• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS - PENGARUH KEDISIPLINAN GURU PAI DAN PIMPINAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR PAI PADA SMP DI KABUPATEN JEPARA - UNISNU Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS - PENGARUH KEDISIPLINAN GURU PAI DAN PIMPINAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR PAI PADA SMP DI KABUPATEN JEPARA - UNISNU Repository"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

13

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kedisiplinan Guru PAI

a. Pengertian Kedisiplinan Guru PAI

Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa latin “disibel”

yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman,kata tersebut mengalami perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib (John M.Echols dan Hasan Shadily, 2000:18). Sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib (Downloads/pengertiankedisiplinan.html, Selasa, 17 Desember 2013).

(2)

Ajeng Yusriyana mendefinisikan disiplin berarti melatih diri untuk membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral (Ajeng Yusriyana, 2012:57).

Dengan kata lain disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Depdikbud memberikan arti disiplin adalah mentaati peraturan atau tata tertib yang menjadi konsistensi dan konsekuensi seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai disekolah (Depdikbud, 1997:237).

Disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan (Diniyati dan Mudjiyono, 1994:18).

(3)

yang sama dengan pendisiplinan, juga bukan merupakan pengganti pendisiplinan.

Perbedaan arti hukuman dengan pendisiplinan adalah kesalahan umum. Hukuman dimaksudkan untuk membuat anak-anak menyesal karena telah berkelakuan tidak pantas. Pendisiplinan, berarti mengajari anak untuk mengembangkan dan menggunakan kendali diri dan pertimbangan yang baik dengan mengajari mereka keterampilan. Jika tidak mengajari, berarti bukan disiplin. Hukuman, sebaliknya, didasarkan pada keyakinan bahwa anak-anak menderita karena kesalahan mereka, mereka tidak akan melakukannya lagi.

(4)

Asumsi senada juga dikemukakan oleh Dwidjosoesastro, Kuncorohadi, dan Harmanti yang menyatakan bahwa disiplin adalah suatu fungsi dari kepribadian seorang anak dan lingkungan bermainnya (Sardiman, 1986:64). Dengan demikian disiplin dapat dikatakan bahwa diharapkan seorang anak untuk menghayati aturan, tata tertib yang berlaku sehingga secara sadar mau mentaati aturan-aturan tersebut. Kebanyakan anak ingin memperbaiki tingkah laku mereka, tapi biasanya memerlukan pertolongan dalam bentuk tujuan-tujuan yang kongkrit dan spesifik, yang menunjukan jalan menuju perubahan yang konstruktif.

Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses dari serangkaian tingkah laku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban (Prijodarminto, Soegeng, 1992:23). Karena sudah menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari tingkah laku dalam kehidupannya. Nilai-nilai kepekaan dan kepedulian telah menjadi bagian dari kehidupannya. Sebelum orang lain menyatakan “aneh” kalau ia berbuat menyimpang, dirinya terlebih dahulu sudah merasa “aneh”, risi atau merasa malu dan berdosa kalau

(5)

Sikap dan tingkah laku yang demikian ini tercipta melalui proses pembinaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya. Disiplin akan membuat dirinya tahu membedakan hal-hal apa seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena itu merupakan hal-hal yang dilarang).

b. Indikator Kedisiplinan Guru PAI

Disiplin mempunyai tiga (3) aspek, yaitu:

1) Sikap mental (mental attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan tingkah laku, norma, kriteria dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan; norma, kriteria dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).

3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib (Prijodarminto., 1992:24).

(6)

kesadaran untuk patuh dan taat pada peraturan. Ia akan mematuhi aturan tanpa paksaan dan tekanan dari luar.

Konsep disiplin dalam Islam dapat dilihat salah satu contoh yaitu shalat. Dalam shalat terdapat tiga aspek disiplin. Pertama, disiplin tentang kebersihan. Kedua, disiplin waktu. Ketiga, disiplin pelaksanaan atau proses.

Pertama, disiplin kebersihan ketika kita hendak

melaksanakan shalat.



Artinya:

(7)

Menurut Tafsir Al Muyassar, ayat di atas mengajak dan menuntun yaitu apabila telah berniat untuk melaksanakan shalat maka hendaklah dalam keadaan bersuci seperti yang diterangkan dalam ayat tersebut. Allah dalam ayat ini hendak mempermudah umat-Nya dengan segala ketetapannya, agar manusia dapat mengambil hikmahnya dan agar manusia selalu berucap syukur kepada-Nya.

Inilah salah satu contoh daripada disiplin kebersihan jika hendak melaksanakan shalat. Allah telah mengajarkan kita untuk selalu mensucikan diri ketika kita hendak menghadap-Nya.

Kedua, disiplin waktu. Dalam melaksanakan shalat diharuskan mengerjakan shalat dalam waktu-waktu tertentu, seperti pada malam hari, siang hari dan pada waktu subuh.

َناَم ِزْجَفلْا َناَءْزُق َّنإِ ِزْجَفْلا َناَءْزُقَو ِلْيَّللا ِقَسَغ ىَلإِ َسْمّشَلا ِكىُلُذِل َةَلاَّصلا ِمِقأ

“Laksanakanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelapnya malam, dan Qur’an al-fajr adalah disaksikan. Dan pada sebagian malam bertahajudlah dengannya sebagai tambahan bagimu mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”(QS. Al Isra’: 78-79)

( Departemen Agama Republik Indonesia, 1990:223)

(8)

dari sesudah matahari tergelincir, yakni condong dari pertengahan langit sampai muncul gelapnya malam, serta di waktu fajar yaitu shalat Subuh. Dilaksanakannya shalat lima waktu sehari semalam dimulai dengan condongnya matahari yang berarti tenggelam atau menguning, atau tergelincir dari tengahnya. Dengan demikian ia mengisyaratkan secara jelas dua kewajiban shalat, yaitu Dhuhur dan Maghrib, dan secara tersirat mengisyaratkan juga tentang shalat Ashar, karena waktu Ashar bermula begitu matahari menguning. Dan shalat yang dilaksanakan pada waktu malam hari adalah shalat Isya, serta shalat-shalat sunnah lainnya. serta shalat yang dilaksanakan pada waktu fajar, yaitu shalat Subuh.

Ini adalah disiplin yang berhubungan ketepatan waktu. Dalam hal ini ketepatan waktu tidak hanya dalam melaksanakan shalat, akan tetapi dalam melakukan kegiatan atau aktivitas yang lain.

Ketiga, disiplin pelaksanaan atau proses.

اَهُّيأَاي

sembahlah Tuhan kamu dan perbuatlah kebajikan, semoga kamu mendapat kemenangan.”(Departemen Agama Republik Indonesia, 1990:354)

(9)

Pemelihara dan Yang selalu berbuat baik kepada umatnya, dalam hal ini kita tidak hanya dituntut untuk melaksanakan shalat, akan tetapi ada juga ibadah lain antara lain dengan berpuasa, mengeluarkan zakat, melaksanakan haji serta ibadah-ibadah lainnya, serta aneka amal-amal baik dan akhlak yang mulia, semua yang kita lakukan dengan harapan mendapatkan kemenangan.

Allah memerintahkan shalat dengan menyebut dua rukunnya yang paling menonjol yaitu ruku’ dan sujud. Penyebutan

shalat karena ibadah ini merupakan tiang agama, “Siapa yang mendirikannya maka ia telah mendirikan agama, dan siapa yang mengabaikannya maka ia telah meruntuhannya.” Setelah itu aneka

ibadah yang mencakup banyak hal, bahkan dapat mencakup aktivitas sehari-hari jika motivasinya adalah mencari ridha Ilahi, dan akhirnya ditutup dengan perintah berbuat kebajikan yang menampung seluruh kebaikan duniawi dan ukhrawi.

Disiplin proses shalat merupakan suatu ibadah yang mempunyai gerakkan tertentu yang telah ditentukan oleh Allah dan Nabi saw. Kita tidak boleh merubah apa pun yang telah ditetapkan untuk kita laksanakan dalam beribadah kepada Allah.

(10)

kuat. Intinya, menanamkan disiplin atau kepatuhan harus didasarkan pada pemahaman dan kesadaran, rasa tanggungjawab, kesanggupan diri dan lebih mengutamakan kepentingan orang lain.

Disiplin dapat dibedakan melalui tingkatannya, yaitu: 1) Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari

kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu. 2) Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang lahir dari sikap

patuh taat terhadap aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia, misalnya disiplin pada kesatuan-kesatuan atau perkumpulan-perkumpulan tertentu seperti disiplin dalam kesatuan olahraga.

3) Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai yang berlaku secara nasional. Disiplin ini sudah menjadi budaya nasional, menjadi milik bangsa (Downloads/permalink.htm, selasa, 17 Desember 2013). c. Signifikansi dan Manfaat Kedisiplinan Guru PAI

Menurut Hurlock, disiplin dapat memberikan hal-hal berikut ini, yaitu:

(11)

2) Anak hidup sesuai dengan patokan yang disetujui lingkungannya. Dengan demikian anak terhindar dari perasaan bersalah yang dapat menimbulkan ketidak bahagiaannya. 3) Anak belajar bertingkah laku yang dapat menimbulkan atau

mendatangkan pujian atau hadiah. Pujian dan hadiah ini merupakan pengakuan adanya rasa cinta dari orang tua ke anak, sehingga anak akan bahagia.

4) Membantu anak mendapatkan ego bolstering motivation, yaitu ego yang mendorong anak mencapai kebutuhannya.

5) Conscience atau internalized voice atau kata hati yang dapat membimbingnya membuat keputusan (Yasar, Iftida., 1996:17-18).

Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin adalah setiap bimbingan, pengajaran atau dorongan yang berbentuk anjuran, larangan atau hadiah penghargaan kepada anak, bertujuan agar anak bertingkah laku baik, sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

(12)

Sedangkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dsalam sistem sekolah sekarang ini , masalah pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalu tidak diimbangi dengan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, peningkatan mutu tenaga-tenaga pengajar untuk membina tenaga-tenaga guru yang profesional adalah unsur yang penting bagi pembaharuan dunia pendidikan (Oemar Hamalik, 2000:32).

(13)

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, bab II pasal 3:4).

2. Kedisiplinan Pimpinan Sekolah

a. Pengertian Kedisiplinan Pimpinan Sekolah

Kedisiplinan Pimpinan Sekolah adalah sikap disiplin yang dilakukan oleh pimpinan sekolah baik kepala sekolah maupun wakil kepala sekolah dan para pimpinan-pimpinan sekolah lain dalam satuan pendidikan.

Schaeffer menyatakan bahwa disiplin mempunyai suatu tujuan yang jelas untuk diperjuangkan dan memberi pengarahan terhadap tingkah laku seorang anak, semua itu merupakan sesuatu tenaga pendorong yang kuat (Schaefer, Charles., 1987:68). Hal itu akan menolong seorang anak menjadi seorang anak yang aktif, pelaku atau “adore”, bukan seorang yang pengeluh. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat menemukan jati dirinya untuk dapat membuat keputusan.

Modica menyatakan tujuan dari disiplin adalah bukan sekedar membuat kehidupan para guru lebih mudah tapi tujuan dari disiplin adalah untuk membimbing tingkah laku anak dalam hidupnya yang akan menginternalisasikan harapan dan mengembangkan kontrol diri yang dibutuhkan sebagai fungsi dari keseluruhan hidup dan kebahagiaan secara individu (Muhaimin., 2003:77).

(14)

menolong siswa untuk belajar hidup sebagai mahluk sosial, membantu tercapainya proses pertumbuhan serta perkembangan siswa seoptimal mungkin, membuat siswa terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan kepada mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas, mengarahkan siswa agar dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dari luar. Dengan demikian siswa dapat memahami diri sendiri dan berbuat sesuai dengan berpedoman pada norma-norma yang telah ditetapkan sekolah, mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman untuk belajar, sehingga dapat mendukung tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Selain tujuan tersebut diatas, Bagley mengidentifikasikan dua tujuan kedisipinan. Tujuan pertama sebagai penciptaan dan pelestarian keadaan yang penting terhadap kemajuan kerja teratur yang berada di sekolah. Pandangan kedisiplinan ini dideskripsikan sebagai sebuah rasionale managerial, yaitu sesuatu kedisiplinan yang memandang

sebagai sekumpulan teknik dan strategi yang diterapkan oleh guru untuk memberikan ketertiban dalam kelas. Ketertiban ini perlu sehingga lingkungan belajar memaksimalkan pembelajaran pelajaran disekolah.

(15)

siswa tentang hak pribadi, terutama bagi pribadi yang sedang dalam konflik. Oleh karena itu, pandangan pendidikan terhadap kedisiplinan merupakan bentuk pendekatan terhadap kedisiplinan yang memberi pengalaman yang berharga secara potensial (Lewis, Ramon., 2002:198-200).

Kedisiplinan kelas merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah, dan interaksi kedisiplinan mengajarkan pada siswa tentang siapa yang harus bertanggung jawab untuk memutuskan sikap bagaimana yang layak bagi mereka dan siapa yang bertanggung jawab dalam meyakinkan bahwa mereka bersikap layak di masyarakat.

Menurut Divinyi, tujuan keseluruhan dari pendisiplinan adalah untuk mengajari anak cara mengolah tingkah laku mereka sendiri dan membantu mereka mengembangkan kendali diri (Divinyi, Joyce., 2003:33).

Tujuan diterapkannya disiplin bagi siswa diatas, dapat dikemukakan bahwa disiplin yang dimiliki oleh siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar serta tingkah laku siswa. Hal ini terjadi karena sikap disiplin yang dimiliki oleh siswa mendukung terciptanya suasana sekolah yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang kondusif merupakan salah satu syarat tercapainya prestasi belajar siswa yang tinggi.

b. Indikator Kedisiplinan Pimpinan Sekolah

(16)

kelompok sosial mereka, maka disiplin menurut Hurlock harus mempunyai empat unsur yaitu:

a. Peraturan sebagai pedoman tingkah laku siswa.

b. Konsistensi dalam menegakkan peraturan tersebut dan cara yang digunakan untuk mengajarkan dan melaksanakan disiplin.

c. Hukuman untuk siswa yang melanggar peraturan.

d. Penghargaan bagi siswa yang bertingkah laku sesuai dengan peraturan yang berlaku (Hurlock, Elizabeth B, 1992:84).

Hilangnya salah satu unsur pokok di atas akan menyebabkan sikap yang tidak menguntungkan pada siswa dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan standar dan harapan guru, contohnya bila siswa merasa dihukum secara tidak adil atau apabila usahanya untuk menyesuaikan diri dengan harapan guru tidak dihargai, hal ini akan melemahkan motivasi siswa untuk mewujudkan kedisiplinan.

(17)

a) Disiplin Otoriter

Disiplin otoriter, peraturan dibuat secara ketat dan rinci. Orang yang berada dalam disiplin ini diminta untuk mematuhi dan mentaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, bila berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah dianggap sebagai kewajiban. Jadi, tidak perlu mendapat penghargaan lagi.

Disiplin otoriter selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan. Di sini, tidak diberi kesempatan bertanya mengapa disiplin itu harus dilakukan dan apa tujuan disiplin itu. Orang hanya berpikir kalau harus dan wajib mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku. Kepatuhan dan ketaatan dianggap baik dan perlu bagi diri, institusi dan keluarga. Apabila disiplin dilanggar, wibawa dan otoritas institusi atau keluarga menjadi terganggu. Karena itu setiap pelanggaran perlu diberi sanksi, ada sesuatu yang harus ditanggung sebagai akibat pelanggarannya (Tu’u, 2004:45).

(18)

pemberontakan dan kegelisahan. Hal ini juga dapat menimbulkan stres; karena tampak baik, patuh, taat, tetapi merasa kurang bebas, kurang mandiri, berbuat sesuatu hanya untuk memuaskan pihak lain (orang tua, guru, atasan). Sebenarnya semua perbuatannya hanya karena keterpaksaan dan ketakutan menerima sanksi bukan berdasarkan kesadaran diri.

Disiplin dengan metode ini diberikan oleh orang tua, pendidik atau orang dewasa lain berupa aturan-aturan yang mutlak harus dilakukan siswa. Dalam hal ini siswa tidak memperoleh kebebasan dan kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Siswa harus bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma, peraturan yang ditetapkan, bila melakukan pelanggaran akan diberikan hukuman. Kerugian disiplin menggunakan hukuman antara lain terjadi disiplin yang diperoleh hanya berjangka waktu pendek yang berwujud konformitas terhadap tuntutan dari orang yang memberikan disiplin. Kelebihan dan kekurangan metode ini adalah:

1) Kelebihan metode ini adalah:

a. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi orang yang sangat patuh dan mengekang diri.

(19)

a. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi individu yang tidak memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri di dalam menghadapi masalah.

b. Kepatuhan siswa hanya merupakan ekspresi dari rasa takut dan cemas terhadap hukuman yang selalu membayangi tingkah lakunya (Hurlock, 1992:81).

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa disiplin otoriter tidak baik diterapkan pada SMP di Jepara. Hal tersebut terkait tindakan pemaksaan yang terlalu membebani siswa.

b) Disiplin Permisif

Disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak dari teknik pemisif ini berupa kebingungan dan kebimbangan. Penyebabnya karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mana yang dilarang. Atau bahkan menjadi takut, cemas dan dapat juga mejadi agresif serta liar tanpa kendali.

(20)

tingkah laku siswa agar sesuai dengan norma lingkungan, juga tidak menggunakan hadiah dan hukuman, melainkan memberi kebebasan pada siswa untuk berbuat sesuatu, sehingga aktivitas siswa menjadi tidak terkontrol. Guru membiarkan siswa untuk menghadapi sendiri situasi yang sulit, karena orang tua/pendidik beranggapan bahwa hambatan dan rintangan yang dijumpai siswa merupakan pelajaran yang dapat membuka pikiran dan perasaan siswa. Siswa yang dibesarkan dalam kondisi ini tidak akan pernah mengetahui batasan dan aturan yang memungkinkan bertindak untuk memenuhi kebutuhan.

Metode ini pun mempunyai kelebihan dan kekurangan, meliputi:

1) Kelebihannya adalah:

a. Memberi kesempatan siswa berinisiatif secara bebas. b. Sanksi yang diberikan berdasarkan akibat perbuatan

yang dilakukan. 2) Kekurangannya adalah:

a. Kehidupan sosial siswa cenderung cemas dalam menghadapi situasi baru yang ditemui.

(21)

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa disiplin otoriter kurang baik diterapkan pada SMP di Jepara. Hal tersebut terkait kebebasan tanpa adanya pengarahan dan bimbingan.

c) Disiplin Demokratis

Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman yang dimaksud sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.

Disiplin demokratis berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri sehingga siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Oleh karena itu, bagi yang berhasil mematuhi dan menaati disiplin, kepadanya diberikan pujian dan penghargaan.

(22)

Metode ini pun mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu:

1) Kelebihan

a. Siswa menjadi orang bertanggung jawab di dalam sikap dan tingkah lakunya.

b. Siswa akan mampu mengembangkan diri menjadi individu yang patuh terhadap norma lingkungan tanpa harus kehilangan sifatnya sebagai individu yang memiliki pendapat dan prinsip sendiri.

c. Siswa akan dapat menghargai pendapat, prinsip dan hak-hak orang lain.

2) Kekurangan

a. Proses komunikasi lama karena perlu dialog. b. Pengambilan keputusan tidak dapat segera.

c. Peluang penyimpangan norma yang sudah berlaku makin besar (Hurlock, 1992:53).

(23)

bertanggung jawab serta dapat menghargai pendapat, prinsip dan hak-hak orang lain.

Selain bentuk-bentuk disiplin di atas, terdapat pula tiga jenis disiplin, yaitu disiplin fisik, disiplin simbolis, dan disiplin normatif (Lewis, Ramon., 2006:136).

1. Disiplin Fisik; di mana perilaku muncul jika ada pihak kedua secara fisik disegani atau ditakuti sehingga seseorang harus melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan.

Contohnya seorang anak akan rajin melaksanakan shalat jika disuruh dan secara fisik diawasi oleh orang tuanya atau gurunya. Dalam hal ini anak mungkin sudah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan shalat dengan baik, namun belum mempunyai kesadaran dan kemauan.

2. Disiplin Simbolis; perilaku yang didasarkan akan kesadaran terhadap tata tertib yang harus ditaati. Karena ada ketentuan yang harus ditaati maka ia akan mentaatinya, baik adanya pengawasan atau tidak ia akan tetap konsisten dengan ketaatannya.

(24)

jalanan, seperti tanda larangan berhenti, larangan parkir dan sebagainya, mereka akan mematuhi tata tertib tersebut karena adanya tanda-tanda tata tertib tersebut dan jika mereka melanggarnya maka mereka akan mendapatkan sanksi.

3. Disiplin Normatif; merupakan perilaku yang didasarkan pada kesadaran tertinggi akan substansi nilai dan hakikat dari suatu perilaku, mengapa hal ini harus dilakukan dan hal yang itu harus ditinggalkan.

Disiplin inilah yang merupakan peran pendidkan agama yang berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan anak didik, sehingga nilai-nilai agama ini mampu mendorong untuk berperilaku yang terpuji dan menjauhi perilaku tercela, anak didik mempunyai motivasi intrinsik untuk berbuat yang utama tanpa harus didorong-dorong dan diawasi atau diancam.

Sebagai contoh dari disiplin normatif ini adalah dimana seorang anak yang benar-benar mengikuti tata tertib atau peraturan yang ada di sekolah karena kesadaran yang timbul dalam dirinya untuk mematuhi peraturan tersebut, tanpa takut akan hukuman atau sanksi yang ada di dalam peraturan tersebut.

(25)

yang diberikan orang lain kepadanya. Dia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan mengabdikan seluruh hidupnya bukan didasarkan pada cinta semata. Namun lebih dari itu, ia telah merasakan betapa Allah merupakan bagian dari kebutuhan yang paling penting dalam hidup dan dirinya. Dia adalah sosok teladan yang baik dalam melaksanakan ajaran Islam, tekun beribadah sehingga mempunyai batin yang luar biasa.

Karena itulah maka segala tindakan, perilaku yang terdapat dalam dirinya adalah segala hal yang terbaik, yang jauh dari segala perbuatan maksiat dan segala godaan duniawi, yang mengetahui akan nilai-nilai ukhrawi, tanpa perlu adanya pengawasan secara fisik maupun simbolis, karena dia telah mengetahui dan menyadarinya secara spiritual.

c. Signifikansi dan Manfaat Kedisiplinan Pimpinan Sekolah

Kedisiplinan yang dibangun oleh pimpinan sekolah akan sangat berdampak pada sikap dan kebiasaan disiplin guru PAI dan siswa. Ketika pimpinan sekolah terbiasa bersikap disiplin maka stake holders yang berada di lingkungannya akan melakukan kedisiplinan yang sama.

Oleh karena itu kedisiplinan pimpinan sekolah sangat bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya yaitu guru, pegawai dan murid. Adapun secara rinci manfaat kedisiplinan pimpinan sekolah adalah sebagai berikut:

(26)

2) guru-guru lebih bertanggungjawab 3) murid-murid lebih rajin belajar 4) pegawai sekolah lebih rajin bekerja

5) semua unsure sekolah lebih aktif dan inovatif.

3. Hasil Belajar PAI

a. Pengertian Hasil Belajar PAI

Hasil belajar mempunyai arti hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dsb) ( Poerwadarminta, 1980:768). Terkait dengan belajar berarti hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melakukan atau mengerjakan proses belajar mengajar berupa simbol angka.

(27)

Untuk melandasi tentang belajar penulis akan menyampaikan beberapa dasar Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Sebagai dasar yang dipergunakan dalam pembahasan masalah pembelajaran adalah menunjuk pada ayat Al-Qur'an surat Al-Mujadalah ayat : 11 yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: " Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan (kepadamu) : "Berdirilah, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S. Al Mujadalah : 11) (Departemen Agama RI, 1989:910)

(28)

Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad saw, juga disebutkan tentang pentingnya belajar yang berbunyi sebagai berikut :

يراخبلا ياور .ملعتلاب ملعلا امواو .ًمهفي ازيخ ًب الله د زي هم

.

(Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhori, t.t : 27)

Artinya : “ Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah akan memahamkan (menunjukkan) kebaikan itu padanya. Dan sesungguhnya ilmu itu hanya bisa diperoleh dengan belajar”. (HR. Bukhari)

Dari hadis tersebut di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah merupakan kunci pokok menuju jalan keberhasilan. Tanpa belajar kita tidak akan memperoleh apa-apa. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan minat belajar yang kuat. Kerena dengan minat belajar yang kuat, maka belajar akan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Banyak hal yang dapat diperoleh dengan belajar terutama dalam menguasai ilmu pengetahuan. Lagi pula hampir semua ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan belajar.

Di depan telah banyak dikemukakan berbagai pendapat tentang pengertian belajar. Kalau kita perhatikan dari sekian banyak definisi mengenai belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli didik akan tampak ada suatu unsur yang sama pada setiap definisi, yaitu perbuatan belajar mengandung arti perubahan dalam diri seseorang yang melakukan perbuatan belajar. Orang yang telah melakukan belajar tidak sama keadaannya dengan sebelum ia melakukan perbuatan belajar.

(29)

hereditas dan lingkungan. Hereditas adalah bawaan sejak lahir seperti bakat, abilitas, inteligensi, sedangkan aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah orang dewasa sebagai unsur, manusia yang menciptakan lingkungan, yakni guru dan orang tua (Oemar Hamalik, 2009:55).

Perubahan tersebut dapat diartikan bahwa seseorang setelah melakukan suatu perbuatan belajar mungkin lebih pandai menyesuaikan diri terhadap pergaulan dilingkungannya. Demikian pula halnya dalam memanfaatkan alam sekitarnya, atau ia dapat berbicara lebih baik dan pandai atau mungkin dapat melakukan sesuatu perbuatan atau tindakan yang positif dibandingkan dengan tindakan dan perbuatan yang negatif sebelum ia belajar.

Ada enam macam ciri-ciri perubahan tingkah laku orang yang telah belajar, yaitu:

a. Perubahan yang terjadi dilakukan secara sadar, artinya setiap individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya. b. Perubahan hasil belajar bersifat kontinyu dan fungsional yaitu

perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan dinamis.

c. Perubahan dalam diri orang yang belajar bersifat positif dan aktif, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

(30)

e. Perubahan hasil belajar bertujuan dan terarah kepada perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Jika seseorang belajar tentang sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya (Abyan Amir,1996:97).

b. Ranah Hasil Belajar PAI

Hasil belajar PAI meliputi tiga ranah yaitu : 1) Hasil pengetahuan

Merupakan hasil belajar PAI yang berupa hasil pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka. Dalam hal ini hasil belajar PAI lebih ditekankan pada penguasaan materi-materi pelajaran yang bersifat pengetahuan.

2) Hasil belajar keterampilan

Merupakan hasil belajar PAI yang berupa hasil penguasaan konsep-konsep yang berdampak pada keterampilan melakukan perbuatan belajar dari konsep-konsep pengetahuan yang sedang dipelajari.

3) Hasil belajar sikap

(31)

Adapun mengenai tujuan-tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedang tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu : tercapai karena siswa ”menghidupi” (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu

seperti contohnya, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi istilah nurturant effects. Jadi guru dalam mengajar harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar-mengajar untuk mencapai instructional effects, maupun kedua-duanya.

Dari uraian di atas, dapat dirangkum dan ditinjau secara umum tujuan belajar sebagai berikut:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan. 2) Penanaman konsep dan ketrampilan. 3) Pembentukan sikap (Sardiman, 1992:28).

c. Indikator Hasil Belajar PAI

Hasil belajar PAI dapat dilihat dari indikator-indikator dalam tiga ranah belajar yang dapat dipaparkan sebagai berikut:

(32)

3) siswa hafal terhadap konsep pengetahuan tentang materi pelajaran 4) siswa memiliki keterampilan melakukan aktivitas tertentu

5) siswa memiliki konsep berupa sikap tertentu yang menjadi kebiasaan melakukan tindakan.

Mengapa di dalam belajar diperlukan aktivitas? Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sebagai rasionalitasnya hal ini juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.

Frobel mengatakan bahwa ”manusia sebagai pencipta”. Dalam

ajaran agama pun diakui bahwa manusia adalah sebagai pencipta kedua (setelah Tuhan). Secara alami anak didik memang ada dorongan untuk mencipta. Anak adalah suatu organisme yang berkembang dari dalam.prinsip utama yang dikemukakan Frobel bahwa anak itu harus bekerja sendiri. Dalam dinamika kehidupan manusia, maka berfikir dan berbuat sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dalam belajar sudah barang tentu tidak mungkin meninggalkan dua kegiatan itu, berfikir dan berbuat. Seseorang yang telah berhenti berfikirdan berbuat perlu diragukan eksistensi kemanusiaannya. Ilustrasi ini menunjukkan penegasan bahwa dalam belajar sangat memerlukan kegiatan berfikir dan berbuat.

(33)

akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

Dalam hal kegiatan belajar ini, Rouseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Ilustrasi ini diambil dalam kasus dan lingkup pelajaran ilmu bumi. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

Dengan mengemukakan beberapa pandangan dari berbagai ahli tersebut di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subyek didik / siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik.

(34)

dalam bermacam-macam dan tingkah lakunya (Abdul Rachman Shaleh et.al., 2005:6).

Penelitian ini dilakukan di SMP yang ada di wilayah Kabupaten Jepara, sehingga perlu dikenalkan pengertiannya yaitu, salah satu bentuk sekolah formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dan pendidkan agama atau akhlak mulia pada jenjang pendidikan dasar di dalam binaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, stake holder sangat besar pengaruhnya. Adapun yang sangat mempunyai pengaruh signifikan adalah guru. Jabatan guru sebagai suatu profesi menuntut keahlian dan ketrampilan khusus dibidang pendidikan dan pengajaran juga kedisiplinan. Jabatan guru bukan sebagai ”okupasi” atau pekerjaan yang sekadar mencari nafkah. Guru yang profesional tentu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang langsung menyentuh masalah inti pendidikan, yaitu pengetahuan dan ketrampilan mengenai cara-cara menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi dalam diri anak didik yang sedang mengalami proses pendidikan (Rohani Ahmad H.M dan Ahmadi Abu, 1991:103).

(35)

mendorong anak mencapai apa yang diharapkannya, membantu anak mengembangkan hati nurani atau suara dari dalam yang membimbing dalam mengambil suatu keputusan dan pengendalian prilaku.

Tujuan disiplin sekolah adalah memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya, menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar, agar siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Perilaku disiplin terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Pendidikan di keluarga sebagai mitra vertikal. Para orangtua diharapkan memberikan contoh atau menjadi panutan pelaksanaan norma-norma; pendidikan di sekolah sebagai mitra diagonal. Para guru diharapkan memberikan atau menuntut siswa lewat pengayaan pengetahuan, penguasaan dan kemampuan analisis terhadap norma sehingga siswa mempunyai wawasan memadai tentang norma yang berlaku; pendidikan di masyarakat sebagai mitra horisontal. Masyarakat diharapkan dapat menjadi mitra bertukar pikiran dalam memajukan pendidikan (Andre Prasetyo, 2013:23).

(36)

Adapun bentuk motivasi yang diberikan kepada anak bisa bervariasi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Pembaharuan berbagai metode pembelajaran atau berbagai model pembelajaran dan strategi pembelajaran mungkin bisa juga diterapkan dalam rangka meingkatkan prestasi belajar. Tersedianya media pembelajaran juga mempunyai peran positif bagi peningkatan prestasi belajar.

Ambil contoh pemilihan strategi pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan peserta didik. Untuk itu pengajar haruslah berfikir: strategi pembelajaran manakah yang paling efektif dan efesien dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan? pemilihan strategi pembelajaran yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal (B. Uno, Hamzah, 2008:9).

(37)

sangat ditentukan oleh adanya perhatian orang tua dalam memberikan motivasi sebagai pembangkit minat belajar anak. Demikian juga prestasi belajar siswa akan mudah diperoleh, jika tingkat minat / aktivitas belajar yang termotivasi semakin besar pula.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bisa dikuasai oleh siswa dengan aktivitas belajar. Ketika belajarnya sungguh-sungguh, maka sudah barang tentu hasil prestasinya akan lebih baik. Semakin sungguh-sungguh dalam belajar, hasil prestasinya pun akan semakin baik pula, begitu seterusnya.

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu siswa tidak hanya sekedar ”pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, maka hasil belajar itu melipiti :

(38)

3. Hal ihwal kelakuan, ketrampilan atau penampilan (psikomotorik) (Sardiman, 1992:30).

Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar-mengajar, masing-masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan peljaran (content). Karena semua itu bermuara kepada anak didik, maka setelah terjadi proses internalisasi, terbentuklah suatu kepribadian yang utuh. Dan untuk itu semua diperlukan sistem lingkungan yang mendukung.

Dari sini tampak dengan jelas adanya implikasi yang sangat signifikan antara kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SMP Kabupaten Jepara. Artinya bahwa prestasi belajar peserta didik sangat tergantung kepada sejauh mana tingkat kedisiplinan siswa dalam meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar yang dimiliki oleh seorang siswa atau peserta didik.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar PAI

(39)

Faktor-faktor psikologis yang dikatakan memiliki peranan penting itu, dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya fikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran. Sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian proses belajar dan mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar. Dalam hal ini ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis sebagaimana dikutip oleh Sardiman AM sebagai berikut : ”Motivasi, Konsentrasi, Reaksi, Organisasi, Pemahaman, Ulangan”

(Sardiman,1992: 38).

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Sejauh penelusuran peneliti, belum ditemukan penelitian yang memfokuskan secara khusus pada aktualisasi nilai kedisiplinan dalam mapel pendidikan agama Islam. Namun ada penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan pendidikan akhlaq dan kedisiplinan antara lain:

1. Penelitian dari Chodhori Supaat,dengan judul “Pendidikan Akhlaq dan Implementasiya pada Sekolah Aliyah Negeri (Studi Kasus tentang MAN 01 Pati dan MAN 02 Pati)”. Tesis Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang tahun 2001.

(40)

objektif, kontinyu, integral terutama evaluasi ranah afektif, serta metode pengajaran yang masih monoton untuk mata pelajaran akhlaq. Hasil penelitian saudara Chodori Supaat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

a. Munculnya gejala penyimpangan perilaku siswa, baik ringan maupun berat pada umumnya disebabkan oleh faktor eksternal atau faktor yang timbul dari pengaruh luar, tidak timbul dari keinginan diri siswa sendiri. Hal ini berarti kurang optimalnya guru akhlak dalam melaksanakan tugas secara profesional.

b. Kurang tegasnya dalam menerapkan tata tertib sekolah, tidak ada sangsi yang edukatif. Disamping itu adanya sikap dasar atas pembawaan siswa itu sendiri, karakteristik negatif, yang kurang mendapatkan perhatian serius.

c. Problematika yang ada dalam pendidikan akhlak diantaranya problematika pengelolaan kelas, problematika penilaian, terbatasnya alokasi waktu, interaksi antara guru dengan siswa yang kurang akrab, rendahnya partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. 2. Penelitian dari Salwiyah,dengan judul “Strategi Guru Dalam Membentuk

Disiplin Anak Usia Prasekolah Pada Taman Kanak-Kanak Islam Hanifa”. Tesis, PPS Universitas Negeri Jakarta. 2003.

Hasil dari penelitian tesis tersebut menunjukkan bahwa disiplin yang diterapkan guru Taman Kanak-kanak Islam Hanifa ialah anak datang sekolah tepat pada waktunya, anak berpakaian seragam, berdo’a sebelum

(41)

makan, menyimpan dan merapikan mainan, menunggu giliran pada saat mengambil makanan, menerima dan menyelesaikan tugas, membuang sampah pada tempatnya.

Sedangkan strategi yang diterapkan oleh guru TK Islam Hanifa dalam membentuk disiplin anak melalui urutan pembelajaran awal, inti dan akhir, metode mengajar, media mengajar dan waktu memgajar.

3. Disipline Your Kids, Joyce Divinyi, M.S., L.P.C. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2003.

Buku tersebut menawarkan pendekatan yang tidak biasa tetapi sangat efektif untuk membantu anak-anak mempelajari hal yang perlu mereka ketahui agar sukses dan bahagia dalam hidup. Lima langkah dalam buku tersebut adalah mengenai pendisiplinan yang efektif. Pendisiplinan yang bagus dan tepat dimaksudkan untuk mengajari. Pada kenyataannya, arti kata disiplin adalah "untuk mengajar". Namun, permasalahannya adalah, bahwa pendisiplinan sering kali tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Hal ini karena pendisiplinan sering kali disalahartikan dengan hukuman. Hukuman, bukanlah hal yang sama dengan pendisiplinan, juga bukan merupakan pengganti pendisiplinan.

(42)

anak-anak menderita karena kesalahan mereka, mereka tidak akan melakukannya lagi.

4. Penelitian dari Ani Nur Aeni, dengan judul “Menanamkan disiplin pada anak melalui Dary Activity menurut ajaran Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim vol. 9 no.1 – 2011 (Selasa, 10 September 2014). Di dalam jurnal ini sudara Ani Nur Aeni menjelaskan, seringkali orang tua merasa kesulitan untuk mendisiplinkan anak, terkadang karena kesal ketika anak tidak menuruti perintah orang tua, maka cenderung orang tua menyelesaikannya dengan memberikan hukuman kepada anak atau sebaliknya terlampau mengumbar reward. Ketika kita berhadapan dengan anak dengan berbagai keunikannya, maka pandanglah anak sebagai amanah, dzuriyah, fitnah dan zinah. Dalam menanamkan disiplin kepada anak perlu mempertimbangkan perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisik anak. Aktifitas yang dilakukan oleh anak secara berulang-ulang akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan melakukan hal yang baikpada anak harus diiringi dengan contoh yang baik pula. Dairy Activity membantu proses pembiasaan perbuatan baik pada anak.

5. Febrina Sanderi1), Marjohan2), Indah Sukmawati3), Kepatuhan siswa

Terhadap Disiplin dan Upaya Guru BK Dalam Meningkatkannya Melalui Layanan Informasi, Konselor.Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor, Volume 2 Nomor 1 Januari

2013, hlm. 220-224, (Selasa, 10 September 2014).

(43)

tinggi terhadap disiplin dan guru BK juga sudah melakukan upaya dalammeningkatkan disiplin siswa.Berdasarkan kesimpulan diatas makadisarankan kepada guru BK untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan lagi pemilihan materi, pemakaian metode, pemilihan media serta waktu pelaksanaan agar semakin menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Bagi Kepala sekolah dan Tim Disiplin sekolah yaitu agar mampu memperhatikan peraturan dan tata tertib sekolah serta secara khusus dan kontiniu mengevaluasinya.Sehingga tujuan dari peraturan itu dapat tercapai. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan studi lain berkaitan dengan pelaksanaan layanan informasi.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pemikiran yang diajukan untuk penelitian ini berdasarkan pada hasil telaah teoritis seperti yang telah diuraikan di atas. Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang kerangka pemikitan penelitian ini, maka dapat dilihat dalam gambar berikut:

Kadisiplinan Guru (X1)

Hasil Belajar PAI (Y) Kedisiplinan Pimpinan

Sekolah (X2)

Gambar 2.1 : Kerangka berfikir Keterangan :

(44)

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada pimpinan sekolah dan guru SMP di kabupaten Jepara terkait dengan kedisiplinan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang pengaruh kedisiplinan guru dan pimpinan sekolah terhadap hasil belajar PAI pada siswa SMP di Kabupaten Jepara secara lebih mendetail.

Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Persiapan/Perencanaan

Penyebaran angket dan survey lapangan

Pengumpulan data dari responden

Pengolahan data

Hasil penelitian dan kesimpulan Gambar 2.2.Desain kegiatan penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1989:102). Jadi dapat dikatakan bahwa hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan (Sutrisno Hadi, 1980:193).

(45)

mungkin bisa berguna untuk membuktikan kebenarannya. Selanjutnya berangkat dari rumusan permasalahan tersebut di atas, maka penyususn mengajukan rumusan hipotesis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis awal terhadap beberapa SMP pada tanggal 2 Februari 2015 dengan guru bidang studi Agama Islam dan para pimpinan sekolah ditemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan peserta didik terhadap hasil belajar PAI.

Gambar

Gambar 2.2.Desain kegiatan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat peluang yang ada maka penulis mencoba untuk mengeksplorasi teknik sablon crack yang diaplikasikan pada produk fesyen adibusana untuk membuat inovasi- inovasi

Pendidik dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah

Adalah skenario yang disusun terkait dengan tahapan proses yang akan dilakukan untuk melaksanakan kegiatan mulai dari proses persiapan hingga pelaksanaan dan pasca pelaksanaan Direct

Dari hasil implementasi teknologi wifi dengan standart IEEE 802.11 b/g/n, sekolah SD Paseban 1 dan Paseban 2 telah dapat terhubung dengan jaringan internet dengan

Sistem komunikasi TRDMA mempunyai syarat tertentu yaitu untuk link pada penerima harus mempunyai korelasi spasial yang kecil agar terhindar dari pengaruh Inter User

Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konstruksi kekuatan agama dan kearifan lokal masyarakat Kasongan Bantul Yogyakarta yang mampu mendorong

DAFTAR

Tulisan ini mendiskusikan keterkaitan antara komunikasi dan budaya Islam di Indonesia. Penulis memfokuskan tiga isu yaitu pertama, hubungan antara komuikasi dan budaya;