangan tersebut.17
Berdasarkan uraian di atas, berpendapat bahwa tindak pidana adalah suatu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh manusia, baik dengan melakukan
perbuatan yang tidak dibolehkan ataupun tidak melakukan perbuatan yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku yang disertai
dengan ancaman sanksi berupa pidana.
7. Pengertian penyidikan
Penyidikan merupakan tahapan penyelesaian perkara pidana setelah
penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya
tindak pidana dalam suatu peristiwa. Ketika diketahui ada tindak pidana terjadi,
16 Adami Chazawi,
Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014, hal 67.
17
maka saat itulah penyidikan dapat dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan. Pada
tindakan penyelidikan, penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari dan
menemukan” suatu “peristiwa” yang dianggap atau diduga sebagai tindakan
pidana. Sedangkan pada penyidikan titik berat penekanannya diletakkan pada
tindakan “mencari serta mengumpulkan bukti”. Penyidikan bertujuan membuat
terang tindak pidana yang ditemukan dan juga menentukan pelakunya.
Pengertian penyidikan tercantum dalam Pasal 1 butir 2 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP) yakni dalam Bab I
mengenai Penjelasan Umum, yaitu:“Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.18
Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 2 KUHAP, unsur-unsur yang
terkandung dalam pengertian penyidikan adalah:
a. Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang mengandung tindakan-
tindakan yang antara satu dengan yang lain saling berhubungan;
b. Penyidikan dilakukan oleh pejabat publik yang disebut penyidik;
c. Penyidikan dilakukan dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
d. Tujuan penyidikan ialah mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti
itu membuat terang tindak pidana yang terjadi, dan menemukan tersangkanya
18
8. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya adalah suatu tempat untuk
mempertemukan penjual dan pembeli, yang membedakan dengan pasar lainnya
adalah pada objek yang diperjualbelikan. Kalau pada pasar lainnya yang
diperdagangkan adalah sesuatu yang sifatnya konkrit seperti kebutuhan
sehari-hari, sedangkan yang diperjualbelikan di pasar modal adalah modal atau dana
dalam bentuk efek (surat).
Pasar modal/capital market berharga/Stock Exchange/Stock Market dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat
berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi, atau efek-efek pada
umumnya. Sementara itu pasar modal menurut Kamus Umum Ekonomi diartikan
sebagai pasar atau tempat bertemunya penjual dan pembeli yang
memperdagangkan surat-surat berharga jangka panjang, misal saham, obligasi.
Undang-Undang Pasar Modal (UUPM), yakni Undang-Undang Nomor 8
tahun 1995 Pasal 1 angka 13, yang menetapkan: “Pasar modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek”19
. Istilah pasar modal (capital market) berarti suatu tempat atau sistem bagaimana cara dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk
capital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli atau menjual
surat efek yang baru dikeluarkan.20
19
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 13 20
Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai suatu pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik itu dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan swasta.21
Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan pengguna dana (user of fund) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle term investment). Kedua pihak melakukan jual beli modal yang
berwujud efek. Pemilik dana menyerahkan sejumlah dana dan penerima dana
(perusahaan terbuka) menyerahkan surat bukti kepemilikan berupa efek.22
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif, di mana penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur
penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan
dipandang dari sisi normatifnya.23
Penelitian hukum normatif yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan yuridis normatif, yakni dengan melakukan analisis
terhadap permasalahan dan penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas
hukum yang mengacu pada norma-norma atau kaidah-kaidah hukum positif yang
berlaku. Penelitian hukum pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
21
Tjiptono D, & Hendy M. Pasar modal di Indonesia, Jakarta: Salemba, 2001, hal 6. 22Irsan Nasarudin, dkk,
Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Prenada Media,2004, hal 10.
23 Johny Ibrahim,
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisisnya.24
2. Sifat penelitian
Sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang hanya
menggambarkan fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka
sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yurisidis, dengan tujuan
menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.25
3. Alat pengumpulan data
Bahan atau materi yang dipakai dalam skripsi ini diperoleh melalui
penelitian kepustakaan. Dari hasil penelitian kepustakaan diperoleh data sekunder
yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier. Dalam konteks ini, data sekunder mempunyai peranan, yakni melalui data
sekunder tersebut mengenai fungsi otoritas jasa keuangan dalam melakukan
penyidikan tindak pidana pasar modal.
Penelitian yuridis normatif lebih menekankan pada data sekunder atau data
kepustakaan yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan
berupa Undang, Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Undang-Undang
24
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 83.
25 Bambang SunggoNomor,
Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Pasar Modal
Peraturan Bapepam-LK NO.IV.C.5 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan
LK No. Kep-43/BL/2008 tentang Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi
Kolektif Penyertaan Terbatas. Peraturan Bapepam dan LK No.IV.D.11
Lampiran Kep. Ketua Bapepam No. KEP-480/BL/2009 tentang Pedoman
Fungsi-fungsi Manajer Investasi.Peraturan Bapepam No.IV.B 1. Tentang
Pedoman pengelolaan Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.
Peraturan Bapepam No.IV.B.2.tentang Pedoman Kontrak Reksa Dana
Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif Peraturan Bapepam No. IV.A.3 tentang
Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan. Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Di Bidang
Pasar Modal. Kitab Undang Hukum Pidana dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
b. Bahan hukum skunder berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku dan tulisan-tulisan
ilmiah hasil penelitian para ahli
c. Bahan hukum tersier berupa bahan yang dapat mendukung bahan hukum
primer, terdiri dari kamus hukum, kamus Inggris-Indonesia dan kamus besar
Bahasa Indonesia, ensiklopedia.
4. Analisis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan
dengan hal-hal yang khusus menuju hal yang umum dengan menggunakan
perangkat interpretasi dan kontruksi hukum yang bersifat komparatif, artinya
penelitian ini digolongkan sebagai penelitian normatif yang dilengkapi dengan
perbandingan penelitian data-data sekunder.
Setelah bahan-bahan hukum dapat diidentifikasi secara jelas, maka
dilanjutkan melakukan sistematisasi. Pada tahapan sistematisasi akan dilakukan
pemaparan berbagai pendapat hukum dan hubungan hierarkis antara aturan-aturan
hukum untuk mencari makna dari aturan-aturan hukum agar membentuk kesatuan
logika. Bahan hukum yang tersistematisasi, baik berupa pendapat hukum maupun
aturan-aturan hukum selanjutnya dilakukan evaluasi dan diberikan pendapat atau
argumentasi disesuaikan dengan permasalahan yang di bahas.
G. Sistematika Penulisan
Didalam penulisan skripsi ini dikemukakan sistematika agar dapat
diperoleh suatu kesatuan pembahasan yang saling berhubungan erat bab satu
dengan bab yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat sub bab antara lain
latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
BAB II PENGATURAN DAN PENGAWASAN PASAR MODAL
SETELAH PERALIHAN BAPEPAM KEPADA OTORITAS
JASA KEUANGAN (OJK)
Berisikan mengenai sejarah otoritas jasa keuangan, pengertian
sejarah otoritas jasa keuangan, tugas dan wewenang otoritas jasa
keuangan, pengaturan hukum terhadap pengawasan pasar modal
dari Bapepam kepada Otoritas Jasa Keuangan.
BAB III KEDUDUKAN DAN FUNGSI OTORITAS JASA KEUANGAN
DALAM MENANGANI KASUS KEJAHATAN PASAR
MODAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21
TAHUN 2011
Berisikan mengenai kedudukan otoritas jasa keuangan dalam
sistem peradilan pidana (criminal justice system), unsur-unsur kejahatan dalam pasar modal yang terdapat di dalam pasar modal
UU No.8 tahun 1995 dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan untuk
melakukan penyidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran merupakan penutup dalam penulisan skripsi
ini, dalam hal ini penulis menyimpulkan pembahasan-pembahasan